BAB IV HASIL DAN KAJIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN KAJIAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN KAJIAN 4.1 Analisis Kerentanan Kerentanan Wilayah Kecamatan Padang Barat yang terletak pada 0 o 58 LS dan 100 o BT merupakan daerah yang relatif landai dengan ketinggian wilayah yang kurang dari 5 m. Dengan kondisi wilayah yang berbatasan langsung dengan samudera Hindia serta delapan dari sepuluh kelurahan yang terdapat di wilayah ini dikepung oleh dua sungai besar yakni Batang Arau dan Bandar Bakali mengakibatkan daerah ini memiliki kerentanan yang sangat tinggi terhadap tsunami. Selain itu di sepanjang garis pantai tidak dilindungi oleh vegetasi ataupun dinding penahan gelombang, yang ada hanyalah batu pemecah gelombang saja (gambar 4.1) yang jika terjadi tsunami justeru akan menjadi bumerang bagi kehidupan di daratan akibat energi tsunami yang sedemikian besar. Gambar 4.1 Foto keadaan pantai di kecamatan Padang Barat (zulfadli.wordpress.com) 51

2 Berdasarkan hasil kajian sesuai dengan metodologi maka kerentanan wilayah kecamatan Padang Barat dapat dilihat pada gambar 4.2 5m 10m Gambar 4.2 Kerentanan Wilayah berdasarkan kondisi topografi kecamatan Padang Barat 52

3 Selain dari kondisi di atas terdapat enam dari sepuluh kelurahan yang berada tepat ditepi pantai. Jarak terjauh kecamatan Padang Barat dari tepi pantai hanya berjarak meter saja. Untuk lebih jelasnya jarak masing-masing kelurahan dari tepi pantai dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini Tabel 4.1 Jarak masing-masing kelurahan dari tepi pantai No. nama kelurahan Jarak dari pantai Minimum (meter) Maksimum (meter) 1 Berok Nipah Kampung Pondok Belakang Tangsi Kampung Jao Olo Purus Padang Pasir Ujung Gurun Rimbo Kaluang Flamboyan Baru Kerentanan Penduduk Malam Hari Dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 yang mencapai jiwa menjadikan kecamatan Padang Barat memiliki kepadatan rata-rata jiwa/km 2. Berdasarkan alur kerja metodologi pada sub bab gambar 3.4 maka diperoleh komposisi kepadatan yang berbeda untuk masing-masing kelurahan. Kelurahan yang memiliki kepadatan tertinggi adalah Flamboyan Baru dan kelurahan yang tingkat kepadatan terendah adalah kelurahan Berok Nipah. Adapun kepadatan untuk masing-masing kelurahan di kecamatan Padang Barat dapat dilihat pada tabel 4.2 dan gambar

4 Tabel 4.2 kepadatan penduduk masing-masing kelurahan No. Nama Kelurahan Luas tahun_2007 km 2 Laki-laki Perempuan Total kepadatan 1 Berok Nipah ,228 2,926 6, Kampung Pondok ,830 2,932 5, Belakang Tangsi ,928 2,038 3, Kampung Jao ,796 3,276 6, Olo ,201 3,358 6, Purus ,728 4,660 9, Padang Pasir ,992 3,291 6, Ujung Gurun ,928 2,897 5, Rimbo Kaluang ,253 2,030 4, Flamboyan Baru ,916 2,894 5, Total 7 29,800 30,302 60,102 Dari hasil analisa terhadap kelompok umur di kecamatan Padang Barat selama diperoleh persentase kemampuan evakuasi sebagaimana yang terlihat pada tabel 4.3 dan gambar 4.4 dengan rata rata kelompok yang memerlukan bantuan ketika akan melakukan evakuasi berkisar antara 17,28% - 21,97%, sedangkan kelompok yang memerlukan bimbingan berkisar antara 7,19% - 10,07% dan kelompok yang mampu untuk melakukan evakuasi tanpa tergantung dengan bantuan berkisar antara 68,07% - 74,70%. Tabel 4.3 Presentase kemampuan evakuasi No Nama Kelurahan Persentase kemampuan evakuasi Perlu bantuan Perlu Bimbingan Mampu Evakuasi 1 Berok Nipah 20% 9% 71% 2 Kampung Pondok 19% 8% 72% 3 Belakang Tangsi 19% 10% 71% 4 Kampung Jao 18% 7% 75% 5 Olo 22% 10% 68% 6 Purus 21% 10% 69% 7 Padang Pasir 17% 8% 75% 8 Ujung Gurun 21% 8% 71% 9 Rimbo Kaluang 20% 8% 72% 10 Flamboyan Baru 21% 9% 70% Hasil dari digitasi terhadap peta citra yang disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah kota Padang maka konsentrasi pemukiman yang 54

5 mengindikasikan konsentrasi penduduk pada malam hari tidak tersebar merata utuk setiap kelurahannya sebagaimana tergambar pada gambar 4.5 Gambar 4.3 Distribusi dan kepadatan penduduk kecamatan Padang Barat pada malam hari 55

6 Kec. Padang Timur Gambar 4.4 Kemampuan evakuasi penduduk kecamatan Padang Barat pada malam hari 56

7 Kec. Padang Timur Kec. Padang Barat Gambar 4.5 Konsentrasi pemukiman kecamatan Padang Barat pada malam hari 57

8 Siang Hari Merujuk kepada metodologi sebagaimana dijelaskan pada alur kerja metodologi pada gambar 3.5 maka diperoleh hasil bahwa Rencana tata ruang dan tata wilayah Kota Padang menjadikan kecamatan Padang Barat yang merupakan pusat kota memiliki peranan yang sangat penting sebagai sentra perekonomian, pemerintahan dan pendidikan. Penggunaan lahan sebagai pemukiman memiliki porsi terbesar yakni seluas 5,175 km 2 atau sekitar 73,92% dari luas total kecamatan. Sisanya dikembangkan sebagai sentra kegiatan perekonomian yang tersebar di lima keluarahan yakni kelurahan Kampung Jao, Belakang Tangsi, Olo, Berok Nipah dan Kampung Pondok. Selain itu kawasan disepanjang jalan Sudirman dan Rasuna Said dikembangkan sebagai kawasan perkantoran. Sedangkan kawasan pendidikan tersebar di seluruh kelurahan di kecamatan Padang Barat. Secara keseluruhan peruntukan lahan di kecamatan Padang Barat dapat dilihat sebagaimana gambar 4.6 Dari 258 sekolah yang berada di ketinggian 0 5 m dpl di Kota Padang, sekitar 43,5% atau sejumlah 107 sekolah mulai dari tingkat TK sampai SMA berada di kecamatan Padang Barat, selain itu juga ada 14 perguruan tinggi yang tersebar di kecamatan Padang Barat. Distribusi sekolah tersebut dapat dilihat pada gambar 4.7 dan tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi sekolah di kecamatan Padang Barat tahun 2005 [BPS, 2006] No Kelurahan TK SD SMP SMU PT 1 Berok Nipah Kampung Pondok Belakang Tangsi Kampung Jao Olo Purus Padang Pasir Ujung Gurun Rimbo Kaluang Flamboyan Baru 1 Total

9 Dengan mengambil asumsi bahwa untuk masing-masing tingkatan sekolah, jumlah siswa untuk setiap kelas memiliki jumlah yang sama, maka struktur siswa SD sampai SMA di kecamatan Padang Barat dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini Tabel 4.5 struktur siswa SD, SMP dan SMA tahun 2005 [BPS, 2006] No Kelurahan SD SMP SMU Berok Nipah Kampung Pondok Belakang Tangsi Kampung Jao Olo Purus Padang Pasir Ujung Gurun Rimbo Kaluang Flamboyan Baru Total Dari struktur siswa sebagaimana tertera pada tabel di atas, maka persentase antara siswa yang memerlukan bantuan, memerlukan bimbingan dan mampu melakukan evakuasi sendiri rata-rata adalah sebesar 26%, 36% dan 38%. sedangkan kemampuan evakuasi untuk masing-masing kelurahan dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini serta digambarkan sebagaimana terdapat pada gambar 4.8 Tabel 4.6 Presentase kemampuan evakuasi anak sekolah tahun 2005 No Kelurahan Presentasi Perlu Bantuan Perlu Bimbingan Mampu evakuasi 1 Berok Nipah 33% 42% 25% 2 Kampung Pondok 19% 54% 27% 3 Belakang Tangsi 13% 39% 48% 4 Kampung Jao 0% 15% 85% 5 Olo 41% 43% 16% 6 Purus 41% 46% 13% 7 Padang Pasir 27% 29% 44% 8 Ujung Gurun 48% 51% 2% 9 Rimbo Kaluang 10% 10% 80% 10 Flamboyan Baru 59

10 Dengan menganalisis peta tata guna lahan dan distribusi sekolah maka dapat diperkirakan bahwa pada siang hari penduduk kecamatan Padang Barat akan terdistribusi secara tidak merata. Hal ini dikarenakan penduduk memiliki aktivitas yang berbeda yang akan mengakibatkan tingkat kerawanan wilayah yang berbeda pula. Tetapi dikarenakan keterbatasan data pergerakan penduduk, maka penulis tidak dapat melakukan analisa secara mendalam mengenai kepadatan penduduk di siang hari. Berdasarkan gambar 4.6, pada siang hari dapat diperkirakan penduduk akan terkonsentrasi pada beberapa titik yakni: 1. Pasar dan pertokoan yang akan didominasi oleh para remaja dan ibu rumah tangga. 2. Kelurahan Berok Nipah dan Kampug Pondok yang menjadi salah satu pusat kegiatan perekonomian. 3. Sekolah-sekolah yang tersebar merata di seluruh kecamatan. 4. Daerah perkantoran yang sebagian besar berada di sepanjang jalan Sudirman dan Rasuna Said yang akan didominasi oleh para pegawai pemerintah dan swasta. 5. Sedangkan daerah pemukiman diperkirakan hanya akan didominasi oleh ibu rumah tangga, lansia dan anak-anak yang belum bersekolah. 60

11 Kec. Padang Timur Kec. Padang Barat Gambar 4.6 Peruntukan Lahan Kecamatan Padang Barat 61

12 Kec. Padang Timur Kec. Padang Barat Gambar 4.7 Distribusi sekolah di Kecamatan Padang Barat 62

13 Kec. Padang Timur Kec. Padang Barat Gambar 4.8 Kemampuan evakuasi siswa SD SMA di Kecamatan Padang Barat 63

14 4.2 Peluang Evakuasi Waktu evakuasi Dengan berdasarkan pada metodologi pada sub bab serta mengambil asumsi bahwa selang waktu persiapan peringatan diri sampai peringatan diberikan memerlukan waktu antara 6 sampai 8 menit (5 7 menit informasi dari BMG ke PUSDALOPS dan ke masyarakat melalui sms dan serta 1 menit pengolahan informasi di PUSDALOPS), maka waktu yang tersedia untuk evakuasi adalah Waktu evakuasi (T) < 37 menit 5 sampai 8 menit Jika kita mengambil kondisi terburuk ketika terjadinya tsunami maka waktu yang dapat dipergunakan untuk melakukan evakuasi hanya 29 menit Daerah Evakuasi Hasil yang diperoleh berdasarkan alur metodologi yang dijelaskan pada sub bab didasarkan pada dua bahaya tsunami. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Peneliti Kelautan ITB mengenai perkiraan daerah rendaman dan jangkauan tsunami ke daratan, maka dapat diidentifikasi daerah-daerah yang dapat dipergunakan sebagai daerah evakuasi. Daerah tersebut haruslah memiliki ketinggian > 5,06 m dpl atau lebih jauh dari m dari garis pantai. Sedangkan berdasarkan catatan sejarah landaan tsunami terburuk yang mencapai 9 meter, maka daerah yang dapat dijadikan sebagai daerah evakuasi adalah daerah dengan elevasi yang lebih dari 9 meter. Untuk mencapai daerah tersebut harus melewati sungai Bandar Bakali. Berdasarkan kriteria tersebut maka daerah-daerah yang dapat dijadikan sebagai daerah evakuasi dapat dilihat pada gambar 4.9. dan gambar 9.10 Berdasarkan gambar 4.9, maka kita dapat melihat bahwa daerah yang akan terendam ketika terjadi tsunami dengan ketinggian 5 meter adalah daerah dengan arsiran berwarna merah sedangkan daerah yang dapat digunakan sebagai tujuan 64

15 evakuasi ditunjukkan dengan arsiran yang berwarna hijau. Seluruh kelurahan di kecamatan Padang Barat akan terendam ketika terjadi tsunami. Kec. Padang Barat Kec. Padang Timur Gambar 4.9 Daerah yang terendam dan tidak terendam berdasarkan ketinggian tsunami 5 meter 65

16 Kec. Padang Timur Kec. Padang Barat Gambar 4.10 Daerah yang terendam dan tidak terendam berdasarkan ketinggian tsunami 9 meter pada daerah studi 66

17 Apabila terjadi tsunami dengan ketinggian mencapai 9 meter maka kegiatan evakuasi masa harus dilakukan dengan melewati sungai Bandar Bakali. Penetapan batas run up setinggi 9 meter tidak dapat digambarkan dalam peta. Hal ini dikarenakan interval kontur terkecil yang ada di daerah studi hanya 5 meter Prasarana Jalan dan Alternatif rute evakuasi Panjang total jaringan jalan di kecamatan Padang Barat adalah 61,267 km dengan klasifikasi yang meliputi arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal primer dan lokal sekunder. Berdasarkan posisinya dengan garis pantai, maka jalan-jalan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yakni jalan untuk jalur evakuasi yang tegak lurus terhadap garis pantai dan kelompok jalan yang sejajar dengan garis pantai. Berdasarkan pada alur kerja sebagaimana yang telah dijelaskan pada sub bab maka alternatif rute evakuasi yang dapat digunakan untuk masing masing kelurahan dapat dijabarkan pada tabel 47 s/d 4.11 dan gambar 4.11 s/d 4.14 di bawah ini Tabel 4.7 Alternatif rute evakuasi kelurahan Flamboyan Baru No. 1 Jl. Nusa Indah 2 Jl. Mawar 3 Jl. Anggrek 4 Jl. Melati 5 Jl. Raden Saleh Jl. Flamboyan Alternatif rute evakuasi Jl. Aster Jl. KH Sulaiman Jl. A Dahlan - Jl. Alai Tabel 4.8 Alternatif rute evakuasi kelurahan Rimbo Kaluang No. Rute Evakuasi 1 Jl. Sei Barito Jl. Kapuas Jl. Rimbo Kaluang - Jl. Batang Gadis Jl. Batang Anai - 2 Jl. Sei Asahan Jl. GOR H Agus Jl. Batang Pasama Jl. Batang Tarusan - 3 Jl. Sei Musi Salim Jl. Batang Anai Jl. Cisadane 4 Jl. Sei Sirah Jl. Batang Kampar Jl. Taman Siswa - Jl. Tengku Umar - Jl. Bawah Bungo - Jl. Kopi 3 - Jl Bakti 4 - Jl. Alai 67

18 Tabel 4.9 Alternatif rute evakuasi kelurahan Kelurahan Purus, Ujung Gurun dan Padang Pasir No. Rute Evakuasi 1 Jl. Manggis Jl. Ketimun 2 Jl. Rambai Jl. Bingkuang Jl. Nenas Jl. Salak 6 3 Jl. Durian Jl. Alpokat Jl. Salak 5 4 Jl. Jambu Jl. Nangka Jl. Salak 3 Jl. Pondok Mungil 5 Jl. Jeruk Jl. Salak I Jl. Pepaya 6 Jl. Purus 4 Jl. Karet 7 Jl. Purus 5 8 Jl. Hidayah Jl. Veteran Dalam Jl. Veteran Dalam Jl. Padang Pasir 9 Jl. Purus 1 Jl. Bandar Purus Dalam Jl. Padang Pasir 2 10 Jl. Padang Pasir 4 Jl. Padang Pasir 5 11 Jl. Purus 2 Jl. Padang Pasir 6 - Jl. Jl. Veteran Dalam Jl. Taqwa 12 Jl. Purus Dalam 2 Mutia 13 Jl. Padang Pasir 10 Jl. Setia Budi 14 Jl. Olo Ladang Jl. A Yani Jl. Abdullah Ahmad Komp. RS M Jamil 15 Jl. Jati 1 16 Jl. Jati 2 Jl. Sawahan 2 Jl. Sawahan Jl. Delima Jl. Ujung Gurun Jl. Yos Sudarso Jl Kartini - Jl. Abdul Muis Jl. Koto Tinggi Komplek PT KAI Jl. KIS Mangunsarkoro - Jl. Adabiah Jl. Jati Koto Panjang Jl. Tanpa Nama - Jl. Banjar Jl. Minahasa - Jl. Rawang Melayu Tabel 4.10 Alternatif rute evakuasi kelurahan Olo dan Kampung Jao No. 1 Jl. Damar I Jl. Damar 3 2 Jl. Ujung Belakang Olo 3 Jl. Koto Marapak Jl. Kampung Jawa Dalam Jl. Harapan Jl. Bandar Olo 3 Jl. Kampung Jawa Dalam 3 7 Jl. Ujung Pandan Jl. Pemuda Dalam 8 Gg. Samudera 9 Jl. Hang Tuah Jl. M Yamin 10 Jl. Perak 2 Jl. Abdullah Ahmad 11 Jl. Perak 3 Rute Evakuasi Jl. Belakang Olo Jl. Ratulangi Jl. Kampung Jawa Dalam 4 Jl. Belakang Lintas Jl. Pasar Raya 2 Jl. Proklamasi Kompl. RS M Jamil Komp. PT KAI Jl. Tan Malaka Jl. Pasar Raya - Jl. Agus Salim Jl Sawahan Tabel 4.11 Alternatif rute evakuasi kelurahan Belakang Tangsi, Berok Nipah dan Kampung Pondok No. Rute Evakuasi 1 Jl. Parak Kerambil Jl. Belakang Tangsi 2 Jl. Bandar Belakang Tangsi 2 Jl. Pancasila Jl. M Yamin 3 Jl. Wolter Mongisisdi Jl. Gereja Jl. Bundo Kanduang 4 Jl. Tanah Baroyo Jl. Bandar Gereja Jl. Cokroaminoto Jl. Alang Lawas Koto 5 Jl. Dobi 4 Jl. Dobi 3 Jl. Imam Bonjol Jl. Proklamasi Jl. Ganting Penetapan alternatif rute evakuasi dilakukan untuk membantu para pemegang kebijakan dalam hal implementasi pemasangan rambu evakuasi pada rute-rute alternatif. Hal ini sangat dibutuhkan oleh penduduk ketika akan melakukan evakuasi ketika bencana tsunami terjadi. Rute yang disarankan mengindikasikan jalur tercepat ketika harus melakukan evakuasi mulai dari satu kelurahan sampai ke daerah yang aman dari bencana. Sedangkan rute yang kurang disarankan tidak berarti bahwa rute tersebut tidak boleh digunakan ketika melakukan evakuasi, 68

19 tetapi hal ini mengindikasikan bahwa jika kita menggunakan rute tersebut maka jarak yang harus ditempuh akan menjadi lebih panjang sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daerah yang aman menjadi lebih lama Waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi Dengan menganalisa jarak terjauh dari Alternatif rute evakuasi untuk mencapai daerah dengan elevasi > 5 meter atau jarak dari pantai > 2,4 km, maka waktu evakuasi untuk masing-masing kelurahan dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini Tabel 4.12 Waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi No. Nama Kelurahan Waktu Evakuasi (menit) Min Maks 1 Berok Nipah Kampung Pondok Belakang Tangsi Kampung Jao Olo Purus Padang Pasir Ujung Gurun Flamboyan Baru Rimbo Kaluang Jika dilihat dari waktu evakuasi di atas, ada sebagian daerah yang tidak dapat mencapai daerah evakuasi pada tenggang waktu evakuasi yang tersedia. Kelurahan Berok Nipah dan sebagian kelurahan Belakang Tangsi merupakan salah satunya. Keadaan ini dikarenakan kelurahan tersebut berada di tepi pantai serta jalur evakuasi yang harus dilalui merupakan jalur yang berputar menjauhi alur sungai yang tepat berbatasan dengan kelurahan Berok Nipah. Hal ini akan mengakibatkan penduduk tidak dapat mencapai daerah evakuasi yang seharusnya dicapai. Oleh karena itu diperlukan beberapa upaya untuk mengantisipasi hal tersebut. 69

20 Kel. Flamboyan Baru: t min = 20 menit t max = 22 menit Waktu Evakuasi Kel. Rimbo Kaluang: t min = 25 menit t max = 27 menit Gambar 4.11 Alternatif rute evakuasi kelurahan Flamboyan Baru dan Rimbo Kaluang 70

Gambar 4.12 Alternatif Alternatif rute evakuasi kelurahan Purus, Ujung Gurun dan Padang Pasir

Gambar 4.12 Alternatif Alternatif rute evakuasi kelurahan Purus, Ujung Gurun dan Padang Pasir Arah rute evakuasi Waktu Evakuasi Kel. Purus: t min = 22 menit t max = 27 menit Kel. Ujung Gurun: t min = 20 menit t max = 23 menit Kel. Padang Pasir: t min = 21 menit t max = 22 menit Gambar 4.12 Alternatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Kerentanan 3.1.1 Kerentanan wilayah Secara keseluruhan, diagram alir pada analisis kerantanan wilayah dilakukan berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 Peta

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat risiko bencana tsunami di Kota Padang berdasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bencana

Lebih terperinci

DAFTAR RAYONISASI SMP KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NO RAYON SEKOLAH ASAL 1 SMP NEGERI 1 PADANG BEBAS RAYON (PSB ONLINE 30%)

DAFTAR RAYONISASI SMP KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NO RAYON SEKOLAH ASAL 1 SMP NEGERI 1 PADANG BEBAS RAYON (PSB ONLINE 30%) DAFTAR ISASI SMP KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 1 SMP NEGERI 1 PADANG BEBAS (PSB ONLINE 30%) 2 SMP NEGERI 2 PADANG 01-180 SD NEGERI 01 BELAKANG TANGSI 01-186 SD NEGERI 07 BELAKANG TANGSI 01-190

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota padang adalah Kota terbesar dipantai barat Pulau Sumatera sekaligus Ibukota dari Provinsi Sumatera Barat. Kota ini memiliki luas wilayah 694,96 km 2 dengan kondisi

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KOTA PADANG 409 PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ANALISIS AKSES TERDEKAT DAN JUMLAH PERGERAKAN PENDUDUK MELEWATI JALUR EVAKUASI DI KOTA PADANG

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ANALISIS AKSES TERDEKAT DAN JUMLAH PERGERAKAN PENDUDUK MELEWATI JALUR EVAKUASI DI KOTA PADANG APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ANALISIS AKSES TERDEKAT DAN JUMLAH PERGERAKAN PENDUDUK MELEWATI JALUR EVAKUASI DI KOTA PADANG Afrital Rezki Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 6 TAHUN 2013 TANGGAL 26 APRIL 2013

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 6 TAHUN 2013 TANGGAL 26 APRIL 2013 LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 6 TAHUN 03 TANGGAL 6 APRIL 03 PENEMPATAN DAN PEMASANGAN RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN DALAM KOTA SUNGAI PENUH NO NAMA JALAN/ RUAS JALAN. Jl.Jend.

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS SISTEM TRANSPORTASI SAMPAH KOTA PADANG PRODUCTIVITY ANALYSIS OF MUNICIPAL WASTE TRANSPORTATION SYSTEM IN PADANG CITY

ANALISIS PRODUKTIVITAS SISTEM TRANSPORTASI SAMPAH KOTA PADANG PRODUCTIVITY ANALYSIS OF MUNICIPAL WASTE TRANSPORTATION SYSTEM IN PADANG CITY Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (2) : 95-109 (Juli 2012) ISSN 1829-6084 ANALISIS PRODUKTIVITAS SISTEM TRANSPORTASI SAMPAH KOTA PADANG PRODUCTIVITY ANALYSIS OF MUNICIPAL WASTE TRANSPORTATION SYSTEM IN

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT)

STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT) STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT) Titi Kurniati *, Nicko Pratama *Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1423 Katalog BPS : 1101001.2102.070 Ukuran Buku : 17,6

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi Secara geografis Kota Bekasi berada pada posisi 106 o 48 28 107 o 27 29 Bujur Timur dan 6 o 10 6 6 o 30 6 Lintang Selatan. Letak Kota Bekasi yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Lahirnya UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah kemudian dianggap membawa semangat demokrasi didalamnya karena memuat kebijakan Otonomi Daerah, yang akan memberikan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP Lailla Uswatun Khasanah 1), Suwarsito 2), Esti Sarjanti 2) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas bagaimana letak, batas dan luas daerah penelitian, morfologi daerah penelitian, iklim daerah penelitian, dan keadaan penduduk daerah

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA. a. Berdasarkan Wujudnya

GEOGRAFI. Sesi PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA. a. Berdasarkan Wujudnya GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 02 Sesi NGAN PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA Semua objek dalam peta ditampilkan dalam bentuk simbol. Artinya, simbol peta mewakili objek baik objek fisik maupun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

UNTUK TINGKAT SEKOLAH DASAR / SLB

UNTUK TINGKAT SEKOLAH DASAR / SLB DAFTAR PENERIMA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PERIODE : JULI - DESEMBER 2008 UNTUK TINGKAT SEKOLAH DASAR / SLB No Nama Sekolah Kecamatan Jumlah Alokasi Dana BOS 1 SDN 01 Pasar Laban Bungus Teluk Kabung 211

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu 1. Penelitian ini menghasilkan peta rencana jalur evakuasi yang paling

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Geomorfologi Bentuk lahan di pesisir selatan Yogyakarta didominasi oleh dataran aluvial, gisik dan beting gisik. Dataran aluvial dimanfaatkan sebagai kebun atau perkebunan,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaram Umum Objek Penelitian 1. Kota Bandar Lampung a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam yang terjadi tidak bisa diprediksi dengan pasti. Diperlukan perencanaan tanggap darurat untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana yang muncul.

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Natar terdiri dari 24 desa yaitu Desa Banda Rejo, Suka Bandung,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Natar terdiri dari 24 desa yaitu Desa Banda Rejo, Suka Bandung, 59 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Dan Luas Daerah Kecamatan Natar terdiri dari 24 desa yaitu Desa Banda Rejo, Suka Bandung, Beranti Raya, Bumi Sari, Candi Mas, Haduyang, Haji Menna, Karang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN DEM (Digital Elevation Model) Wilayah Penelitian Proses interpolasi beberapa data titik tinggi yang diekstraksi dari berbagai sumber dengan menggunakan metode semivariogram tipe ordinary

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Banjir Kanal Barat (BKB) yang terbentang mulai dari kawasan Manggarai sampai kawasan Muara Angke menampung beberapa aliran sungai yang melintas di Jakarta,

Lebih terperinci

EVALUASI EXISTING BUILDING DAN PEMBUATAN PETA EVAKUASI VERTIKAL TERHADAP TSUNAMI DI KOTA PADANG. Fauzan 1 ABSTRAK

EVALUASI EXISTING BUILDING DAN PEMBUATAN PETA EVAKUASI VERTIKAL TERHADAP TSUNAMI DI KOTA PADANG. Fauzan 1 ABSTRAK VOLUME 7 NO. 2, OKTOBER 2011 EVALUASI EXISTING BUILDING DAN PEMBUATAN PETA EVAKUASI VERTIKAL TERHADAP TSUNAMI DI KOTA PADANG Fauzan 1 ABSTRAK Kota Padang adalahdaerah yang rawangempadan tsunami.selaindaerahrawan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini berisikan gambaran umum wilayah yaitu Kelurahan Purwawinangun Kecamatan Kuningan yang meliputi kondisi geografis, kependudukan, kondisi perekonomian, kondisi fasilitas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Lokasi kelurahan Kampung Sawah. beberapa keterangan penduduk kampung sawah yang berdomisili di Bandar

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Lokasi kelurahan Kampung Sawah. beberapa keterangan penduduk kampung sawah yang berdomisili di Bandar 48 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Lokasi kelurahan Kampung Sawah 1. Sejarah Singkat Kelurahan Kampung Sawah Sejarah kelurahan kampung sawah disusun berdasarkan fakta yang ada, dan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan berkualitas. Dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG Nama : I Made Mahajana D. NRP : 00 21 128 Pembimbing : Ir. Theodore F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG ABSTRAK Pesisir pantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 13 PERENCANAAN TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA GEOLOGI 1. Pendahuluan Perencanaan tataguna lahan berbasis mitigasi bencana geologi dimaksudkan untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah penduduk lebih

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada LAPORAN KESIAPSIAGAAN STATUS WASPADA GUNUNG KERINCI DI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MEI 2006 1 I. Pendahuluan Kabupaten Kerinci merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 232 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah data dan hasil analisis penelitian diperoleh kemudian di dukung oleh litelature penelitian yang relevan, maka tiba saatnya menberikan penafsiran dan pemaknaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK KAWASAN PESISIR KOTA PADANG (Studi kasus: Kecamatan Padang Barat) TESIS

ANALISIS RESIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK KAWASAN PESISIR KOTA PADANG (Studi kasus: Kecamatan Padang Barat) TESIS ANALISIS RESIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK KAWASAN PESISIR KOTA PADANG (Studi kasus: Kecamatan Padang Barat) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

6 STRATEGI MITIGASI TSUNAMI

6 STRATEGI MITIGASI TSUNAMI 6 STRATEGI MITIGASI TSUNAMI 6.1 Kerusakan Ekosistem Mangrove Akibat Tsunami Tsunami yang menerjang pesisir Kecamatan Sukakarya dengan tinggi gelombang datang (run up) antara 2-5 m mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Wilayah Kota Sintang memiliki luas 4.587 Ha yang terdiri dari 3 Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan pembagian aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Pertama,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKOTAAN DI KOTA PADANG, STUDI KASUS KECAMATAN PADANG BARAT

STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKOTAAN DI KOTA PADANG, STUDI KASUS KECAMATAN PADANG BARAT STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKOTAAN DI KOTA PADANG, STUDI KASUS KECAMATAN PADANG BARAT Wiwi Nelza 1) dan Eddy Setiadi Soedjono 2) 1 Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi

Lebih terperinci