1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 1 2. Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat-sifat Tanah. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah. Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

IV. METODE PENELITIAN

Klasifikasi Kemampuan Lahan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

IV. HASIL PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

DISTRIBUSI SPASIAL DAN KLASIFIKASI KAPABILITAS KESUBURAN TANAH DI KAWASAN KEBUN INDUK POLOHUNGO KABUPATEN BOALEMO

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

III. METODOLOGI PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Tabel Lampiran 1. Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan Sebelum Ditambang. Tekstur

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Karakterisasi Morfologi Tanah di Lapang

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

TUJUAN PEMBELAJARAN : Survei Tanah dan Evaluasi Lahan

PENUNTUN PRAKTIKUM SIFAT SIFAT FISIK TANAH KELAS A PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI. OLEH I Wayan Narka

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

KARAKTERISITK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

4.1. Bahan Induk Tanah, Komposisi Mineral dan Sifat-Sifat Tanah Sawah

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Evaluasi Lahan TPA Galuga dan Kawasan Sekitarnya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

POTENSI TANAH TAILING UNTUK TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA AREAL PERTAMBANGAN RAKYAT DI KECAMATAN RATATOTOK

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Transkripsi:

1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 1

KARAKTERISTIK DAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN DI KAWASAN PERTAMBANGAN PT GORONTALO SEJAHTERA MINING DESA HULAWA KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO Abdul Karim Pakaya 1, Nurdin 2, Wawan Pembengo Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerakteristik dan kelas kemampuan lahan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sifat fisik dan kimia tanah, yaitu ph tanah, kandungan C-organik tanah, kandungan P 2 O 5 tersedia, Ca, Mg, K, Na tukar, kapasitas tukar kation (KTK) tanah, kejenuhan basa (KB), tekstur tanah, data curah hujan dan temperatur udara daerah penelitian, kelembaban udara, kedalaman efektif, ketersediaan udara, kandungan batuan, erosi serta kelas kemampuan lahan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey secara fisiografi. Jumlah. Pengambilan contoh tanah untuk sifat kimia dilakukan secara komposit. Pedon AK1 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan VIII t dengan Faktor pembatasnya adalah tektur tanahnya yang kasar (Pasir berlempung), Pedon AK2 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi, pedon AK sama halnya dengan pedon AK1 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan VIII t dengan Faktor pembatasnya adalah tekstur tanahnya yang kasar (Pasir berlempung), Pedon AK4 sama seperti pada pedon AK2 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi, Pedon AK5 sama seperti pada pedon AK2 dan AK4 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi, Pedon AK6 sama seperti pada pedon AK2, AK4 dan AK5 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi. Kata Kunci; Karakteristik Tanah, Lahan. PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa alokasi pemanfaatan ruang pada rencana tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Hal tersebut dikarenakan suatu lahan yang dipergunakan tidak sesuai dengan kemampuan akan mencapai batas kritis setelah waktu tertentu. Daya dukung lahan bersifat terbatas, sehingga untuk mensejahterakan kehidupan manusia maka manusia dituntut untuk membuat daya dukung lingkungan tersebut berkelanjutan. Kawasan Gunung Pani Kabupaten Pohuwato sudah lama dikenal sebagai salah satu wilayah pertambangan Emas di Provinsi Gorontalo, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda. Saat ini ada dua perusahaan pertambangan yang sedang melakukan tahapan eksplorasi (Pan Asia dan PT. GSM), di samping kegiatan pertambangan yang dikelola oleh koperasi pertambangan setempat dan PETI. Dengan kondisi tipologi wilayah yang dominan bergunung dengan vegetasi hutan sebelumnya, maka dengan keberadaan kegiatan pertambangan selama ini telah mengalami perubahan kondisi lingkungan yang sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan aktifitas pertambangan. Disebabkan penataan ruang yang umumnya terjadi akibat adanya kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan lahan, sehingga terjadi perubahan pengelolaan maupun perubahan 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 2

keadaan. Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada peningkatan kebutuhan lahan untuk mewadahi berbagai aktivitas manusia melangsungkan kehidupannya. Di sisi lain, ketersediaan lahan tersebut relatif terbatas, sehingga tidak mustahil jika banyak terjadi konversi lahan dari kawasan budidaya pertanian ataupun kawasan lindung menjadi kawasan pertambangan (Denny 2004). Bentuk-bentuk penyimpangan penggunaan/penutupan lahan terhadap peruntukan lahan RTRW umumnya didominasi oleh pertambangan dan pemukiman pada kawasan gunung Pani. Dalam perkembangannya antara kebutuhan dan ketersediaan lahan tidak diatur dengan baik, maka akan terjadi berbagai benturan kepentingan antar aktivitas yang berdampak pada persaingan dalam penggunaan lahan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pergeseran pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan arahan penataan ruang dan daya dukung lahannya. Berdasarkan pemikiran di atas, sekaligus sebagai upaya agar tidak terjadi penyimpangan penggunaan lahan, maka pemelitian tentang Karakteristik dan Lahan menjadi penting untuk dilakukan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan pertambangan PT Gorontalo Sejahtera Mining (GSM) yang terletak di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan yang dimulai pada bulan April - Juli 2014. Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa: Sampel tanah bekas tambang, kantong plastik, formulir isian survey tanah. Sementara itu, alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari: ring sampel, bor tanah, GPS, pisau lapang, kertas label, karung, karet gelang, meteran, peta orientasi, mistar, buku munsell soil colour chart, penetrometer, ph meter, clinometers, spidol marker, dan alat tulis menulis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey secara fisiografi. Jumlah titik pengamatan ditentukan berdasarkan superimpose peta topografi lokasi penelitian dan peta geologi lembar Tilamuta, dengan mempertimbangkan peta kemiringan lereng setempat. Persiapan penelitian dilakukan kegiatan pengamatan lapangan seperti penentuan lereng dan penentuan lokasi pengambilan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah untuk sifat kimia dilakukan secara komposit, sedangkan sifat fisik pada titik-titik tertentu di setiap lokasi penelitian. Pengambilan contoh tanah pada masing-masing lokasi dilakukan dengan menggunakan ring sampel sampai kedalaman lapisan tanah 10 cm pada masing-masing horison setiap lokasi penelitian. Contoh tanah utuh dalam ring dibungkus dengan aluminium foil agar kadar air tetap seperti kondisi awal. Agregat tanah utuh diambil pada kedalaman lapisan tanah 0-10 cm. Agregat tanah dikering udarakan terlebih dahulu sebelum dianalisis. 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG

Parameter Tanah Sifat fisik dan kimia tanah bersama metodenya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter pengamatan dan metode analisis Analisis sifat fisik tanah Parameter yang diukur Bobot isi (BI) Kemantapan agregat Tekstur Metode Ring sample Pengayakan kering dan basah Pipet Analisis sifat kimia tanah ph H 2 O (1:1) dan DHL Elektrode gelas C-organik Walkley dan Black N-total Kjeldahl P-tersedia Bray 1 KTK dan KB 1 N NH4OAc ph 7.0 Basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, K, dan Na) 1 N NH4OAc ph 7.0 Ketersediaan unsur mikro Fe,Cu, Zn dan Mn DTPA S-total Na 2 CO Analisis Data Semua data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan dideskripsi secara kualitatif. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah a. Morfologi dan Sifat Fisik Tanah Hasil survei tanah terhadap morfologi tanah yang ada di kawasan pertambangan gunung pani terdapat 6 pedon pewakil beserta hasil analisis sifat fisik tanah dari keenam pedon tersebut. Tampaknya, keseluruhan pedon mempunyai solum tanah yang dangkal (<100 cm) sebagai akibat dari adanya pengikisan tanah oleh air (erosi), sehingga kedalaman solum tanah menjadi dangkal. Lebih lengkapnya untuk karakteristik sifat fisik tanah masing-masing solum dapat dijelaskan yaitu : - Pedon AK1, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng % Solum ini memiliki warna tanah 7,5 YR /2, struktur tanah angular blocky dengan ukuran butir-butir struktur tanah kasar, kemudian pedon ini memiliki konsistensi sangat lekat dan plastis. Hal ini dikarenakan oleh keadaan wilyahnya berada pada daerah gunung sehingga memiliiki struktur tanah kasar namun juga plastis. Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 1,6 cm/jam atau bisa dikatakan permeabilitasnya agak lambat. Hal ini dikarenakan oleh pedon ini didominasi oleh batuan keras. Dengan tekstur pasir berlempung dan kelas ukuran butirnya adalah berpasir. - Pedon AK2, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng 14% Solum ini memiliki warna tanah 7,5 YR 5/2, struktur tanah angular blocky dengan ukuran butir-butir struktur tanah kasar, kemudian pedon ini memiliki konsistensi sangat lekat dan plastis. Kemudian Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 1,92 cm/jam atau bias dikatakan permeabilitasnya agak lambat. Hal ini dikarenakan oleh pedon ini didominasi oleh batuan keras. Dengan tekstur pasir berlempung dan kelas ukuran butirnya adalah berpasir. - Pedon AK, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng 20%. Solum ini memiliki warna tanah 7,5 YR 2,5/ cm/jam, struktur tanah angular blocky dengan ukuran butir-butir struktur tanah kasar, kemudian pedon ini memiliki 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 4

konsistensi sangat lekat dan plastis. Di samping itu juga Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 2,08 cm/jam atau bias dikatakan permeabilitasnya agak lambat. Hal ini dikarenakan oleh pedon ini didominasi oleh batuan keras. Dengan tekstur pasir berlempung dan kelas ukuran butirnya adalah berpasir. - Pedon AK4, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng %. Solum ini memiliki warna tanah 7,5 YR 4/4, struktur tanah angular blocky dengan ukuran butir-butir struktur tanah kasar, kemudian pedon ini memiliki konsistensi sangat lekat. Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 4,51 cm/jam atau bias dikatakan permeabilitasnya sedang, dengan tekstur lempung dan kelas ukuran butirnya adalah berlempung halus. - Pedon AK5, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng 9%. Solum ini memiliki warna tanah 7,5 YR 4/, struktur tanah angular blocky, kemudian pedon ini memiliki konsistensi sangat lekat dan plastis. Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 8,9 cm/jam atau bias dikatakan permeabilitasnya agak cepat, dengan tekstur lempung liat dan kelas ukuran butirnya adalah halus. - Pedon AK6, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng 15%. Solum ini memiliki warna tanah 2,5 YR /2, struktur tanah angular blocky dengan ukuran butir-butir struktur tanah kasar, kemudian pedon ini memiliki konsistensi sangat lekat dan plastis. Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 1,,09 cm/jam atau bias dikatakan permeabilitasnya agak lambat. Hal ini dikarenakan oleh pedon ini didominasi oleh batuan keras. Dengan tekstur pasir berlempung dan kelas ukuran butirnya adalah berpasir. 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 5

Pedon Kedalaman (cm) Warna Matriks Struktur Konsistensi Indeks Plastisitas Kadar Air (%) Permeabilitas (cm/jam) Pasir Debu Liat Tekstur Ukuran Butir Tabel 4. Sifak fisik tanah di kawasan penambangan gunung pani Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato Tekstur (%) AK1 0-10 7,5YR /2 ab c 1 vs, p 0.70 2.40 1.6 6 2 5 1 2 Pasir Berlempung Berpasir AK2 0-10 7,5YR 5/ ab m 2 vs, p 0.82 21.60 1.92 5 2 2 1 6 Pasir Berlempung Berpasir AK 0-10 7,5YR 2,5/ ab f 1 vs, p 0.95 29.40 2.08 5 5 1 2 Pasir Berlempung Berpasir AK4 0-10 7,5YR 4/4 ab m 2 Vs - 14.80 4.51 4 8 4 1 8 Lempung Berlempung Halus AK5 0-10 7,5YR 4/ ab c 1 vs, p 0.77 26.40 8.9 1 9 0 Lempung Berliat Halus AK6 0-10 2,5YR /2 ab m 2 vs, p 1.06 5.20.09 7 1 6 1 1 Pasir Berlempung Berpasir Keterangan : ab=gumpal bersudut; vs=sangat lekat; f=halus; c=kasar; m=sedang; p=plastis. 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 6

b. Sifat Kimia dan Kesuburan Analisis sifat kimia tanah ini mengacu pada hasil analisis laaboratorium yang dilakukan dengan meganalisis sampel tanah disetiap pedon. Penilaian sifat kimia tanah didasarkan pada kriteria Staf Peneliti Pusat Penelitian Tanah (198), sebagaimana dapat uraikan seperti dibaawah ini ; - Pedon AK1 menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (0,96%), kemudian nilai KTKnya (4,5 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah >100%. Kandungan ph tanah masing-masing nilainya adalah (H 2 O 5,80), (KCl 4,90), -0,90. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca,87), (Mg 1,00), (K 0,15) dan (Na 0,22). - Pedon AK2 menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (1,4%), kemudian nilai KTKnya (6,02 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah 47%. Kandungan ph tanah masing-masing nilainya adalah (H 2 O 4,80), (KCl 4,00), -0,80. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca 1,56), (Mg 0,64), (K 0,27) dan (Na 0,6) - Pedon AK menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (0,80%), kemudian nilai KTKnya (6,96 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah 69%. Kandungan ph tanah masing-masing nilainya adalah (H 2 O 5,20), (KCl 4,40), -0,80. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca,00), (Mg 0,82), (K 0,05) dan (Na 0,91). - Pedon AK4 menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (1,11%), kemudian nilai KTKnya (8,2 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah 85%. Kandungan ph tanah masing-masing nilainya adalah (H 2 O 5,40), (KCl 4,0), -1,10. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca 5,84), (Mg 0,9), (K 0,25) dan (Na 0,08). - Pedon AK5 menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (1,88%), kemudian nilai KTKnya (8,10 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah 68%. Kandungan ph tanah masing-masing nilainya adalah (H 2 O 5,20), (KCl 4,10), -1,10. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca 2,66), (Mg 2,07), (K 0,7) dan (Na 0,07). - Pedon AK6 menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (1,65%), kemudian nilai KTKnya (12,86 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah >100%. Kandungan ph tanah masing-masing nilainya adalah (H 2 O 6,50), (KCl 5,80), -0,70. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca 11,74), (Mg 2,05), (K 0,22) dan (Na 0,27). 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 7

Tabel 5. Sifat kimia tanah di kawasan penambangan gunung pani Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato Pedon Kedalaman (cm) ph Tanah C- Organik Basa-Basa dapat Ditukar (dd), cmol+kg H 2 O KCl ph (%) Ca Mg K Na Basadd KTK (cmol+kg) Kejenuhan Basa (%) AK1 0-10 5.80 4.90-0.90 0.96.87 1.00 0.15 0.22 5.24 4.5 >100 AK2 0-10 4.80 4.00-0.80 1.4 1.56 0.64 0.27 0.6 2.8 6.02 47 AK 0-10 5.20 4.40-0.80 0.80.00 0.82 0.05 0.91 4.78 6.96 69 AK4 0-10 5.40 4.0-1.10 1.11 5.84 0.9 0.25 0.08 7.10 8.2 85 AK5 0-10 5.20 4.10-1.10 1.88 2.66 2.07 0.7 0.07 5.5 8.10 68 AK6 0-10 6.50 5.80-0.70 1.65 11.74 2.05 0.22 0.27 14.28 12.86 >100 Ketarangan : KTK=kapasitas tukar kation; 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 8

Karbon organik (C-Organik) merupakan indikator penentu banyak sedikitnya bahan organik di dalam tanah. (Tabel 5) menunjukkan bahwa hampir sebagian besar satuan tanah mempunyai kandungan C-organik rendah (1,0-2,0%). Hal ini menunjukkan bahwa proses dekomposisi bahan organik sudah berlangsung cukup intensif, walaupun jika melihat kondisi di lapangan bukan dominan disebabkan oleh aktifitas manusia untuk kegitan pertanian, tetapi lebih banyak karena lingkungannya yang sudah terbuka sehingga mikroorganisme mendapatkan suplai O 2 yang cukup sebagai sumber energinya untuk melangsungkan proses dekomposisi bahan organik tersebut. Basa-dd pada semua satuan tanah yang diteliti (Tabel 5) menunjukkan bahwa basa yang dominan adalah kalsium (Ca-dd) nilainya berkisar antara 1,56-11,74 cmol+kg dan tergolong sangat rendah sampai tinggi menurut Staf PPT (198). Berdasarkan jumlahnya, maka basa-dd dapat disajikan sesuai deret: Ca > Mg > K > Na. Tingginya basa-dd dapat disebabkan oleh tingkat pencucian basa-basa yang rendah mengingat tekstur tanah halus, bahan induk yang kaya sumber hara. menurut Mohr et al. (1972), sumber Ca dalam tanah di antaranya hiperstin (19-25% CaO), dan sumber Mg adalah hornblende (2-25% MgO). Selain itu, dijumpainya mineral labradorit yang termasuk kelompok plagioklas juga merupakan sumber Ca dalam tanah. Kandungan Na pada semua satuan tanah diduga merupakan hasil akumulasi bahan induk tanah. Selain itu, plagioklas feldspar berupa oligoklas juga mengandung Na. Kapasistas tukar kation (KTK) untuk semua satuan tanah tergolong sangat rendah sampai rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi KTK di antaranya adalah bahan organik dan jenis mineral liat (Prasetyo et al. 2007). Semua satuan tanah mempunyai kadar C-organik yang rendah, sehingga yang paling berpengaruh terhadap KTK adalah jenis mineral, terutama smektit. Sedangkan satuan tanah yang paling tinggi nilai KTKnya adalah AK6 sebesar 14,28 cmol+kg yang tergolong rendah. Penurunan nilai KTK tanah pada horison permukaan umumnya berhubungan dengan derajat pelapukan antara lapisan atas dan lapisan bawah yang diawali dengan penurunan ph tanah. Semua satuan tanah yang diteliti menunjukkan dominasi KB yang sangat tinggi. Variasi KB semua satuan tanah adalah sedang, tinggi sampai sangat tinggi tanpa KB rendah dan sangat rendah. Variasi KB tinggi sampai sangat tinggi terjadi pada satuan tanah AK1 dan AK6. Sedangkan satuan tanah sisanya adalah rendah sampai sedang. Kondisi ini terjadi karena jumlah basa-dd lebih besar dari KTK tanah untuk nilai KB tinggi sampai sangat tinggi, sementara jika jumlah basa lebih kecil dari KTK tanah, maka KB cenderung lebih rendah, walaupun masih tergolong sedang. Kemungkinan lain adalah pengekstrak yang digunakan, yakni amonium asetat (NH 4 OAc) pada ph 7 mampu melarutkan basa-basa, sehingga jumlah basa semakin banyak. Padahal kemungkinan kondisi aktual jumlah basa tidak demikian adanya. Jika dilihat dari nilai KTK, jumlah basa dan KB, tanah-tanah yang diteliti menunjukkan tingkat kesuburan yang baik. Nilainilai tersebut dari tempat pelapukan mencirikan tanah yang masih muda. Sifat kimia tanah pada kedalaman 0-10 cm untuk lokasi studi disajikan pada (Tabel 5) Selanjutnya, sifat kimia tanah menunjukkan bahan organik, N total, P tersedia dan K dapat ditukar masing-masing sangat rendah.ph tanah tergolong sangat masam, kapasitas tukar kation rendah dan kejenuhan basa yang tinggi. Dengan demikian, berdasarkan kriteria status kesuburan tanah (PPT, 198), maka status kesuburan tanah setempat tergolong sedang. Lahan di kawasan Pertambangan Gunung Pani Hasil Survey dan analisis terhadap kelas kemampuan lahan 6 Pedon pewakil masing-masing disajikan pada Tabel 6-11 - Pedon AK1 Pada pedon AK1 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan (VIIIt), lereng (I1), drainase (Id), kedalaman efektif (IIIk), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IIIb) dan bahaya banjir (O0). Dari klasifikasi lahan yang 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 9

telah ditentukan dapat dilihat pada pedon ini kelas kemampuan lahan akhirnya adalah VIIIt dengan faktor pembatas tekstur tanah. Tabel 6. kemampuan lahan Pedon AK1 Faktor penghambat Nilai Faktor Pembatas Lahan Lahan Akhir Tekstur tanah (t) Lapisan atas (40 cm) Pasir Berlempung (t5) K VIII t Lereng permukaan (%) (l) % I l Drainase (d) Baik d0 I d Kedalaman efektif (cm) (k) 50 cm k1 III k VIII t Keadaan Erosi (e) Sedang e2 IV e Kerikil/Batuan (% volume, b) 15% b1 III b Banjir (o) O 0 O0 I o Pedon AK1. Dari hasil klasifikasi diatas dapat jelaskan bahwa pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan VIII t dengan Faktor pembatasnya adalah tektur tanahnya yang kasar (Pasir berlempung). Menerut Hardjowigeno (2010), tanah kelas VIII ini tidak sesuai untuk produksi pertanian dan harus dibiarkan pada keadaan alami atau dibawah vegetasi alam karena memiliki faktor pembatas yang berat yaitu tekstur tanahnya kasar, tanah ini hanya dapat dipergunkan untuk cagar alam atau hutan lindung. - Pedon AK2 Pada pedon AK2 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan It, lereng (III1), drainase (Id), kedalaman efektif (IIIk), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IIIb) dan bahaya banjir (O0). Dari klasifikasi lahan yang telah ditentukan, pedon ini memiliki kelas kemampuan lahan akhir adalah IVe dengan faktor pembatas keadaan erosi. 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 10

Tabel 7. kemampuan lahan Pedon AK2 Faktor penghambat Nilai Faktor Pembatas Lahan Lahan Akhir Tekstur tanah (t) Lapisan atas (40 cm) Lempung (t) S I t Lereng permukaan (%) (l) 14% I2 III l Drainase (d) Baik d0 I d Kedalaman efektif (cm) (k) 50 cm k1 III k IVe Keadaan Erosi (e) Sedang e2 IV e Kerikil/Batuan (% volume, b) 15% b1 IV b Banjir (o) O 0 O0 I o Pedon AK2. Dari hasil klasifikasi diatas dapat jelaskan bahwa pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi. Menurut Rayes (2007), kemampuan lahan kelas IV mempunyai kendala yang sangat berat sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan pengelolaan yang sangat hatihati dan tindakan konservasi yang lebih sulit untuk diterapakan dan dipertahankan. Tanah ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau suaka alam. - Pedon AK Pada pedon AK2 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan (VIIIt), lereng (IV1), drainase (I), kedalaman efektif (IIIk), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IVb) dan bahaya banjir (Io). kelas kemampuan lahan akhir dari pedon ini adalah VIIIt dengan factor pembatas tekstur tanah. 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 11

Tabel 8. kemampuan lahan Pedon AK Faktor penghambat Nilai Faktor Pembatas Lahan Lahan Akhir Tekstur tanah (t) Lapisan atas (40 cm) Pasir berlempung (t5) K VIII t Lereng permukaan (%) (l) 20% I IV l Drainase (d) Baik d0 I Kedalaman efektif (cm) (k) 50 cm k1 III k VIII t Keadaan Erosi (e) Sedang e2 IV e Kerikil/Batuan (% volume, b) 15% b1 IV b Banjir (o) O 0 O0 I o Sama dengan pedon AK1 pedon AK Dari hasil klasifikasi diatas dapat jelaskan bahwa pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan VIII t dengan faktor pembatasnya adalah tekstur tanahnya yang kasar (Pasir berlempung). Menurut Hardjowigeno (2010), tanah kelas VIII ini tidak sesuai untuk produksi pertanian dan harus dibiarkan pada keadaan alami atau dibawah vegetasi alam karena memiliki faktor pembatas yang berat yaitu tekstur tanahnya kasar, tanah ini hanya dapat dipergunkan untuk cagar alam atau hutan lindung. Pedon AK4 Pada pedon AK4 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan (It), lereng (I1), drainase (Id), kedalaman efektif (IIIk), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IIIb) dan bahaya banjir (Io). kelas kemampuan lahan akhir dari pedon ini adalah IVe dengan faktor pembatas Keadaan Erosi. 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 12

Tabel 9. kemampuan lahan AK4 Faktor penghambat Nilai Faktor Pembatas Lahan Lahan Akhir Tekstur tanah (t) Lapisan atas (40 cm) Lempung (t) s I t Lereng permukaan (%) (l) % I1 I l Drainase (d) Baik d0 I d Kedalaman efektif (cm) (k) 50 cm k1 III k IV e Keadaan Erosi (e) Sedang e2 IV e Kerikil/Batuan (% volume, b) 15% b1 III b Banjir (o) O 0 O0 I o Pedon AK4 sama seperti pada pedon AK2 dimana hasil klasifikasi, pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi. Menurut Hardjowigeno (2010), tanah kelas VIII ini tidak sesuai untuk produksi pertanian dan harus dibiarkan pada keadaan alami atau dibawah vegetasi alam karena memiliki faktor pembatas yang berat yaitu tekstur tanahnya kasar, tanah ini hanya dapat dipergunkan untuk cagar alam atau hutan lindung. Pedon AK5 Pada pedon AK5 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan (It), lereng (II1), drainase (Id), kedalaman efektif (Ik), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IIIb) dan bahaya banjir (Io). kelas kemampuan lahan akhir dari pedon ini adalah IVe dengan factor pembatas Keadaan Erosi. 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 1

Tabel 10. kemampuan lahan Pedon AK5 Faktor penghambat Nilai Faktor Pembatas Lahan Lahan Akhir Tekstur tanah (t) a) Lapisan atas (40 cm) Lempung (t) s I t Lereng permukaan (%) (l) 9% I2 II l Drainase (d) Baik d0 I d Kedalaman efektif (cm) (k) 100 cm k0 I k IV e Keadaan Erosi (e) Sedang e2 IV e Kerikil/Batuan (% volume, b) 15% b1 III b Banjir (o) O 0 O0 I o Pedon AK5 sama seperti pada pedon AK2 dan AK4 dimana hasil klasifikasi menunjukkan pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi. Menurut Rayes (2007), kemampuan lahan kelas IV mempunyai kendala yang sangat berat sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati dan tindakan konservasi yang lebih sulit untuk diterapkan dan dipertahankan. Tanah ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau suaka alam. Pedon AK6 Pada pedon AK6 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan (It), lereng (I1), drainase (Id), kedalaman efektif (IIIk), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IIIb) dan bahaya banjir (Io). kelas kemampuan lahan akhir dari pedon ini adalah IVe dengan faktor pembatas Keadaan Erosi. 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 14

Tabel 11. kemampuan lahan Pedon AK6. Faktor penghambat Nilai Faktor Pembatas Lahan Lahan Akhir Tekstur tanah (t) Lapisan atas (40 cm) Lempung berliat (t2) Ah I t Lereng permukaan (%) (l) 15% I2 I l Drainase (d) Baik d0 I d Kedalaman efektif (cm) (k) 50 cm k1 III k IV e Keadaan Erosi (e) sedang e2 IV e Kerikil/Batuan (% volume, b) 15% b1 III b Banjir (o) O 0 O0 I o Pedon AK6 sama seperti pada pedon AK2, AK4 dan AK5 dimana hasil klasifikasi menunjukkan pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi. Menurut Rayes (2007), kemampuan lahan kelas IV mempunyai kendala yang sangat berat sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati dan tindakan konservasi yang lebih sulit untuk diterapakan dan dipertahankan. Tanah ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau suaka alam. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Seluruh pedon mempunyai solum tanah yang dangkal (<100 cm) dengan tekstur lempung berpasir dengan kelas butirannya adalah berpasir, struktur tanahnya kasar dengan permeabilitas agak lambat, serta warna matriks tanah adalah hue 7.5YR dengan kroma 2. Semua satuan tanah yang diteliti mempunyai ph negatif dengan kadar C-Organik rendah, kadar basa-dd yang dominan adalah kalsium dan kapasitas tukar kation untuk semua pedon tergolong sangat rendah, sehingga status kesuburan tanahnya tergolong sedang. 2. Pedon AK1 dan AK termasuk kedalam kelas kemampuan lahan VIII t. Tanah kelas VIII ini tidak sesuai untuk produksi pertanian dan harus dibiarkan pada keadaan alami dengan faktor pembatasnya adalah tektur tanah yang kasar, sementara pedon AK2, AK4, AK5 dan AK6 termasuk kelas kemampuan lahan IVe dengan faktor pembatasnya adalah erosi. Tanah kelas IV ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau suaka alam. 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 15

DAFTAR PUSTAKA Denny, Rochyat Dj. 2004. Rencana Penataan Ruang Jabodetabek-Punjur. Penataan Ruang, Pemanfaatan Ruang dan Masalah Lingkungan di Jabodetabek. Prosiding. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Hardjowigeno S, dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah mada University Press. Yogyakarta. PPT. 198. Petunjuk teknis evaluasi kesuburan tanah. LT No.14 Versi 1.0. Proyek LREP II, Puslittanak, Bogor. Prasetyo BH. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah vertisol dari berbagai bahan induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Rayes, L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Rustiadi, E., Barus, B., Prastowo, dan Iman, L. S. 2010. Kajian Daya Dukung Lingkungan Hidup Provinsi Aceh. Crestpent Press. Jakarta. Sitorus, S. R. P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit TARSITO Bandung. Bandung. Staf Peneliti Pusat Penelitian Tanah. 198. Term of referrence klasifikasi kesesuaian lahan. Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi (PMT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian RI. Bogor: PPT. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang. Jakarta. Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. 1. Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG 16