4.1. Bahan Induk Tanah, Komposisi Mineral dan Sifat-Sifat Tanah Sawah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4.1. Bahan Induk Tanah, Komposisi Mineral dan Sifat-Sifat Tanah Sawah"

Transkripsi

1 IV. PEMBAHASAN UMUM Solok dikenal sebagai Sentra Produksi Beras. Beras yang dihasilkan Sentra Produksi, di samping mensuplai kebutuhan pangan masyarakat Sumatera Barat, juga masyarakat di luar Sumatera Barat, seperti Riau dan Jambi. Meski produksi padi rata-rata telah melebihi rata-rata produksi padi di Sumatera Barat, bahkan rata-rata produksi padi nasional, namun tingkat produksi padi tersebut masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan potensi hasilnya. Cisokan adalah salah satu varietas padi sawah unggulan Sentra Produksi Beras Solok karena rasanya yang disukai (beras putih dan nasi pera) dan harga jual yang tinggi. Saat ini ratarata produksi Cisokan baru mencapai 4.15 ton/ha, sedangkan produksi yang dapat dicapai adalah 7.08 ton/ha. Hal ini mengindikasikan bahwa produksi Cisokan di Sentra Produksi Beras Solok belum optimal. Tanah sawah Sentra Produksi Beras Solok berkembang dari bahan induk volkanik, endapan sungai dan endapan danau. Perbedaan bahan induk tersebut menyebabkan produksi Cisokan berbeda. Pada tanah sawah dari endapan danau produksi Cisokan 3.37 ton/ha, tanah sawah dari endapan sungai 4.46 ton/ha dan pada tanah sawah dari bahan induk volkanik 4.39 ton/ha GKG, sehingga untuk mengoptimalkan produksi Cisokan di masing-masing bahan induk perlu tindakan pengelolaan yang berbeda. Dalam penerapannya, tindakan pengelolaan memerlukan metoda evaluasi lahan yang memuat persyaratan tumbuh tanaman untuk berproduksi optimal. Sementara metode evaluasi lahan yang ada berbeda dalam kriteria dan cara pengambilan keputusan, sehingga bila digunakan pada lahan yang sama seringkali memberikan hasil yang berbeda, bahkan seringkali hasil penilaian tidak sesuai dengan potensi lahannya. Selain itu kriteria kesesuaian lahan masih bersifat umum, sehingga tidak sesuai bila digunakan untuk mengevaluasi penggunaan lahan yang spesifik atau TPL di Sentra Produksi Beras Solok. Metode penilaian kesesuaian lahan dilakukan secara kualitatif berdasarkan kondisi fisik lahan, belum dikaitkan dengan produksi ataupun keuntungan pada tingkat pengelolaan tertentu, demikian juga parameter yang digunakan dan pengharkatannya belum dikaji di lapang.

2 82 Oleh karena itu penelitian Karakteristik dan Optimalisasi Tanah Sawah di Sentra Produksi Beras Solok, Sumatera Barat perlu dilakukan guna mengoptimalkan produksi Cisokan dan menyusun kriteria kesesuaian lahan padi sawah untuk TPL Cisokan serta mengembangkan metode penilaian kesesuaian lahan yang kuantitatif. Untuk itu telah dilakukan 1) Karakterisasi lahan dan identifikasi TPL, 2) Identifikasi karakteristik lahan pengontrol produksi Cisokan, 3) Optimalisasi tanah sawah, dan 4) Penyusunan kriteria kesesuaian lahan padi sawah untuk TPL Cisokan di Sentra Produksi Beras Solok. Berikut disajikan bahasan tentang bahan induk tanah sawah Sentra Produksi Beras Solok, komposisi mineral dan sifat-sifat tanah yang terbentuk, hubungan bahan induk dengan karakteristik tanah pengontrol produksi Cisokan, hubungan bahan induk dengan produksi Cisokan serta keunggulan kriteria kesesuaian lahan padi sawah untuk TPL Cisokan yang dihasilkan di Sentra Produksi Beras Solok Bahan Induk Tanah, Komposisi Mineral dan Sifat-Sifat Tanah Sawah Lahan sawah Sentra Produksi Beras Solok membentang dari lereng tengah volkanik Gunung Talang, Dataran Aluvial Batang Sumani hingga Dataran Lakustrin di pinggir Danau Singkarak pada ketinggian m d.p.l. Secara administrasi lahan sawah Sentra Produksi termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Gunung Talang, Bukit Sundi, Lembang Jaya, Kubung dan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok dan Kecamatan Lubuk Sikarah di Kota Solok (BPS Kabupaten Solok, 2004) dengan luas ha (Balai Penelitian Tanah, 2006). Berdasarkan proses pembentukan landform-nya, tanah-tanah sawah di daerah dataran terbentuk dari endapan bahan volkanik (Alochthonous materials), sedangkan di daerah volkanik dari bahan in situ (Autochthonous material). Dataran Aluvial merupakan daerah pengendapan pertama, sedangkan Dataran Lakustrin adalah daerah pengendapan berikutnya (terakhir). Karena proses pembentukan landform tersebut, sangat dimungkinkan tanah-tanah sawah Sentra Produksi Beras Solok mempunyai komposisi mineral pasir yang sama. Hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi mineral pasir terdiri atas gelas volkan, feldspar jenis plagioklas (labradorit), feromagnesia jenis amfibol (hornblende) dan

3 83 piroksin (augit dan hiperstin), opak dan sedikit kuarsa, perbedaan hanya terdapat pada jumlah mineral penyusunnya. Komposisi mineral pasir demikian menunjukkan bahwa tanah-tanah sawah Sentra Produksi Beras Solok banyak dipengaruhi oleh bahan volkanik andesitik Gunung Talang. Di samping itu, adanya perbedaan asosiasi mineral di dalam penampang memperkuat bukti bahwa tanah sawah yang berkembang di Dataran Aluvial dan Lakustrin terbentuk dari endapan. Pengendapan bahan volkanik di Dataran Aluvial dipengaruhi oleh aktivitas Batang Sumani yang hulunya berada di Gunung Talang dan muaranya di Danau Singkarak. Bahan-bahan yang belum sempat diendapkan di Dataran Aluvial diteruskan ke dasar Danau Singkarak, kemudian terangkat ke permukaan karena penurunan permukaan air. Dataran luas yang terbentuk oleh Marsoedi et al. (1997) disebut sebagai Dataran Lakustrin. Warna kelabu hingga kelabu kebiruan yang muncul dan sisa-sisa kerang danau yang terdapat di dalam penampangnya menunjukkan perkembangan tanah di dataran ini lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas danau. Bahan-bahan yang dibawa dari daerah volkanik meliputi semua bahan yang dapat diangkut oleh air. Pada proses pengendapannya di daerah dataran sangat tergantung pada energi air sebagai agen pembawa dan bentuk wilayah. Bahan-bahan yang kasar akan diendapkan terlebih dahulu di Dataran Aluvial, sedangkan bahan yang lebih halus akan diteruskan ke daerah pengendapan terakhir. Bentuk wilayah cekung akan lebih banyak menerima bahan endapan, terutama bahan endapan halus dibandingkan dengan bentuk wilayah cembung. Mineral liat merupakan hasil pelapukan secara kimia mineral primer atau hasil pembentukan baru (neoformation) di dalam tanah (Allen dan Hajek, 1989). Pembentukan mineral liat smektit pada tanah yang berkembang dari endapan diduga berasal dari pembentukan baru. Dugaan ini didasarkan kepada perbedaan komposisi mineral liat, meski jumlah mineral pasir penyusunnya relatif sama, ini terlihat pada pedon-pedon yang berkembang dari endapan sungai (pedon-pedon PA). Demikian pula sebaliknya, pada pedon-pedon yang berkembang dari endapan danau, mempunyai komposisi mineral liat sama, meski jumlah mineral pasir penyusunnya relatif berbeda.

4 84 Pelapukan mineral di lereng atas dan tengah volkanik pada lingkungan berdrainase baik, melepaskan kation-kation basa ke dalam larutan tanah yang kemudian mengalami pencucian dan terakumulasi di daerah bawah yang lebih datar pada drainase terhambat. Akumulasi kation basa terutama Ca 2+ dan Mg 2+, pada ph tinggi dan lingkungan kaya Si membentuk smektit (Borchardt, 1989). Smektit dominan terbentuk pada tanah-tanah sawah yang berkembang dari endapan danau. Sementara pada tanah-tanah yang berkembang dari endapan sungai, smektit banyak terdapat pada daerah agak cekung, sedangkan pada tanah sawah dari bahan induk volkanik terdapat pada lereng bawah volkanik. Tanah-tanah sawah dari bahan induk volkanik didominasi oleh mineral liat haloisit, baik metahaloisit maupun haloisit hidrat. Pembentukan haloisit diduga berasal dari pelapukan alofan. Wada (1989) telah melaporkan hal tersebut. Beberapa studi meyakini bahwa haloisit merupakan bentuk intermedier sebelum akhirnya ditransformasi ke bentuk yang lebih stabil (McIntosh, 1979; Singleton et al., 1989). Dalam kaitan itu, Wada dan Aomine (1973) membuat hipotesis bahwa haloisit yang terbentuk dari alofan akan melapuk membentuk kaolinit dan terakhir gibsit mengingat adanya proses desilikasi (pencucian silika). Terbentuknya haloisit dan kaolinit pada tanah-tanah sawah dai bahan induk volkanik menyebabkan mineral liat tanah-tanah sawah dari endapan, tidak hanya smektit tetapi juga haloisit dan kaolinit. Dua mineral liat terakhir diduga ditranslokasikan dan mengendap bersama-sama dengan senyawa terlarut lainnya di daerah yang lebih datar. Dugaan ini diperkuat oleh tingginya ph tanah pada kedua tanah tersebut. Menurut van Wambeke (1992) pada ph tinggi, kedua mineral liat tersebut (haloisit dan kaolinit) tidak mungkin terbentuk. Bahkan menurut Dixon (1989) mineral liat kaolinit dan haloisit merupakan hasil pembentukan pada lingkungan masam. Kaolinit dijumpai dalam jumlah sedang pada tanah-tanah sawah yang berkembang dari endapan danau, sedangkan pada tanah-tanah sawah dari endapan sungai jumlah yang bervariasi. Kaolinit dalam jumlah banyak terdapat pada wilayah yang agak cembung, terutama di pinggiran sungai. Selain kaolinit dan smektit, pada tanah sawah dari endapan sungai juga dijumpai haloisit. Komposisi mineral liat ini sangat berpengaruh pada kemampuan tanah mempertukarkan

5 85 kation. Tanah sawah yang didominasi mineral liat smektit, seperti tanah sawah dari endapan danau mempunyai KTK liat lebih tinggi dibandingkan tanah sawah yang didominasi oleh haloisit. Tanah sawah dari endapan sungai mempunyai KTK liat paling rendah. Energi selektif air telah menyebabkan kandungan liat tanah sawah dari endapan danau lebih tinggi dibandingkan tanah sawah dari endapan sungai. Sementara tanah sawah dari bahan induk volkanik mempunyai kandungan liat sedikit lebih rendah dan tidak berbeda nyata (taraf 5%) dengan tanah sawah dari endapan danau. Selain kandungan liat, P 2 O 5 potensial dan P 2 O 5 tersedia serta K 2 O potensial juga lebih tinggi pada tanah-tanah sawah dari endapan danau. Akumulasi basa-basa terutama Ca dan Mg pada tanah-tanah sawah yang berkembang di daerah endapan menyebabkan KB tinggi, namun kejenuhan K menjadi rendah. Berdasarkan analisis, tingginya kejenuhan Ca dan Mg menyebabkan tanah-tanah sawah dari endapan danau mempunyai kejenuhan K paling rendah, yaitu 1.41%, tanah sawah dari endapan sungai sebesar 1.88%, sedangkan tanah sawah dari bahan induk volkanik mempunyai kejenuhan K sedikit lebih tinggi, yaitu 2.12% sejalan dengan berkurangnya kejenuhan Ca dan Mg pada tanah tersebut. Semua kejenuhan K tersebut tergolong rendah berdasarkan kriteria McLean (1977 dalam Kasno et al., 2005) yang menetapkan 5% sebagai kejenuhan K ideal untuk pertumbuhan tanaman. Pengaruh kejenuhan Ca dan Mg terhadap kejenuhan K yang dinyatakan sebagai rasio Ca/K dan Mg/K menunjukkan tanah sawah dari endapan danau mempunyai rata-rata rasio Ca/K tertinggi (85.46), kemudian diikuti oleh tanah sawah dari endapan sungai (56.87). Tanah sawah dari bahan induk volkanik mempunyai rasio Ca/K paling rendah (39.83). Meski demikian, rata-rata rasio Ca/K pada tanah sawah dari bahan induk volkanik 3 kali lebih tinggi dari yang dikemukakan McLean (1977 dalam Kasno et al., 2005) sebesar 13 (65/5), sedangkan tanah sawah dari endapan hampir 5-7 kali. Hal yang sama juga terjadi pada rata-rata rasio Mg/K yang mencapai 6-10 kali lebih tinggi berdasarkan kriteria tersebut sebesar 2 (10/5).

6 86 Kandungan C organik tanah sawah daerah penelitian umumnya > 2%. Berdasarkan kriteria Simarmata dan Yuwariah (2008) bahwa tanah sawah Sentra Produksi Beras Solok dalam kondisi baik. Kandungan N total umumnya > 0.20%. Kandungan N total demikian menurut kriteria Neue (1985) dan Smith et al. (1987) tanah sawah Sentra Produksi mempunyai N total yang optimum ( %) untuk pertumbuhan tanaman padi, bahkan di beberapa tanah melebihi batas optimum Hubungan Bahan Induk dengan Karakteristik Tanah Pengontrol Produksi Cisokan Analisis regresi terhadap sifat-sifat tanah menghasilkan enam karakteristik tanah pengontrol produksi Cisokan di Sentra Produksi Beras Solok. Keenam karakteristik tanah tersebut menyebar di tiga bahan induk. Pada tanah sawah dari bahan induk volkanik, produksi Cisokan dikontrol oleh kandungan liat, P 2 O 5 tersedia dan rasio Ca/K. Tanah sawah dari endapan sungai dikontrol oleh kandungan liat, N total, P 2 O 5 tersedia dan KTK liat, sedangkan pada tanah-tanah sawah yang berkembang dari endapan danau, produksi Cisokan ditentukan oleh N total, P 2 O 5 tersedia, rasio Mg/K dan KTK liat. Sementara sifat-sifat tanah lainnya, seperti ph tanah, C organik, P 2 O 5 dan K 2 O potensial, K dd dan KB, kadarnya di dalam tanah memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap produksi Cisokan di Sentra Produksi Beras Solok. Pencucian basa-basa pada tanah sawah dari bahan induk volkanik menyebabkan sebagian besar ph berada di bawah batas optimum untuk pertumbuhan tanaman padi. Rendahnya ph juga dijumpai pada sebagian tanah sawah yang berkembang dari endapan sungai. Mengacu pada kriteria kesesuaian lahan padi sawah yang dikemukan Djaenudin et al. (1994) bahwa padi sawah tumbuh optimum pada kisaran ph Hasil analisis regresi menunjukkan ph tanah mempunyai hubungan yang tidak erat dengan produksi Cisokan. Hal ini kemungkinan penggenangan dapat menaikan nilai ph sampai batas optimum. Hal ini dijelaskan oleh Ponnamperuma (1972) bahwa pada awal penggenangan terjadi penurunan nilai ph, beberapa minggu kemudian ph kembali meningkat mencapai nilai stabil antara Berdasarkan kriteria, ph tersebut merupakan ph optimum untuk pertumbuhan tanaman padi sawah. Penurunan ph pada awal

7 87 penggenangan disebabkan terakumulasinya CO 2 yang menghasilkan ion H + ketika bereaksi dengan air. Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut: CO 2 + H 2 O HCO H + Bila kondisi kekurangan O 2 tetap berlanjut, maka potensial redoks turun dan hidroksida Mn 4+ dan Fe 3+ akan direduksi menjadi Mn 2+ dan Fe 2+ masingmasing pada +200 mv dan +120 mv. Dalam reaksi ini akan dihasilkan ion OH - yang dapat meningkatkan ph. Ditegaskan oleh Yamane (1978 dalam Prasetyo et al., 2004) bahwa peningkatan ph tersebut dikontrol oleh Fe 2+ -Fe(OH) 3. 2Fe(OH) 3 + e - Fe OH - 2Mn(OH) 4 + e - Mn OH - Selain ph, pencucian basa-basa pada tanah-tanah sawah dari bahan induk volkanik juga menyebabkan nilai KB menjadi rendah, namun masih optimum untuk pertumbuhan tanaman padi, yaitu > 50% seperti yang dikemukakan oleh Djaenudin et al. (1994). Kemungkinan karena hal tersebut, KB tidak mengontrol produksi Cisokan, terutama pada tanah sawah dari bahan induk volkanik. C organik juga menunjukkan hal yang sama. Berdasarkan hasil analisis sekitar 90% tanah sawah Sentra Produksi mempunyai C organik > 2.0%. Kandungan C organik demikian menurut Simarmata dan Yuwariah (2008) menunjukkan tanah sawah dalam kondisi baik. Karena kondisi baik tersebut, C organik memberikan pengaruh yang sama di semua dari bahan induk. Berbeda dengan N total, meski > 90% N total tanah sawah Sentra Produksi Beras Solok optimum untuk pertumbuhan tanaman padi sawah menurut kriteria Neue (1989) dan Smith et al. (1987), namun kandungannya yang bervariasi di dalam tanah menyebabkan N total ikut mengontrol produksi Cisokan pada tanah-tanah sawah dari endapan, baik endapan sungai maupun endapan danau. Untuk menghasilkan Cisokan 7.08 ton/ha GKG diperlukan N sebesar kg. Dengan asumsi yang digunakan dan kompos jerami 2 ton/ha (kadar air 50%) yang ditambahkan, maka kg N yang diperlukan akan dipenuhi oleh tanah pada kandungan N total sebesar 0.21%. Hasil analisis contoh tanah di laboratorium menunjukkan lebih dari 20% tanah-tanah sawah dari endapan sungai dan endapan danau mempunyai N total < 0.21%. Rendahnya N total

8 88 menyebabkan produksi Cisokan rendah, begitu juga sebaliknya. Keeratan hubungan N total dengan produksi Cisokan terlihat pada Gambar 11 dan 12 (R 2 masing-masing 0.94 dan 0.92). P 2 O 5 potensial berkisar antara mg/kg dan P 2 O 5 tersedia antara mg/kg. Untuk menghasilkan Cisokan 7.08 ton/ha GKG diperlukan P sebesar kg. Berdasarkan asumsi yang digunakan dan kompos jerami 2 ton/ha (kadar air 50%) yang ditambahkan, maka kg P yang diperlukan akan dipenuhi tanah pada kandungan P 2 O 5 tersedia sebesar mg/kg. Hasil analisis contoh tanah (Lampiran 3) menunjukkan sekitar 42% tanahtanah sawah Sentra Produksi mempunyai P 2 O 5 tersedia < mg/kg. Rendahnya P 2 O 5 tersedia menyebabkan produksi Cisokan juga rendah seperti yang ditunjukkan oleh hubungan P 2 O 5 tersedia dengan produksi Cisokan pada Gambar 10, 11 dan 12 (R 2 berturut-turut 0.84; 0.77 dan 0.78). Jika dibandingkan dengan P 2 O 5 potensial sebagai sumber P bagi tanaman menunjukkan bahwa bentuk P tersebut mempunyai hubungan yang tidak erat dengan produksi Cisokan (R 2 < 0.75) (Tabel 16 dan 17), kecuali pada tanah-tanah sawah dari bahan induk volkanik. Hal ini disebabkan kandungan P 2 O 5 potensial yang relatif seragam, dimana tidak terdapat perbedaan kandungan P 2 O 5 potensial antara produksi tinggi dengan produksi rendah. Berbeda dengan P 2 O 5 tersedia yang lebih bervariasi, dimana terjadi peningkatan produksi seiring meningkatnnya kandungan P 2 O 5 tersedia di dalam tanah. Hal ini menunjukkan P 2 O 5 tersedia mengontrol produksi Cisokan. Selain N dan P, K adalah salah satu hara makro primer yang diserap tanaman dalam jumlah banyak, termasuk padi sawah. Ketersediaannya di dalam tanah menentukan produksi tanaman. K 2 O potensial tanah-tanah sawah Sentra Produksi berkisar antara mg/kg dan K dd antara me/100 g. Kedua bentuk K tersebut tergolong sangat rendah hingga tinggi (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983). Namun kandungan K yang bervariasi tersebut tidak secara langsung menjadikan K sebagai karakteristik tanah pengontrol produksi, meski terdapat korelasi positif antara K 2 O potensial dengan produksi Cisokan. Hal ini kemungkinan disebabkan tingginya kandungan Ca dan Mg di dalam tanah. McLean (1977 dalam Kasno et al., 2005) menyatakan hal yang sama bahwa

9 89 serapan K dipengaruhi secara antagonis oleh serapan Ca dan Mg. Berdasarkan pendapat tersebut, meski K tergolong tinggi pada sebagian tanah, namun tingginya kejenuhan Ca dan Mg menyebabkan kejenuhan K rendah. Kemungkinan karena rendahnya kejenuhan K tersebut menyebabkan K 2 O tidak secara langsung mengontrol produksi Cisokan, melainkan kandungan relatif Ca dan Mg terhadap K atau rasio Ca/K dan Mg/K. Notohadiprawiro et al. (2006) menyatakan hal yang sama, bahwa produksi tanaman tidak ditentukan oleh masing-masing unsur, akan tetapi oleh pengaruh yang timbul dari hubungan interaktif dan kompensatif antar unsur-unsur tersebut. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa tanah sawah Sentra Produksi Beras Solok berkembang dari bahan volkanik andesitik. Labradorit adalah mineral utama feldspar yang banyak terkandung dalam batuan andesitik. Pelapukan labradorit menyumbangkan basa yang dikandungnya. Selain feldspar juga terdapat mineral feromagnesia yang menyumbangkan Mg dalam pelapukannya. Tingginya kandungan Ca dan Mg sangat dimungkinkan mengingat tanah sawah Sentra Produksi tergolong tanah volkanik muda, dimana proses pencucian basabasa belum intensif terjadi, sehingga kandungan Ca dan Mg yang tinggi tidak saja pada tanah-tanah sawah dari endapan akan tetapi juga di pada tanah-tanah yang berkembang dari bahan induk volkanik. Kejenuhan Ca dan Mg terhadap K yang dinyatakan sebagai rasio Ca/K dan Mg/K menunjukkan tanah sawah dari endapan danau mempunyai rata-rata rasio Ca/K paling tinggi (85.46), kemudian diikuti oleh tanah sawah dari endapan sungai (56.87). Tanah sawah dari bahan induk volkanik mempunyai rata-rata rasio Ca/K (39.83). Rata-rata rasio Ca/K tersebut 3-7 kali lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan oleh McLean (1977 dalam Kasno et al., 2005) sebesar 13 (65/5). Terhadap rasio Mg/K, rata-rata rasio Mg/K tertinggi dijumpai pada tanah sawah dari endapan sungai (19.27), kemudian diikuti oleh tanah sawah dari endapan danau (18.89). Tanah sawah dari bahan induk volkanik mempunyai rata-rata rasio Mg/K sebesar Rasio Mg/K tersebut 6-10 kali lebih tinggi dari kriteria yang dikemukakan McLean (1977 dalam Kasno et al., 2005) sebesar 2 (10/5).

10 90 Rasio Ca/K mengontrol produksi Cisokan pada tanah sawah dari bahan induk volkanik, sedangkan rasio Mg/K pada tanah sawah dari endapan danau. Tingginya rasio Ca/K pada tanah sawah dari endapan danau atau rasio Mg/K pada tanah sawah dari endapan sungai tidak menjadikan kedua rasio tersebut sebagai pengontrol produksi karena kadarnya yang relatif sama pada tanah-tanah tersebut. Berbeda dengan rasio Ca/K pada tanah sawah dari bahan induk volkanik atau rasio Mg/K pada tanah sawah dari endapan danau, kadarnya yang bervariasi (Lampiran 3) dan pengaruhnya terhadap produksi menjadikan rasio Ca/K dan Mg/K mengontrol produksi Cisokan pada tanah dari bahan induk volkanik dan endapan danau. Pencucian yang terjadi pada tanah sawah dari bahan induk volkanik telah pula menyebabkan kandungan liat pada tanah tersebut bervariasi. Pengendapannya di daerah datar sangat tergantung pada energi air dan bentuk wilayah, dimana bahan-bahan yang kasar akan diendapkan terlebih dahulu, sedangkan bahan yang lebih halus akan diendapkan pada tempat yang lebih jauh. Akibatnya tanah sawah dari endapan sungai mempunyai kandungan liat lebih rendah, sebaliknya tanah sawah dari endapan danau mempunyai kandungan liat lebih tinggi dan cenderung sama. Perbedaan kandungan liat pada tanah sawah dari bahan induk volkanik dan endapan sungai menyebabkan produksi Cisokan tidak sama ditunjukkan oleh korelasi positif antara kandungan liat dengan produksi, dimana Cisokan berproduksi tinggi pada kandungan liat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan liat mengontrol produksi Cisokan pada kedua bahan induk tersebut. Tanah sawah dari bahan induk volkanik didominasi oleh mineral liat haloisit. Tanah sawah dari endapan danau didominasi oleh mineral liat smektit, disamping kaolinit dalam jumlah sedang. Pada tanah sawah dari endapan sungai dijumpai mineral liat smektit, kaolinit dan haloisit dalam jumlah yang bervariasi tergantung posisi. Jenis dan jumlah mineral liat penyusun menyebabkan KTK liat berbeda. Perbedaan KTK liat menyebabkan produksi Cisokan berbeda. Korelasi positif yang dihasilkan KTK liat dengan produksi menunjukkan Cisokan berproduksi tinggi pada KTK liat tinggi. Hasil analisis regresi stepwise, KTK liat mengontrol produksi Cisokan pada tanah sawah dari endapan sungai dan endapan

11 91 danau. Hal ini sangat dimungkinkan karena terdapat lebih dari satu mineral liat pada tanah sawah dari endapan, dimana masing-masing mineral liat mempunyai KTK liat berbeda, sehingga adanya variasi jenis dan jumlah mineral liat mengakibatkan KTK liat tidak sama Hubungan Bahan Induk dengan Produksi Cisokan Hasil percobaan di lapang menunjukkan bahwa hampir pada semua perlakuan, tanah-tanah sawah yang berkembang dari bahan induk volkanik menghasilkan produksi Cisokan lebih tinggi dibandingkan dengan tanah-tanah sawah yang berkembang dari endapan sungai dan endapan danau (Tabel 25). Hal yang sama juga terlihat pada produksi Cisokan yang dihasilkan tanpa perlakuan (N0P0K0) pada Tabel 27. Ini disebabkan faktor yang mengontrol produksi Cisokan pada tanah sawah dari bahan induk volkanik lebih sedikit dibandingkan tanah sawah dari endapan sungai maupun tanah sawah dari endapan danau. Hasil analisis menunjukkan terdapat enam karakteristik tanah pengontrol produksi Cisokan di Sentra Produksi Beras Solok, yaitu kandungan liat, N total, P 2 O 5 tersedia, rasio Ca/K dan rasio Mg/K dan KTK liat. Keenam karakteristik tanah tersebut menyebar di tiga bahan induk. Tiga di antaranya (kandungan liat, P 2 O 5 tersedia dan rasio Ca/K) mengontrol produksi Cisokan pada tanah sawah dari bahan induk volkanik dan empat di antaranya pada tanah sawah dari endapan sungai dan endapan danau. Hal ini menunjukkan bahwa pembatas produksi Cisokan pada tanah sawah dari bahan induk volkanik lebih ringan dibandingkan tanah sawah yang berkembang dari endapan sungai maupun endapan danau Kelebihan Kriteria Kesesuaian Lahan yang Dibangun Kriteria kesesuaian lahan padi sawah untuk TPL Cisokan di masingmasing bahan induk di Sentra Produksi Beras Solok dibangun atas dasar karakteristik lahan yang sangat berpengaruh terhadap produksi Cisokan atau karakteristik lahan pengontrol produksi Cisokan di masing-masing bahan induk tersebut. Penyusunan kriteria diarahkan untuk tujuan spesifik lokasi dengan hasil penilaian fisik kuantitatif, artinya setiap kelas kesesuaian lahan telah dihubungkan dengan produksi Cisokan (ton/ha GKG). Dari setiap kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan dapat diketahui kisaran produksinya.

12 92 Kriteria kesesuaian lahan yang dibangun atas karakteristik lahan ini memberikan hasil penilaian yang lebih baik dan akurat. Kebutuhan data karakteristik lahan minimal, memungkinkan proses evaluasi lahan dilakukan lebih mudah, cepat dan murah dengan hasil yang lebih baik. Karakteristik lahan yang diperlukan untuk mengevaluasi TPL Cisokan di daerah volkanik hanya terdiri atas kandungan liat, P 2 O 5 tersedia dan rasio Ca/K. Pada tanah-tanah di Dataran Aluvial diperlukan kandungan liat, N total, P 2 O 5 tersedia dan KTK liat. Sedangkan pada tanah-tanah sawah di Dataran Lakustrin N total, P 2 O 5 tersedia, rasio Mg/K dan KTK liat. Beberapa karakteristik lahan seperti kandungan liat, rasio Ca/K dan rasio Mg/K sebagai karakteristik lahan pengontrol produksi Cisokan dan pembeda kelas kesesuaian lahan telah diakomodir dalam kriteria tersebut yang sebelumnya tidak digunakan dalam penilaian kesesuaian lahan.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan paling mendasar dari suatu bangsa. Banyak negara dengan sumber ekonomi cukup memadai, tetapi mengalami kehancuran karena tidak mampu memenuhi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan menyajikan empat topik bahasan, yaitu: 1) Komposisi Mineral dan Sifat-Sifat Tanah Sawah, 2) Karakteristik Lahan Pengontrol Produksi Cisokan, 3) Upaya Optimalisasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN OPTIMALISASI TANAH SAWAH DI SENTRA PRODUKSI BERAS SOLOK, SUMATERA BARAT ERNA SURYANI

KARAKTERISTIK DAN OPTIMALISASI TANAH SAWAH DI SENTRA PRODUKSI BERAS SOLOK, SUMATERA BARAT ERNA SURYANI KARAKTERISTIK DAN OPTIMALISASI TANAH SAWAH DI SENTRA PRODUKSI BERAS SOLOK, SUMATERA BARAT ERNA SURYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

Mineral Composition and Soil Properties Derived from Tephra Deposit Talang Mount on Aluvial Plain at Solok Rice Production Centre, West Sumatra

Mineral Composition and Soil Properties Derived from Tephra Deposit Talang Mount on Aluvial Plain at Solok Rice Production Centre, West Sumatra Komposisi Mineral dan Sifat-Sifat Tanah yang Berkembang dari Deposit Tephra Gunung Talang pada Dataran Aluvial di Sentra Produksi Beras Solok, Sumatera Barat Mineral Composition and Soil Properties Derived

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat-sifat Tanah. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah. Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat-sifat Tanah. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah. Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat-sifat Tanah Sifat Morfologi dan Fisika Tanah Pedon Berbahan Induk Batuliat Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil berbahan induk batuliat disajikan

Lebih terperinci

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap tanaman dalam jumlah banyak. Pada tanaman jagung hara Kdiserap lebih banyak daripada hara N dan P. Lei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian terdiri atas penelitian lapang dan laboratorium. Penelitian lapang dilakukan di Sentra Produksi Beras Solok, secara administrasi termasuk ke dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Tanah Sawah di Pulau Jawa Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah sawah di Pulau Jawa disajikan pada Tabel 3. Status sifat kimia tanah yang diteliti

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan

Lebih terperinci

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Berbagai Dosis Pemberian Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Parameter yang digunakan dalam mengamati pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Pertumbuhan Tanaman Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi pengaruh antara abu terbang dan bahan humat pada peningkatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Andisol Lembang Data sifat fisikokimia tanah Andisol Lembang disajikan pada Tabel 1. Status hara dinilai berdasarkan kriteria yang dipublikasikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang termasuk dalam keluarga kubis-kubisan (Brassicaceae) yang berasal dari negeri China,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena 17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi

Lebih terperinci

Citra LANDSAT Semarang

Citra LANDSAT Semarang Batuan/Mineral Citra LANDSAT Semarang Indonesia 5 s/d 7 km 163 m + 2 km QUARRY BARAT LAUT Tidak ditambang (untuk green belt) muka airtanah 163 m batas bawah penambangan (10 m dpl) 75-100 m dpl Keterangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan terdahulu dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Perbedaan tekstur tanah dan elevasi, tidak menyebabkan perbedaan morfologi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi

Lebih terperinci

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion MATERI-9 Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Pengelolaan tanaman secara intensif, disadari atau tidak, dapat menjadi penyebab munculnya kekurangan ataupun keracunan unsur

Lebih terperinci

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan aktif dari tanah yang berperan dalam menjerap

Lebih terperinci

Tanah Ultisol di Indonesia menempati areal yang cukup luas, yaitu sekitar. 42,3 juta ha (Sri Adiningsih et a/, 1997; Rochayati et a/, 1997).

Tanah Ultisol di Indonesia menempati areal yang cukup luas, yaitu sekitar. 42,3 juta ha (Sri Adiningsih et a/, 1997; Rochayati et a/, 1997). 11. TINJAUAN PUSTAKA Ciri Tanah Ultisol dan Vertisol Tanah Ultisol di Indonesia menempati areal yang cukup luas, yaitu sekitar 42,3 juta ha (Sri Adiningsih et a/, 1997; Rochayati et a/, 1997). Tanah ini

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah DASAR ILMU TA AH Bab 5: Sifat Kimia Tanah ph tanah Pertukaran Ion Kejenuhan Basa Sifat Kimia Tanah Hampir semua sifat kimia tanah terkait dengan koloid tanah Koloid Tanah Partikel mineral atau organik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (CH 2 O)n + n O 2 n CO 2 + n H 2 O + e - (1) mikrob (CH 2 O)n + nh 2 O nco 2 + 4n e - + 4n H + (2)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (CH 2 O)n + n O 2 n CO 2 + n H 2 O + e - (1) mikrob (CH 2 O)n + nh 2 O nco 2 + 4n e - + 4n H + (2) HASIL DAN PEMBAHASAN Dinamika Eh dan ph Ketika tanah digenangi, air akan menggantikan udara dalam pori tanah. Pada kondisi seperti ini, mikrob aerob tanah menggunakan semua oksigen yang tersisa dalam tanah.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut 29 TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber K Tanah Sumber hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut mengandung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur terhadap Sifat Kimia Tanah Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang berasal dari Jambi

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. P tersedia adalah P tanah yang dapat larut dalam air dan asam sitrat. Bentuk P

II. TINJAUAN PUSTAKA. P tersedia adalah P tanah yang dapat larut dalam air dan asam sitrat. Bentuk P II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Penetapan P Tersedia P tersedia adalah P tanah yang dapat larut dalam air dan asam sitrat. Bentuk P dalam tanah dapat dibedakan berdasarkan kelarutan dan ketersediaannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi

PEMBAHASAN UMUM. Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi 102 PEMBAHASAN UMUM Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi dengan pembuatan saluran irigasi dan drainase agar air dapat diatur. Bila lahan tersebut dimanfaatkan untuk bertanam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setelah N dan P. Umumnya K diserap tanaman dalam bentuk K larut (soluble K) yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setelah N dan P. Umumnya K diserap tanaman dalam bentuk K larut (soluble K) yang PENDAHULUAN Latar Belakang Kalium merupakan hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak setelah N dan P. Umumnya K diserap tanaman dalam bentuk K larut (soluble K) yang berada dalam reaksi keseimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2), karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah Desa Hilibadalu Kecamatan Sogaeadu Kabupaten Nias dengan luas 190 ha dan ketinggian tempat ± 18 m di atas permukaan

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara IV. HASIL 4.. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Data fisikokimia tanah awal percobaan disajikan pada Tabel 2. Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong agak masam yaitu

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah Mineral Liat Liat dan bahan organik di dalam tanah memiliki kisi yang bermuatan negatif

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 4.1.1. ph Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan Berdasarkan Tabel 3 dan

Lebih terperinci

Pemupukan Tanaman Kopi dan Kakao Perlu Memperhatikan Interaksi Antarhara. Pusat Penelitian Kopi dam Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Pemupukan Tanaman Kopi dan Kakao Perlu Memperhatikan Interaksi Antarhara. Pusat Penelitian Kopi dam Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Pemupukan Tanaman Kopi dan Kakao Perlu Memperhatikan Interaksi Antarhara Erwin Prastowo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dam Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Pemupukan untuk meningkatkan produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tingkat Perkembangan Tanah. daerah tropika: 1. Tahap awal bahan induk yang tidak terkikis; 2. Tahap yuwana

TINJAUAN PUSTAKA. Tingkat Perkembangan Tanah. daerah tropika: 1. Tahap awal bahan induk yang tidak terkikis; 2. Tahap yuwana TINJAUAN PUSTAKA Tingkat Perkembangan Tanah Mohr dan Van Baren mengenal 5 tahap dalam perkembangan tanah di daerah tropika: 1. Tahap awal bahan induk yang tidak terkikis; 2. Tahap yuwana pengikisan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lahan adalah wilayah dipermukaan bumi, meliputi semua benda penyusun biosfer baik yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau siklis (Mahi,

Lebih terperinci

EFEK SISA PEMANFAATAN ABU SEKAM SEBAGAI SUMBER SILIKA (Si) UNTUK MEMPERBAIKI KESUBURAN TANAH SAWAH

EFEK SISA PEMANFAATAN ABU SEKAM SEBAGAI SUMBER SILIKA (Si) UNTUK MEMPERBAIKI KESUBURAN TANAH SAWAH SKRIPSI EFEK SISA PEMANFAATAN ABU SEKAM SEBAGAI SUMBER SILIKA (Si) UNTUK MEMPERBAIKI KESUBURAN TANAH SAWAH OLEH CHRISTINE EKA YULFIANTI 06113021 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 Skripsi

Lebih terperinci

JERAPAN Na +, NH 4 +, DAN Fe 3+ PADA TANAH-TANAH YANG DIDOMINASI MINERAL LIAT SMEKTIT. Rasional

JERAPAN Na +, NH 4 +, DAN Fe 3+ PADA TANAH-TANAH YANG DIDOMINASI MINERAL LIAT SMEKTIT. Rasional JERAPAN Na +, NH 4 +, DAN Fe 3+ PADA TANAH-TANAH YANG DIDOMINASI MINERAL LIAT SMEKTIT Rasional Sejumlah kation dapat membebaskan K yang terfiksasi pada tanah-tanah yang banyak mengandung mineral liat tipe

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang baik sekali terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Relationship between WCa Ratios in the Soil Solution with the Dynamic of K in UZtisol and Vertisol of Upland Area ABSTRACT

Relationship between WCa Ratios in the Soil Solution with the Dynamic of K in UZtisol and Vertisol of Upland Area ABSTRACT Iurnal Tanah dan Lingkungan,Vol. 6 No. 1, April 2004: 7-13 ISSN 1410-7333 HUBUNGAN NISBAH K/Ca DALAM LARUTAN TANAH DENGAN DINAMIKA HARA K PADA ULTISOL DAN VERTISOL LAHAN KERING I/ Relationship between

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus dan Neraca Nitrogen (N) Menurut Hanafiah (2005 :275) menjelaskan bahwa siklus N dimulai dari fiksasi N 2 -atmosfir secara fisik/kimiawi yang meyuplai tanah bersama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol Tanah Inceptisol (inceptum = mulai berkembang) berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai horizon penciri berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

Rizki Annisa Nasution*, M. M. B. Damanik, Jamilah

Rizki Annisa Nasution*, M. M. B. Damanik, Jamilah DAMPAK POLA TANAM PADI PADI DAN PADI SEMANGKA TERHADAP Al DAN Fe PADA KONDISI TANAH TIDAK DISAWAHKAN DI DESA AIR HITAM KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA The impact of Rice- Rice and Rice- Watermelon

Lebih terperinci