NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 103,21

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 101,64

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2013 SEBESAR 117,68

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara per Subsektor Maret-April 2012 (2007=100)

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2013

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017

Tabel1 Nilai Tukar Petani PerSubsektor dan Perubahannya November 2014 Desember 2014 (2012=100)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NTP Provinsi Aceh, September 2017 sebesar 94,18. Inflasi Pedesaan, September 2017 sebesar 0,46 persen.

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN BERAS

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Transkripsi:

No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Januari 2016, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 103,94 atau mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 103,34.NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 102,27, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 100,08, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 119,28, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 99,55, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 105,44. Naiknya indeksntp gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada semua subsektor kecuali subsektor perikanan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Januari 2016 secara umum mencapai 126,22 atau mengalami inflasi sebesar 0,52 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 125,57. KenaikanIHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,16 persen, diikuti kelompok bahan makanan naik sebesar 1,09 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,94 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,40 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,29 persen, dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,03 persen. Sebaliknya kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan indeks sebesar 1,25 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Januari 2016 terdapat 12 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 21 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Maluku sebesar 0,92 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,22 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 1

kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Januari 2016, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,58 persen dibanding NTP Desember 2015, yaitu dari 103,34 menjadi 103,94. Kenaikan NTP bulan Januari 2016 ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga produk pertanian yang diterima petani lebih besar dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Kenaikan indeks NTP yang tercatat pada bulan Januari 2016 terjadi pada semua subsektor kecuali subsektor perikanan. Subsektor peternakan mengalami kenaikan indeks terbesar yaitu 0,83 persen, disusul subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,76 persen, subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,53 persen dan subsektor hortikultura naik sebesar 0,27 persen. Sebaliknya subsektor perikanan mengalami penurunan indeks NTP pada bulan ini sebesar 0,19 persen. 2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Januari 2016, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 1,01 persen dibandingkan dengan It Desember 2015, yaitu dari 125,28 menjadi 126,54. Subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 1,34 persen. Kenaikan terbesar selanjutnya adalah subsektor peternakan mencapai 1,15 persen, diikuti subsektor tanaman pangan naik sebesar 1,01 persen, subsektor hortikultura naik 0,67 persen dan terakhir subsektor perikanan naik sebesar 0,15 persen. 3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Januari 2016 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan Ib sebesar 0,43 persen bila dibandingkan Desember 2015, yaitu dari 121,23 menjadi 121,75. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 0,58 persen, diikuti subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,48 persen, subsektor hortikultura naik sebesar 0,40 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,35 persen dan terakhir subsektor peternakan naik sebesar 0,32 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti daging ayam ras, telur ayam ras, bawang putih, kentang dan cabai rawit pada bulan ini. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Januari 2016 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,53 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,01 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,48 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok palawija sebesar 3,87 persen meskipun subkelompok padi turun 1,44 persen. Komoditas yang menyebabkan kenaikan It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga beberapa komoditi diantaranya jagung, ketela pohon, dan kacang tanah. Pada Ib naiknyaindeks disebabkan oleh 2 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016

naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,50 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,33 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani (It) 126.93 128.20 1.01 - Padi 122.08 120.32-1.44 - Palawija 133.13 138.28 3.87 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 124.77 125.36 0.48 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.44 127.07 0.50 - Indeks BPPBM 114.74 115.12 0.33 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 101.73 102.27 0.53 d. Nilai Tukar Usaha Petanian 110.62 111.36 0.67 b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Januari 2016, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan indeks sebesar 0,27 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,67 persen, lebih besar dibanding dengan kenaikan indeks yang dibayar petani yaitu sebesar 0,40 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, pisang, dan cabai rawit. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,46 persen,dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,15 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani (It) 122.57 123.40 0.67 - Sayur-sayuran 120.79 123.50 2.25 - Buah-buahan 125.57 125.47-0.08 - Tanaman Obat 113.07 111.01-1.81 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 122.81 123.31 0.40 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125.61 126.18 0.46 - Indeks BPPBM 111.30 111.48 0.15 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 99.81 100.08 0.27 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 110.13 110.70 0.52 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 3

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Januari 2016 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,76 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,34 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,58 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 141,47 menjadi 143,36. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kelapa, tebu, dan kakao. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,69 persen dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,36 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani (It) 141.47 143.36 1.34 - Tanaman Perkebunan Rakyat 141.47 143.36 1.34 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 119.50 120.19 0.58 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125.11 125.97 0.69 - Indeks BPPBM 109.81 110.21 0.36 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 118.38 119.28 0.76 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 128.83 130.09 0.98 d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Desember Januari 2016 Perubahan a. Indeks Diterima Petani (IT) 116.49 117.84 1.15 - Ternak Besar 114.87 116.25 1.20 - Ternak Kecil 115.93 117.04 0.96 - Unggas 127.10 128.28 0.93 - Hasil Ternak 116.29 117.79 1.29 b. Indeks Dibayar Petani (IB) 117.99 118.36 0.32 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125.00 125.59 0.47 - Indeks BPPBM 111.09 111.25 0.15 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 98.73 99.55 0.83 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 104.87 105.92 1.00 4 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016

Pada Januari 2016 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 0,83 persen. Naiknya NTPT terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,15 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,32 persen. Kenaikan harga beberapa komoditas seperti sapi potong, daging ayam ras dan telur ayam ras adalah penyebab naiknya It pada subskctor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya indeks IKRT sebesar 0,47 persen, dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,15 persen. e. Subsektor Perikanan(NTN) Pada Januari 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 0,19 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,15 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,35 persen. Kenaikan It di subsektor ini disebabkan oleh naiknya It subkelompok ikan tangkap sebesar 0,75 persen dan subkelompok ikan budidaya sebesar 0,12 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,71 persen meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,14 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani 123.44 123.63 0.15 - Penangkapan 128.26 129.22 0.75 - Budidaya 123.17 123.32 0.12 b. Indeks Dibayar Petani 116.85 117.26 0.35 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125.33 126.21 0.71 - Indeks BPPBM 107.01 106.86-0.14 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 105.64 105.44-0.19 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.36 115.70 0.30 Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Januari 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,74 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,75 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) yang sebesar 0,01 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti tongkol, bawal, tenggiri, dan manyung pada bulan ini. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,70 persen, meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,88 persen. Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 5

Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Desember-Januari 2016(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani 128.26 129.22 0.75 - Penangkapan Perairan Umum 100.00 100.00 0.00 - Penangkapan Perairan Laut 128.29 129.25 0.75 b. Indeks Dibayar Petani 120.62 120.63 0.01 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125.17 126.05 0.70 - Indeks BPPBM 115.29 114.28-0.88 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 106.33 107.12 0.74 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 111.25 113.07 1.64 Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,25 persen pada Januari 2016. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,12 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,37 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti lele, udang, dan gurame. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,71 persen meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,10 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani 123.17 123.32 0.12 - Budidaya Air Tawar 123.17 123.32 0.12 b. Indeks Dibayar Petani 116.64 117.07 0.37 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125.34 126.22 0.71 - Indeks BPPBM 106.55 106.45-0.10 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 105.60 105.34-0.25 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.60 115.85 0.22 5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Januari 2016 mencapai 103,90 atau naik sebesar 0,60 persen dibanding bulan Desember 2015. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 1,03 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,43 persen. 6 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016

Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Perubahan Indeks Harga yang Diterima Petani 125.34 126.63 1.03 Indeks Harga yang Dibayar Petani 121.36 121.88 0.43 Konsumsi Rumah Tangga 125.58 126.22 0.51 BPPBM 111.96 112.23 0.24 Nilai Tukar Petani 103.28 103.90 0.60 Nilai Tukar Usaha Pertanian 111.95 112.84 0.79 6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Januari 2016 secara umum mencapai 126,22 atau mengalami inflasi sebesar 0,52 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 125,57. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,16 persen, diikuti kelompok bahan makanan naik sebesar 1,09 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,94 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,40 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,29 persen, dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,03 persen. Sebaliknya kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan indeks sebesar 1,25 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Kelompok Perubahan Konsumsi Rumah Tangga 125.57 126.22 0.52 - Bahan Makanan 139.03 140.54 1.09 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 122.18 123.59 1.16 - Perumahan 118.34 118.68 0.29 - Sandang 121.64 122.13 0.40 - Kesehatan 113.14 114.20 0.94 - Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga 109.99 110.02 0.03 - Transportasi dan Komunikasi 119.98 118.48-1.25 7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Januari 2016 ada sebanyak 12 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Maluku yaitu sebesar 0,92 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,01 persen terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan. Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 7

Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Maluku terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama cengkeh dan pala biji. Sebanyak 21 provinsi pada bulan Januari 2016 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,22 persen, sedangkan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,08 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara banyak disebabkan oleh turunnya cabai merah, cabai rawit, jeruk dan karet petsai/sawi pada subsektor hortikultura. Tabel 10 NTP Provinsi dan Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Provinsi Perubahan Nasional 102.83 102.55-0.27 NAD 98.13 98.06-0.08 Sumatera Utara 100.62 99.39-1.22 Sumatera Barat 97.75 97.50-0.26 Riau 95.03 95.65 0.66 Jambi 95.72 96.21 0.50 Sumatera Selatan 96.03 95.37-0.69 Bengkulu 92.96 92.09-0.94 Lampung 103.84 103.68-0.15 Bangka Belitung 102.92 102.01-0.88 Kepulauan Riau 98.78 98.68-0.11 DKI Jakarta 98.77 99.30 0.54 Jawa Barat 107.24 107.54 0.27 Jawa Tengah 102.03 101.52-0.50 D.I. Yogyakarta 103.34 103.94 0.58 Jawa Timur 106.13 105.90-0.22 Banten 107.45 106.61-0.78 Bali 105.13 104.96-0.16 Nusa Tenggara Barat 106.22 105.53-0.65 Nusa Tenggara Timur 102.69 101.69-0.97 Kalimantan Barat 96.03 95.43-0.63 Kalimantan Tengah 97.74 96.94-0.82 Kalimantan Selatan 99.03 99.04 0.01 Kalimantan Timur 97.31 97.46 0.16 Sulawesi Utara 96.85 97.69 0.86 Selawesi Tengah 99.82 99.09-0.73 Sulawesi Selatan 106.39 106.24-0.15 Sulawesi Tenggara 101.01 100.08-0.92 Gorontalo 104.41 104.65 0.23 Sulawesi Barat 105.71 106.05 0.32 Maluku 102.61 103.55 0.92 Maluku Utara 103.46 104.14 0.65 Papua Barat 100.35 99.14-1.20 Papua 96.08 95.89-0.20 8 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016

Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Provinsi Perubahan Nasional 102.82 102.53-0.29 NAD 98.16 98.09-0.06 Sumatera Utara 100.71 99.43-1.26 Sumatera Barat 97.40 97.10-0.31 Riau 94.43 95.05 0.66 Jambi 95.60 96.07 0.49 Sumatera Selatan 95.91 95.21-0.73 Bengkulu 92.86 91.97-0.97 Lampung 103.98 103.82-0.15 Bangka Belitung 103.04 101.87-1.13 Kepulauan Riau 95.84 94.89-0.99 Jawa Barat 107.71 108.02 0.29 Jawa Tengah 102.02 101.48-0.53 D.I. Yogyakarta 103.28 103.90 0.60 Jawa Timur 106.14 105.91-0.22 Banten 107.46 106.61-0.80 Bali 105.17 105.01-0.16 Nusa Tenggara Barat 106.40 105.70-0.65 Nusa Tenggara Timur 102.69 101.67-0.99 Kalimantan Barat 95.81 95.15-0.69 Kalimantan Tengah 97.26 96.27-1.02 Kalimantan Selatan 98.08 98.06-0.01 Kalimantan Timur 97.30 97.25-0.05 Sulawesi Utara 96.37 97.38 1.05 Selawesi Tengah 99.44 98.57-0.88 Sulawesi Selatan 106.67 106.52-0.14 Sulawesi Tenggara 100.58 99.48-1.09 Gorontalo 104.77 105.02 0.24 Sulawesi Barat 105.97 106.33 0.35 Maluku 102.12 103.26 1.11 Maluku Utara 103.55 104.23 0.66 Papua Barat 99.90 98.66-1.25 Papua 95.49 95.25-0.26 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 9

Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Provinsi Perubahan Nasional 105.80 106.69 0.84 NAD 99.86 99.50-0.35 Sumatera Utara 99.84 100.30 0.45 Sumatera Barat 99.55 101.61 2.08 Riau 109.80 112.06 2.05 Jambi 103.03 105.71 2.60 Sumatera Selatan 96.82 97.59 0.79 Bengkulu 100.36 101.24 0.87 Lampung 104.01 104.89 0.85 Bangka Belitung 102.68 104.81 2.07 Kepulauan Riau 105.87 108.52 2.50 DKI Jakarta 102.99 104.26 1.23 Jawa Barat 108.94 109.25 0.29 Jawa Tengah 105.02 107.47 2.34 D.I. Yogyakarta 106.33 107.12 0.74 Jawa Timur 104.91 106.33 1.35 Banten 119.23 120.12 0.75 Bali 109.21 109.14-0.07 Nusa Tenggara Barat 106.79 106.05-0.69 Nusa Tenggara Timur 103.91 103.73-0.17 Kalimantan Barat 102.57 103.79 1.19 Kalimantan Tengah 107.76 110.35 2.41 Kalimantan Selatan 113.05 113.78 0.65 Kalimantan Timur 104.61 107.16 2.44 Sulawesi Utara 108.86 107.05-1.66 Selawesi Tengah 111.00 113.00 1.81 Sulawesi Selatan 103.61 103.36-0.23 Sulawesi Tenggara 109.45 111.12 1.52 Gorontalo 100.69 100.41-0.28 Sulawesi Barat 102.50 102.12-0.37 Maluku 106.37 105.71-0.62 Maluku Utara 101.65 102.24 0.58 Papua Barat 105.77 104.79-0.92 Papua 109.68 110.08 0.37 10 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016

Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Provinsi Perubahan Nasional 99.72 99.47-0.25 NAD 95.19 94.73-0.48 Sumatera Utara 95.36 95.72 0.37 Sumatera Barat 107.29 107.71 0.39 Riau 101.48 100.69-0.78 Jambi 96.08 95.30-0.81 Sumatera Selatan 101.36 100.80-0.55 Bengkulu 94.98 94.79-0.20 Lampung 96.41 96.12-0.29 Bangka Belitung 94.59 94.76 0.18 Kepulauan Riau 108.92 108.94 0.02 DKI Jakarta 94.13 94.00-0.14 Jawa Barat 98.14 97.93-0.21 Jawa Tengah 102.00 101.96-0.04 D.I.Yogyakarta 105.60 105.34-0.25 Jawa Timur 105.28 103.99-1.23 Banten 97.41 96.44-1.00 Bali 91.34 90.84-0.54 Nusa Tenggara Barat 91.45 91.07-0.41 Nusa Tenggara Timur 99.86 100.14 0.28 Kalimantan Barat 99.98 100.05 0.07 Kalimantan Tengah 96.64 97.15 0.53 Kalimantan Selatan 102.18 101.67-0.50 Kalimantan Timur 88.78 89.32 0.61 Sulawesi Utara 93.06 92.31-0.81 Selawesi Tengah 90.31 90.34 0.04 Sulawesi Selatan 99.74 99.39-0.36 Sulawesi Tenggara 97.07 96.71-0.37 Gorontalo 90.12 90.75 0.69 Sulawesi Barat 97.06 96.95-0.10 Maluku 108.05 107.22-0.77 Maluku Utara 108.48 108.77 0.27 Papua Barat 90.43 90.14-0.32 Papua 88.83 89.77 1.07 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 11

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH JANUARI 2016 Berdasarkan hasil observasi terhadap 43 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Januari 2016, sebanyak 51,16 persen berkualitas rendah dan 48,84 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Desember 2015, rata-rata harga gabah kualitas GKP turun 5,73 persen menjadi Rp. 5.023,81 per kg di tingkat petani dan turun 5,68 persen menjadi Rp. 5.073,81 per kg di tingkat penggilingan. Sementara iturata-rata harga gabah kualitas rendah turunsebesar 0,05persen menjadirp. 4.609,09 per kgdi tingkat petani dan turun0,42 persen menjadi Rp. 4.659,09 per kgdi tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.500,00per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.850,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Selama Januari 2016, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Pada Januari 2016, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 43observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKPsebanyak 21 observasi dan kualitas rendah sebanyak 22 observasi. Kelompok Kualitas GKG GKP Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Januari 2016 Jumlah Observasi (%) Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih Harga Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 - - - - - - (0,00%) (penggilingan) Gabah Kualitas Rendah Total 21 (48,84%) 22 (51,16%) 43 (100,00%) 4.050,00 5.500,00 5.023,81 5.073,81 3.700,00 (petani) 3.750,00 (penggilingan) 1.323,81 35,78 1.323,81 35,30 3.850,00 5.450,00 4.609,09 4.659,09 - - - - - - - - - - 12 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016

1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 21 observasi atau 48,84 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Januari 2016. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 22 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 51,16 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Januari 2016, yang berpotensi mengalami kasus harga 37,21 persenberasal dari Kabupaten Bantul dan 6,98 persen masing-masing berasal dari Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman. Tabel 15 Jumlah dan Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Januari 2016 Kelompok Kualitas Jumlah Observasi Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan (5) (6) (7) (8) GKG 0-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) GKP 21 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 21(100,00 %) 21 (100,00 %) GKG dan GKP 21-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 21(100,00 %) Kualitas Rendah 22 2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.500,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.850,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, November 2015-Januari 2016 Kelompok Kualitas Kadar Air (KA) Kadar Hampa/Kotoran (KH) Nov 2015 Des 2015 Jan 2016 Nov 2015 Des 2015 Jan 2016 (5) (6) (7) GKG 12,33 - - 3,00 - - GKP 11,93 12,31 13,33 6,14 5,49 6,32 KualitasRendah 13,86 29,66 25,15 10,46 5,79 9,46 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 13

Rp/Kg Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,33 persen dan 6,32persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Januari 2016 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 25,15 persen dan 9,46 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas November 2015-Januari 2016 Kelompok Kualitas Tingkat Petani (Rp / Kg) Nov 2015 Des 2015 Jan 2016 Perub (4) thd (3) (%) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Nov 2015 Des 2015 Jan 2016 Perub (4) thd (3) (%) (5) (6) (7) (8) (9) GKG 5.000,00 - - - 5.050,00 - - - GKP 5.183,87 5.329,17 5.023,81-5,73 5.233,87 5.379,17 5.073,81-5,68 Kualitas Rendah 4.468,75 4.611,43 4.609,09-0,05 4.518,75 4.678,57 4.659,09-0,42 Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turunrp. 305,36per kg (5,73persen) menjadi Rp 5.023,81per kg, demikian pula di tingkat penggilingan turunrp.305,36 per kg (5,68 persen) menjadi Rp. 5.073,81 per kg.sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 2,34per kg (0,05persen) menjadi Rp. 4.609,09 per kg dan turun Rp. 19,48 per kg(0,42 persen) menjadi Rp. 4.659,09 per kg di tingkat penggilingan. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Januari2015 -Januari 2016 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Nov-15 Dec-15 Jan-16 GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKG HPP GKP 14 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016