STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS

dokumen-dokumen yang mirip
PENDEKATAN PRINSIP ADULT LEARNING DALAM UPAYA MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN DIKLAT APARATUR

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BAGI BELAJAR ORANG DEWASA (PENDEKATAN ADRAGOGI)

Pembelajaran diartikan sebagai proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk

PEMAHAMAN PERILAKU DAN STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ORANG DEWASA Rosita E.K., M.Si

2015 PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

MODEL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)

Prinsip Belajar Orang Dewasa

STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (PENDEKATAN ANDRAGOGI)

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

Landasan Psikologis Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN. Pada bab V bagian ini mencakup uraian tentang: (1) simpulan, (2) implikasi, dan (3) saran. A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH/ PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

ABSTRAKSI. Dilihat dari hasil analisa data, bahwa dari silkus satu ke siklus berikutnya yaitu sikus dua menunjukan hasil yang terus menerus meningkat.

1) Adult learner akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan;

PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penciptaan pembelajaran berkualitas dan menyenangkan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

3. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam menerapkan sistem kerja para guru di

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

BAB I PENDAHULUAN. membangun sebuah peradaban suatu bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fauzi Yuberta, 2013

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan

LANDASAN ANDRAGOGIS PENDIDIKAN

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya


PERBEDAAN INDIVIDUAL Haryani, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

Desain dan Pengembangan Pelatihan

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Menggunakan Metode Problem Solving

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR METODE PEKERJAAN SOSIAL JAKARTA

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan orang dewasa adalah suatu proses interaksi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

Kompetensi Dasar. Menerapkan kemampuan dasar mengajar dalam mengelola pembelajaran. Kemampuan Dasar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

IMPLEMENTASI MEDIA COMPACT DISC (CD) INTERAKTIF DAN PERMAINAN SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GROBOGAN SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

48 Media Bina Ilmiah ISSN No

(PTK di kelas VIII Semester Genap MTs Negeri Karanganyar)

Cara Melaksanakan. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. lain: 1) guru masih dominan dalam pembelajaran, 2) guru masih

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang terus berkembang membawa konsekuensikonsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

Transkripsi:

STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS

Pengertian : Strategi Pembelajaran Orang Dewasa Andragogi adalah ilmu untuk membantu bagaimana agar orang dewasa mau belajar. Paedagogi adalah ilmu untuk membantu bagaimana orang (anak-anak) mau belajar. Ciri-ciri : Andragogi : 1. Bahwa orang dewasa sudah mempunyai konsep diri, yaitu kepribadian yang tidak bergantung kepada orang lain. 2. Bahwa orang dewasa sudah mempunyai pengalaman yang banyak dan pengalaman ini dapat menjadi sumber yang penting. 3. Bahwa orang dewasa sudah mempunyai kesiapan belajar yang diprioritaskan pada tugas-tugas perkembangan dan peran sosialnya. 4. Bahwa orang dewasa sudah mempunyai prospektif waktu dalam arti ingin secepatnya mengaplikasikan apa yang ia pelajari. Pedagogi : 1. Bahwa anak-anak belum mempunyai konsep diri untuk berkembang serta menggantungkan diri kepada orang lain. 2. Bahwa anak-anak belum mempunyai pengalaman untuk dijadikan sumber belajar. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANDRAGOGI DENGAN PEDAGOGI PERSAMAAN 1. Sama-sama ilmu pengetahuan tentang pendidikan 2. Sama-sama bertujuan membina pengetahuan, sikap dan keterampilan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. 3. Sama-sama berada pada sistem pendidikan nasional PERBEDAAN 1. Sasaran andragogi orang dewasa di masyarakat, sasaran pedagogi anak-anak di sekolah 2. Orang dewasa di masyarakat dianggap sebagai gelas yang sudah berisi (pengetahuan, pengalaman, status sosial dll), sedangkan anak-anak dianggap sebagai gelas yang masih kosong. 3. Pada andragogi diciptakan suasana hubungan sama status antara fasilitator dan peserta, sedangkan pada pedagogi terpolakan hubungan guru yang mengetahui segalanya dan berkuasa dengan murid yang tidak tahu apa-apa dan harus menerima.

4. Sama-sama berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 5. Banyak metode dan media yang jenisnya bersamaan. 4. Pada andragogi diciptakan proses saling membelajarkan diri, pada pedagogi tercipta proses belajar dari guru. 5. Pada andragogi peserta mutlak harus aktif berpartisipasi, pada pedagogi murid lebih banyak menerima. Ada apa dengan Warga Belajar sebagai orang dewasa (adult) Konsep Diri Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara. Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pelatihan. Peranan Pengalaman Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahitgetirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu

pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman). Hal in menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik kepelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan. Kesiapan Belajar Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya. Orientasi Belajar Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centred Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.

Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal in menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari. MEMBANTU ORANG DEWASA MEMBINA SIKAP POSITIF MELALUI BELAJAR Strategi merupakan salah satu cara untuk membantu menumbuhkan atau melibatkan warga belajar dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pengertian lain disebutkan bahwa strategi berkaitan dengan sikap untuk mempengaruhi tingkah laku setiap pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Sikap ini dapat mempengaruhi secara langsung dalam proses belajar terutama berkaitan dengan: Sikap kepada Instruktur/ Tutor Sikap terhadap bahan belajar dan situasi belajar Sikap yang berkaitan dengan diri mereka sendiri sebagai warga belajar Sikap yang berkaitan dengan harapan keberhasilan dalam aktifitas belajar. Seorang Instruktur/ Tutor harus menciptakan lingkungan belajar yang kondusif berkaitan dengan keempat hal tersebut. Keempat sikap tersebut perlu ditunjukkan dengan sikap positif yang dipadu dalam sistem pembelajaran. Orang dewasa merasa menjadi warga belajar namun mereka tidak mempunyai waktu untuk

mengerjakan tugas-tugas belajar dengan baik dan hal itu menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi motivasi belajar. Dalam proses pembelajaran seorang instruktur/ Tutor memberikan sebuah topik untuk direspon atau ditanggapi, dilanjutkan dengan memberikan pekerjaan rumah. Kebanyakan orang dewasa belajar dari pengalaman pengalaman mereka sendiri tanpa melalui pemikiran yang sungguh-sungguh, mereka memulai belajar dengan cara mendengar dan melihat apa yang disampaikan oleh instrukturnya. Untuk mendapatkan suatu keberhasilan dalam belajar kita harus menunggu dan melihatnya diluar situasi kerja mereka, kita tidak bisa memaksakan orang dewasa untuk merubah sikapnya. Seorang instruktur harus mengetahui apa yang harus dikerjakan guna mempengaruhi warga belajarnya. Untuk memotivasi belajarnya, instruktur harus menerapkan beberapa strategi yang didasarkan pada pengalaman belajar. MEMBUAT SIKAP POSITIF KEPADA INSTRUKTUR Seorang instruktur/ tutor yang menarik akan disukai oleh warga belajarnya. Bahkan mereka akan menerima, bersikap terbuka dan akan mengerjakan tugastugas yang diberikan oleh instruktur/ tutor tersebut. Karena itu, sikap-sikap yang baik harus dimiliki oleh seorang instruktur/ tutor untuk mempengaruhi tingkah laku warga belajar. Dan yang paling utama dalam pembelajaran orang dewasa yaitu jangan menyembunyikan rasa sungkan terhadap warga belajar agar mereka tidak menganggap bahwa instrukturnya sombong. Oleh karena itu disini diperlukan seorang instruktur/ tutor yang bijaksana secara nyata dalam menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan bagi warga belajar. STRATEGI o Berilah sesuatu yang bernilai bagi warga belajar orang dewasa o Kerjasama yang kongkrit memberikan perhatian untuk menolong orang dewasa belajar o Pengungkapan apa adanya, bahasa refleksi pandangan hidup dan sikap warga belajar orang dewasa o Informasi yang bersifat perintah, penugasan atau latihan dapat dikondisikan secara rasional

o Adanya tahap untuk perkenalan o Mengurangi atau memperkecil beberapa kondisi negatif yang berkaitan dengan orang dewasa o Memberikan jaminan keberhasilan belajar o Menciptakan pengalaman pertama dengan keadaan yang positif o Hadapi secara positif keyakinan yang keliru, harapan dan pikiran yang dapat menyebabkan sikap pada diri warga belajar o Mengelompokkan warga belajar yang tertarik untuk mempelajari pokok bahasan tertentu. PENGEMBANGAN KONSEP DIRI POSITIF PADA BELAJAR Warga belajar tidak boleh dibiarkan memiliki sikap negatif terhadap instrukturnya atau tidak menyukai mata pelajaran yang diterimanya. Karena apabila kondisinya seperti itu akan menjadi pengaruh negatif terhadap motivasi belajar.untuk menghindari hal itu maka hal utama yang harus dipahami adalah suatu konsep yang dinamakan Konsep Diri. Dalam pembelajaran orang dewasa terdapat kaitan yang sangat kuat antara hubungan konsep diri dengan prestasi belajar. Ketika mempelajari sesuatu yang negatif orang dewasa tidak akan mudah untuk mengubah konsep dirinya. Selanjutnya, diperlukan strategi khusus untuk dapat menerapkan konsep diri tersebut kepada orang dewasa sehingga proses belajar dapat tercapai. STRATEGI o Memberikan semangat kepada warga belajar o Memperkenalkan pengawasan pada diri sendiri dalam mempelajari sesuatu bahan belajar o Menolong warga belajar menandai keberhasilannya pada kecakapan dan usahanya o Apabila tugas pembelajaran sesuai dengan kemampuannya, tolong mereka untuk memahami usaha dan semangatnya untuk dapat menghilangkan kegagalan

MENETAPKAN HARAPAN UNTUK KEBERHASILAN Suatu hal yang memungkinkan bahwa pada awalnya warga belajar menyukai suatu mata pelajaran, senang kepada instrukturnya, mempunyai konsep keilmuan sendiri, dan merasakan belum memiliki keberhasilan. Hal tersebut harus dianalisa penyebabnya. Mungkin akibat dari penetapan bahan belajar yang tidak sesuai dengan minat utama sehingga tidak antusias. Apabila kondisinya seperti itu maka segala macam kegiatannya merupakan penghamburan waktu saja. Jika harapan untuk berhasilnya rendah, warga belajar menetapkan perasaannya sangat dipengaruhi oleh pikiran kurang baik. Maka perlu dibangun beberapa strategi untuk dapat memotivasi diri warga belajar dalam menetapkan harapan keberhasilan. STRATEGI o Merumuskan tujuan belajar sejelas mungkin o Membuat kriteria penilaian sejelas mungkin o Gunakan model yang sama untuk mendemonstrasikan setiap bahan belajar yang sama dan diharapkan o Memberitahukan jumlah waktu yang diperlukan dalam belajar dan latihan untuk keberhasilan belajar o Menggunakan metode pencapaian tujuan o Gunakan metode perjanjian (kontrak)