VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

dokumen-dokumen yang mirip
VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

BAB IV METODE PENELITIAN

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

BAB IV METODE PENELITIAN

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan pemecahan masalahnya melukiskan suatu objek

IV. METODE PENELITIAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

IV. METODE PENELITIAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

IV. ANALISIS KEBERHASILAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Harga Beberapa Komoditas Pertanian Jawa Barat Per tanggal 31 Juli 2009

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

AGRIBISNIS KENTANG DI KABUPATEN WONOSOBO

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

BAB IV METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII ANALISIS PENDAPATAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampoerna, Tbk dengan data laporan keuangan selama 5 tahun terhitung

III KERANGKA PEMIKIRAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

Transkripsi:

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan tingkat input yang digunakan terhadap tingkat produksi yang diperoleh. Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb-Douglas (Lampiran 10). Model fungsi produksi ini menunjukkan hubungan faktor-faktor input yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Faktor-faktor input produksi yang digunakan dalam budidaya ganyong ini terdiri dari lahan, bibit, pupuk kandang, tenaga kerja dan dummy berupa petani anggota kelompok tani dan petani bukan anggota kelompok. Faktor-faktor input yang digunakan dalam kegiatan budidaya ganyong merupakan faktor input utama yang harus tersedia dalam kegiatan dan digunakan dalam budidaya ganyong. Hasil pendugaan fungsi produksi pada usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 dapat dijelaskan pada Tabel 30. Tabel 30. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 Variabel Koefisien Regresi Simpangan T- P- VIF Baku Koefisien Hitung Value Konstanta 8,8489 0,8984 9,85 0,000 Ln Lahan (X 1 ) 0,90578 0,04786 18,92 0,000 ª 4,8 Ln Bibit (X 2 ) 0,11242 0,07787 1,44 0,156 c 1,5 Ln Pukan (X 3 ) 0,01745 0,04767 0,37 0,716 1,4 Ln TK (X 4 ) -0,00486 0,06240-0,08 0,938 4,7 Dummy (D) 0,06243 0,03188 1,96 0,056 b 1,9 R-sq = 97,6 % R-sq (adj) = 97,4 % F-hitung = 371,76 F-tabel = 2,45 dengan α = 5 persen T 0,10 (n-5) = 1,476 T 0,15 (n-5) = 2,015 T 0,01 (n-5) = 3,365 Dummy : Petani anggota kelompok tani = 1 Petani bukan anggota kelompok tani = 0 93

Keterangan : a = Berpengaruh nyata pada taraf satu persen b = Berpengaruh nyata pada taraf lima persen c = Berpengaruh nyata pada taraf 10 persen Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 97,6 persen dengan nilai determinasi terkoreksi (R² adjusted) sebesar 97,4 persen. Nilai determinasi terkoreksi (R² adj) tersebut memiliki arti bahwa sebesar 97,4 persen dari variasi produksi dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor lahan, bibit, pupuk kandang, tenaga kerja dan dummy keanggotaan kelompok tani. Sedangkan sisanya 2,6 persen lagi dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Faktor-faktor lain yang diluar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi ganyong adalah pengaruh iklim dan cuaca, tingkat kesuburan tanah serta intensitas serangan hama dan penyakit tanaman. Berdasarkan Tabel 30, model fungsi produksi menguji semua variabel bebas yang digunakan dalam input produksi terhadap hasil produksi, hal ini dilakukan dengan cara melakukan uji F. Nilai F-hitung pada model penduga fungsi produksi mencapai 371,76 dan nilai tersebut lebih besar dari nilai F-tabel yaitu 2,45. Kondisi ini menjelaskan bahwa semua faktor produksi yang digunakan dalam usahatani ganyong secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap produksi ganyong petani responden pada selang kepercayaan 95 persen. Analisis yang digunakan dalam menguji pengaruh nyata dari masingmasing variabel bebas (input produksi) yang digunakan secara terpisah terhadap variabel tidak bebas (output) adalah dengan melakukan uji-t melalui perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel. Berdasarkan hasil uji-t yang telah dilakukan, variabel bebas yang berpengaruh nyata pada taraf satu persen adalah lahan. Sedangkan dummy antara petani anggota kelompok tani dan bukan anggota kelompok berpengaruh nyata pada taraf lima persen. Hasil uji terhadap bibit, pupuk kandang dan tenaga kerja memiliki nilai t-hitung yang lebih rendah dari t- tabel, kondisi ini menunjukkan bahwa variabel bebas tersebut tidak berpengaruh nyata dalam produksi ganyong. Model penduga fungsi produksi yang telah dilakukan analisis dapat menunjukkan tingkat kelayakan berdasarkan asumsi OLS. Asumsi tersebut 94

meliputi multikolinearitas, homoskedastisitas dan normalitas error. Analisis mengenai multikolinearitas maka dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factors ) pada Lampiran 11. Untuk analisis asumsi homoskedastisitas maka digunakan pendekatan grafik, pada Lampiran 12 menunjukkan plot antara residual dengan fitted value yang tersebar dan tidak menunjukkan pola yang sistematis. Hasil analisis model penduga fungsi produksi pada petani responden secara statistik telah memenuhi asumsi OLS, hal ini juga dapat dianalisis dari p- value yang bernilai nol dan mengindikasikan bahwa semua variabel atau salah satu variabel dalam model regresi secara statistik tidak bernilai nol. Terpenuhinya syarat asumsi ini menunjukkan bahwa model fungsi produksi tersebut dapat digunakan dalam menduga hubungan antara variabel bebas (input produksi) yang digunakan terhadap hasil produksi (output) dalam kegiatan usahatani ganyong. Analisis ini tidak memisahkan antara petani anggota dengan bukan anggota karena jumlah petani bukan anggota jumlahnya kurang dari syarat untuk analisis uji statistik yaitu kurang dari 30 sampel. 7.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ganyong Nilai koefisien regresi dalam model fungsi produksi Cobb-Dauglas merupakan nilai elastisitas produksi dari variabel-variabel produksi tersebut. Berdasarkan Tabel 29, maka pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap produksi dapat diuraikan sebagai berikut : a. Lahan Lahan merupakan sarana input yang berfungsi sebagai media tanam dalam kegiatan budidaya ganyong. Faktor produksi lahan ini mempunyai koefisien regresi sebesar 0,90578 dan berpengaruh nyata pada taraf α satu persen. Nilai koefisien regresi ini mengandung arti bahwa jika terjadi peningkatan penggunaan input lahan sebesar satu persen maka akan dapat meningkatkan produksi ganyong sebesar 0, 90578 persen, dengan asumsi variabel lain tetap (cateris paribus). Jumlah luas lahan yang digunakan oleh petani responden jelas sangat berpengaruh pada hasil produksi. Semakin menambah luas lahan untuk 95

membudidayakan ganyong, maka jumlah jumlah produksi akan semakin bertambah. Koefisien yang masih bernilai positif ini menandakan bahwa penambahan luas lahan yang digunakan masih bisa meningkatkan hasil produksi. Kondisi alam di daerah Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri yang subur dengan ketersediaan air yang cukup membuat ganyong cocok untuk dibudidayakan. Selain itu kondisi topografi yang merupakan daerah dataran tinggi ganyong dapat berkembang dengan baik. Luas lahan rata-rata usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri adalah seluas 0,20 hektar. Sebagian besar petani responden memiliki luas lahan untuk membudidayakan ganyong adalah di bawah 0,5 Ha yaitu berjumlah 50 orang atau 98,04 persen dan hanya ada satu orang (1,96%) yang memiliki luas lahan di atas 0,51 Ha. Luas lahan yang masih relatif sempit yang dimiliki petani untuk budidaya ganyong dikarenakan para petani tersebut hanya membudidayakan ganyong sebagai usaha sampingan, kalaupun memiliki lahan pertanian mereka saat ini lebih memilih untuk sawah dan singkong. b. Bibit Faktor bibit mempunyai koefisien regresi sebesar 0,11242 dan berpengaruh nyata pada taraf α lima persen. Artinya dengan meningkatkan penggunaan bibit sebesar satu persen maka akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,11242 persen. Banyakanya bibit yang digunakan oleh petani sangat bergantung pada kemampuan setiap petani responden untuk memperoleh bibit tersebut. Bibit yang dipakai untuk budidaya ganyong tersedia di kelompok tani. Pemilihan dan seleksi bibit unggul dilakukan di kelompok tani. Hal ini bertujuan agar hasil panen yang diperoleh petani optimal. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jika petani sedang tidak mempunyai uang untuk membeli bibit pada musim tanam baru maka bibit hanya diperoleh dari umbi hasil panen sebelumnya. Bibit dalam usahatani ganyong ini merupakan tunas ganyong. Tunas yang diperoleh oleh petani bisa berupa tanaman induk hasil dari panen periode sebelumnya maupun berupa tunas baru. Penggunaan maksimal tunas yang diperoleh dari tanaman induk hasil panen periode sebelumnya dapat digunakan 96

hingga dua sampai tiga kali panen karena kemampuannya dalam berproduksi semakin lama akan menurun. Rata rata penggunaan bibit per hektar yang dipakai oleh petani adalah sebanyak 5058 tunas. c. Pupuk Kandang Pupuk kandang memiliki pengaruh positif terhadap produksi ganyong. Nilai koefisien regresi pupuk kandang adalah 0,01745 namun tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan pupuk kandang sebesar satu persen akan menyebabkan peningkatan produksi sebesar 0,01745 persen dengan asumsi faktor-faktor produksi lainnya tetap. Hasil analisis model menunjukkan setiap penambahan satu persen pupuk kandang akan meningkatkan hasil produksi sebesar 0.01745 persen hal ini dikarenakan sarana input pupuk kandang dapat menambah dan memperbaiki unsur hara tanah baik secara fisik maupun kimiawai tanah. Berdasarkan informasi dari petani responden pupuk kandang mudah diperoleh di sekitar lingkungannya kemudian setelah memperolehnya pupuk kandang tersebut perlu disimpan terlebih dahulu sebelum ditaburkan pada tanah yang akan dipakai agar sifatnya yang panas tidak akan merusak tanaman dan umbi ganyong. Penggunaan pupuk kandang ini bertujuan agar hasil umbi ganyong menjadi umbi yang bebas dari pengaruh kimiawi. Umbi yang organik atau terbebas dari kimiawi ini merupakan salah satu syarat yang diterapkan oleh kelompok tani karena tuntutan dari perusahaan pengolahan ganyong menjadi tepung mengharuskan ganyong yang organik. Penggunaan pupuk kandang untuk budidaya ganyong yaitu rata-rata sebanyak 0,31 kg tiap rumpun tanamannya. Jumlah rata-rata penggunaan pupuk kandang tiap periode tanam per hektar adalah sebanyak 3085,02 Kg. Pupuk kandang yang dibutuhkan oleh para petani ganyong mudah diperoleh di sekitar lingkungannya karena adanya penjual maupun peternakan ayam. d. Tenaga Kerja Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani ganyong memiliki peranan yang sangat penting, karena tenaga kerja ini adalah faktor produksi yang mampu melakukan segala kegiatan usahatani. Tenaga kerja pada model ini berpengaruh negatif terhadap produksi ganyong dengan nilai koefisien regresi 97

sebesar -0,00486 dan tidak berpengaruh nyata. Nilai koefisien regresi dari faktor produksi tenaga kerja mengandung arti bahwa setiap penambahan satu persen tenaga kerja justru akan menurunkan produksi ganyong sebesar 0,00486 persen. Berdasarkan informasi dan data di lapangan dari petani responden, komponen tenaga kerja merupakan salah satu komponen yang dirasakan banyak mengeluarkan biaya sehingga pada umumnya petani responden menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk menghemat pengeluaran. Peranan tenaga kerja dalam budidaya sangat penting tetapi jika penggunaannya tidak efisien justru akan menurunkan produksi. Kegiatan tenaga kerja dalam usahatani ganyong diawali dari persiapan bibit hingga panen. Banyaknya generasi muda yang beralih untuk urbanisasi ke kota menyebabkan ketersediaan tenaga kerja muda di bidang pertanian sangat terbatas. Tenaga kerja yang dipakai pada usahatani ini pada umumnya berumur lebih dari 20 tahun. Para petani pada umumnya menggunkan tenaga kerja dalam keluarga untuk menghemat pengeluaran. Namun penggunaan tenaga kerja ini belum adanya standarisasi penggunaan tenaga kerja tiap aktivitas sehingga banyak petani yang menggunakan tenaga kerja yang kurang efisien karena hanya didasarkan pada pemanfaatan tenaga yang ada saja. Tenaga kerja yang digunakan oleh petani anggota kelompok maupun petani bukan anggota kelompok adalah tenaga kerja laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan tenaga kerja anak-anak. Aktivitas yang berat pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki seperti mengolah tanah untuk persiapan lahan dan pencabutan umbi saat panen. Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani ganyong ini menggunakan satuan Hari Orang Kerja (HOK). Penggunaan tenaga kerja dalam satu periode tanam per hektar yang dibutuhkan oleh petani ganyong rata-rata berjumlah 205,16 HOK. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ganyong ini dibagi atas Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). e. Dummy petani anggota kelompok tani dan bukan anggota kelompok Petani responden pada penelitian ini meliputi petani yang tergabung dengan kelompok tani dan bukan anggota kelompok. Keberadaan kelompok pada dasarnya dilakukan untuk membantu kesejahteraan petani ganyong. Hal ini 98

dilakukan agar keberadaan kelompok mampu memberikan kepastian pasar dan bimbingan pada kegiatan usahatani ganyong. Adanya keberadaan kelompok tani secara tidak langsung dapat meningkatkan produksi ganyong. Variabel dummy digunakan dalam hal ini dengan tujuan untuk melihat perbedaan antara petani anggota kelompok dan petani non anggota dalam fungsi produksi ganyong. Nilai koefisien regresi dari variabel dummy ini adalah sebesar 0,06243 dan berpengaruh nyata pada taraf α lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa jika petani responden menjadi anggota kelompok, maka memiliki produksi yang lebih tinggi sebesar 0,06243 dibandingkan dengan petani bukan anggota. Kelompok tani ini memberikan manfaat kepada petani anggotanya. Manfaat yang diperoleh berasal dari adanya bimbingan dan penyuluhan yang rutin kepada petani anggota sehingga mampu memberikan ilmu mengenai teknik budidaya ganyong. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat produksi petani anggota yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani bukan anggota. Jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani anggota kelompok tani adalah rata-rata sebanyak 23.567,73 kg per hektar tiap periode panen. Sedangkan jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani bukan anggota rata-rata sebanyak 23.419,67 kg per hektar tiap periode panennya. Perbedaan jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani anggota menunjukkan bahwa dengan bergabung dengan kelompok mampu memberikan manfaat. 7.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Ganyong Analisis pendapatan pada usahatani ganyong ini merupakan analisis yang diperhitungkan dari tingkat produksi dan input yang digunakan terhadap tingkat harga jual ganyong yang berlaku. Analisis regresi untuk pendapatan ini dilakukan untuk mengetahui mengenai variabel-variabel apa saja yang memiliki pengaruh terhadap tingkat pendapatan petani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri. Variabel-variabel tersebut diduga merupakan variabel utama yang akan mempengaruhi, baik dari harga input yang digunakan amupun dari tingkat harga output yang berlaku. 99

Faktor-faktor dari pendapatan yang digunakan dalam model penduga ini merupakan variabel utama, yaitu meliputi harga bibit, harga pupuk kandang, harga tenaga kerja, harga jual output dan dummy antara petani anggota kelompok tani dan bukan anggota kelompok. Pengujian ketepatan dan tingkat kelayakan (goodnees of fit) model penduga fungsi ini disusun dengan menganalisis koefisien determinasi, F-hitung dan t-hitung dari setiap parameter yang ada. Hasil pendugaan terhadap variabel fungsi pendapatan pada usahatani ganyong dapat dijelaskan pada Tabel 31. Tabel 31. Hasil Pendugaan Fungsi Pendapatan Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 Variabel Koefisien Simpangan T- P- VIF Regresi Baku Koefisien Hitung Value Konstanta 1,69 15,17 0,11 0,912 Ln P Bibit (X 1 ) -0,1861 0,8304-0,22 0,824 1,3 Ln P Pukan (X 2 ) -0,1992 0,4992 0,40 0,692 1,9 Ln P TK (X 3 ) -0,5952 0,8267-0,72 0,475 1,5 Ln P Jual (X 4 ) 3,111 1,491 2,09 0,043 b 1,4 Dummy (D) 1,2549 0,2836 4,43 0,000 a 2,1 R-sq = 55,5 % R-sq (adj) = 50,5 % F-hitung = 11,21 F-tabel = 2,45 dengan α = 5 persen T 0,10 (n-5) = 1,476 T 0,15 (n-5) = 2,015 T 0,01 (n-5) = 3,365 Dummy : Petani anggota kelompok tani = 1 Petani bukan anggota kelompok tani = 0 Keterangan : a = Berpengaruh nyata pada taraf satu persen b = Berpengaruh nyata pada taraf lima persen Berdasarkan Tabel 31, hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 55,5 persen dengan nilai determinasi terkoreksi (R² adj ) sebesar 50,5 persen. Nilai determinasi terkoreksi (R² adj ) sebesar 50,5 persen dari fungsi pendapatan dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel-variabel yang terdapat pada model. Sedangkan sisanya 49,5 persen lagi dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Model fungsi pendapatan ini juga menguji semua variabel bebas yang digunakan berupa harga input dan harga jual output terhadap tingkat pendapatan 100

yang diperoleh, hal ini dilakukan dengan cara melakukan uji F. Nilai F-hitung pada model pendugaan fungsi pendapatan tersebut mencapai 11,21 dan nilai ini lebih besar dari nilai F-tabel yaitu 2,45. Kondisi ini memberikan penjelasan bahwa faktor pendapatan yang digunakan dalam usahatani secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap pendapatan petani ganyong pada selang kepercayaan 95 persen. Analisis yang digunakan dalam menguji pengaruh nyata masing-masing variabel bebas yang digunakan secara terpisah terhadap variabel tidak bebas adalah dengan menggunakan hasil uji-t. Berdasarkan hasil uji-t yang dilakukan, variabel bebas yang berpengaruh nyata pada taraf satu persen adalah harga tenaga kerja dan variabel dummy. Sedangkan hasil uji-t terhadap harga bibit, harga pupuk kandang dan harga jual memiliki t-hitung yang lebih rendah dari t-tabel, kondisi ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas tersebut tidak berpengaruh nyata pada usahatani ganyong. Analisis pendapatan ini berdasarkan dari data seluruh petani ganyong dan tidak memisahkan antara petani anggota dengan petani bukan anggota. Hal ini dikarenakan jumlah sampel untuk petani bukan anggota kurang memenuhi syarat uji statistik. Model penduga fungsi pendapatan yang telah dilakukan analisis dapat menunjukkan tingkat kelayakan berdasarkan asumsi OLS. Asumsi tersebut meliputi multikolinearitas, homoskedatisitas dan normalitas error. Analisis mengenai multikolinearitas maka dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factors ) pada Lampiran 12. Untuk analisis asumsi homoskedastisitas maka digunakan pendekatan grafik, pada Lampiran 13 menunjukkan plot antara residual dengan fitted value yang tersebar dan tidak menunjukkan pola yang sistematis. Pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap pendapatan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Harga Bibit Bibit merupakan komponen yang sangat penting dalam usahatani ganyong sehingga perkembangan harga sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani. Bibit ini merupakan variabel utama dalam usahatani ganyong, walaupun bibit dapat diperoleh dari tunas hasil tanaman periode panen 101

sebelumnya namun hal ini berdamapak pada produksinya. Bibit diperoleh petani responden dari kelompok tani. Berdasarkan model regresi pendapatan yang telah dianalisis menunjukkan bahwa harga bibit ganyong ini memiliki pengaruh yang bernilai negative terhadap tingkat pendapatan petani ganyong. Nilai koefisien regresi pada variabel harga bibit adalah sebesar -0,1861 dan tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan harga bibit ganyong sebesar satu persen maka akan menurunkan pendapatan petani ganyong sebesar 0,1861 persen dengan menganggap faktor lainnya tetap (cateris paribus). Tingkat harga dari variabel bibit ini akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani, sehingga semakin besar biaya yang dikeluarkan akibat adanya kenaikan harga bibit tentunya akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Harga yang berlaku untuk bibit ganyong di Desa Sindanglaya ini adalah sebesar Rp.300/tunas. Bibit yang digunakan oleh petani ganyong mudah didapatkan sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk memperoleh bibit. Bibit ganyong ini tersedia di Kelompok Tani Harapan Mulya dan keberadaannya pun tidak jauh dari petani. Ketika petani sedang mengalami kekurangan modal untuk membeli bibit, bibit ganyong pun bisa digunakan dari umbi hasil periode panen sebelumnya, namun hal ini produksinya tidak sebaik menggunkan bibit baru. b. Harga Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan pupuk satu-satunya yang dipakai oleh petani responden dalam membudidayakan ganyong hal ini disebabkan karena sifat dari pupuk organik yang alami dan tidak merusak lingkungan. Selain itu, pupuk kandang ini juga mampu meningkatkan produksi dan tidak berbahaya bagi umbi ganyong. Pengaruhnya pupuk kandang yang sangat penting terhadap ganyong, maka pengaruh harga dari pupuk kandang ini pun juga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani ganyong. Hasil model regresi terhadap tingkat pendapatan menunjukkan bahwa harga dari pupuk kandang memiliki pengaruh yang bernilai negatif. Nilai koefisien regresi untuk variabel pupuk kandang sebesar -0,1992 dan tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan sebesar satu persen harga pupuk kandang maka akan menurunkan tingkat 102

pendapatan petani ganyong sebesar 0,1992 dengan menganggap faktor lainnya tetap. Pupuk kandang yang digunakan dalam budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini mudah diperoleh. Selain adanya banyak peternakan ayam di sekitar petani juga ada penjual yang secara rutin menawarkan pupuk kandang kepada petani. Penjual pupuk kandang ini merupakan masyarakat sekitar yang memiliki peternakan maupun yang membeli dari peternakan, bahkan ada beberapa petani ganyong ini juga yang menjual pupuk kandang. Pupuk kandang ini dijual dalam satuan per kilogram dengan harga per kilogram adalah sebesar Rp.200. c. Upah Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan variabel input yang memiliki peranan penting terhadap kegiatan usahatani karena tenaga kerja ini merupakan sumberdaya yang aktif dalam kegiatan usahatani. Kegiatan tenaga kerja pada usahatani ganyong dimulai dari persiapan bibit hingga panen. Penggunaan tenaga kerja laki-laki ditujukan untuk kegiatan-kegiatan yang berat dan tenaga kerja perempuan hanya untuk kegiatan yang ringan. Berdasarkan hasil analisis regresi model penduga pendapatan petani ganyong menunjukkan bahwa upah tenaga kerja memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,5952 dan tidak berpengaruh nyata. Nilai koefisien regresi dari pengaruh upah tenaga kerja ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan satu persen upah tenaga kerja maka akan berpengaruh pada penurunan pendapatan petani sebesar 0,5952. Pengaruh upah tenaga kerja terhadap tingkat pendapatan ini bernilai negatif yang artinya setiap terjadi peningkatan harga tenaga kerja akan menurunkan tingkat pendapatan. Penghematan biaya pada variabel tenaga kerja ini sering dilakukan oleh petani terutama saat petani sedang mengalami kekurangan modal. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga adalah bentuk penghematan yang paling mudah dan sering dilakukan oleh petani ganyong. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga ini tidak menggunakan biaya tunai, tetapi pada perhitungan pendapatan usahatani tetap diperhitungkan. 103

Upah tenaga kerja untuk usahatani ganyong adalah rata-rata sebesar Rp.20.000/HOK. Rendahnya upah yang berlaku untuk kegiatan usahatani ganyong menyebabkan masyarakat kurang berminat untuk menjadi tenaga kerja di bidang pertanian ini. Para masyarakat lebih memilih menjadi tenaga kerja di luar pertanian, terutama para generasi muda yang memilih urbanisasi ke kota. d. Harga Jual Ganyong Harga yang berlaku untuk komoditas ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri didasarkan pada kualitas umbinya. Harga yang berlaku untuk umbi ganyong sebesar Rp.500/Kg. Pada umumnya harga yang berlaku ini merupakan harga pasar dan merupakan hasil dari kesepakatan antara petani dengan kelompok tani. Dalam hal ini kelompok tani merupakan tempat yang menjadi tujuan pasar petani dalam menjual hasil panennya. Komponen harga jual ini menjadi komponen yang mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan petani. Perbedaan harga antara petani anggota dan bukan anggota didasarkan atas kualitas umbinya. Petani anggota pada umummnya menghasilkan umbi yang berkualitas dan ukurannya yang lebih besar karena berasal dari bibit hasil seleksi dari kelompok. Harga yang berlaku untuk umbi ganyong didasarkan pada harga singkong. Hal ini dikarenakan agar para petani ganyong tetap mau untuk membudidayakan ganyong dan tidak beralih ke komoditas lain. Selain itu juga agar perkembangan ganyong tetap berjalan karena kondisi harga yang mampu menarik minat masyarakat untuk membudidayakannya. Pengaruh dari harga jual ganyong terhadap tingkat pendapatan petani ini bernilai positif, artinya semakin tinggi harga jual maka relatif semakin akan meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan hasil analisi regresi menunjukkan harga jual sebesar 3,111 terhadap tingkat pendapatan dan berpengaruh nyata pada taraf α lima persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu persen harga jual ganyong maka akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani sebesar 3,111. e. Dummy antara anggota kelompok tani dan bukan anggota kelompok Berdasarkan hasil analisis regresi pendapatan menunjukkan bahwa dengan masuk menjadi anggota kelompok tani akan berpengaruh positif terhadap 104

tingkat pendapatan petani ganyong. Koefisien regresi dari variabel dummy sebesar 1,2549 dan berpengaruh nyata pada taraf α satu persen. Hal ini berarti jika petani ganyong masuk menjadi anggota kelompok tani maka memiliki tingkat pendapatan yang lebih besar sebesar 1,2549 dibandingkan dengan petani yang tidak bergabung. Pendapatan petani anggota kelompok memiliki jumlah pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan petani bukan anggota. Jumlah pendapatan atas biaya total petani anggota per hektar tiap periode panen adalah sebesar Rp. 3.432.027. Sedangkan pendapatan atas biaya total petani bukan anggota per hektar tiap periode panen sebesar Rp.3.211.279. Adanya bimbingan dan penyuluhan secara intensif yang diberikan oleh kelompok terhadap petani ganyong menyebabkan pemahaman usahatani ganyong bertambah. Tujuan dari bimbingan ini untuk mengoptimalkan dan mengefisiensikan sumberdaya yang dimiliki sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani anggota kelompok tani lebih tinggi dibandingkan dengan petani non anggota. Manfaat lain yang diperoleh petani anggota pada aspek pendapatan ini adalah salah satunya bisa menambah pendapatan dengan menjual hasil pengolahan ganyong. Petani anggota diberikan kepercayaan oleh kelompok untuk menjual hasil pegolahan ganyong. Petani tidak hanya bergerak pada on farm ganyong, namun dalam hal ini berkontribusi dalam hal pemasaran hasil produk olahan ganyong. 7.4. Analisis Efisiensi Ekonomi Keuntungan maksimal usahatani harus memenuhi dua syarat, yaitu syarat keharusan (Necessary Condition) dan syarat kecukupan (Sufficient Condition) (Doll dan Orazem,1984). Syarat keharusan dipenuhi pada saat tidak ada lagi kemungkinan lain dalam penggunaan input yang lebih sedikit untuk menghasilkan nilai produksi yang sama atau ketika elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan nol dan lebih kecil atau sama dengan satu (0 ε 0). Syarat kecukupan berbeda pada setiap usahatani atau individu dan merupakan efisiensi yang subjektif. Hal ini berbeda dengan syarat keharusan 105

yang objektif. Terpenuhi atau tidaknya kedua syarat tersebut dapat diketahui dengan menggunakan sebuah persamaan yaitu Value Marginal Product (Py.MPxi) atau disebut juga dengan Nilai Marjinal Produk (NPM) dan Marginal Factor Cost (MFC) atau yang sering juga disebut Biaya Korbanan Marjinal (BKM). Nilai marjinal produk merupakan hasil kali antara harga produk dengan Produk Marjinal (PM). Sedangkan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) sama dengan harga dari masing-masing faktor produksi. Tingkat efisiensi ekonomis dari faktor-faktor produksi dapat dilihat dari besarnya rasio Nilai Marjinal Produk (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) per periode produksi. Faktor-faktor produksi yang dapat dianalisis adalah faktor-faktor produksi yang bersifat fisik dan dapat dinilai dengan rupiah. Apabila rasio NPM terhadap BKM lebih besar dari satu, maka penggunaan faktor-faktor produksi tersebut belum efisien dan perlu ditingkatkan penggunaannya untuk mencapai kondisi optimal. Rasio NPM terhadap BKM yang lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi telah melebihi batas optimal sehingga untuk mencapai kondisi optimal maka penggunaannya harus dikurangi. Perubahan pada efisiensi ekonomi ini hanya terdapat pada perubahan penggunaan faktor produksi. Hal ini karena faktor produksi merupakan variabel yang dapat diubah atau dipengaruhi oleh keputusan petani. Penggunaan faktor produksi yang optimal dan telah mencapai keuntungan maksimum yaitu ketika rasio antara NPM terhadap BKM sama dengan satu. Pada kondisi tersebut usahatani dapat dikatakan telah efisien secara ekonomi. Rasio NPM terhadap BKM usahatani ganyong untuk masing-masing faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 32. Pada Tabel 32 menunjukkan penggunaan faktor-faktor produksi aktual dan rasio NPM dengan BKM pada usahatani ganyong. Rasio-rasio NPM dengan BKM dari setiap produksi menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi dalam usahatani ganyong di Desa Sindanglaya tidak efisien secara ekonomi, karena nilai-nilai rasio NPM terhadap BKM tidak ada yang sama dengan satu. Rasio ini menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani brokoli belum optimal pada jumlah produksi yang sama. 106

Tabel 32. Rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Tahun 2009 Variabel Penguna an ratarata aktual Koefisien Regresi NPM BKM NPM/ BKM Penggunaan input optimal Lahan 0,20 0,90578 10.649.921,21 2.500.000 4,26 0,85 Bibit 5058 0,11242 261,33 300 0,87 4400,46 Pukan 3085,02 0,01745 66,32 200 0,3316 1.022,99 TK 205,16 0,00486 278,53 20.000 0,014 202,3 Produksi rata-rata (Kg/ha) Harga output (Rp/kg) 23.515,47 500 Lahan mempunyai nilai produk marjinal Rp.10.649.921,21. Biaya korbanan marjinal lahan adalah Rp.2.500.000. Nilai NPM tersebut memiliki arti bahwa setiap penambahan penggunaan lahan seluas satu hektar maka akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp.10.649.921,21. Sedangkan rasio NPM terhadap BKM dari lahan memiliki nilai 4,26. Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi lahan belum efisien dalam penggunaanya, sehingga untuk mencapai kondisi yang efisien pada lahan maka penggunaan lahan perlu ditambah. Penambahan luas lahan bisa ditingkatkan hingga mencapai 0,85. Peningkatan jumlah luasan lahan agar mencapai tingkat yang optimal akan mempengaruhi terhadap penggunaan input produksi. Petani yang pada umumnya merupakan petani kecil menghadapi kendala dalam permodalan jika perlu meningkatkan luas lahan. Namun, pada tahun 2009 melalui kelompok tani yang ada telah mengajukan proposal untuk bantuan modal petani. Diharapkan dengan adanya bantuan modal tersebut para petani terbantu untuk meningkatkan pengguanaan input produksi terutama lahan agar lebih optimal sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Bibit memiliki nilai produk marjinal Rp.261,33 dan biaya korbanan marjinalnya Rp.300. Pada penggunaan faktor produksi bibit memiliki nilai rasio NPM terhadap BKM sebesar 0,87. Hal ini menujukkan bahwa penggunaan bibit belum efisien. Nilai rasio NPM terhadap BKM ini memiliki arti bahwa dengan melakukan pengurangan satu tunas bibit, maka akan meningkatkan penerimaan 107

sebesar Rp. 261,33. Pada penggunaan bibit ini agar menjadi efisien, maka penggunaan bibit bisa dikurangi hingga mencapai 4.400 tunas. Penggunaan bibit yang selama ini dilakukan oleh petani, terutama oleh petani bukan anggota masih belum efisien. Para petani yang menanam bibit hasil dari tunas umbi periode panen sebelumnya menggunakan bibit yang berlebih. Mereka beranggapan bahwa jika umbi yang ditanam tidak tumbuh, maka masih ada umbi lainnya yang ditanam secara bersamaan. Selain itu, para petani berfikir bahwa dengan menanam bibit yang banyak akan berbanding lurus dengan hasil yang diperoleh. Tetapi kenyataan yang terjadi di lapangan justru membuat persaingan untuk memperoloeh unsur hara di dalam tanah. Nilai produk marjinal pada faktor produksi pupuk kandang memiliki nilai Rp.66,32 dan biaya korbanan marjinalnya Rp.200. Pada penggunaan faktor produksi pupuk kandang memiliki nilai rasio NPM terhadap BKM sebesar 0,3316. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang belum efisien dan memiliki arti bahwa dengan melakukan pengurangan satu kilogram pupuk kandang akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp.66,32. Pada penggunaan pupuk kandang agar menjadi efisien maka penggunaan pupuk kandang bisa dikurangi hingga 1.022,99 kg. Peran keberadaan kelompok tani memberikan manfaat kepada petani ganyong, terutama petani anggotanya. Kelompok tani ini sering mengadakan bimbingan dan penyuluhan kepada petani mengenai budidaya ganyong. Pemberian arahan untuk menggunakan faktor produksi secra efisien pun sering dilakukan. Misalnya penggunaan pupuk kandang ini. Pupuk kandang yang sangat dianjurkan oleh perusahaan pengolahan ganyong memang merupakan pupuk organik yang tidak akan mengganggu kesehatan manusia sehingga banyak petani yang menggunakannya secara berlebih. Namun demikian, pupuk kandang memiliki sifat yang panas sehingga dengan penggunaan yang berlebih dari dosis yang dianjurkan justru akan menurunkan produksi. Pada faktor produksi tenaga kerja memiliki nilai produk marjinal Rp.278,53 dan biaya korbanan marjinal Rp.20.000. Pada faktor produksi ini memiliki rasio NPM terhadap BKM sebesar 0,014, artinya dengan melakukan pengurangan tenaga kerja satu HOK maka akan meningkatkan penerimaan 108

sebesar Rp.278,53. Penggunaan faktor produksi tenaga kerja ini belum efisien dan agar menjadi efisien penggunaanya perlu dikurangi hingga 202,3 HOK. Penggunaan tenaga kerja yang belum efisien pada usahatani ganyong dikarenakan belum adanya standar penggunaan tenaga kerja setiap kegiatan usahatani. Para petani menggunakan tenaga kerja yang pada umumnya berasal dari dalam keluarga dengan alasan untuk menghemat biaya. Namun penggunaan tenaga kerja dalam keluarga ini, petani tidak memperhitungkan kebutuhannya. Petani hanya memanfaatkan jumlah tenaga kerja yang tersedia di dalam keluarga tersebut. 109