BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 4.12 Alternatif Alternatif rute evakuasi kelurahan Purus, Ujung Gurun dan Padang Pasir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN KAJIAN

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan

III. BAHAN DAN METODE

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT)

5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RESIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK KAWASAN PESISIR KOTA PADANG (Studi kasus: Kecamatan Padang Barat) TESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4.3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENGATURAN SPOOR DAN JADWAL KEBERANGKATAN KERETA API

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KESIMPULAN RISIKO BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

Perencanaan Evakuasi

Kata kunci : Perubahan lahan, nilai tanah.

BAB III BAHAN DAN METODE

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

III. METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB IV. Kajian Analisis

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEPADATAN LALU LINTAS DAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN KOTA SURABAYA

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

ANALISIS DAERAH MILIK JALAN (DAMIJA) MENGGUNAKAN ArcGis 9.3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

Pembelajaran/ Media. Metode Ceramah, Tanya jawab,diskusi Media OHP,LCD. Metode Ceramah, Tanya jawab,diskusi Media OHP,LCD

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

Layanan Peringatan dari BMKG

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah uang. Salah satu yang menunjang aktivitas manusia adalah alat

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak. program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut:

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 2. Lokasi Studi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II METODE PENELITIAN

oleh : Eka Rianta S. Database and Mapping Officer ACF

BAB III METODE PENELITIAN

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah

III. BAHAN DAN METODE

METODE. Waktu dan Tempat

Penentuan Lokasi Rumah Pompa Kota Surabaya Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process(AHP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap pelaksanaan sebagaimana dijabarkan pada gambar III.

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Kerentanan 3.1.1 Kerentanan wilayah Secara keseluruhan, diagram alir pada analisis kerantanan wilayah dilakukan berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 Peta Citra Digitasi Batas Administrasi Garis Pantai Sungai Peta Kontur Overlay & analisis visual Jarak min & maks dari pantai Overlay Peta Kerentanan Wilayah Gambar 3.1 Diagram alir analisis kerentanan wilayah Pada diagram di atas, proses analisis dapat dilakukan dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3 dengan melalui beberapa tahapan yakni: 1. Melakukan digitasi garis pantai dan alur sungai dari peta citra. 2. Dengan melakukan tumpang susun (overlay) antara garis pantai dan batas administrasi kelurahan, maka kita dapat mengukur jarak masing-masing kelurahan dari garis pantai. Jarak yang diukur adalah jarak terdekat dan jarak terjauh suatu kelurahan dari garis pantai. 33

Kp. Jao X KJ max Xp min Purus Xp max X KJ min Garis Pantai Batas kelurahan Gambar 3.2 ilustrasi pengukuran jarak kelurahan dari pantai 3. Kerentanan wilayah dapat dianalisis dengan melakukan tumpang susun (overlay) antara jarak dari pantai, sungai dan peta kontur. Suatu daerah dikatakan rentan terhadap tsunami apabila ketinggian wilayah kurang dari ketinggian tsunami (run up) atau jarak dari garis pantai kurang dari jarak terjauh landaan tsunami (inundasi). DAERAH RENTAN Batas run up Kontur interval 5m Garis Pantai Batas kelurahan Gambar 3.3 Ilustrasi penentuan daerah rentan 4. Tahapan terakhir dari analisis kerentanan wilayah adalah menampilkan jarak masing-masing kelurahan dari tepi pantai pada peta kerentanan wilayah. Proses ini menggunakan software Adobe Photoshop CS2 versi 9.0 Hasil kajian untuk kerentanan wilayah lebih lanjut akan dijelaskan pada sub bab 4.1.1 3.1.2 Kerentanan Penduduk Status kerentanan penduduk dianalisis berdasarkan dua skenario yakni pada malam dan siang hari. Untuk analisis penduduk pada malam hari dapat dilihat pada diagram alir sebagaimana dijelaskan pada gambar 3.4 34

Data Penduduk Struktur Penduduk Jumlah Penduduk masing2 kelurahan (N) Luas Kelurahan (L) Klasifikasi Perlu Bantuan Perlu Bimbingan Mampu Evakuasi Peta Citra RTRW Kota Padang Penduduk rentan Menghitung persentase dan Pembuatan Pie Chart struktur (kemampuan evakuasi) penduduk Visualisasi Kemampuan Evakuasi penduduk Perhitungan Numerik (N/L) Digitasi Peta Tata Guna Lahan Gambar persentase kemampuan evakuasi Kepadatan Penduduk Konsentrasi Penduduk pada malam hari Gambar 3.4 diagram alir analisis kerentanan penduduk pada malam hari Tahapan analisis kerentanan penduduk pada malam hari meliputi dua tahapan utama yang meliputi analisis: 1. Kerentanan penduduk berdasarkan tingkatan umur yang dilakukan dengan melakukan perhitungan numerik dengan tahapan: a. Melakukan perhitungan numerik untuk melihat kepadatan masingmasing kelurahan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007. Yakni dengan menghitung jumlah penduduk total suatu kelurahan dibagi dengan luas kelurahan tersebut b. Visualisasi kepadatan masing-masing kelurahan dilakukan dengan menggunakan software Arc Gis Versi 9.3 yakni dengan membuat pengelompokan kepadatan penduduk untuk semua kelurahan dengan interval kepadatan 2000 jiwa/km 2. c. Membuat pengelompokan struktur penduduk berdasarkan tiga kelompok utama yakni: i. Perlu bantuan: kelompok ini terdiri dari dua golongan utama yakni anak-anak di bawah usia 9 tahun serta kelompok umur 65 tahun ke atas (lansia). 35

ii. Perlu bimbingan yakni kelompok usia sekolah antara 10 14 tahun. iii. Mampu melakukan evakuasi didasarkan pada kelompok usia produktif (antara 15 65 tahun). d. Menghitung persentase dari struktur penduduk dengan melakukan perhitungan numerik dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 Visualisasi dan pembuatan Pie Chart dilakukan dengan bantuan software Arcgis versi 9.3. Kelompok penduduk yang memerlukan bantuan dan memerlukan bimbingan ketika akan melakukan evakuasi merupakan kelompok penduduk rentan. 2. Analisis konsentrasi penduduk pada malam hari yang dilakukan berdasarkan tahapan: a. Peta tata guna lahan dapat dibuat dengan melakukan digitasi pada peta citra berdasarkan RTRW kota Padang dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3. b. Berdasarkan peta tata guna lahan, maka kita dapat mengidentifikasikan konsentrasi penduduk kecamatan Padang Barat yakni berada di daerah pemukiman. Hasil kajian mengenai kerentanan penduduk pada malam hari dapat dilihat pada sub bab 4.1.2.1 Sedangkan analisis kerentanan penduduk pada waktu siang hari dapat dilakukan dengan melakukan analisis sebagaimana diagram alir pada gambar 3.5 di bawah ini: 36

Data Sekolah Peta Citra RTRW Kota Padang Struktur Siswa Distribusi Sekolah Digitasi Peta Tata Guna Lahan Klasifikasi Overlay Perlu Bantuan Perlu Bimbingan Mampu Evakuasi Perkiraan titik2 aktivitas penduduk siang hari Siswa rentan Kemampuan Evakuasi siswa Menghitung persentase dan Pembuatan Pie Chart struktur (kemampuan evakuasi) siswa Visualisasi Gambar persentase kemampuan evakuasi Gambar 3.5 diagram alir analisis kerentanan penduduk pada siang hari Sebagaimana analisis kerentanan penduduk pada malam hari, maka skenario kerentanan penduduk pada siang hari juga dapat dilakukan dengan meliputi dua tahapan utama yang meliputi analisis: 1. Analisis kerentanan penduduk. Karena keterbatasan data yang dimiliki, maka kelompok penduduk rentan hanya dapat dilakukan melalui analisis kerentanan siswa yang berdasarkan tingkatan umur yang dilakukan dengan melakukan perhitungan numerik dengan tahapan: a. Membuat pengelompokan struktur siswa berdasarkan tiga kelompok utama sebagaimana pengelompokan pada analisis kerentanan penduduk. b. Menghitung persentase dari struktur siswa dengan melakukan perhitungan numerik dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 Pembuatan dan visualisasi kerentanan penduduk dilakukan dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3. Kelompok penduduk yang 37

memerlukan bantuan dan memerlukan bimbingan ketika akan melakukan evakuasi merupakan kelompok penduduk rentan. 2. Analisis konsentrasi penduduk pada siang hari yang dilakukan berdasarkan tahapan: a. Membuat peta distribusi sekolah dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3 di kecamatan Padang Barat berdasarkan data sekolah. b. Peta tata guna lahan dapat dibuat dengan melakukan digitasi pada peta citra berdasarkan RTRW kota Padang dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3. c. Dengan melakukan tumpang susun (overlay) peta distribusi sekolah dan peta tata guna lahan dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3, maka kita dapat memperkirakan konsentrasi keramaian pada siang hari. Hasil kajian mengenai kerentanan penduduk pada siang hari dapat dilihat pada sub bab 4.1.2.2 3.2 Analisis Peluang Evakuasi 3.2.1 Waktu Evakuasi Salah satu parameter penting dalam melakukan evakuasi terhadap tsunami adalah waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi haruslah kurang dari waktu kedatangan tsunami (arrival time), dengan demikian waktu yang tersedia untuk melakukan evakuasi dapat dirumuskan sebagai: Waktu evakuasi < waktu kedatangan tsunami waktu persiapan peringatan dini Waktu kedatangan tsunami (arrival time) pada daerah studi mengacu pada hasil simulasi ataupun penelitian sebelumnya, yang dalam hal ini dapat diketahui dari studi literatur yang dilakukan yakni 37 menit sedangkan waktu persiapan peringatan dini diperoleh berdasarkan pada kebutuhahan waktu BMKG untuk menyampaikan peringatan gempabumi yang berpotensi tsunami kepada masyarakat baik melalui SMS ataupun email kepada pihak tertentu yang saat ini 38

membutuhkan waktu 5 7 meit. Tetapi sesuai dengan prosedur tetap peringatan dini Kota Padang, peringatan dini juga akan disampaikan oleh Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS-PB) Kota Padang kepada masyarakat, maka waktu persiapan peringatan dini juga ditambah dengan kebutuhan waktu pengolahan informasi dari BMKG sampai informasi tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat. Hasil kajian untuk menghitung waktu evakuasi dapat dilihat pada sub bab 4.2.1 39

3.2.2 Daerah Tujuan Evakuasi Pada penelitian ini, penentuan daerah tujuan evakuasi dilakukan berdasarkan diagram alir sebagaimana gambar 3.6 di bawah ini Peta Kontur Studi Literatur Peta Citra Potensi Bencana Digitasi Run Up Inundasi Garis Pantai Buffering garis pantai sejauh inundasi Batas Inundasi Overlay Daerah Terendam Daerah Aman Gambar 3.6 Diagram alir identifikasi daerah tujuan evakuasi Pada diagram di atas, proses analisis spasial dilakukan dengan bantuan software Arcgis versi 9.3. Secara keseluruhan proses analisis dilakukan berdasarkan dua skenario utama yakni ketinggian tsunami 5 meter dan ketinggian tsunami 9 meter. Untuk skenario pertama yakni ketinggian tsunami 5 meter proses analisis dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yakni: a. Melakukan kajian literatur untuk melihat potensi bencana tsunami di kota Padang. Kajian ini meliputi tinggi tsunami di daerah pantai (run up) dan jarak rendaman tsunami dari pantai (inundasi). b. Membuat garis pantai dengan melakukan digitasi peta citra. 40

c. Melakukan buffering (membangun lapisan pendukung disekitar layer dalam jarak tertentu) garis pantai sejauh inundasi yang akan terjadi yakni sejauh 2.4 km. d. Hasil akhir dari proses analisis dapat diketahui dengan melakukan tumpang susun (overlay) antara hasil buffering garis pantai dengan garis kontur serta dengan melakukan kajian potensi bencana, sehingga kita bisa melihat daerah yang akan terendam dan daerah yang aman dari rendaman tsunami. e. Daerah tujuan tsunami merupakan daerah yang aman dari landaan tsunami. Sedangkan untuk skenario kedua yakni ketinggian tsunami 9 meter penetapan daerah yang diperkirakan akan terendam dan daerah aman hanya dilakukan dengan berdasarkan batas garis kontur 10 meter. Hal ini dikarenakan jarak inundasi yang terjadi tidak diketahui serta interval kontur terkecil yang tersedia pada daerah studi hanya interval 5 meter saja. Hasil akhir dari diagram alir sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat dilihat pada sub bab 4.2.2 41

3.2.3 Rute dan waktu Evakuasi yang dibutuhkan Pada penelitian ini, penentuan rute evakuasi yang dapat digunakan untuk melakukan evakuasi pada masing-masing kelurahan dapat dilakukan berdasarkan diagram alir sebagaimana gambar 3.7 di bawah ini Peta Citra Digitasi Jaringan Jalan Garis Pantai Sungai Klasifikasi Tegak lurus patai Sejajar Pantai Overlay Daerah aman Alternatif Rute Evakuasi Pengukuran panjang masing2 ruas jalan evakuasi (S) Jarak Total rute evakuasi alternatif ( S) Perhitungan numerik ( S/V) Waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi Gambar 3.7 Diagram alir identifikasi alternatife rute dan kebutuhan waktu evakuasi 42

Perencanaan rute evakuasi dilakukan hanya pada skenario tsunami 5 meter saja dengan menggunakan bantuan software Arcgis versi 9.3 dan melalui beberapa tahapan yakni: a. Melakukan digitasi garis pantai, sungai dan jaringan jalan dari peta citra. b. Berdasarkan posisinya terhadap garis pantai, maka dilakukan klasifikasi jalan yang tegak lurus dan sejajar dengan garis pantai. Proses klasifikasi dilakukan secara manual dengan menambahkan atribut posisi pada atribut jalan. c. Melakukan tumpang susun (overlay) antara jaringan jalan, garis pantai dan sungai untuk menentukan rute evakuasi alternatif yang dapat digunakan. Rute evakuasi alternatife ditentukan dengan beberapa kriteria yakni rute evakuasi yang ditetapkan pada jaringan jalan yang menjauhi garis pantai atau menuju ke arah Timur, kotinuitas jaringan jalan yang akan digunakan dan posisi jalan tidak berdekatan dengan sungai. d. Setelah didapatkan rute evakuasi alternatif, maka dilakukan pengukuran total jarak yang harus dilalui. Jarak total rute evakuasi pada suatu kelurahan ditentukan berdasarkan jarak terjauh yang harus dilalui, yakni mulai dari tepi pantai samapai dengan daerah yang tidak terendam ketika tsunami terjadi. e. Perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan evakuasi dengan berjalan kaki didasarkan pada rumusan: s t = v ( menit) Dimana: t = waktu yang diperlukan untuk evakuasi (menit). s = jarak total rute evakuasi (meter). v = kecepatan berlari rata-rata dalam kondisi normal (100 meter/menit). Hal ini dikarenakan daerah studi merupakan daerah yang relatif landai dengan kelandaian yang berkisar antara 0.185% - 0.25% Hasil dari kajian rute evakuasi secara lebih lengkap akan dijelaskan pada sub bab 4.2.3 sedangkan waktu evakuasi akan dibahas pada sub bab 4.2.4 43

3.3 Daerah dan Kebutuhan Pengungsian Secara keseluruhan, diagram alir pada analisis kerantanan wilayah dijabarkan pada diagram alir pada gambar 3.8 berikut: Daerah aman Rute Evakuasi Peta Kelurahan Jumlah Penduduk (N) Overlay Overlay Luas masing2 kelurahan (L) Daerah Pengungsian Daerah cakupan rute evakuasi Perhitungan luas (Le) Perhitungan numerik (D=N/L) Kepadatan masing2 kelurahan (D) Luas total cakupan rute evakuasi ( Le) Perhitungan numerik ( Le x D) Jumlah total penduduk untuk masing-masing rute evakuasi Jumlah total penduduk untuk masing-masing daerah pengungsian Perhitungan numerik Kebutuhan sarana & prasarana pengungsian Gambar 3.8 Diagram alir identifikasi daerah dan kebutuhan pengungsian Secara umum pemilihan daerah pengungsian yang dapat memberikan keamanan dan keselamatan bagi masyarakat yang terkena bencana didasarkan pada beberapa kriteria yakni: 1. Tempat yang aman dari bencana 2. Cukup luas untuk menampung pengungsi dan kegiatan pertolongan 3. Memiliki akses dengan jalur transportasi 44

Sedangkan tahapan analisis untuk menentukan daerah dan kebutuhan pengungsian dibuat dengan melakukan analisis spasial dan non spasial. Analisis spasial dibuat dengan bantuan software Arcgis versi 9.3 sedangkan analisis non spasial dilakukan dengan perhitungan numerik biasa berdasarkan batasan jumlah penduduk kelurahan pada malam hari. Tahapan dari analisis tersebut meliputi: a. Daerah pengungsian diidentifikasi melalui proses tumpang susun (overlay) antara daerah yang aman dari bencana tsunami dengan rute evakuasi yang telah ditetapkan berdsarkan persyaratan sebagaimana tersebut di atas. b. Dengan melakukan proses tumpang susun antara rute evakuasi dengan batas administrasi kelurahan maka kita akan mendapatkan luas cakupan dari suatu rute evakuasi. Rute1 Rute 2 Luas 2 Luas 1 c. Perhitungan kepadatan penduduk untuk masing-masing kelurahan dapat dilakukan dengan membagi jumlah penduduk dengan luas kelurahan. Setelah itu kepadatan penduduk diplot ke dalam peta kecamatan sehingga dapat terlihat gradasi kepadatan penduduk untuk masing-masing kelurahan. 45

d. Hasil perkalian antara luas cakupan area sebuah rute evakuasi dengan kepadatan penduduk suatu kelurahan maka akan mendapatkan jumlah total penduduk yang akan melewati rute evakuasi tersebut. e. Menghitung jumlah total penduduk yang akan berada di suatu daerah pengungsian dengan melakukan penjumlahan dari jumlah penduduk yang melewati rute evakuasi yang menuju daerah pengungsian. f. Melakukan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana di daerah pengungsian berdasarkan standar Piagam Kemanusiaan dan Standar Minimum dalam Respon Bencana yang dibuat oleh Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI). Tabel 3.1 Standar Minimum Kebutuhan dalam Respon bencana [MPBI, 2006] No. Kebutuhan Satuan Standar minimum 1 Air Bersih liter/orang/hari 15 2 Gizi kalori 2100 3 Jamban orang/jamban 20 4 Tempat sampah liter/10 keluarga 100 5 Tempat naungan tertutup m 2 /orang 3.5 Hasil akhir dari diagram alir sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat dilihat pada sub bab 4.3 Tahapan terakhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah melihat status ketahanan wilayah terhadap bencana gempabumi dan tsunami. Status ketahanan diperoleh dari berbagai informasi dari berbagai sumber terutama lembagalembaga yang berhubungan dengan penanggulangan bencana di kota Padang. Yang secara lebih lengkap akan dijelaskan pada sub bab 4.5 Secara keseluruhan, diagram alir dari pengolahan data di atas dapat dilakukan berdasarkan gambar 3.9 di bawah ini: 46

Bahaya Studi Literatur Inundasi & run up DATA INPUT Data Penduduk Data Sekolah Peta Kontur Peta Citra Digitasi Tata guna lahan Sungai Garis Pantai Jaringan Jalan Struktur penduduk Struktur siswa Distribusi sekolah Klasifikasi Penduduk Rentan Penduduk Tidak Rentan Kepadatan penduduk Siswa Rentan Siswa Tidak Rentan Titik2 preduduk pd siang hari Konsentrasi penduduk maam hari Daerah terendam Daerah aman Rute Evakuasi Kerentanan Daerah Pengungsian Waktu Evakuasi Perhitungan numerik Peluang Evakuasi Gambar 3.9 Alur Kerja Pengolahan Data Kebutuhan sarana & prasarana pengungsian 47

3.4 Analisis Resiko Analisis resiko bencana tsunami di daerah studi dilakukan dengan melakukan kajian terhadap potensi bencana, kerentanan dan ketahanan pada daerah studi. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda rangking (ranking methods) terutama dengan melakukan rangking berdasarkan jumlah (rank sum) untuk masing-masing kriteria dimana bobot diperoleh berdasarkan rumusan: w i = n rj + 1 ( n r + 1) Dimana : w i = bobot masing-masing criteria n = Jumlah kriteria rj = urutun kriteria Berdasarkan rumusan di atas maka diperoleh bobot untuk masing-masing kelas sebagaimana tabel 3.2 sampai 3.8 di bawah ini 1. Kelas Jarak dari Pantai (L) Tabel 3.2 Bobot Jarak dari pantai [Yusyahnonta, 2006] No. Kriteria Jarak dari pantai Jarak dari pantai (L) Peringkat Bobot 1 Sangat dekat L < 0,5 km 1 0.4 2 Dekat 0,5 L < 1,5 km 2 0.3 3 Cukup dekat 1,5 L < 2,5 km 3 0.2 4 Jauh L 2,5 km 4 0.1 k 2. Kelas Ketinggian Tempat (E) Tabel 3.3. Bobot Ketinggian tempat No. Kriteria Ketinggian Tempat Ketinggian Tempat (E) Peringkat Bobot 1 Berbahaya E < 5 m 1 0.4 2 Cukup Berbahaya 5 E < 9 m 2 0.3 3 Kurang Berbahaya 9 E < 25 m 3 0.2 4 Tidak Berbahaya E 25 m 4 0.1 3. Keutuhan Waktu untuk Evakuasi (T) Tabel 3.4 Bobot Kebutuhan Waktu untuk Evakuasi No. Kriteria Waktu Evakuasi Waktu Evakuasi (T) Peringkat Bobot 1 Sangat Berbahaya T 32 menit 1 0.500 2 Cukup Berbahaya 29 T < 32 menit 2 0.333 3 Berbahaya T < 29 menit 3 0.167 48

4. Kelas Kerentanan Penduduk (PR) Tabel 3.5 Bobot Kerentanan Penduduk No. Persentasi Penduduk Rentan (PR) Peringkat Bobot 1 PR > 40 % 1 0.333 2 30 % < PR 40% 2 0.267 3 20% < PR 30% 3 0.200 4 10 % < PR 20% 4 0.133 5 PR 10 % 5 0.067 5. Kelas Kerentanan Siswa (SR) Tabel 3.6 Bobot Kerentanan Siswa No. Persentasi Siswa Rentan (SR) Peringkat Bobot 1 SR > 80 % 1 0.333 2 60 % < SR 80% 2 0.267 3 40% < SR 60% 3 0.200 4 20 % < SR 40% 4 0.133 5 SR 20 % 5 0.067 6. Kelas Simulasi Evakuasi (SE) Tabel 3.7 Bobot Simulasi Evakuasi No. Kegiatan Simulasi Peringkat Bobot 1 Pernah 1 0.500 2 Hanya Sekolah yang pernah 2 0.333 3 Belum Pernah 3 0.167 7. Kelas Sekolah Telah Diedukasi (ES) Tabel 3.8 Bobot Sekolah Telah Diedukasi No. Persentasi sekolah teredukasi (ES) Peringkat Bobot 1 ES 75 % 1 0.400 2 50 % ES < 75% 2 0.300 3 25 % ES <50% 3 0.200 4 ES < 25 % 4 0.100 49

8. Kelas Sekolah Siaga Bencana (SSB) Tabel 3.9 Bobot Sekolah Siaga Bencana No. Persentasi Sekolah Siaga Bencana (SSB) Peringkat Bobot 1 SSB 75 % 1 0.400 2 50 % SSB < 75% 2 0.300 3 25 % SSB <50% 3 0.200 4 SSB < 25 % 4 0.100 Dengan melakukan analisis dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk menentukan bobot masing-masing kelas, maka kita dapat melihat tingkat kerentanan dan ketahanan masing - masing sehingga berdasarkan hasil analisa tersebut kita dapat menentukan seberapa besar resiko masing-masing kelurahan terhadap bencana tsunami. Hasil analisis resiko bencana tsunami secara lebih jauh akan dibahas pada sub bab 4.6 50