PEMAHAMAN KONSEP SISWA SETELAH MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI FISIKA YANG TIDAK SESUAI FISIKA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMAHAMAN KONSEP SISWA SETELAH MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI FISIKA YANG TIDAK SESUAI FISIKA

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal

Hukum Newton dan Penerapannya 1

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika. Hukum Newton. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

SASARAN PEMBELAJARAN

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA

FIsika DINAMIKA GERAK LURUS

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar

GAYA DAN HUKUM NEWTON

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri.

BAB II - Keseimbangan di bawah Pengaruh Gaya-gaya yang Berpotongan

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS

Bagian pertama dari pernyataan hukum I Newton itu mudah dipahami, yaitu memang sebuah benda akan tetap diam bila benda itu tidak dikenai gaya lain.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

ULANGAN UMUM SEMESTER 1

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK.

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

Dinamika Gerak. B a b 5. A. Hukum Newton B. Berat, Gaya Normal, dan Tegangan Tali C. Gaya Gesekan D. Dinamika Gerak Melingkar

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik

PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 2016/2017

HUKUM NEWTON B A B B A B

Hukum Newton tentang Gerak

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

PEMETAAN KONSEPSI MAHASISWA TENTANG HUKUM ARCHIMEDES

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

Jawab : m.a = m.g sin 37 o s m.g cos 37 o. = g sin 37 o s g cos 37 o. 0 = g sin 37 o s g cos 37 o. g sin 37 o. = s g cos 37 o. s = DYNAMICS MOTION

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL. Abstrak

SILABUS PEMBELAJARAN

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

2. DASAR TEORI UMPAN BALIK CEPAT

Wardaya College. Soal Terpisah. Latihan Soal Olimpiade FISIKA SMA. Spring Camp Persiapan OSN Part I. Departemen Fisika - Wardaya College

DINAMIKA. Rudi Susanto, M.Si

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

2. DASAR TEORI Pengertian Konsep, Konsepsi, dan Perkembangan konsep

Antiremed Kelas 10 FISIKA

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL

FISIKA XI SMA 3

Analisis koefisien gesek statis dan kinetis berbagai pasangan permukaan bahan pada bidang miring menggunakan aplikasi analisis video tracker

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika.

PESAWAT ATWOOD. Kegiatan Belajar 1 A. LANDASAN TEORI

SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm

GuruMuda.Com. Konsep, Rumus dan Kunci Jawaban ---> Alexander San Lohat 1

BAB I PENDAHULUAN. fisika sejak kita kelas VII. Bila benda dikenai gaya maka benda akan berubah bentuk, benda

diketahui. Jika hasil belajar siswa jelek maka guru memberikan umpan balik yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada siswa.

FISIKA KELAS X Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. BAB V PENERAPAN HUKUM HUKUM NEWTON

Uji Kompetensi Semester 1

HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN

PHYSICS SUMMIT 2 nd 2014

GURUMUDA.COM. KONSEP, RUMUS DAN KUNCI JAWABAN ---> ALEXANDER SAN LOHAT 1

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

BAB 2 HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DAN GRAVITASI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

GERAK MELINGKAR B A B

SILABUS. Kegiatan pembelajaran Teknik. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

Analisis Miskonsepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Pada Konsep Gaya

Fisika Dasar. Dinamika Partikel. Siti Nur Chotimah, S. Si, M. T. Modul ke: Fakultas Teknik

2.2 kinematika Translasi

Berkala Fisika Indoneia Volume 8 Nomor 2 Juli 2016 SEBUAH KRITIK: ANIMASI FISIKA YANG TIDAK SESUAI FISIKA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

TUGAS PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM GESEKAN STATIS DAN KINETIS

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja.

Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd.

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Contoh Soal dan Pembahasan Kesetimbangan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR.

Gerak Melingkar Pendahuluan

PEMAHAMAN SISWA KELAS X SMA ARASTAMAR AIR UPAS MENGENAI GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA SUATU BENDA SKRIPSI

BAHAN AJAR PENERAPAN HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

LAPORAN PRAKTIKUM GERAK PADA BIDANG MIRING. (Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Fisika Dasar I) Dosen Pengampu : Drs.Suyoso, M.Si.

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4 menyatakan bahwa

SILABUS. Indikator Pencapaian Kompetensi

MISKONSEPSI SISWA TENTANG GAYA SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL PADA GERAK MELINGKAR BERATURAN

Disamping gaya kontak ada juga gaya yang bekerja diantara 2 benda tetapi kedua benda tidak saling bersentuhan secara langsung. Gaya ini bekerja melewa

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. serta dinilai secara ilmiah seperti fenomena alam. (

Uraian Materi. W = F d. A. Pengertian Usaha

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Berkala Fisika Indonesia Volume 5 omor 1 Januari 2013 PEMAHAMA KOSEP SISWA SETELAH MEGGUAKA MEDIA PEMBELAJARA AIMASI FISIKA YAG TIDAK SESUAI FISIKA Rita unung Tri Kusyanti SMA 1 Tempel, Sleman, Yogyakarta E-mail: rita_nunung@yahoo.com ITISARI Telah dilakukan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan pemahaman konsep yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan media animasi fisika tetapi tidak sesuai fisika. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah siswa kelas X sebuah SMA di Kab. Sleman yang dipilih secara acak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 10% siswa untuk topik Gaya Gesekan dan 30% siswa untuk topik Gaya Sentripetal mengalami penurunan pemahaman konsep setelah mengikuti pembelajaran menggunakan media animasi fisika yang tidak sesuai fisika. Pada topik Gaya Gesekan, siswa kurang memahami dengan baik adanya gaya gesekan statis pada benda yang diam, f g, statis, titik kerja dan arah gaya gesekan. Pada topik Gaya Sentripetal, dan menganggap bahwa gaya sentripetal merupakan lintasan lingkaran itu sendiri, gaya sentripetal adalah gaya yang muncul tersendiri dan tidak memahami bahwa gaya sentripetal adalah julukan atau alias untuk gayagaya yang merupakan penyebab gerak melingkar. Selain itu siswa juga mengalami kekeliruan dalam memahami konsep munculnya gaya normal. Dapat disimpulkan bahwa media animasi yang diharapkan dapat membantu peningkatan pemahaman konsep justru malah dapat menjerumuskan siswa jika isi dari animasi tidak sesuai dengan konsep yang benar. Kata kunci: media animasi fisika yang tidak sesuai fisika, pemahaman konsep I. PEDAHULUA Model pembelajaran modern yang sekarang banyak digunakan dalam pembelajaran fisika adalah simulasi komputer (Suparno, 2007). Simulasi-simulasi ini dapat berupa animasi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran karena membantu guru dalam penyampaian materi, menarik perhatian siswa dan sebagai alternatif lain model pembelajaran sehingga siswa tidak jenuh. Dalam beberapa penelitian disimpulkan bahwa penggunaan animasi sebagai media pembelajaran memberikan dampak yang bias jadi positif, negatif atau netral terhadap prestasi hasil belajar siswa. Hal itu dapat berarti bahwa media animasi berpengaruh pada pembentukan konsep siswa selama belajar menggunakan media animasi tersebut. Hasil penelitian Kristiyanto (2008) menunjukkan bahwa tidak semua isi animasi fisika yang digunakan sebagai media pembelajaran sesuai dengan kebenaran konsep fisika, dan beberapa bagian dari isi animasi menyimpang dari kebenaran konsep fisika. Temuan tersebut memberikan informasi berharga bagi guru maupun siswa, tetapi temuan tersebut perlu ditindaklanjuti dengan melihat pengaruhnya terhadap pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan animasi tersebut. Pengetahuan awal dan kemampuan siswa dalam merekam materi yang disajikan dalam animasi diduga menentukan. Oleh karena itu dalam pembuatan animasi yang efektif untuk pembelajaran harus diperhatikan format dan desain animasi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan media animasi fisika yang tidak sesuai fisika. Masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah bagaimana pemahaman konsep yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan media animasi fisika yang tidak sesuai fisika? II. KAJIA PUSTAKA Jenis hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman, misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberikan contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk untuk penerapan pada kasus lain (Sudjana, 2005:24). Cuplikan pernyataan di atas menempatkan pemahaman sebagai hasil belajar yang memiliki 20

Rita unung Tri Kusyanti 1 tingkatan cukup tinggi. Menurut Yuliati (2005), pemahaman konsep Fisika dapat ditunjukkan dengan berbagai cara. Dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktiistik, pemahaman konsep dapat ditunjukkan dengan kemampuan siswa mengungkapkan pikirannya dalam bentuk bahasa. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan mengenai apa yang tidak dipahaminya menunjukkan pemahaman konsep yang lebih baik. Hal ini dapat berarti bahwa untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa perlu dilihat bagaimana siswa menjelaskan pada setiap jawaban pertanyaan. Van den Berg (1991) menyatakan bahwa kunci untuk perbaikan konsepsi adalah interaksi dengan siswa. Tanpa interaksi guru tidak akan mengetahui miskonsepsi siswa. Hal ini didukung oleh Sumantri dan Permana (2001:155-156) yang menyatakan bahwa proses belajar mengajar pada hakekatnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, penyampaian pesan tidak selamanya sukses, karena ada beberapa hambatan akibat keterbatasan dalam komunikasi tersebut. Karena belajar merupakan proses komunikasi, maka dalam pembelajaran isi dan cara yang digunakan dalam komunikasi ini harus jelas dan bermakna, sehingga dapat dihindari terjadinya miskomunikasi. Untuk meredam, memperkecil, mengatasi atau menghilangkan beragam keterbatasan tersebut, dapat digunakan alat perantara yang disebut media pengajaran. Menurut Suparno (2007), pembelajaran menggunakan media animasi dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan data, menganalisis data dan mengambil kesimpulan, dan dengan proses belajar seperti itu tampak jelas bahwa simulasi komputer merupakan pembelajaran yang konstruktiistik karena siswa berproses sendiri membangun pengetahuan mereka. Keuntungan pembelajaran menggunakan media pembelajaran animasi melalui simulasi komputer antara lain dapat dilakukan oleh siswa kapan pun dan dapat diulang-ulang bagian tertentu yang ingin dipelajari. Oleh karena itu siswa dapat mengulanginya sendiri sehingga mereka akan lebih cepat belajar dan menguasai bahan yang memungkinkan lebih cepat untuk mengerti konsep yang sedang dipelajarinya secara cepat. Contoh tampilan animasi fisika yang dianggap menyimpang dari fisika ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2 (Kristiyanto, 2008). Gambar 1. Animasi gerak roller coaster bergerak dengan kecepatan tetap ketika melewati lintasan lingkaran. Gambar 2. Animasi pengambaran komponen-komponen ektor gaya normal ke arah sumbu X dan sumbu Y kemudian dilanjutkan penggambaran ektor gaya normal yang tegak lurus dengan permukaan bidang miring. III. METODE PEELITIA Populasi responden untuk penelitian ini adalah siswa SMA di Kab. Sleman. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas X1 dan X2 dari salah satu SMA di Kab. Sleman yang dipilih secara acak. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2009. 21

1 PEMAHAMA KOSEP SISWA SETELAH MEGGUAKA MEDIA IV. HASIL DA PEMBAHASA ilai pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan topik Gaya Gesekan dan Gaya Sentripetal ditunjukkan pada tabel I. Tabel I. Daftar nilai pemahaman konsep. O. SAMPEL ILAI GAYA GESEKA ILAI GAYA SETRIPETAL PRETES POSTES PRETES POSTES 1 0.1 2.2 1 1.6 2 2.1 4 2.5 2 3 0.5-2.8 3 3 1.7 3 2 3 4 1.7 2.4 1 3.5 5 2.4 2.4 2.3 2.7 6 2 3.5 2.2 2.3 7 0.5 2.7 2.5 4.3 8 1.6 1.7 2.5 3.5 9 2.4 2.8 2.2 3.1 10 0.4 2.5 0 1 11 2.4 2.8 2 3.8 12 0.9 2 3 3 13 1 2.5 1.5 1 14 0.7 1.7 2.5 2.5 15 2 2.3 2.8 3 16 0.5-2 1.5 17 0.4 3.2 0 1 18 1.1 2.4 3 3 19 0.9 2.1 2.5 2.4 20 0.9 2.3 3.5 4.5 21 2.1 4 2 1.5 22 2.4 1.7 2.9 2.2 23 0.3 1.7 2.2 1.5 24 1.7 3.2 2.5 1 26 1.6 1.4 1.5 2.5 27 1.6 3.1 2.8 28 1.7 1.6 1 1.5 29 1.6 1.9 2.5 2.2 30 0.1 3.1 2 1.5 Tampak pada Tabel I bahwa pemahaman konsep dari beberapa siswa setelah mendapatkan pembelajaran menggunakan media animasi Fisika yang tidak sesuai Fisika mengalami penurunan. Pada pembelajaran topik Gaya Gesekan terdapat 3 siswa (10%) yang mengalami penurunan dan 1 siswa tetap dari 30 siswa. Penurunan terjadi lebih parah lagi pada pembelajaran topik Gaya Sentripetal, di mana dari 30 siswa terdapat 10 siswa (30%) yang mengalami penurunan dan 3 siswa mempunyai nilai tetap. Pada topik Gaya Gesekan, kesalahan yang mengakibatkan penurunan tersebut terjadi pada analisis konsep gaya gesekan pada bidang yang ertikal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Untuk kasus pada Gambar 3(a), sebelumnya siswa menganggap bahwa tidak ada gaya gesekan, tetapi setelah diadakan pembelajaran siswa berubah pendapat dan menganggap bahwa ada gaya gesekan. Untuk kasus pada Gambar 3(b), sebelumnya siswa menganggap bahwa ada gaya gesekan, tetapi setelah diadakan pembelajaran siswa berubah pendapat dan menganggap bahwa tidak ada gaya gesekan. 22

Rita unung Tri Kusyanti 1 f ges F (a) (b) Gambar 3. Gaya gesekan pada benda oleh bidang tegak (soal no. 3) untuk kasus (a) tidak ada gaya gesekan, (b) ada gaya gesekan. Pada soal no.1 dan 4 yang menguji konsep tentang adanya gaya gesekan pada benda yang diam maupun bergerak, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4, terdapat 12 siswa (40%) yang menganggap bahwa tidak ada gaya gesekan jika benda masih diam. Siswa menganggap bahwa gaya gesekan terjadi jika benda mengalami gerak relatif terhadap permukaan bidang (dalam hal ini lantai). F=10 F=10 f g statis f g kinetis (a) (b) Gambar 4. Gaya gesekan pada benda seberat 100 oleh bidang horisontal dengan µ s =0,6 dan µ k =0,3 (soal no. 1 dan 4), (a) timbul gaya gesekan statis 10 (bukan 60 ), (b) timbul gaya gesekan kinetis 30. Untuk menganalisis hal ini siswa mengabaikan konsep resultan gaya yang bekerja pada benda. Pada benda yang diam jika ditarik oleh gaya 10 ternyata benda tersebut tetap diam berarti harus ada gaya lain yang bekerja berlawanan arah dan besarnya sama dengan gaya tersebut. Gaya lain yang mungkin muncul hanyalah gaya gesekan, sehingga pada Gambar 4(a) harus timbul gaya gesekan sebesar 10 juga. Karena gaya gesekan tersebut muncul pada benda yang diam relatif terhadap bidang lantai, maka gaya gesekan tersebut adalah gaya gesekan statis. Walaupun ada 18 siswa (60%) menganggap ada gaya gesekan statis yang bekerja pada benda yang diam tersebut, namun mereka mengganggap bahwa besarnya gaya gesekan statis adalah 60. ampaknya siswa terbelenggu pada persamaan f (padahal persamaan ini g statis menunjukkan nilai maksimum besar gaya gesekan statis) dan mengabaikan konsep resultan gaya. Pada soal no. 2 yang menguji pemahaman konsep tentang titik kerja dan arah gaya gesekan pada masing-masing benda, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, terdapat 28 siswa (93.3%) tidak memahami dengan baik konsep titik kerja dan arah gaya gesekan. Siswa mengalami kebingungan di manakah gaya gesekan itu bekerja; hal ini nampak pada penggambaran ektor gaya gesekan yang dihasilkan. Beberapa siswa menggambar ektor gaya gesekan tepat pada garis batas pada ke dua benda, sehingga tidak jelas ektor mana yang bekerja pada benda yang di atas atas dan di bawah. (Catatan: gaya normal dan berat tidak ditampilkan bukan berarti gaya-gaya tersebut tidak ada). s fg BA f g BC A B f g AB F f g C C fg CB Gambar 5. Gaya gesekan pada masing-masing benda ketika benda B ditarik oleh gaya F. Pada topik Gaya Sentripetal, kesalahan yang mengakibatkan penurunan pada tabel 1 tersebut terjadi pada analisis kecepatan benda pada lintasan ertikal. Pada gerakan benda yang tidak dipaksa, siswa menganggap bahwa benda bergerak dengan besar kecepatan selalu tetap di setiap posisinya, dan siswa mengabaikan pengaruh gaya graitasi yang selalu mempengaruhi kecepatan benda di setiap titiknya. Temuan lain yang menyebabkan penurunan tersebut adalah siswa keliru menentukan gaya yang menyebabkan gerak melingkar pada benda yang bergerak tepat pada tikungan di jalan yang permukaannya dibuat miring. Selain 23

1 PEMAHAMA KOSEP SISWA SETELAH MEGGUAKA MEDIA itu, siswa juga keliru mengenai konsep komponen gaya dan penguraian gaya. Terdapat 25 siswa (83.3%) belum memahami konsep gaya sentripetal dengan baik. Siswa menganggap bahwa gaya sentripetal merupakan lintasan lingkaran itu sendiri, hal ini nampak pada jawaban siswa untuk soal no.1, 2, 3, 4, dan 5. Selain itu siswa menganggap bahwa gaya sentripetal adalah gaya yang muncul tersendiri selain gaya-gaya normal, tegangan tali, graitasi, gesekan, dan lain-lain. Siswa tidak memahami bahwa gaya sentripetal adalah julukan atau nama lain untuk gaya-gaya tersebut yang merupakan penyebab gerak melingkar. Pada soal no. 2 seperti ditunjukkan pada Gambar 6 yang menguji pemahaman konsep tentang munculnya gaya normal, terdapat beberapa siswa yang keliru memahami konsep munculnya gaya normal. Sebanyak 20 siswa (66,7%) memahami bahwa gaya normal dibentuk atau dihasilkan dari perpaduan cos dan sin, padahal gaya normal tidak tergantung pada cos dan sin. Gaya normal timbul karena ada dorongan dari permukaan bidang pada benda tersebut, atau dengan kata lain, gaya normal yang bekerja pada benda merupakan gaya dorong permukaan bidang pada benda. Munculnya cos dan sin hanyalah untuk keperluan analisis dengan cara menguraikan gaya normal menjadi cos dan sin. cos sin Gambar 6. Gaya normal pada benda merupakan dorongan bidang miring pada benda. Dapat disimpulkan bahwa media animasi yang digunakan dalam penelitian ini mengakibatkan siswa mengalami interpretasi yang salah terhadap konsep yang dipelajari. KESIMPULA DA SARA Media animasi fisika yang diharapkan dapat membantu peningkatan pemahaman konsep justru dapat menjerumuskan siswa jika isi animasi tidak sesuai dengan konsep fisika yang benar. Pengguna animasi sebagai media dalam pembelajaran perlu mencermati isi animasi sebelum digunakan agar tidak menjerumuskan siswa, bahkan mungkin dapat memanfaatkan animasi yang tidak benar tersebut untuk menanamkan konsep yang benar dengan menunjukkan kesalahan dari animasi tersebut. DAFTAR PUSTAKA Kristiyanto, W.H., 2008, Animasi Fisika yang Tidak Sesuai Fisika, Prosiding Seminar asional Fisika, Pendidikan, dan Aplikasinya 1, 13-19. Sudjana,., 2005, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Sumantri, M. dan Permana, K., 2001, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Maulana. Suparno, P., 2007, Metodologi Pembelajaran Fisika (Konstruktiistik dan Menyenangkan), Yogyakarta: Penerbit Uniersitas Sanata Dharma, hal. 108. Van den Berg, E., 1991, Miskonsepsi Fisika dan Remediasi, Salatiga: Penerbit Uniersitas Kristen Satya Wacana Yuliati, L., 2005, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktiis Berbantuan Alat Peraga pada Siswa Kelas II SMU 8 Malang, Jurnal Foton 9 (2), 49. 24