BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

ABSTRAK MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: Pendidikan formal,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PROMOSI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu

PENDIDIKAN PADA MASA KOLONIAL

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

POLITIK KOLONIAL KONSERVATIF, ) ENCEP SUPRIATNA

BERITA RESMI STATISTIK

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PROMOSI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya

PENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh: Melinda Vikasari NIM

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

PERAN DAN UPAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA DI SUMATERA UTARA. Oleh: Chairuddin Panusunan Lubis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Kolonial Belanda. Kolonisasi yang dijalankan di Indonesia pada awal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan Pemerintah Hindia-Belanda , karena adanya penderitaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : 1. Memahami permasalahan sosial berkaiatan dengan pertumbuhan jumlah penduduk

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

DEPENDENCY THEORY, GLOBALISASI, DAN PASAR TENAGA KERJA

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

SEKILAS SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Serdang Bedagai dan di sebelah Timur dengan Kabupaten Asahan.

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan basis pembangunan bangsa. Apabila kita menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang masalah. Suku Karo adalah salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

menerjemahkan setiap konteks yang ada di dalam suatu karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Manusia yang ingin mencapai tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Namun tingkat kemajuan dan kebutuhan manusia setiap zaman tidaklah sama. Hal inilah yang menyebabkan pendidikan bersifat Dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Demikian halnya di Sumatra Timur, Sebelum mengenal pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang diajarkan oleh seorang guru (Datu). Kedatangan Kolonial Belanda di Sumatra Timur yang ditandai dengan dibukanya perkebunan tembakau di Sumatera timur yang dipelopori oleh J.Neinhuys pada tahun 1963, mengubah bentuk Pendidikan magis religious menjadi pendidikan yang lebih modern dengan ilmu pengetahuan. Pada masa kolonial Belanda Kota Tebing Tinggi menjadi salah satu wilayah administrasi dari residen Sumtara Timur, Hamit mengatakan dalam bukunya bahwa Kota Tebing Tinggi adalah bagian dari wilayah Sumatra Timur. (Hamit, 2006 : 423): wilayah Sumatera Timur adalah wilayah bekas residency The eastcoast of sumatara yang sekarang meliputi kabupaten langkat, kab. Deli 1

serdang, Kab. Binjai, kota medan, kota Tebing Tinggi, kabupaten Asahan, kota Tanjung Balai, kab. Labuhan Batu di pesisir selat malaka dan di pedalamannya terdapat kabupaten karo dan kabupaten simalungun Perkembangan pendidikan pada masa kolonial Belanda semakin terlihat sejak sistem tanam paksa yang diterapkan Kolonial Belanda. Praktek Taman paksa mengundang banyak komentar dari pihak humanis di Belanda, untuk memperhatikan kesejahtraan orang - orang pribumi yang mengalami penderitaan akibat eksploitasi tanah jajahan. Salah satu tokoh pencetus politik balas budi ini adaah Van Deventer melalui artikelnya yang berjudul Hutang Budi. Politik balas budi (politik Ethis) menerapkan tiga slogan, yaitu : Irigasi, Edukasi, dan Emigrasi. Edukasi (pendidikan) dari politik etis yang diterapkan Kolonial Belanda memberikan kesempatan kepada pribumi untuk memperoleh pendidikan dengan adanya kemunculan sekolah sekolah. Sekolah desa yang terkenal di Sumatra timur pada permulaan abad ke-20 ialah Volkschool yang terdapat di Penyabungan dan Vervolgaschool yang terdapat di Medan. Setelah kemunculan kedua sekolah tersebut maka pendirian sekolah sekolah di Sumatra Timur semakin meningkat dengan didirikannya sekolah untuk bumi putra seperti Hollandsch Inlandschce School yang terdapat di Medan, Binjai, Perbaungan, Tanjung Balai, pematang siantar, dan Tebing Tinggi. Sekolah selanjutnya ialah Europese Lagere School di Pematang siantar. Hal ini dikatakan oleh Sanusi, (1981 : 48) 2

sekolah sekolah desa yang dikenal di Sumatra Utara pada permulaan abad ke-20 ialah Volkschool dan Vervolgaschool. Setelah Sekolah- sekolah tersebut kemudian didirikan pula standart school dan Hollandsch Inlandsche School. Ini adalah untuk penduduk Bumi putra. Namun disisi lain, Pendidikan yang diberikan oleh pihak pemerintah tidak dapat diharapkan sebagai sarana untuk mencerdaskan semua kalangan masyarakat. Karena Politik etis yang di terapkan adalah cara untuk mengeksploitasi tanah jajahan dengan skala besar. Pendidikan yang diberikan oleh pihak kolonial Belanda bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja murah di perkebunan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan Barat telah menginspirasi pribumi untuk bangkit dan melakukan perlawanan dengan cara modern. Kebutuhan yang besar akan pendidikan menyebabkan lahirnya tokoh tokoh terdidik yang bergerak dibidang pendidikan. Di awal abad ke-20, telah tumbuh sekolah sekolah yang bersendikan kebangsaan di kota Tebing Tinggi salah satu diantaranya ialah Yayasan Perguruan Taman Islam (Raudhatul Islamiyah (RIS)), pendidikan ini dikelola oleh kaum pribumi dengan menentukan kurikulum yang di gunakan, sarana yang harus disediakan, dan keadaan tenaga pengajar yang terbatas serta menjangkau murid murid tanpa campur tangan kolonial Belanda secara langsung. Hal ini dikatakan oleh Sanusi dalam bukunya Sanusi, (1981 : 55) sekitar tahun tahun 1930 tumbuh sekolah sekolah yang bersendikan kebangsaan di Medan dan sekitarnya. 3

Peningkatan jumlah siswa juga menjadi faktor lahirnya sekolah sekolah swasta yang di bentuk oleh pribumi, ketidakseimbangan antara persediaan tempat belajar dengan permintaan atau kebutuhan masuk sekolah dapat diatasi dengan pendirian sekolah sekolah swasta, antara lain yang dibuka oleh Zending, misi, Muhammadiyah, taman siswa dan lain- lain (Kartodirjdo, 1999 : 79). Dengan kata lain, sekolah sekolah swasta memiliki peran yang sangat besar terhadap pendidikan pada masa kolonial Belanda. Pertumbuhan sekolah swasta tidak dapat dipisahkan dari tokoh penggagasnya, salah satu penggagas lahirnya sekolah swasta di kota Tebing Tinggi ialah Ibrahim Arsyad, Ibrahim Arsyad adalah seorang ulama yang mendirikan dan memimpin sebuah perguruan Taman Islam (Raudhatul Islamiyah (RIS)) pada tahun 1935. Hal ini dituliskan dalam majalah SINERGI (2012 :33) Beliau seorang penggagas dan pendiri sekolah Raudhatul Islamiah (RIS) era tahun 1935. Pendidikan akan mengubah kehidupan dan pemikiran masyarakat, dan menjadi sebuah dinamit bagi penindasan, Pendidikan yang ditawarkan oleh Ibrahim Arsyad sebagai pendiri yayasan perguruan Taman Islam menjadi salah satu cara untuk mencerdaskan masyarakat dengan pendidikan agama Islam. Sebuah pendidikan tidak dapat dipisahkan dari komponen yang terkait didalamnya. Diawal pendiriannya Yayasan perguruan Taman Islam (Raudhatul Islamiyah (RIS)) memiliki murid murid yang menuntut ilmu bahkan guru guru yang memberikan ilmunya bagi murid dengan menggunakan kurikulum yang menjadi 4

landasan sekolah serta sarana yang digunakan, keempat komponen ini manjadi bagian yang tidak dapat di lepasakan dari sebuah sekolah hingga saat ini. Sekarang Yayasan Perguruan taman Islam (Raudhatul Islamiyah (RIS)) sudah berdiri selama 80 tahun sejak didirikan pada tahun 1935 di kota Tebing Tinggi masih mengembangkan peranannya di bidang pendidikan di Tebing Tinggi. Sekolah ini Menjadi sekolah tertua kedua setelah Taman siswa (1929) di kota Tebing Tinggi yang masih dioperasionalkan hingga saat ini, haruslah didokumentasikan dalam penulisan sejarah lokal (Historiografi Sumatra Utara) khususnya dalam sejarah pendidikan. Hal inilah yang melatar belakangi peneliti melakukan penelitian dengan judul Peranan Yayasan Perguruah Raudhatul Islamiyah (Raudhatul Islamiyah (RIS)) Terhadap pendidikan pada masa Kolonial Belanda di Kota Tebing Tinggi (1935-1942) 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu: 1. Pendidikan Pada masa Kolonial Belanda di Sumatra Timur. 2. Sejarah terbentuknya Yayasan Perguruan Taman Islam (Raudhautul Islmiyah (RIS)) di kota Tebing Tinggi. 3. Peranan Yayasan perguruan Taman Islam (Raudhatul Islamiyah (RIS)) dalam pendidikan pada masa pemerintahan Belanda di Kota Tebing Tinggi. 5

1.3. Pembatasan Masalah. Untuk lebih memaksimalkan hasil penelitian, maka peneliti membatasi masalah penelitian. Dalam hal ini peneliti membatasi masalah penelitian pada Peranan yayasan perguruan Raudhatul Islamiyah (Raudhatul Islamiyah (RIS)) Terhadap pendidikan pada masa Kolonial Belanda di Kota Tebing Tinggi (1935-1942). 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adaah: 1. Bagaimana Sejarah Terbentuknya Yayasan perguruan Raudhatul Islamiyah (Raudhatul Islamiyah (RIS)) dikota Tebing Tinggi? 2. Bagaiaman peranan Yayasan Perguruan Raudhatul Islamiyah (Raudhatul Islamiyah (RIS)) terhadap pendidikan pada masa Kolonial Belanda di kota Tebing Tinggi? 1.5. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sejarah Terbentuknya Yayasan perguruan Raudhatul Islamiyah (Raudhatul Islamiyah (RIS)) dikota Tebing Tinggi. 6

2. Untuk mengetahui peranan Yayasan Perguruan Raudhatul Islamiyah (Raudhatul Islamiyah (RIS)) terhadap pendidikan pada masa Kolonial Belanda di kota Tebing Tinggi. 1.6. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian yang ingin di peroleh sesudah melakukan penelitian ini adalah. 1. Untuk menambah wawasan maupun pengetahuan peneliti mengenai peran sekolah Raudhatul Islamiyah terhadap pendidikan pada masa Kolonial Belanda. 2. Supaya masyarakat luas khususnya masyarakat kota Tebing Tinggi mengetahui bahwa kota Tebing Tinggi menyimpan warisan sejarah yang tak ternilai kususnya dalam dunia pendidikan. 3. Sebagai pertimbangan bagi peneliti lainnya yang akan meneliti masalah yang sama. 4. Untuk menambah bahan pembelajaran bagi civitas Akademisi Universitas Negri Medan. 5. Menambah wawasan kepada pembaca mengenai peranan Raudhatul Islamiyah dalam perlawanan terhadap kolonial Belanda di kota Tebing Tinggi. 7