Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

Analisis Kesalahan Ortografi dalam Karangan Narasi Berbahasa Jawa Siswa Kelas XI di SMA N 6 Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

FRASE ENDOSENTRIK BAHASA JAWA DALAM NOVEL DURAKA KARYA ANY ASMARA SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni

Penulisan Huruf Kapital

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Tindak Tutur Direktif dalam Novel Ngulandara Karya Margana Djajaatmadja

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR

Campur Kode Bahasa Indonesia dalam Percakapan Berbahasa Jawa pada Grup Kawruh Jawa di Facebook

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel Purnama Kingkin Karya Sunaryata Soemardjo

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Jika dibandingkan dengan

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

PENGGUNAAN FRASA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII MTsN RENGEL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

ANALISIS FRASA ENDOSENTRIS DAN FRASA EKSOSENTRIS DALAM KUMPULAN PUISI MALU AKU JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIQ ISMAIL

Campur Kode dalam Percakapandi LingkunganHome IndustriDesa Bugel Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Jawa Tengah

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL

Tindak Tutur Ekspresif dalam Novel Emas Sumawur Ing Baluarti Karya Partini B

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA

STRUKTUR FRASA PENGISI FUNGSI PREDIKAT PADA KUMPULAN ROMANSA JAWA TEMBANGE WONG KANGEN SKRIPSI

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO

ASPEK KONJUNGSI DALAM CERITA BERSAMBUNG (CERBUNG) BASKARA MUNCAR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

NASKAH PUBLIKASI KELAS KATA DAN BENTUK KALIMAT DALAM KALIMAT MUTIARA BERBAHASA INDONESIA SERTA TATARAN PENGISINYA

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Kajian Deskriptif Struktural Wacana Grafiti Pada Truk Siti Junawaroh

SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM ROMAN KADURAKAN ING NGISOR DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA BUKU TEKS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Kajian Sosiologi dan Nilai Moralpada Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO NASKAH PUBLIKASI

Oleh:Nur Aini Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa dalam Cerbung Tresna Kagiles Ila-Ila karya Mbah Brintik pada Majalah Jayabaya Tahun 2011

Analisis Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Novel Kembang Saka Persi Karya Soebagijo I. N.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

Analisis Tindak Tutur Direktif dalam Novel Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS FRASE EKSOSENTRIK DAN ENDOSENTRIK RUBRIK BERITA PUAN DALAM SURAT KABAR TRIBUNNEWS EDISI 1-20 FEBRUARI 2016 E-JOURNAL

Nilai Moral dalam Novel Suminar Karya Tiwiek SA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG. Ni Ketut Ayu Ratmika

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

FRASA BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG

Nilai Budi Pekerti dalam Cerita Bersambung Napak Tilas pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2014

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

KARAKTERISTIK ALAT PERELATIF SING DAN KANG/INGKANG SERTA STRATEGI PERELATIFAN DALAM BAHASA JAWA

Transkripsi:

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) mendeskripsikan wujud frase nominal dan frase verbal bahasa Jawa pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA, dan (2) mendeskripsikan hubungan makna antar unsur-unsur pembentuk frase nominal dan frase verbal pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA. Sumber data dan data penelitian ini adalah seluruh kata yang mengandung frase nominal dan frase verbal bahasa Jawa pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA. Data dikumpulkan menggunakan teknik sadap dan teknik catat. Kemudian, data dianalisis menggunakan uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap hasil data penelitian dengan triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan metode agih. Adapun pemaparan hasil analisis menggunakan teknik penyajian informal. Hasil penelitian ini adalah ditemukannya (1) frase nominal koordinatif berjumlah 46 indikator, (2) frase nominal atributif berjumlah 221 indikator, (3) frase nominal apositif berjumlah 9 indikator, (4) frase verbal koordinatif berjumlah 27 indikator, (5) frase verbal atributif berjumlah 102 indikator. Kedua yaitu hubungan makna antar unsur-unsur pembentuk frase nominal dan frase verbal bahasa Jawa (1) hubungan penjumlahan berjumlah 63 indikator, (2) hubungan makna pemilihan berjumlah 10 indikator, (3) hubungan makna kesamaan berjumlah 9 indikator, (4) hubungan makna penerang berjumlah 61 indikator, (5) hubungan makna pembatas berjumlah 28 indikator, (6) hubungan makna penentu/penunjuk berjumlah 47 indikator, (7) hubungan makna jumlah berjumlah 19 indikator, (8) hubungan makna sebutan berjumlah 64, (9) hubungan makna ragam berjumlah 28 indikator, (10) hubungan makna negatif berjumlah 11 indikator, (11) hubungan makna aspek berjumlah 63 indikator, (12) hubungan makna tingkat berjumlah 2 indikator. Kata kunci: frase nominal, frase verbal, novel Pendahuluan Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan lengkap. Sebagai objek kajian dan penelitian kebahasaan, wacana dapat ditelusuri dari berbagai segi. Aspek-aspek yang terkandung di dalamnya menyuguhkan jenis kajian yang beragam. Dalam linguistik wacana berarti satuan bahasa terlengkap. Wacana dapat direalisasikan ke dalam bentuk karangan yang utuh. Wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada imajinasi yang mengandung unsur rekaan merupakan wacana yang bersifat fiksi. Salah satu contoh wacana bersifat fiksi adalah novel. Novel merupakan sebuah wacana yang populer dan digemari oleh pembaca. Banyak sastrawan Jawa yang menciptakan karangan sebuah novel berbahasa Jawa. Contoh novel karya Tiwiek SA Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 98

yang berjudul Pinatri Ing Teleng Ati. Novel ini merupakan contoh wacana yang bersifat fiksi dan berbahasa Jawa. Dalam satuan sintaksis sebuah novel memiliki unsur kalimat yang tersusun dari beberapa klausa, dan klausa tersebut tersusun dari gabungan frase yang terbentuk dari sebuah kata. Kata juga berfungsi sebagai pembentuk satuan makna sebuah frase. Frase adalah satuan linguistik yang secara potensional merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Tarigan, 1985: 66). Frase tidak dapat diperlakukan seperti kata layaknya kata majemuk, karena frase sudah menyangkut hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain. Frase juga dapat memasuki daerah klausa, tetapi perbedaannya dengan klausa bahwa frase lebih rendah tatarannya daripada klausa. Sebuah frase memiliki satu unsur yang disebut inti atau pusat, sedangkan unsur lain yang menjadi penjelas atau pembatas biasanya disebut sebagai atribut. Pertemuan antar unsur-unsur tersebut dapat menimbulkan hubungan makna. Pertemuan antar unsur-unsur dalam suatu frase dapat menimbulkan hubungan makna, meliputi penjumlahan, pemilihan, kesamaan, penerang, pembatas, penentu atau penunjuk, jumlah, sebutan, ragam, negatif, aspek, dan tingkat. Jika dilihat dari sudut initi atau unsur pusat tersebut frase dapat bersifat endosentrik dan eksosentrik. Frase eksosentrik memiliki jenis yang berupa frase preposisi, sedangkan frase endosentrik meliputi frase nominal, frase verbal, frase adjektival, frase numeralia, frase adverbial, dan frase pronominal. Dari bermacam-macam jenis frase tersebut penulis memilih jenis frase nominal dan frase verbal sebagai bahan kajiian dalam penelitian ini. Objek sasaran dalam penelitian ini adalah frase nominal dan frase verbal bahasa Jawa pada sebuah novel berbahasa Jawa yaitu novel yang berjudul Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA. Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nomina (Ramlan, 2005: 145). Frase nominal memiliki unsur pusat berupa kata benda dan unsur lain berupa atribut. Contoh dalam frase priyayi sugih bangsawan kaya. Kata priyayi bangsawan sebagai unsur pusat yang berupa kata benda, sedangkan kata sugih kaya" sebagai atribut. Kata benda mempunyai peranan yang paling penting Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 99

dalam sebuah kalimat. Kata benda menyatakan suatu nama, misalnya nama orang, binatang, tempat, benda,dan lain-lain. Pertemuan unsur kata benda dengan unsur kata lain dapat membentuk sebuah frase nominal. Dengan demikian frase nominal dalam satuan kalimat yang terdapat pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA akan banyak ditemui penggunaannya. Pertemuan dua unsur kata atau lebih akan menimbulkan hubungan makna antar unsur pembentuk frase nominal. Selain frase nominal penulis juga tertarik dengan penggunaan frase verbal dalam novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA. Frase verbal adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal (Ramlan, 2005: 154). Inti dalam frase verbal berupa kata kerja. Dalam frase verbal inti juga tidak hanya terdapat pada sebelah kiri, tetapi juga dapat di sebelah kanan. Contoh: kudu ngguyu harus tertawa. Kata ngguyu tertawa sebagai unsur pusat yang berupa kata kerja, sedangkan kudu harus sebagai atribut. Frase verbal memiliki unsur pusat berupa kata kerja. kata kerja menyatakan suatu perbuatan, kejadian, peristiwa, dan lain-lain. Pertemuan unsur kata kerja dalam sebuah kalimat dengan unsur kata lain juga akan membentuk sebuah frase verbal, dan dalam pertemuan unsur-unsur tersebut akan menimbulkan hubungan makna Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA. Selanjutnya, data penelitian ini adalah kutipan-kutipan yang termasuk dalam frase nominal dan frase verbal serta hubungan makna antar unsur-unsurnya pada novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA. Data dikumpulkan menggunakan teknik sadap dan teknik catat. Kemudian, instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai alat utama dan pengetahuan peneliti mengenai kebahasaan, selain itu peneliti dibantu dengan alat buku-buku teori, novel Pinatri Ing teleng Ati karya Tiwiek SA, dan kartu pencatat data. Teknik keabsahan data penelitian ini menggunakan uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian dengan triangulasi sumber. Selanjutnya, teknik analisis data menggunakan metode agih. Adapun pemaparan hasil analisis menggunakan teknik penyajian informal. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 100

Hasil Penelitian Hasil penelitian ini adalah ditemukan wujud frase nominal meliputi frase nominal koordinatif, frase nominal atributif, dan frase nominal apositif. Kemudian wujud frase verbal meliputi frase verbal koordinatif dan frase verbal atributif. Selanjutnya hubungan makna antar unsur pembentuk frase nominal dan frase verbal pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA meliputi penjumlahan, pemilihan, kesamaan, penerang, pembatas, penentu/penunjuk, jumlah, sebutan, ragam, negatif, aspek, dan tingkat. 1. Wujud frase nominal dan frase verbal pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA a. Frase nominal adalah frase yang mempunyai unsur pusat berupa kata benda. Wujud frase nominal meliputi frase nominal koordinatif, frase nominal atributif, dan frase nominal apositif. Berikut adalah contoh wujud frase nominal. 1) Frase nominal koorninatif yang ditemukan pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA berjumlah 46 indikator. Frase nominal koordinatif adalah frase yang mempunyai unsur-unsur yang setara dan kesetaraannya ditandai oleh kemungkinan diletakkannya kata penghubung dan lan atau atau utawa. Berikut adalah contoh wujud frase nominal koordinatif. Lumrahe ya Bapak lan Ibu. (PITA/hal: 2/1a) Patutnya ya Bapak dan Ibu. Pada data di atas kutipan yang mengandung frase nominal koordinatif adalah Bapak lan Ibu Bapak dan Ibu. Hal itu dibuktikan dengan kedudukan kata Bapak Bapak sebagai unsur pusat (UP) dan kata Ibu Ibu juga setara dengan kata Bapak Bapak yaitu sebagai unsur pusat (UP). Kesetaraannya ditandai oleh kata penghubung lan dan sebagai atribut. Kedua unsur pusat (UP) yang setara merupakan kata golongan nomina (N). Berdasarkan analisis tersebut frase Bapak lan Ibu Bapak lan Ibu termasuk frase nominal koordinatif. 2) Frase nominal atributif yang ditemukan pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA berjumlah 221 indikator. Frase nominal atributif adalah frase yang memiliki unsur pusat (UP) sebagai kata nomina (N) atau kata Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 101

benda dan diikuti unsur lainnya sebagai atribut (Atr). Berikut ini pembahasan dari frase nominal atributif yang ditemukan pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA. Berikut adalah contoh frase nominal atributif. Lha ya priyayi sugih tur nduweni kalungguhan dhuwur,.. (PITA/hal: 1/1d) Lha ya bangsawan kaya dan juga memiliki jabatan tinggi Pada data di atas priyayi sugih bangsawan kaya merupakan frase nominal atributif. Hal itu dibuktikan dengan kata priyayi bangsawan merupakan kata golongan nomina (N) atau kata benda sebagai unsur pusat (UP) dan diikuti oleh kata sugih kaya sebagai atributnya (Atr). Berdasarkan analisis tersebut frase priyayi sugih bangsawan kaya termasuk frase nominal atributif. 3) Frase nominal apositif yang ditemukan pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA berjumlah 9 indikator. Frase nominal apositif adalah frase yang memiliki unsur pusat (UP) sebagai kata nomina (N) atau kata benda dengan unsur lainnya sebagai apositif (Ap) yang menyatakan kesamaan dari unsur pusat (UP). Frase nominal apositif ditandai dengan kemungkinan diletakkannya kata penghubung adalah yaiku di antara unsur-unsurnya. Berikut ini pembahasan dari frase nominal atributif yang ditemukan pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA. Berikut adalah contoh frase nominal apositif. Pak Tuwa bakul rokok ngguyu. (PITA/hal: 16/ 1c) Pak Tuwa pedagang rokok tertawa. Pada data di atas terdapat frase Pak Tuwa bakul rokok Pak Tua penjual rokok merupakan frase nominal apositif. Hal itu dibuktikan dengan unsur apositif (Ap) bakul rokok penjual rokok dan unsur Pak Tuwa Pak Tua sebagai unsur pusat (UP). Jika di antara unsur-unsurnya diletakkan kata penghubung adalah yaiku menjadi Pak Tuwa yaiku bakul rokok Pak Tua adalah penjual rokok. Maka unsur bakul rokok penjual rokok dapat menggantikan unsur Pak Tuwa Pak Tua Berdasarkan analisis tersebut frase Pak Tuwa baku rokok Pak tua penjual rokok termasuk frase nominal apositif Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 102

b. Frase verbal adalah frase yang mempunyai unsur pusat berupa kata kerja. Wujud frase verbal meliputi frase verbal koordintif dan frase verbal atributif. Berikut adalah contoh wujud frase verbal. 1) Frase verbal koordinatif yang ditemukan pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA berjumlah 27 indikator. Frase verbal koordinatif adalah frase yang mempunyai unsur-unsur yang setara dan kesetaraannya ditandai oleh kemungkinan diletakkannya kata penghubung dan lan atau atau utawa. Unsur yang setara tersebut merupakan unsur pusat (UP) yang termasuk kata golongan verba (V) atau kata kerja. Berikut adalah frase verbal koordinatif. Arep buruh tandur utawa derep, ora ana sawah amba. (PITA/hal: 1/1b) mau pekerja menanam atau menuai padi, tidak ada sawah luas. Pada data di atas kutipan yang mengandung frase verbal koordinatif adalah tandur utawa derep menanam atau menuai padi. Hal itu dibuktikan dengan kedudukan kata derep menuai padi sebagai unsur pusat (UP) dan kata tandur menanam juga setara dengan kata derep menuai padi yaitu sebagai unsur pusat (UP). Kesetaraannya ditandai oleh kata penghubung utawa atau sebagai atribut. Kedua unsur pusat (UP) yang setara merupakan kata golongan verba (V). Berdasarkan analisis tersebut frase tandur utawa derep menanam atau menuai padi termasuk frase verbal koordinatif. 2) Frase verbal atributif yang ditemukan pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA berjumlah 102 indikator. Frase verbal atributif adalah frase yang memiliki unsur pusat (UP) sebagai kata verba (V) atau kata kerja dan diikuti atau didahului unsur lainnya sebagai atribut (Atr). Berikut ini pembahasan dari frase verbal atributif yang ditemukan pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek. Berikut adalah contoh frase verbal atributif. tekan kutha Surabaya kene iki mung arep golek buruhan. (PITA/hal: 1/1k) sampai kota Surabaya di sini hanya akan mencari pekerjaan. Pada data di atas arep golek akan mencari merupakan frase verbal atributif. Hal itu dibuktikan dengan kata golek mencari merupakan kata Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 103

golongan verba (V) atau kata kerja sebagai unsur pusat (UP) dan didahului dengan kata arep akan sebagai atributnya (Atr). Berdasarkan analisis tersebut frase arep golek akan mencari termasuk frase verbal atributif. 2. Hubungan makna antar unsur pembentuk frase nominal dan frase verbal pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA. a. Penjumlahan Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 63 indikator hubungan makna penjumlahan. Hubungan makna penjumlahan ditimbulkan oleh pertemuan antar unsur pembentuk frase nominal dan frase verbal bahasa Jawa ditandai dengan kata penghubung lan dan atau kemungkinan diletakannya kata penghubung lan dan. Berikut ini dalah contoh hubungan makna penjumlahan. Lumrahe ya Bapak lan Ibu. (PITA/hal: 2/1a) Patutnya ya Bapak dan Ibu. Pada data di atas terdapat frase nominal Bapak lan Ibu Bapak dan Ibu memiliki dua unsur bersifat nomina (N) Bapak Bapak dan Ibu Ibu. Pertemuan antara unsur Bapak Bapak dengan unsur Ibu Ibu dengan ditandai oleh kata penghubung lan dan menimbulkan hubungan makna penjumlahan. b. Pemilihan Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 10 indikator hubungan makna pemilihan. Hubungan makna pemilihan yang ditimbulkan oleh pertemuan antar unsur pembentuk frase nominal dan frase verbal bahasa Jawa ditandai dengan kata penghubung utawa atau di antara unsurnya. Berikut adalah contoh hubungan makna pemilihan. Arep buruh tandur utawa derep, ora ana sawah amba. (PITA/hal: 1/1b) Mau pekerja menanam atau menuai padi, tidak ada sawah luas. Pada data di atas terdapat frase verbal tandur utawa derep menanam atau menuai padi yang terdiri dari dua unsur tandur menanam dan derep menuai padi yang termasuk golongan verba (V) atau kata kerja. Pertemuan antara unsur tandur menanam dengan unsur derep menuai Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 104

padi dan ditandai oleh kata penghubung utawa atau menimbulkan hubungan makna pemilihan. c. Kesamaan Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 9 indikator hubungan makna kesamaan. Hubungan makna kesamaan yang ditimbulkan oleh pertemuan antar unsur pembentuk frase nominal bahasa Jawa secara semantik terdiri dari unsure-unsur yang sama. Kesamaannya secara jelas ditandai dengan kemungkinan diletakkannya kata yaiku adalah di antara unsurnya. Berikut adalah contoh hubungan makna kesamaan. Pak Tuwa bakul rokok ngguyu. (PITA/hal: 16/1c) Pak Tua pedagang rokok tertawa. Pada data di atas frase nominal Pak Tuwa bakul rokok Pak Tua penjual rokok. Secara semantik unsur bakul rokok penjual rokok sama dengan unsur Pak Tuwa Pak Tua. Kesamaannya secara jelas ditandai oleh kemungkinan diletakkannya kata yaiku adalah di antara unsurnya, menjadi Pak Tuwa yaiku bakul rokok Pak Tua adalah penjual rokok. d. Penerang Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 61 indikator hubungan makna penerang. Hubungan makna penerang yang ditimbulkan oleh pertemuan antar unsur pembentuk frase nominal bahasa Jawa ditandai dengan kemungkinan diletakannya kata sing di antara unsur-unsurnya. Berikut adalah ontoh hubungan makna penerang. Lha ya priyayi sugih tur nduweni kalungguhan dhuwur,.. (PITA/hal: 1/1d) Lha ya bangsawan kaya dan juga memiliki jabatan tinggi Pada data di atas frase nominal priyayi sugih bangsawan kaya kata sugih kaya yang berfungsi sebagai atribut (Atr) menerangkan priyayi bangsawan sebagai unsur pusat (UP). Jika di antara unsur tersebut diletakkan kata sing yang menjadi priyayi sing sugih bangsawan yang kaya akan menimbulkan hubungan makna penerang. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 105

e. Pembatas Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 28 indikator hubungan makna pembatas. Hubungan makna pembatas yang ditimbulkan oleh pertemuan antar unsur pembentuk frase nominal bahasa Jawa ditandai dengan kata yang menyatakan pemilik (kepunyaan), tujuan (untuk), asal (dari), bahan (yang terbuat dari), yang ditandai oleh tidak mungkinnya diletakan kata penghubung sing, lan, utawa, dan yaiku. Berikut adalah contoh hubungan makna pembatas. Ing desa asale sing manggon neng ereng-ereng pagunungan, (PITA/hal: 1/1e) Di desa asalnya yang bertempat di lereng-lereng pegunungan, Pada data di atas dalam frase ereng-ereng pagunungan lereng-lereng pegunungan unsur pagunungan pegunungan yang berfungsi sebagai atribut (Atr) menyatakan makna asal yaitu ereng-ereng lereng-lereng (dari) pagunungan pegunungan. Pertemuan antar unsur atribut (Atr) pagunungan pegunungan dengan unsur ereng-ereng lereng-lereng sebagai unsur pusat (UP) menimbulkan hubungan makna pembatas. f. Penentu/penunjuk Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 47 indikator hubungan makna penentu/penunjuk. Hubungan makna penentu/penunjuk yang ditimbulkan pertemuan antar unsur pembentuk oleh frase nominal bahasa Jawa ditandai dengan unsur iku itu, iki ini, kuwi itu. Dan kae itu. Berikut adalah contoh hubungan makna penentu/penunjuk. Nanging rencek iku cacahe winates. (PITA/hal: 1/1f) tetapi ranting itu jumlahnya terbatas. Pada data di atas frase nominal rencek iku rencek itu unsur iku itu merupakan atribut (Atr) merupakan penanda hubungan makna penentu/penunjuk dari unsur pusat (UP) rencek ranting. g. Jumlah Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 19 indikator hubungan makna jumlah. Hubungan makna jumlah ditimbulkan oleh pertemuan antar unsur pembentuk frase nominal bahasa Jawa ditandai Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 106

dengan unsur atribut (Atr) yang menyatakan jumlah bagi unsur pusat (UP). Berikut adalah contoh hubungan makna jumlah. Sawise paring panarima lan ninggali ewon salembar marang Wiji tumuli lumebu ing titihane. (PITA/hal: 14/1g) Setelah dapat penjelasan dan memberi ribuan satu lembar kepada Wiji kembali masuk kendaraan. Pada data di atas frase nominal ewon salembar ribuan satu lembar unsur salembar satu lembar merupakan atribut (Atr) yang menyatakan jumlah. Jadi, berdasarkan analisis tersebut unsur atribut (Atr) salembar satu lembar menyatakan hubungan makna jumlah bagi unsur ewon ribuan sebagai unsur pusat (UP). h. Sebutan Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 64 indikator hubungan makna sebutan. Hubungan makna sebutan yang ditimbulkan oleh pertemuan antar unsur pembentuk ditandai dengan adanya nama panggilan, gelar kesarjanaan, gelar kepangkatan, atau gelar keagamaanan. Berikut adalah contoh hubungan makna sebutan. Bu Handono piyambak pancen durung pati titen, (PITA/hal: 4/1h) Bu Handono sendiri memang belum terlalu memahami, Pada data di atas frase nominal Bu Handono Bu Handono memiliki unsur atribut (Atr) Bu Bu yang menyatakan sebutan yaitu nama panggilan. Jadi pertemuan antar unsur atribut (Atr) Bu Bu dengan unsur pusat (UP) Handono Handono menimbulkan hubungan makna sebutan. i. Ragam Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 28 indikator hubungan makna ragam. Hubungan makna ragam yang ditimbulkan oleh pertemuan antar unsur pembentuk frase verbal bahasa Jawa ditandai dengan kata yang menyatakan kemungkinan, kemampuan, kepastian, keinginan, kesediaan, keharusan, dan keizinan. Berikut dlah contoh hubungan makna ragam. Minten kudu ngguyu nalika ngundang nganggo ndara mengkono iku. (PITA/hal: 2/1i) Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 107

Minten harus tertawa ketika memanggil dengan ndara seperti itu. Pada data di atas frase verbal kudu ngguyu harus tertawa unsur (Atr) kudu harus sebagai atribut menyatakan keharusan. Berdasarkan analisis tersebut, pertemuan antar unsur pembentuk frase verbal kudu harus sebagai atribut (Atr) dengan ngguyu tertawa sebagai unsur pusat (UP) menimbulkan hubungan makna ragam yaitu keharusan. j. Negatif Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 11 indikator hubungan makna negatif. Hubungan makna negatif pertemuan antar unsur pembentuk frase nominal dan frase verbal bahasa Jawa ditandai dengan kata durung, dudu, dan ora yang menyatakan sangkalan terhadap perbuatan atau keadaan lain. Berikut adalah contoh hubungan makna negatif. Kok mboten nyare teng griyane Pakdhe Darmin mawon? (PITA/hal: 25/1j) Kok tidak tidur di rumahnya Pakdhe Darmin saja? Pada data di atas frase verbal mboten nyare tidak tidur unsur mboten tidak sebagai unsur atribut (Atr) merupakan penanda hubungan makna negatif. Jadi, berdasarkan analisis tersebut pertemuan unsur atribut (Atr) mboten tidak dengan unsur pusat (UP) nyare tidur menimbulkan hubungan makna negatif yang menyatakan sangkalan suatu perbuatan. k. Aspek Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 63 indikator hubungan makna aspek. Hubungan makna aspek ditimbulkan oleh pertemuan antar unsur pembentuk frase verbal bahasa Jawa ditandai dengan kata yang menyatakan perbuatan itu akan berlangsung, perbuatan sedang berlangsung, perbuatan mulai dilakukan, perbuatan sudah dilakukan, dan untuk menyatakan frekuensi keseringan. Berikut adalh contoh hubungan makna aspek. tekan kutha Surabaya kene iki mung arep golek buruhan. (PITA/hal: 1/1k) sampai kota Surabaya di sini hanya akan mencari pekerjaan. Pada data di atas frase verbal arep golek buruhan akan mencari pekerjaan mengandung hubungan makna aspek yang menyatakan Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 108

perbuatan itu akan berlangsung. Hal tersebut dibuktikan oleh unsur atribut (Atr) arep akan. Berdasarkan analisis tersebut, pertemuan unsur atribut arep akan dengan unsur pusat golek buruhan mencari pekerjaan menimbulkan hubungan makna aspek perbuatan itu akan berlangsung. l. Tingkat Simpulan Pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA ditemukan 2 indikator hubungan makna tingkat. Hubungan makna tingkat pertemuan antar unsur pembentuk frase nominal dan frase verbal bahasa Jawa tingkat ditandai dengan kata yang menyatakan tingkat keadaan/keinginan perbuatan dan pertemuan antar nominal sebagai inti dengan numeralia sebagai atribut. Berikut ini pembahasan hubungan makna tingkat. Pak, panjenengan rak kepengin banget ngudang putra ta? (PITA/hal: 105/1l) Pak, anda kan ingin sekali menimang anak kan? Pada data di atas terdapat frase verbal kepengin banget ngudang ingin sekali menimang yang mengandung hubungan makna tingkat. Hal tersebut dibuktikan oleh unsur atribut (Atr) kepengin banget ingin sekali yang menyatakan tingkat keinginan terhadap unsur pusat (UP) ngudang menimang sebagai kata golongan (V). Jadi, pertemuan antar unsur kepengin banget ingin sekali dengan unsur ngudang menimang menimbulkan hubungan makna tingkat. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian serta pembahasan tentang frase nominal dan frase verbal bahasa Jawa pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA, penulis menyimpulkan wujud frase nominal yang ditemukan meliputi frase nominal koordinatif, frase nominal atributif, frase nominal apositif, dan frase verbal yang ditemukan meliputi frase verbal koordinatif, dan frase verbal atributif. Selanjutnya hubungan makna antar unsur pembentuk frase nominal dan frase verbal yang ditemukan pada novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA meliputi hubungan makna penjumlahan, hubungan makna pemilihan, hubungan makna kesamaan, hubungan makna penerang, hubungan makna pembatas, hubungan makna Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 109

penentu/penunjuk, hubungan makna jumlah, hubungan makna sebutan, hubungan makna ragam, hubungan makna negatif, hubungan makna aspek, dan hubungan makna tingkat. Daftar Pustaka Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V Karyono. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 110