BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah memiliki fungsi sosial, yang berarti bahwa kegunaan tanah diutamakan untuk kepentingan orang banyak/umum daripada untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dalam Pasal 33 Ayat (3) UUD 45 telah disebutkan bahwa: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal tanah sebagai fungsi sosial diperkuat lagi dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Pasal 2 ayat (2) nomor 5 tahun 1960 yang menyebutkan bahwa kewenangan negara adalah: 1. Kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut. 2. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa. 3. Menentukan hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa. Kekuasaan Negara terhadap tanah tidak bersifat mutlak, akan tetapi bertujuan untuk menerapkan fungsi sosial tanah. Oleh sebab itu, perorangan atau lembaga masyarakat tidak boleh atau tidak berhak untuk melaksanakan penguasaan tanah atas dasar fungsi sosial. Alasan fungsi sosial tersebutlah yang digunakan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) mengajukan permohonan kepada Walikota Bandung untuk melakukan pengadaan tanah dalam rangka menormalisasi Sungai Cisaranten-Cinambo agar dapat menyelesaikan permasalahan banjir yang terjadi di DAS Cisaranten dan Cinambo melalui serangkaian proyek normalisasi anak-anak Sungai Citarum bernama Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Citarum. Kepala Dinas Pengairan Kota Bandung pada saat itu, Faridl Mulyadi, menjelaskan normalisasi anak-anak Sungai Citarum dilakukan akibat kondisi banjir yang selalu terjadi di kawasan DAS Cisaranten dan Cinambo setiap hujan turun. Penyebabnya, saluran Sungai Cisaranten dan Cinambo, yang semula merupakan saluran pembawa (irigasi) seiring dengan perubahan fungsi lahan, berubah pula fungsi saluran tersebut, menjadi saluran drainase (saluran pembuang). Sungai Cisaranten dan Cinambo yang semula mempunyai lebar dasar 1

2 saluran 3 sampai 4 meter, menyempit menjadi sekitar 2 meter. Selain itu juga, terjadi pendangkalan, baik oleh sendimen maupun sampah yang sudah sangat memprihatinkan, seiring dengan sudah rusaknya daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu dan sepanjang sungai. Menurut Laporan Perkembangan Pengadaan Tanah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bandung pada tahun 2006, Luas DAS Cisaranten dan Cinambo adalah sebesar 67,49 km dan 400 Ha dari area tersebut adalah daerah banjir yang terdiri dari: Daerah pemukiman Daerah industri Fasilitas umum (jalan, masjid, kantor pemerintahan) Depo Pertamina Stasiun peti kemas Daerah pertanian Jalan utama KA stasiun Kiaracondong-Gedebage Kondisi banjir yang terjadi di DAS Cisaranten dan Cinambo mengakibatkan kerugian pada aset-aset industri dan pertanian, serta lumpuhnya kegiatan industri dan mobilisasi pada area yang terkena banjir. Hal ini menyebabkan sorotan baik dari pihak masyarakat Kota Bandung maupun dari luar Kota Bandung. Sehingga dalam upaya penanggulangan banjir di area DAS Cisaranten-Cinambo, perlu dibuat sistem perencanaan terpadu, baik drainase pemukiman, drainase jalan dan drainase utama sungai dengan tujuan agar dapat melindungi daerah penting terhadap genangan banjir, mengurangi luas genangan, tinggi genangan, dan lama genangan sehingga akan mengurangi kerugian terhadap bahaya banjir. Normalisasi sungai secara umum diartikan sebagai upaya merapikan atau menata sungai. Proyek Normalisasi biasanya meliputi pelurusan kelokan sungai, pengerasan dinding sungai, pembangunan sudetan, pembuatan tanggul dan juga pengerukan. Pengerasan atau penguatan tebing sungai biasanya dilakukan dengan pembetonan dinding atau dengan pemasangan batu kali. Sudetan biasanya dilakukan dengan membuat aliran sungai baru yang lurus dengan lintasan terpendek. Sementara itu, pembuatan tanggul dilakukan dengan menimbun sungai dengan tanah atau dengan dinding beton yang terpasang memanjang di lokasi-lokasi bertopografi rendah yang dipandang rawan banjir. 2

3 Tujuan dari normalisasi ini adalah untuk meningkatkan daya pengaliran debit sungai sehingga level muka air menjadi lebih rendah sehingga tidak membanjiri bidang-bidang tanah yang berada di sekitar sungai tersebut. Permasalahan muncul ketika Departemen Kimpraswil, sebagai instansi pemerintah yang berwenang dalam mengadakan proyek normalisasi tidak memiliki cukup tanah pada lokasi tersebut yang dapat memungkinkan terlaksananya proyek. Oleh sebab itu, diadakanlah pengadaan tanah. Pengadaan tanah merupakan suatu keharusan untuk menunjang terwujudnya sarana umum dan apabila ternyata pemerintah tidak mempunyai cukup tanah untuk itu, maka satusatunya jalan dengan pengadaan tanah dari yang dihaki atau dimiliki oleh masyarakat baik secara individu maupun kelembagaan. [Iskandar Syah, Mudakir. 2007] Pada dasarnya, tujuan inti dari pengadaan tanah adalah mendapatkan lahan bagi instansi pemerintah yang membutuhkan tanah dengan cara mengganti rugi tanah, bangunan, dan tanaman yang telah dimiliki oleh masyarakat agar proyek pembangunan kepentingan umumnya dapat berjalan. Namun, dalam kenyataannya, pengadaan tanah bukanlah suatu kegiatan yang sederhana dan mudah. Tanah merupakan tempat masyarakat untuk bertempat tinggal, dan melakukan kegiatan usaha. Oleh karena manfaat tanah yang penting dalam kehidupan sehari-hari tersebut, kepemilikan bidang tanah seringkali menjadi dasar persoalan di masyarakat. Terlebih dalam hal pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum. Dimulai dari masalah sengketa kepemilikan hingga masalah ganti rugi. Masyarakat menganggap, dengan memiliki suatu hak atas tanah dan mengusahakannya, maka bidang tanah tersebut menjadi miliknya secara mutlak, sehingga apabila terjadi pengadaan tanah, masyarakat merasa keberatan untuk melepaskan hak atas tanahnya. Masalah-masalah tersebutlah yang senantiasa terjadi dalam pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum akibat rendahnya informasi yang dimiliki oleh masyarakat mengenai batasan kepemilikan hak atas tanah berdasarkan peraturan pertanahan yang diakui di Indonesia. Pasal 33 ayat 3 UUD 45 menunjukkan bahwa hakikatnya, kemanfaatan seluruh bidang tanah yang berada di wilayah NKRI adalah untuk kepentingan bangsa Indonesia. Isi pasal tersebut kemudian diperkuat dengan kemunculan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di tahun 1960 yang memuat dasar hukum pertanahan yang berlaku di Indonesia. Dalam pasal 1 ayat 3 UUPA disebutkan bahwa hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa adalah hubungan yang bersifat abadi. Atas dasar tersebut, negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat, berhak dan wajib untuk mengatur dan menyelenggarakan penggunaan tanah, serta mengatur hubungan hukum dari bumi, air dan ruang angkasa dengan 3

4 tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari pasal inilah muncul hak menguasai dari negara, Hak menguasai dari negara memperbolehkan masyarakat untuk mempergunakan tanahnya sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan bangsa dengan tujuan kemakmuran masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, melalui hak menguasai dari negara itulah kemudian timbul hak-hak atas tanah yang kita kenal sekarang (hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dsb). Namun, ketika dihadapkan dengan pengadaan tanah yang tujuannya adalah untuk pembangunan kepentingan umum, maka hak-hak atas tanah ini harus tunduk kepada hak bangsa yang tingkatannya paling tinggi. Karena para pemilik hak atas tanah ini telah membantu program pemerintah melalui pendaftaran tanah, dengan kata lain telah membantu usaha pemerintah dalam mewujudkan kepastian hukum dan tertib administrasi pertanahan, maka pelepasan hak-hak atas tanah ini harus melewati berbagai tanahapan yang melibatkan para pemilik hak atas tanah. Dalam mewujudkan hal tersebut maka dikeluarkanlah Keputusan Presiden nomor 55 tahun 1993 yang khusus mengatur mengenai konsep mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum. Dalam peraturan tersebut, sisi penghormatan terhadap hak atas tanah ditonjolkan dengan dikemukakannya berbagai tahapan yang melibatkan pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman, khususnya dalam hal menentukan bentuk dan besar ganti rugi. Konsep dari pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum ini secara operasional diatur dalam peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1 tahun 1994 yang berisi juklak/petunjuk operasional bagi pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum. Dalam penelitian ini difokuskan kepada mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum, maka dasar dari penelitian ini hanya mengacu langsung kepada Keputusan Presiden nomor 55 tahun 1993 dan Peraturan Kepala BPN no 1 tahun Peraturan mengenai kemanfaatan tanah untuk kepentingan umum yang disebutkan mulai dari UUD 45 hingga Peraturan Kepala BPN nomor 1 tahun 1994 menunjukkan bahwa pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum bukanlah merupakan suatu proses yang mudah. Menentukan bentuk dan besar ganti rugi, merupakan suatu hal yang sulit. Bahkan, banyak dari pemilik bidang tanah, bangunan, dan tanaman tidak menyetujui bentuk dan besar ganti rugi yang telah ditetapkan oleh panitia pengadaan tanah melalui musyawarah dan para pemilik bidang tanah, bangunan, dan tanaman tersebut belum memahami bagaimana mekanisme pengadaan tanah yang harus mereka lalui untuk mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut. 4

5 Oleh karena itu, kiranya perlu dijabarkan mengenai tahapan dalam mekanisme pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang harus dilewati apabila sebagian besar pemilik bidang tanah, bangunan, dan tanaman tidak menyetujui keputusan bentuk dan besar ganti rugi, dan apabila sebagian besar menyutujui keputusan bentuk dan besar ganti rugi, sehingga, apabila selanjutnya diadakan pengadaan tanah untuk proyek pembangunan kepentingan umum yang serupa, maka proses pengadaan tanah tersebut diharapkan bisa menjadi lebih baik. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang harus dipecahkan pada tugas akhir ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaiman mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan normalisasi Sungai Cisaranten- Cinambo dari ruas Jalan Cisaranten hingga Jalan Golf, Kota Bandung, sebagaimana yang diatur dalam Keppres no 55 tahun 1993 Jo. Peraturan Kepala BPN no 1 tahun 1994 dalam pelaksanaannya di lapangan? 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud penulisan Tugas Akhir ini adalah menjabarkan mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan normalisasi Sungai Cisaranten-Cinambo dari ruas Jalan Cisaranten hingga Jalan Golf, Kota Bandung. Sedangkan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah memberikan informasi yang terdiri dari: Informasi kualitatif, yaitu informasi mengenai mekanisme pengadaan tanah baik berdasarkan peraturan yang mendasarinya maupun sebagaimana yang telah dilaksanakan di lapangan dalam hal pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman menyetujui dan tidak menyetujui bentuk dan besar ganti rugi yang telah ditetapkan. Infomasi kuantitatif, yaitu informasi mengenai luas area pengadaan tanah, bidang tanah, sungai, dan jalan yang berada di dalam area tersebut, serta informasi mengenai dana kompensasi yang diberikan sebagai ganti rugi bidang tanah apabila berdasarkan NJOP bumi tahun terakhir sebelum pengadaan tanah dilaksanakan. 1.4 Ruang Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan tugas akhir ini adalah : Membahas mekanisme pengadaan tanah dalam hal pelaksanaan di lapangan, bagi seluruh pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman yang menyetujui kesepakatan bentuk dan besar ganti rugi, dan bagi pemilik hak yang tidak menyetujui. 5

6 Data untuk membuat peta pengadaan tanah interaktif dalam tugas akhir ini adalah peta pendaftaran tanah skala 1:1000 yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya Bandung dan peta tematik normalisasi Sungai Cisaranten-Cinambo skala 1:1000 yang dikeluarkan oleh Depkimpraswil. Data koordinat diambil dari peta pendaftaran tanah yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya Bandung. Data NJOP bumi tahun 2006 di dua kecamatan dan kelurahan yang terkait, yaitu: Kelurahan Cisaranten Wetan, Kecamatan Ujung Berung Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik 1.5 Kemanfaatan Hasil yang diperoleh dari tugas akhir ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain: Masyarakat, memberikan informasi mengenai mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum apabila suatu saat bidang tanahnya terkena pengadaan tanah untuk proyek pembangunan kepentingan umum. Panitia pengadaan tanah, memberikan masukan-masukan mengenai mekanisme pengadaan tanah untuk kepentingan umum agar terjadi proses pengadaan tanah yang lebih baik apabila suatu saat menghadapi kasus pengadaan tanah serupa. 1.6 Metodologi Penelitian Visualisasi skematik dari metodologi penelitian tugas akhir ini digambarkan sebagai berikut: Persiapan penelitian Pengumpulan data Pengolahan data Analisis hasil penelitian Kesimpulan penelitian Gambar 1.1 Diagram Metodologi Penelitian 6

7 Secara garis besar, penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam lima tahapan sebagai berikut : Tahap I : Merupakan tahap persiapan penulis melakukan studi literatur dari berbagai referensi buku dan website yang berkaitan dengan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum dan wilayah penelitian. Tahap II : Melakukan pengumpulan data-data yang diperlukan. Data dari Kantor Pertanahan Kota Bandung berupa peta pendaftaran tanah skala 1:1000 dan data yuridis yang berhubungan dengan objek penelitian. Dari Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (Depkimpraswil) berupa data peta tematik normalisasi Sungai Cisaranten- Cinambo skala 1:1000, data tekstual berupa Undang-Undang Keppres No 55 tahun 1993 tentang pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum, dan Peraturan kepala BPN no 1 tahun 1994 tentang petunjuk pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum, dan dokumentasi tahapan pengadaan tanah proyek terkait. Dari Kantor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kota Bandung berupa data Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) bumi wilayah penelitian tahun Tahap III : Melakukan pengolahan data terhadap data-data yang diperoleh yang ditujukan untuk menjawab analisis kuantitatif sebagaimana tujuan penelitian ini dengan cara membentuk dan merelasikan data spasial dengan data atribut yang berasal dari data-data yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya dengan memanfaatkan software AutodeskMap 2004 dan ArcGIS 9.2. Peta tersebut selanjutnya disebut sebagai peta pengadaan tanah interaktif. Dengan menghitung secara otomatis melalui data atribut yang telah direlasikan dengan data spasial pada peta pengadaan tanah interaktif ini bisa dihasilkan informasi luas area pengadaan tanah, dan besar ganti rugi tanah apabila berdasarkan NJOP bumi. Hasil hitungan luas dan besar ganti rugi tanah saat pelaksanaan pengadaan tanah kemudian dibandingkan dengan hasil hitungan dalam penelitian ini. Pada tahapan ini juga dijabarkan mengenai mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum studi kasus berdasarkan peraturan yang mendasarinya, yaitu Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 Jo. Peraturan Kepala BPN nomor 1 tahun Dari dokumentasi pelaksanaan pengadaan tanah, dijabarkan mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum dalam dua jenis kasus yang terjadi, yaitu: pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman yang setuju dengan bentuk dan besar ganti rugi yang telah ditetapkan; dan bagi pemilik hak yang tidak setuju. Hasil dari penjabaran berdasarkan peraturan dengan pelaksanaannya kemudian dibandingkan. 7

8 Tahap IV : Melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang dimaksud adalah membandingkan dengan melihat perbedaan antara mekanisme hasil penjabaran berdasarkan peraturan dengan pelaksanaan di lapangan dalam hal pemilik hak atas tanah bangunan dan tanaman setuju dan tidak setuju dengan bentuk dan besar ganti rugi yang telah ditetapkan. Sementara analisis kuantitatif adalah membandingkan antara hasil hitungan luas dan besar ganti rugi tanah saat pelaksanaan pengadaan tanah dengan hasil hitungan penulis. Tahap V : Menarik kesimpulan dan saran, yaitu merumuskan hasil analisis dan pembahasan, kemudian memberikan saran untuk pengembangan lebih lanjut. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan, manfaat penelitian, lingkup pembahasan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II DASAR TEORI Dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep yang mendasari studi ini antara lain mengenai pendaftaran tanah, penilaian tanah dan Sistem Informasi Geografis (SIG). BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan pelaksanaan penelitian sbb: pembuatan peta interaktif pengadaan tanah normalisasi Sungai Cisaranten-Cinambo ruas Jalan Cisaranten hingga Jalan Golf, Kota Bandung dengan membentuk dan merelasikan data atribut dan spasialnya untuk menghitung area pengadaan tanah dan besar ganti rugi apabila berdasarkan NJOP bumi, penjabaran mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum berdasarkan Keppres no 55 tahun 1993 Jo. Peraturan Kepala BPN no 1 tahun 1994, dan penjabaran pelaksanaan mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum dalam hal pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman menyetujui keputusan bentuk dan besar ganti rugi, dan pemilik hak tidak menyetujui. BAB IV ANALISIS PENELITIAN Bab ini berisi analisis kualitatif dan kuantitatif dari peta pengadaan tanah interaktif yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya. Analisis kualitatif yang dimaksud adalah 8

9 menganalisis perbedaan antara mekanisme sebagaimana yang diatur dalam Keppres no 55 tahun 1993 Jo. Peraturan Kepala BPN no 1 tahun 1994 dengan pelaksanaan di lapangan dalam hal pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman setuju dengan bentuk dan besar ganti rugi yang telah ditetapkan; dan pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman tidak menyetujui. Analisis kuantitatif adalah membandingkan hasil pengolahan data dalam penelitian ini, yaitu luas area pengadaan tanah dan besar ganti rugi apabila berdasarkan NJOP bumi dengan hitungan luas area pengadaan tanah dan ganti rugi dalam pelaksanaan pengadaan tanah studi kasus. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan pelaksanaan penelitian ini. 9

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Banjir Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, dengan ketinggian melebihi batas normal. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Atas Tanah Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Dalam perkembangannya, sungai bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekalongan dibagi menjadi dua wilayah administratif yaitu wilayah Kabupaten Pekalongan dan wilayah Kotamadya Pekalongan. Di Kabupaten Pekalongan mengalir beberapa sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu daerah, dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan atau kemunduran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada saat musim hujan. Hal ini terjadi hampir di seluruh kota di Indonesia. Peristiwa ini hampir setiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang melaksanakan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang melaksanakan berbagai kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bangsa Indonesia saat ini sedang melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan yang berkelanjutan dan terencana. Kegiatan pembangunan yang berkelanjutan memerlukan

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya dalam musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. Permasalahan banjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drainase merupakan sarana dan prasarana untuk mengalirkan air hujan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah kondisi dari keadaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTATARAKAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap individu dalam masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap individu dalam masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat dipisahkan dari tata kehidupan makhluk hidup, oleh karena itu tanah mempunyai arti yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

KAJIAN ATAS DASAR HUKUM PENGADAAN TANAH BANJIR KANAL TIMUR TA 2008 DAN Landasan hukum pelaksanaan pengadaan tanah Banjir Kanal Timur (BKT)

KAJIAN ATAS DASAR HUKUM PENGADAAN TANAH BANJIR KANAL TIMUR TA 2008 DAN Landasan hukum pelaksanaan pengadaan tanah Banjir Kanal Timur (BKT) KAJIAN ATAS DASAR HUKUM PENGADAAN TANAH BANJIR KANAL TIMUR TA 2008 DAN 2009 1. Latar Belakang Landasan hukum pelaksanaan pengadaan tanah Banjir Kanal Timur (BKT) yaitu Peraturan Kepala BPN No.3 Tahun 2007

Lebih terperinci

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. BAB III METODA ANALISIS 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bekasi dengan luas 127.388 Ha terbagi menjadi 23 kecamatan dengan 187 desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu peristiwa bencana alam yang sering melanda sejumlah negara termasuk Indonesia. Kejadian banjir ini berupa genangan air yang berlebihan terutama

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang :

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui : Bab 3 Metodologi 3.1 Metode Analisis dan Pengolahan Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah-langkah penulis dalam menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah 15 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di sepanjang daerah rendaman Sungai Cisangkuy di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. (Sumber : Foto

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur

dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pembangunan nasional Indonesia yang juga sejalan dengan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan seluruh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Sungai Sragi terletak pada perbatasan antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pemalang. Di bagian hulu sungai, terdapat percabangan membentuk dua alur sungai yaitu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk dapat memenuhi tujuan penyusunan Tugas Akhir tentang Perencanaan Polder Sawah Besar dalam Sistem Drainase Kali Tenggang, maka terlebih dahulu disusun metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan dan pertumbuhan properti di Yogyakarta semakin pesat dari tahun ke tahun, mengingat kota Yogyakarta dikenal dengan kota pelajar. Hal ini menyebabkan kota

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak kota Palembang adalah antara 101º-105º Bujur Timur dan antara 1,5º-2º Lintang Selatan atau terletak pada bagian timur propinsi Sumatera Selatan, dipinggir kanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub DAS Cikapundung berada di bagian hulu Sungai Citarum dan merupakan salah satu daerah yang memberikan suplai air ke Sungai Citarum, yang meliputi Kab. Bandung Barat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyatnya termasuk perekonomiannya masih bercorak agraria, maka bumi, air dan ruang angkasa sebagai karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendaftaran Tanah Pengertian Pendaftaran Tanah Tujuan Pendaftaran Tanah

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendaftaran Tanah Pengertian Pendaftaran Tanah Tujuan Pendaftaran Tanah BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendaftaran Tanah Pendaftaran tanah erat kaitannya dengan pengadaan tanah. Hal tersebut diwujudkan antara lain melalui dua hal. Yang pertama, sertifikat, sebagai produk pendaftaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.533, 2015 KEMEN-PUPR. Garis Sempadan. Jaringan Irigasi. Penetapan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi manusia. Di samping disebabkan oleh faktor alam, seringkali disebabkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara agraris hampir sebagian besar penduduk Indonesia mencukupi kebutuhan hidupnya pada sektor pertanian. Demikian juga provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatannya haruslah di dasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatannya haruslah di dasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang sulit melakukan pembangunan untuk kepentingan umum diatas tanah negara, dan selalu bersinggungan dengan tanah hak milik. Sebagai jalan keluar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer BAB III METODOLOGI 3.1 Studi Pustaka dan Survey Lapangan Studi pustaka diperlukan sebelum atau bersamaan dengan survey lapangan dengan maksud ketika pengamat menemui kesulitan dilapangan, dapat mengacu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan yang menyandang status sebagai Pusat Pemerintahan, pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang menuntut kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi dari objek penelitian ini berada pada Kecamatan Rancaekek, tepatnya di Desa Sukamanah dan Kecamatan Rancaekek sendiri berada di Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 TAHAP PERSIAPAN Dalam tahap persiapan ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan pekerjaan. Dalam tahap persiapan ini meliputi

Lebih terperinci

BAB 2 FAKTOR RISIKO PEMBEBASAN TANAH YANG MEMPENGARUHI KINERJA WAKTU PROYEK

BAB 2 FAKTOR RISIKO PEMBEBASAN TANAH YANG MEMPENGARUHI KINERJA WAKTU PROYEK BAB 2 FAKTOR RISIKO PEMBEBASAN TANAH YANG MEMPENGARUHI KINERJA WAKTU PROYEK 2.1. PROYEK BANJIR KANAL TIMUR DKI JAKARTA 2.1.1 Latar Belakang Pembangunan BKT Kota Jakarta sejak dahulu dikenal sebagai daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan berhadapan langsung dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Sungai Krukut telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Hal ini

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Sungai Krukut telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Hal ini III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Operasional Sungai Krukut telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Hal ini menyebabkan masyarakat Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang yang tinggal dipinggir

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sebagaimana besar kehidupan manusia bergantung pada tanah. Tanah dinilai sebagai suatu harta

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Laboratorium Fakultas Hukum. Universitas Islam Indonesia

Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Laboratorium Fakultas Hukum. Universitas Islam Indonesia PROSES-PROSES DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN KEPENTINGAN UMUM Oleh : Dwi Apriliati Puspitasari 1 ABSTRAKSI Kegiatan pembangunan untuk fasilitas umum selalu membutuhkan tanah sebagai lahan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dari tahun ke tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dari tahun ke tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat curah hujan di daerah Ibukota Jakarta serta daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dari tahun ke tahun telah banyak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berderet mulai dari Semanggi, Pasar Kliwon, Sangkrah, hingga Gandekan. ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan yang cukup rendah.

BAB I PENDAHULUAN. berderet mulai dari Semanggi, Pasar Kliwon, Sangkrah, hingga Gandekan. ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan yang cukup rendah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta merupakan kota yang berkembang dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup padat, sehingga luas tanah yang ada semakin sempit. Banyak tanah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1 I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 menyatakan bahwa Sumber Daya Air dengan luas areal irigasi lebih dari 3.000 Ha atau yang mempunyai wilayah lintas propinsi menjadi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PRT/M/2015 TENTANG PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LAHAN MENJADI FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM ABSTRAK

LAHAN MENJADI FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM ABSTRAK VOLUME 10 NO. 2, OKTOBER 2014 LAHAN MENJADI FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM Bambang Istijono 1 ABSTRAK Terdapat beberapa resiko yang berpotensi menjadi penghambat

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN WALIKOTA KEPADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan dan hasil-hasilnya, maka semakin meningkat pula

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan dan hasil-hasilnya, maka semakin meningkat pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan Nasional yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Pembukaan UUD 1945, dari tahun ke tahun terus meningkat. Bersamaan dengan itu jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia di jaman modern saat ini. Hal ini terlihat dari ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Tanggerang setiap tahunnya mengalami permasalahan bencana banjir, khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya penanganan telah dilakukan.

Lebih terperinci

PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM Tanah adalah salah satu harta yang sangat berharga di muka bumi ini, yang dalam sepanjang sejarah peradaban umat manusia tak henti-hentinya memberikan problemaproblema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir dan genangan air dapat mengganggu aktifitas suatu kawasan, sehingga mengurangi tingkat kenyamaan penghuninya. Dalam kondisi yang lebih parah, banjir dan genangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Analisa sistem drainase dan penangulangan banjir Kota Semarang sebenarnya telah menjadi perhatian sejak zaman kolonial Belanda, dengan dibangunnya dua banjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/35; TLN NO. 3441 Tentang: RAWA Indeks:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan peristiwa alam yang tidak bisa dicegah namun bisa dikendalikan. Secara umum banjir disebabkan karena kurangnya resapan air di daerah hulu, sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang. pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pembangunan yang meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang. pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pembangunan yang meningkat pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang pembangunan. Selain itu, tanah juga merupakan komoditi bagi manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGADAAN TANAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGADAAN TANAH 1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGADAAN TANAH A. Hak Atas Tanah 1. Pengertian Hak Atas Tanah Dalam pengertian yuridis tanah merupakan permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah adalah adalah hak dari sebagian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH

Lebih terperinci

KEBERADAAN, POTENSI DAN GAGASAN PEMANFAATAN SUNGAI MATI DI SEPANJANG SUNGAI CITARUM DAERAH BANDUNG

KEBERADAAN, POTENSI DAN GAGASAN PEMANFAATAN SUNGAI MATI DI SEPANJANG SUNGAI CITARUM DAERAH BANDUNG KEBERADAAN, POTENSI DAN GAGASAN PEMANFAATAN SUNGAI MATI DI SEPANJANG SUNGAI CITARUM DAERAH BANDUNG Dede Rohmat 1, Mudjiadi 2, Hendra Ahyadi 3 1. Guru Besar Bidang Konservasi SDA pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat. Padahal, tanah dari dulu hingga sekarang tidak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat. Padahal, tanah dari dulu hingga sekarang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman dahulu hingga era industri sekarang ini, tanah mempunyai peran vital dalam menunjang kehidupan manusia dan produktivitasnya. Dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Banjir yang sering terjadi di beberapa daerah merupakan peristiwa alam yang tidak dapat dicegah. Peristiwa banjir merupakan akibat misalnya curah hujan yang tinggi dan berlangsung

Lebih terperinci

LKPJ BUPATI SEMARANG TAHUN 2013

LKPJ BUPATI SEMARANG TAHUN 2013 LKPJ BUPATI SEMARANG TAHUN 2013 Urusan Pekerjaan Umum Pada dasarnya urusan Pekerjaan Umum dengan tolok ukur dukungan infrastruktur berupa sarana dan prasaran fasilitas jalan/jembatan serta jaringan irigasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para dosen, dan pegawainya. Menyadari akan pentingnya suatu kampus maka sudah sewajarnya kampus

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Meningkatnya frekuensi curah hujan, khususnya yang terjadi di musimmusim penghujan dan bertambahnya populasi serta permukiman penduduk di daerah Kota Medan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air sangat penting bagi kehidupan manusia, hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai

Lebih terperinci

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR Oke, kali ini aku akan nge-jelasin tentang pengendalian daya rusak air, yang sumber asli dari UU No.7 th. 2004 tentang SUmber Daya Air. Semoga bermanfaat! tinggalkan komentar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran vital dalam menunjang kehidupan manusia dan produktivitasnya. Dari

BAB I PENDAHULUAN. peran vital dalam menunjang kehidupan manusia dan produktivitasnya. Dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman dahulu hingga era industri sekarang ini, tanah mempunyai peran vital dalam menunjang kehidupan manusia dan produktivitasnya. Dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bertambah akan tetapi justru makin berkurang. Dampaknya untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak bertambah akan tetapi justru makin berkurang. Dampaknya untuk 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah pertanahan merupakan salah satu persoalan pokok dalam pembangunan nasional kita. Kebutuhan akan tanah dari waktu ke waktu semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Belik merupakan anak Sungai Gajahwong yang mengalir melintasi tiga pedukuhan, yaitu Pedukuhan Karangwuni, Pedukuhan Karanggayam, dan Pedukuhan Kocoran. Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

Gambar 1.1 DAS Ciliwung

Gambar 1.1 DAS Ciliwung BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kali Ciliwung merupakan salah satu kali yang membelah Provinsi DKI Jakarta. Kali Ciliwung membentang dari selatan ke utara dengan hulunya berada di Kabupaten

Lebih terperinci