KETERTARIKAN HAMA Sitophilus oryzae PADA BERAS, JAGUNG PIPILAN KACANG TANAH, KACANG KEDELAI, DAN KOPRA

dokumen-dokumen yang mirip
Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas Srikandi Kuning dan Putih oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

Karakter Morfologi Necrobia spp. (Coleoptera ; Cleridae) Pada Beberapa Jenis Bahan Simpanan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras

HASIL DAN PEMBAHASAN

J. Agrisains 10 (1) : 28-34, April 2009 ISSN :

1 Muhammad Syaifullah Hiola, , Rida Iswati, Fahria Datau, Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Pengaruh Periode Penyimpanan Beras terhadap Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae (L.) dan Kerusakan Beras

PREFERENSI PADA MEDIA PENELURAN DAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI TELUR Sexava nubila STAL. (ORTHOPTERA; TETTIGONIDAE)

BAB III METODE PENELITIAN. atau percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4. A1 = Daun Tembelekan Konsentrasi 3%

BIOLOGI Sitophilus oryzae dan Sitophilus zeamais (COLEOPTERA; CURCULIONIDAE) PADA BERAS DAN JAGUNG PIPILAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERKEMBANGAN Sitophilus oryzae LINNAEUS (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN

UJI BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae) (Coeloptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh,

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Uji Penolakan. terhadap penolakan hama kutu beras. Namun perlakuan serbuk

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.

KAJIAN ASPEK TINGKAH LAKU SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamays DI LABORATORIUM. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma

HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRINING KETAHANAN 35 AKSESI PLASMANUTFAH JAGUNG TERHADAP SERANGAN HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motsch.

POPULASI HAMA PENGGEREK TONGKOL JAGUNG Helicoverpa

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan

MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN KONSENTRASI CO 2 TERHADAP PERKEMBANGAN Sitophilus zeamais SELAMA PENYIMPANAN JAGUNG

KORELASI POPULASI Sitophylus oryzae Linn.(Coleoptera:Curculionidae) DENGAN BEBERAPA FAKTOR PENYIMPANAN BERAS BULOG DI MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN

PERANAN PEMBERIAN KUNING TELUR DENGAN DOSIS PENGENCERAN YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

Jurnal Agrikultura Volume 19, Nomor 3, Tahun 2008 ISSN

TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.))

Adne Yudansha, Toto Himawan dan Ludji Pantja Astuti

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

TABEL HIDUP Sitophilus oryzae (Coleoptera; Curculionidae) PADA BERAS

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS

PREFERENSI PENGGEREK BATANG PADI PUTIH Scirphopaga innotata Walker (Lepidoptera : Pyralidae) PADA TIGA VARIETAS PADI GOGO

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst.

Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA HAMA PASCA PANEN PADA BEBERAPA MAKANAN TERNAK DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW. S.C. Rimbing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Lampiran 1a. Jumlah total populasi serangga (Nt) Sitophilus zeamais setelah penyimpanan.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

POPULASI DAN SERANGAN Cnaphalocrosis medinalis (LEPIDOPTERA; PYRALIDAE) PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, tentang budaya. religius dan pembentukan karakter peserta didik.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh: Asih Zulnawati. (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Dahelmi dan Dr. Resti Rahayu) RINGKASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instrumen yang telah valid dan reliabel yaitu instrumen supervisi akademik

Lampiran 1. Skema Penelitian

DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA

Sri Wulandari *, Syahrial Oemry, Yuswani Pangestiningsih. Program Studi Agroekoteknologi,Fakultas Pertanian,USU, Medan ABSTRACT

III. BAHAN DAN METODE

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1.2 Data skor warna kuning telur ayam petelur strain Isa Brown pada akhir penelitian berdasarkan Yolk Colour Fan

PENGUJIAN KETAHANAN GALUR JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motschulsky

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN

Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Kurs terhadap Perkembangan Harga Saham PT. Telkom Tbk Menggunakan Analisis Regresi

BERAS DAN JAGUNG PIPILAN (CHARACTERICS OF IMAGO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

ANALISIS KERUSAKAN TANAMAN KOPI AKIBAT SERANGAN HAMA

LAPORAN PRAKTIKUM UJI KESEHATAN BENIH II (BAGIAN ILMU HAMA TUMBUHAN)

Uji Efektifitas Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Sebagai Pestisida Nabati terhadap Perilaku Makan Tikus Hama (Rattus argetiventer)

III. METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Syaratnya adalah hanya ada

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Waktu pelaksanaan bulan Maret sampai

PENGARUH PERLAKUAN OVEN GELOMBANG PADA BERBAGAI TINGKATA DAYA DAN WAKTU TERHADAP MORTALITAS Tribolium castaneum Herbst DAN KANDUNGAN TEPUNG TAPIOKA

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

Transkripsi:

70 KETERTARIKAN HAMA Sitophilus oryzae PADA BERAS, JAGUNG PIPILAN KACANG TANAH, KACANG KEDELAI, DAN KOPRA THE PREFERENCES OF Sitophilus oryzae PESTS IN RICE, CORN, PEANUT, SOYBEANS, AND COPRA Jusuf Manueke dan Jantje Pelealu *) *) Fakultas Pertanian Unsrat Manado ABSTRACT The purpose of research is to know the preferences of Sitophilus oryzae in rice, corn, peanut, soybeans, and copra. Experiments using observational and substitutional methods with research objeck is the interest of S. oryzae in some kind of postharvest material. Parameters measured were population density of pests, feeding damage caused by pests, and the relationship between population densty of pests and postharvest material damage caused by pests feed of S. oryzae. The results showed that S. oryzae choose food according to its main host. Population density are highest at 20.8 tail in rice, corn followed by14.0 tail, 8.2 tail in peanuts, 7,0 tail in soybeans and the lowest in copra is 4.0 tail. The results of feeding test showed that S. oryzae can not live in peanut, soybeans, and copra. Damage to feed straight to the population density S.oryzae. The amount of damage depends on the amount of feed that is higher pest populations, the greater damage in flicted on feed. Key words: preferences, Sitophylusoryzae, rice, corn, peanut, peanut soya, copra ABSTRAK Tujuan penelitian ialah mengetahui ketertarikan hama Sitophilus oryzae pada beras, jagung pipilan kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra. Percobaan menggunakan metode obsevasi dan substusi dengan objek penelitian adalah ketertarikan S. oryzae pada beberapa jenis bahan pascapanen. Parameter yang diamati adalah padat populasi hama, kerusakan bahan pascapanen akibat serangan hama, dan hubungan antara padat populasi hama dan kerusakan pada pakana kibat serangan hama S. oryzae. Hasil penelitian menunjukkan bahwa S. oryzae memilih pakan sesuai dengan inang utamanya. Padat populasi tertinggi pada beras yaitu 20,8 ekor, diikuti oleh jagung pipilan 14.0 ekor, kacang tanah 8,2 ekor, kacang kedelai 7,0 ekor dan terendah pada kopra yaitu 4,0 ekor. Hasil penelitian uji pakan menunjukkan bahwa S. oryzae tidak dapat hidup pada kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra. Kerusakan pada pakan berbading lurus dengan padat populasi S. oryzaes. Besarnya kerusakan pakan tergantung pada besarnya populasi hama yaitu makin tinggi populasi hama, makin besar kerusakan yang ditimbulkannya pada pakan. Kata kunci : preferensi, Sitophylus oryzae, beras, jagung pipilan, kacang tanah, kacang kedelai, kopra Eugenia Volume 21 No. 2 Juni 2015

Manueke, J. dan J. Pelealu: Ketertarikan Hama Sitophilus oryzae... 71 PENDAHULUAN Bahan pascapanen adalah produk akhir dari kegiatan usaha pertanian dan industri. Bahan pascapanen memiliki nilai yang sangat tinggi karena sudah menghabiskan biaya yang tinggi melalui kegiatan usaha pertanian yang meliputi pengolahan tanah, pembenihan dan pembibitan/ pesemaian, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Produk pascapanen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu terutama dari golongan serangga. Hama yang menyerang komoditas pascapanen (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang. Mereka memiliki kemampuan khusus untuk menyesuaikan diri dengan keadaan/kondisi gudang atau tempat penyimpanan dan bahan pascapanen yang keras dan kering. Hubungan serangga dan inang merupakan hubungan yang khusus. Dipilih tidaknya suatu jenis tanaman atau bahan tanaman oleh serangga ditentukan oleh kemampuan serangga menginfestasinya dan kondisi tanaman atau bahan tanaman apakah cocok atau tidak untuk dijadikan makanan, tempat meletakkan telur ataupun sebagai tempat berlindung. Kondisi tanaman atau bahan tanaman meliputi keadaan fisik (morfologi) dan fisiologi yang dapat menyebabkan serangga tertarik atau menjauhinya. Keadaan fisik tanaman atau bahan tanaman seperti adanya rambut pada permukaan, kekerasan jaringan, bentuk dan warna tanaman atau bagian tanaman. Menurut Bursell (1970) bahwa kondisi fisiologi tanaman atau bahan tanaman meliputi kualitas gizi sebagai makanan serangga dan kandungan berbagai bahan kimia atau dikenal dengan senyawasenyawa sekunder berupa substansi kimia dalam tanaman atau bahan tanaman serta bau yang dihasilkan tanaman atau bahan tanaman yang bersifat menarik atau menolak kehadiran serangga pada tanaman/bahan tanaman tersebut. Organisme memiliki perkembangan yang optimal jika kondisi fisiologis tanaman/ bahan tanaman ideal untuk perkembangan organisme tersebut. Kandungan nutrisi inang dan adanya senyawasenyawa yang beracun serta kecukupan makanan untuk mendukung berbagai proses fisiologis serangga menentukan disukai atau tidak disukainya inang tersebut. Hal ini terbukti dari suksesnya serangga menyelesaikan seluruh siklus hidupnya pada inang tersebut mulai dari peletakan telur, telur menetas menjadi larva atau nimfa, pupa sampai menjadi dewasa (imago). Tanaman atau bahan tanaman dikatakan cocok sebagai inang dari serangga jika serangga tersebut dapat tumbuh dan berkembang biak pada tanaman/bahan tanaman tersebut (Patton, 1963). Serangga dalam mencari inang biasanya mulai bergerak secara acak sampai mereka menemukan satu arah tertentu melalui penciuman, atau penglihatan khusus. Bau yang diterima melalui indera menuntun serangga untuk mendapatkan habitat yang benar karena banyak serangga yang tertarik pada senyawasenyawa tertentu (senyawa sekunder). Disamping itu serangga dapat tertarik pada warna dan bentuk inang. Banyak serangga menggunakan antena sebagai radar yaitu berfungsi sebagai alat pencium, perasa, ataupun untuk mendeteksi sesuatu yang menarik dari inang sehingga dapat mengarahkan serangga tersebut untuk menemukan suatu habitat yang diinginkan. Tanaman atau bahan tanaman dapat dikatakan inang dari serangga, jika serangga tersebut dapat tumbuh dan berkembangbiak pada tanaman. Dapat saja terjadi perbedaan inang antara serangga pradewasa dan dewasa. Misalnya Ordo Lepidoptera, antara pradewasa dan dewasa umumnya memiliki inang yang berbeda. Serangga pradewasanya hidup dan makan bagian atau jaringan tanaman, sedangkan dewasanya biasanya hidup dan mengkonsumsi nektar dari tanaman yang berbeda dengan jenis tanaman yang dikonsumsi oleh pradewasanya. Seranggaserangga yang hanya menggunakan tanaman atau bagian tanaman untuk berlindung atau tempat beristirahat sementara disebut serangga visitor. Seranggaserangga visitor dapat saja tertarik pada tanaman/ bahan tanaman karena warna dan bentuknya, namun tidak dapat tumbuh dan berkembang pada

Eugenia Volume 21 No. 2 Juni 2015 tanaman/bahan tanaman tersebut. Seranggaserangga tersebut dapat saja meletakkan telur pada satu jenis tanaman, tetapi tanaman tersebut bukan merupakan inangnya, melainkan inang dari serangga pradewasanya. Referensi dan laporan penelitian mengenai status hama khususnya S. oryzae dan S. zeamais pada komoditas pascapanen masih menjadi pertanyaan bagi penulis apakah benar kedua spesies tersebut selain menyerang beras dan jagung pipilan, dapat juga menyerang kacangkacangan pasca panen dan kopra. METODE PENELITIAN Penelitian lapang dilaksanakan di Kota Manado, Kabupaten Minahasa, Talaud, Bolaang Mongondow, dan Kota Gorontalo. Penelitian laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado. Lama penelitian 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Juli sampai dengan Desember 2010. Penelitian dilakukan menggunakan metode observasi dan substitusi rangcangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini diawali dengan percobaan pemikatan Sitophilus spp. di lapang. Pemikatan dilakukan pada empat lokasi di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo yaitu Kota Manado, Kotamobagu, Talaud dan Kota Gorontalo. Setiap lokasi ditentukan empat tempat peletakan sampel pakan. Pakan yang digunakan yaitu beras, jagung pipilan, kopra, kacang tanah dan kacang kedelai. Sampel dibiarkan di lapangan selama 1,5 bulan. Setelah 1,5 bulan sampel diambil dari lapangan dan di bawa ke laboratorium untuk diamati jenis hama yang menginfestasi setiap sampel pakan tersebut. Percobaan berikutnya adalah uji preferensi. Uji preferensi dilakukan terhadap S. oryzae dan S. zeamais pada lima jenis bahan atau pakan pascapanen yang sekaligus merupakan perlakuan yaitu beras, jagung pipilan, kopra, kacang tanah dan kacang kedelai. Disamping itu dilakukan juga percobaan lain yaitu pengaruh jenis wadah penyimpanan, dan warna wadah penyimpanan terhadap populasi S. oryzae dan S. zeamais serta 72 kerusakan pada setiap bahan uji akibat serangan kedua jenis hama tersebut. Kriteria pengamatan adalah tingkat kesukaan hama terhadap setiap jenis pakan yang meliputi padat populasi hama, kerusakan pada setiap jenis pakan serta hubungan antara padat populasi dan kerusakan setiap komoditas pascapanen. Penyiapan Stok Serangga Uji Penyiapan stok serangga uji dimaksudkan agar pada saat pelaksanaan percobaan sudah tersedia stok serangga uji yang cukup dan umur serangga yang seragam. Beras yang sudah terindifikasi terserang hama di lapangan dibawa ke laboratorium untuk di pelihara. Bahanbahan tersebut dimasukkan dalam toples kemudian ditutup dengan kain azahi dan dibiarkan selama 1 2 bulan. Telur, larva, pupa, dan imago akan berkembang. Seranggaserangga hasil rearing tersebut yang digunakan dalam percobaan uji preferensi. Sterilisasi Bahan Uji Sterilisasi bahan uji dimaksudkan untuk membebaskan bahan uji dari keberadaan hama dan penyakit dalam bahan tersebut. Beras, jagung pipilan, kacang tanah, kacang kedelai dan kopra yang diambil dari lapangan masingmasing dimasukkan dalam baskom yang terbuat dari tima (aluminium foil) dimasukkan dalam oven untuk membebaskan bahan tersebut dari kontaminasi organisme lain. Pemanasan dalam oven dilakukan selama setengah jam pada suhu 75 0 C. Bahan hasil sterilisasi ini digunakan dalam uji preferensi. Pemikatan Sitophilus sp. Pemikatan Sitophilus sp dilakukan di Kota Manado, Kotamobagu, Talaud, dan Gorontalo. Setiap lokasi diambil dua tempat untuk peletakan bahan pascapanen (beras, jagung pipilan, kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra) masingmasing 10 kg. Bahanbahan tersebut masingmasing di masukkan dalam karung plastik. Bahanbahan tersebut diletakkan di tempattempat yang memungkinkan untuk diserang oleh Sitophilus sp dan dibiarkan selama 1,5 bulan di lapang. Setelah 1,5 bulan, bahanbahan tersebut diambil dan dibawah

Manueke, J. dan J. Pelealu: Ketertarikan Hama Sitophilus oryzae... 73 ke laboratorium untuk diamati spesies Sitophilus terdapat dalam beras, jagung pipilan, kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra. n = N = Jumlah individu untuk semua pengamatan (1 n) Jumlah ulangan/pengamatan Uji Preferensi Beras, jagung pipilan, kacang tanah, kacang kedelai dan kopra bebas hama dimasukkan dalam Stoples masingmasing 500 gr dan ditutup dengan kain azahi kemudian dilapisi dengan penutup stoples yang sudah dilubangi agar tidak terkontaminasi oleh serangga hama dari luar. Stoplesstoples tersebut dimasukkan ke dalam kurungan percobaan dan ditempatkan secara melingkar. 500 ekor serangga uji dimasukkan juga dalam kurungan kemudian kurungan tersebut ditutup agar tidak terkontaminasi dengan serangga lain dari luar. Biarkan selama 1 x 24 jam agar serangga uji dapat memilih pakan yang disukainya. Stoples yang sudah terinfesetasi hama tersebut dikeluarkan dari kurungan percobaan, dihitung populasi hama pada masingmasing pakan dan dimasukkan kembali dalam toples dan ditutup seperti semula untuk pengamatan selanjutnya. Pengamatan Parameter yang diamati ialah keragaman spesies, tingkat kesukaan, dan kerusakan pada masingmasing pakan yang diperlakukan. Halhal yang diamati ialah spesies hama, padat populasi hama dan susut berat pakan. Pengamatan spesies hama dilakukan untuk mengetahui spesies Sitophilus yang terdapat pada setiap bahan pascapanen tersebut. Tingkat kesukaan hama terhadap setiap pakan uji dimaksudkan untuk mengetahui status S. oryzae dan S. zeamais pada setiap pakan uji yaitu menentukan inang utama, inang alternatif dan atau hanya sebagai pengunjung (visitor). Pengamatan dilakukan setiap 10 hari setelah pengamatan pertama dan dilakukan sampai hari ke 60 setelah infestasi. Padat populasi hama adalah jumlah individu hama yang ditemukan pada setiap pakan uji. Padat populasi hama dihitung menurut formula sebagai berikut : P = Dimana : P = Padat populasi hama Kerusakan yang diamati adalah kerusakan kualitatif dan kuantitatif. Kerusakan kualitatif yaitu mengamati kondisi fisik pakan uji yang diserang S. oryzae dan S. zeamais. Kerusakan kuantitatif, yaitu hilangnya bagian atau berkurangnya berat atau volume bahan akibat dimakan atau diserang hama. Kerusakan kuantitatif adalah susut berat pada setiap pakan uji. Susut berat adalah berkurangnya berat bahan akibat dimakan atau diserang oleh serangga hama. Susut berat dihitung menggunakan formula sebagai berikut : SB = [Ba {Ba(Bt+Bh)}] Dimana : SB = Susut berat Ba = Berat awal bahan Bt = Berat bahan yang dikonsumsi hama selama waktu t Bh = Berat hama dalam pakan uji. Analisis Data Data padat populasi dan kerusakan dianalisis dengan sidik ragam menggunakan program aplikasi SPSS 17.0 for windows. Hubungan padat populasi hama dan susut berat pada seriap jenis pakan menggunakan model statistik sebagai berikut : Yi = Ao + BiXi + Ei Dimana : Yi = Variabel hasil atau variable tidak bebas (dependent variable)..susut berat Xi = Variabel bebas (independent variable) populasi hama Ao, Bi = Parameter yang diduga atau belum diketahui Ei = Komponen error Keeratan hubungan atau ada tidaknya hubungan antara variabel susut berat (dependent variable = variabel tidak bebas) dan variabel padat populasi hama (independent variable = variabel bebas), dapat didekati dengan menghitung koefisien korelasi (r) untuk masingmasing perlakuan. Koefisien korelasi adalah suatu nilai yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara

Eugenia Volume 21 No. 2 Juni 2015 variabel bebas dan variabel tidak bebas. Kisaran nilai r adalah +1 dan 1, artinya makin mendekati nilai satu maka hubungan kedua variabel makin baik atau kuat, sebaliknya makin mendekati nilai 0, maka hubungan kedua variabel tersebut makin berkurang atau lemah. Semua data hasil pengamatan dilakukan uji prasyarat analisis parametrik untuk semua parameter yang diukur yang meliputi : (1) Analisis normalitas data populasi dan kerusakan dianalisis dengan uji KolmogorovSmirnov, dengan tingkat kemaknaan α =0,05; (2) Analisis homogenitas varians data menggunakan analisis Levene test; (3) Perbedaan populasi hama, kerusakan, siklus hidup, fekunditas, mortalitas dan lama hidup hama pada setiap komoditas pascapanen dilakukan dengan analisis oneway anova yang dilanjutkan dengan LSD Post Hoc Test pada taraf α =0,05; dan (4) Mengetahui hubungan antara populasi hama dan kerusakan pada setiap komoditas digunakan analisis Product moment (Pearson) pada taraf α= 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Populasi Hama Pengamatan tingkat kesukaan hama pada setiap pakan uji dilakukan dengan mengamati padat populasi hama pada beras, jagung pipilan, 74 kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra. Hasil uji statistik perbedaan padat populasi S. oryzae pada beras, jagung pipilan, kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra dapat diikuti pada Tabel 1. Hasil uji statistik terhadap populasi S. oryzae pada beras, jagung pipilan, kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antar perlakuan yaitu nilai signifikansinya 0,00 0,01. Hasil ini dilanjutkan ke uji BNT untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Hasil uji BNT terhadap data padat populasi S. oryzae pada beras, jagung pipilan, kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra dapat dilihat pada Tabel 2. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa padat populasi S. oryzae antara beras dan jagung pipilan, beras dan kacang tanah, beras dan kacang kedelai berbeda, beras dan kopra, jagung pipilan dan kacang tanah, jagung pipilan dan kacang kedelai serta jagung pipilan dan kopra berbeda sangat nyata. Sedangkan kacang tanah dan kacang kedelai, kacang tanah dan kopra serta kacang kedelai dan kopra tidak berbeda nyata. Perbedaan padat populasi S.oryzae pada beras, jagung pipilan, kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra dapat diikuti pada Gambar 1. Tabel 1. Hasil Pengujian Perbedaan Ratarata Padat Populasi Sitophilus oryzae pada Beras, Jagung Pipilan, Kacang Tanah, Kacang Kedelai, dan Kopra Hari ke30 Setelah Infestasi di Laboratorium (Table 1. The Difference Test Result on the Mean Population Density of Sitophilus Oryzae in Rice Grains, Corn Kernels, Peanut, Soybeans, and Copra on Day30 After Artificial Infestations in Laboratory) No. Pakan Padat Populasi (Ratarata) Standart Deviasi (Sd) F Sig 1 2 3 4 5 Beras Jagung Pipilan Kacang Tanah Kacang Kedelai Kopra Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata 20,8 14,0 8,2 7,0 5,0 1.92 2.24 1.64 1.00 0.71 79,88** 0,00

Manueke, J. dan J. Pelealu: Ketertarikan Hama Sitophilus oryzae... 75 Tabel 2. Uji BNT Terhadap Dataa Padat Populasi Sitophilus oryzae Pada Beras, Jagung Pipilan, Kacang Tanah, Kacang Kedelai, dan Kopra Hari ke30 Setelah Infestasi di Laboratorium (Table 2. LSD Test on the Population Density Data of Sitophilus Oryzae in Rice Grains, Corn Kernels, Peanuts, Soybeans and Copra on Day30 After Artificial Infestations in Laboratory) No. Jenis Bahan Beras Jagung Pipilan Kacang Tanah Kacang Kedelai 1 2 3 4 Jagung Pipilan Kacang Tanah Kacang Kedelai Kopra 6.8 ** 12.6 ** 13.8 ** 15.8 ** Keterangan : ** = berbeda sangat nyata; tn = tidak nyata 5.8 ** 7.0 ** 9.0 ** 1.2 tn 3,2 tn 2,0 tn Padat Populasi 25 20.8 20 15 14 10 5 8.2 7 5 0 Beras Jagung Pipilan Kacang Tanah Kacang Kedelai Kopra Gambar 1. Diagram Batang Padatt Populasi Sitophilus oryzae Pada Beras, Jagung Pipilan, Kacang Tanah, Kacang Kedelai, dan Kopra di Laboratorium (Figure 1. Bar Chart of Sitophilus oryzae Population Density in Rice Grains, Corn Kernels, Peanut, Soybeans, and Copra in Laboratory) Diagram batang pada Gambar 1 me pakan meng nunjukkan bahwa pada setiap jenis hasilkan padat populasi hama yang berbedabeda. Beras dan jagung pipilan memiliki padat populasi S. oryzae yang tertinggi dibandingkan dengan kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra. Padat populasi S. oryzae tertinggi pada beras, sedang S. zeamais tertinggi pada jagung pipilan. Padat populasi S. oryzae lebih tinggi pada beras daripada jagung pipilan disebabkan karena beras merupakan pakan utamanya dan jagung pipilan merupakan pakan alternatifnya. Rendahnya populasi S. oryzae pada kacang tanah, kacang kedelai dan kopra disebabkan karena ketiga jenis pakan tersebut bukan me serangga tersebut, rupakan inang dari kedua jenis tetapi hanya beristirahat sementara atau sebagai pengunjung (visitor), bukan sebagai makanan. Perbedaan tingkat kesukaan S. oryzae terhadap lima jenis pakan uji dapat disebabkan karena perbedaan kandungan gizi dari ke lima jenis bahan uji terutama karbohidrat, protein dan lemak. Beras dan jagung pipilan memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan kandungan protein dan lemak rendah. Sedangkan kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra memiliki kandungan proteim dan lemak tinggi dan kandungan karbohidrat rendah.

Eugenia Volume 21 No. 2 Juni 2015 Patton (1963) mengatakan bahwa kualitas dan kuantitas makanan sangat menentukan keberhasilan suatu organisme dalam melangsungkan kehidupannya. Menurut Bursell (1970) bahwa suatu organisme akan tumbuh dan berkenbangbiak dengan baik jika nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsinya ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan organisme tersebut. Beras memiliki nutrisi yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan S. oryzae, sedangkan jagung pipilan mengandung nutrisi yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan S. zeamais. Menurut Hill (1990) hama Sitophilus spp. Merupakan hama penting bahan pascapanen bijibijian. Hama tersebut banyak dijumpai menyerang bahanbahan yang banyak mengandung karbohidrat antara lain beras, biji jagung, dan gandum. Khusus untuk kacang tanah, kacang kedelai dan kopra menunjukkan bahwa baik S. oryzae tidak dapat hidup pada ketiga jenis komoditas tersebut. Hasil pengamatan padat populasi S. oryzae pada hari ke 30 setelah investasi menunjukkan bahwa populasi hama tersebut tidak bertambah dan sudah mati serta tidak ada gejala gerekan pada ketiga jenis bahan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa S. oryzae bukan merupakan hama pada kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra dan ketiga jenis komoditas tersebut bukan merupakan inangnya, tetapi hanya merupakan visitor pada ketiga jenis bahan tersebut. 76 Kerusakan Penghitungan kerusakan yang disebabkan oleh Sitophilus oryzae dan S. zemais hanya dilakukan pada beras dan jagung pipilan karena kedua spesies tersebut tidak dapat hidup pada kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra. Penghitungan kerusakan dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan menghitung susut berat yang terjadi pada setiap pakan yang diujikan. Susut berat adalah berat yang hilang pada masingmasing pakan akibat serangan atau dimakan oleh hama. Penghitungan susut berat dilakukan pada hari ke30 setelah infestasi. Hasil uji statistik perbedaan susut berat pada beras dan jagung pipilan akibat serangan S. oryzae dan S. zeamais dapat diikuti pada Tabel 3. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji statistik terhadap perbedaan populasi S. oryzae pada beras memberikan nilai signifikansi 0,081 yaitu > 0,05. Hal ini berarti bahwa susut berat yang disebabkan oleh kedua spesies tersebut pada beras tidak berbeda nyata. Perbedaan populasi S. oryzae pada jagung pipilan memberikan nilai signifikansi 0,00 < 0,01. Hal ini berarti bahwa susut berat yang disebabkan oleh S. oryzae pada jagung pipilan berbeda sangat nyata. Perbedaan susut berat pada beras dan jagung pipilan akibat serangan S.oryzae dan S. zeamais dapat diikuti pada Gambar 2. Diagram batang perbedaan susut berat pada beras dan jagung pipilan menunjukkan bahwa S. oryzae menyebabkan susut berat lebih besar pada beras daripada jagung pipilan. Tingginya susut berat pada beras disebabkan karena beras merupakan inang utama dari S. oryzae dan jagung pipilan hanya merupakan inang alternatifnya. Menurut Hill (1990) dan Surtikanti (2004) bahwa kandungan gizi bahan yang dikonsumsi mempengaruhi tingkat kesukaan hama terhadap bahan makanan, demikian kandungan gizi dari beras dan jagung pipilan berpengaruh pada kerusakan akibat serangan kedua jenis hama tersebut. Tabel 3. Hasil Pengujian Perbedaan RataRata Susut Berat pada Beras dan Jagung Pipilan Akibat Serangan Sitophilus oryzae Hari ke30 Setelah Infestasi Di Laboratorium (Table 3. The Difference Test Result on the Mean Weight Loss of Rice Grains and Corn Kernels Due to Sitophilus oryzae Infestation on Day30 After Artificial Infestations in Laboratory) No. Jenis Pakan Susut Berat (gr) Standart Deviasi (Sd) t Sig 1. Beras 1.8 0.14 1.54 tn 0.081 2. Jagung Pipilan 1.3 0.30 5,22 ** 0.000 Keterangan : ** = Berbeda sangat nyata; tn = Tidak nyata

Manueke, J. dan J. Pelealu: Ketertarikan Hama Sitophilus oryzae... 77 Susut berat 2 1.5 1 0.5 0 1.8 Beras 1.32 Jagung Pipilan Gambar 2. Diagram Batang Perbedaan Susut Berat pada Beras dan Jagung Pipilan Akibat Serangan Sitophilus oryzae Di Laboratorium (Figure 2. Bar Chart of Rice Grains and Corn Kernels Weight Loss Due to Sitophilus oryzae Infestations in Laboratory) Hubungan Populasi Sitophilus oryzae dan Kerusakan Pada Beras Jagung Pipilan Penelitian hubungan populasi S. oryzae dan kerusakan pada beras dan jagung pipilan diamati mulai hari ke30 setelah infestasi sampai hari ke60 setelah infestasi, dengann interval waktu pengamatan 10 hari. Hasil uji statistik hubungan padat populasi S. oryzae dan kerusakan pada beras dan jagung pipilan dapat diikuti pada Tabel 4. Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa koefisien korelasi padat populasi hama dengan kerusakan pada beras dan jagung pipilan memiliki nilai koefisien korelasi mendekati nilai satu yaitu pada beras 0,985 dan pada jagungg 0,992. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan padat popupada beras dan lasi S. oryzae dan susut berat jagung pipilan memiliki hubungan yang erat. Susut berat pada beras dan jagung pipilan berbanding lurus dengan meningkatnya padat populasi S. oryzae. Keeratan hubungan antaraa padat populasi S. oryzae dan susut berat pada beras dan jagung pipilan diperkuat dengan adanya garis regresi linier pada hubungan antara padat populasi hama dengan susut berat pada beras dan jagung pipilan (Gambar 3 dan 4). Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa setiap perlakuan memiliki garis linier yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan po meningkatan susut pulasi hama menyebabkann berat pada beras dan jagung pipilan yang disebabkan oleh S. oryzae. Makin tinggi populasi S. oryzae maka makin besar susut berat pada beras dan jagung pipilan. Makin banyak individu dalam populasi makin banyak makanan yang dikonsumsi oleh hama, sehingga susut berat yang hilang pun meningkat. Hasil penelitian Manueke (1993) mengenai hubungan antara padat populasi hama Sitophilus oryzae dan Tribolium castaneun dengan kerusakan pada beberapa varietas beras menunjukkan korelasi yang erat dan positif antara peningkatan padat populasi hama dengan kerusakan pada setiap varietas beras.

Eugenia Volume 21 No. 2 Juni 2015 78 Tabel 4. Hasil Pengujian Koefisien Korelasi Hubungan Padat Populasi Sitophilus oryzae (X) Dengan Susut Berat Pada Beras dan Jagung Pipilan (Y) Mulai Hari Ke30 Sampai dengan Hari Ke60 Setelah Infestasi (Table 4. The Coefficient Correlation Test Result on the Association Between Sitophilus oryzae Population Density (X) and the Weight Loss of Rice Grains and Corn Kernels (Y) from Day30 to Day60 After Artificial Infestations) No. Perlakuan Koefisien Korelasi (r) t sig 1 2 A B 0.985 0.992 7.962 ** 0.015 10.927 ** 0.008 Keterangan : A = Sitophilus oryzae pada beras; B = Sitophilus oryzae pada Jagung Pipilan Gambar 3. Garis Regresi Hubungan antara Padat Populasi Sitophilus oryzae dan Susut Berat Pada Beras (Figure 3. Regression Line of the Association Between the Populations Density of Sitophilus oryzae and the Weight Loss of Rice Grains) Gambar 4. (Figure 4. Garis Regresi Hubungan antara Padat Populasi dan Susut Berat Pada Sitophilus oryzae pada Jagung Pipilan Regression Line of the Association Between the Populations Density of Sitophilus oryzae and the Weight Loss of Corn Kernels)

Manueke, J. dan J. Pelealu: Ketertarikan Hama Sitophilus oryzae... 79 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1) S. oryzae hanya ditemukan pada beras dan jagung pipilan, sedangkan pada kopra, kacang tanah dan kacang kedelai tidak ditemukan; 2) S. oryzae memiliki tingkat kesukaan tertinggi pada Beras dan tidak dapat berkembangbiak dan hidup pada kacang tanah, kacang kedelai, dan kopra; 3) kerusakan pada beras dan jagung pipilan berbanding lurus dengan padat populasi S. oryzae, yaitu makin tinggi padat populasi S. oryzae makin besar kerusakan yang ditimbulkannya pada beras dan jagung pipilan. DAFTAR PUSTAKA Bursell, E. 1970. An Introduction to Insect Physiology. Academic Press Inc. (London) LTD. London and New York. Hill, D. S. 1990. Pests of Stored Products and Their Control. CRC Press, Inc. Publishers. Boca Raton. Ann Arbor. Boston. Manueke, J. 1993. Kajian Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae dan Tribolium castaneum dan Kerusakan yang Ditimbulkan pada Tiga Varietas Beras. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Publisher of W.B. Saunders Co. Philadelphia. Patton, R. L. 1963. Introductory Insect Physiology. W.B. Saunders Compaqny, Philadelphia and London, Toppan Company Limited, Tokyo, Japan. Surtikanti. 2004. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculuionidae) dan Strategi Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros 90514. Jurnal Litbang Pertanian, 23/4/2004.