Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

CENDEKIA Jurnal Ilmu Administrasi Negara

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

Perlakuan Salah Pada Anak (Child Abuse)

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERSEPSI TENTANG KEKERASAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERILAKU AGRESIF PADA ANAK YANG MENGALAMI CHILD ABUSE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. psikis, seksual, dan ekonomi, termasuk ancaman dan perampasan kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

FAKTOR PENYEBAB PUTUS SEKOLAH DAN DAMPAK NEGATIFNYA BAGI ANAK (Studi Kasus di Desa Kalisoro Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. "tuna" yang berarti kurang dan "laras" yang berarti sesuai. Jadi anak tunalaras

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

Kekerasan Psikis Lebih Berbahaya daripada Kekerasan Fisik, para.

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Wong,2008).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perbedaan harus diwujudkan sejak dini. Dengan kata lain, seorang anak harus belajar

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB VI PENUTUP. (Negeri Ini) dengan menggunakan metode semiotika Pierce. Peneliti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA

BAB V PENUTUP. pukulan, cubitan dan ditendang ayahnya bila subjek tidak langsung. mengalami kekerasan secara seksual dan penelantaran.

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

tua Tentang Verbal Abuse (Kekerasan Verbal) pada Anak. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam mengambil data untuk

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Call Center : 129 : tesa.bali Blog : tesabali.wordpress.com Twiter TESA 129 BALI 2

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan anak atau child abuse adalah perlakuan orang dewasa atau anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari orangtua atau pengasuh yang berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat/kematian. Kekerasan pada anak lebih bersifat sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang anak (Sutanto,2006). Kekerasan anak di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun 2008 dilaporkan 1.510 anak mengalami kekerasan, tahun 2009 ada 1826, tahun 2012 sebanyak 1998, di tahun 2013 semakin meningkat yaitu 2044 jumlah kasus kekerasan pada anak di Indonesia. Tahun 2014 dilaporkan dari bulan Januari hingga April, jumlah korban kekerasan anak sudah mencapai 435jiwa(http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/01/06/ 140516/Angka-Kekerasan-Anak-Meningkat-Komnas-PA-Prihatin). Bentukdarikekerasanpadaanakterdiridariphysical abuse, sexual abuse, emotional abuse dan neglect (Wong, 2006). Emotional abuse (kekerasanemosional) yang biasanya juga lebih sering disebut dengan kekerasan verbal paling banyak didapat oleh anak-anak dari orang tua mereka. Bahkan tanpa disadari, orangtua setiap hari melakukan verbal abuse pada anaknya. Bentuk dari verbal abuse itu umumnya dilakukan dalam bentuk mengancam, mengkritik, membentak, mengecilkan anak, member julukan negatif pada anak (Fitri, 2008). Child abuse dapat terjadi setiap harinya di rumah. Rumah yang seharusnya tempat teraman dan tempat berlindung bagi anak tidak lagi menjadi nyaman. Adanya pengertian yang salah dalam memandang anak, dimana anak masih saja dipandang sebagai objek yang wajib menurut kepada orang tua (Soetjiningsih, 2006). 1

Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya (Mukhtarlutfi, 2008). Orangtua yang salah dengan melakukan kekerasan akan berakibat buruk bagi anak. Orang tua sejatinya berperan memberikan kebutuhan asah, asih, asuh serta pembekalan spiritual terhadap anak. Setiap orangtua harus mengenal baik orang orang yang berada di sekitar anak sehari hari. Orangtua juga diminta mengenali problem mental dan emosional diri sendiri, serta orang lain yang ada di rumah (Hurairah, 2006). Tindakan kekerasan tersebut dapat menimbulkan dampak baik fisikmaupun psikologis. Dampak fisik seperti perbuatan yang mengakibatkanrasa sakit, anak menderita patah tulang, lebam, sampai cacat permanen.dampak secara psikologis anak bisa menderita ketakutan, kemarahan,sedih, merasa bersalah, malu, bingung, hilangnya percaya diri dan ataupenderitaan psikis berat bahkan berontak pada seorang anak, sertapenghindaran terhadap lingkungan sosial (Santrock, 2007). Akibat dari dampak tersebut, maka kemungkinan akan muncul perilaku agresif pada anak. Anak yang mengalami tindakan kekerasan, selanjutnya akan cenderung menjadi pelaku tindakan kekerasan terhadap orang lain (Soetjiningsih, 2006). Hukuman fisik dan verbal yang sering diterima subjek membuat subjek menjadi anak yang cenderung agresif, suka berkelahi, memukul, menendang, suka mencari masalah, dan membalas dendam terhadap perlakuan teman-temannya (Risviyanto, 2005). Sepintas hukuman semacam itu dianggap lumrahtetapi sebenarnya merupakan tindakan kekerasan meskipun kadarnya ringan. Kemiskinan yangseringkali bergandengan dengan rendahnya pendidikan, pengangguran, dan tekanan mentalumumnya dipandang sebagai faktor dominan yangmendorong terjadinya kekerasan terhadap anak.lemahnya penegakan 2

hukum dan praktek budaya bisa berdampak pada fenomena kekerasan terhadap anakyang seringkali lepas dari jeratan hukum dan secarabudaya diterima sebagai hal yang wajar dilakukan terhadap anak.ironisnya disatu sisi permasalahan anak dianggap sesuatu yang penting hingga membutuhkan perhatian dan kepedulian yang serius tetapi disisi lain dalam realitasnya kekerasan terhadap anak dan penelantaran anak masih belum tertangani denganbaik. Dengan kata lain masih terjadi kesenjangan (Abdullah,2010). Penelitian yang dilakukan Salmah (2013)yang meneliti hubungan pengetahuan orangtua dengan persepsi tentang kekerasan pada anak terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi orang tua tentang bentuk-bentuk kekerasan anak dengan tingkat pengetahuan (P value 0,000) dan tingkat ekonomi (p value 0,046).Berdasarkan penelitian ini perlupeningkatan pengetahuan tentang kekerasan pada anak sehingga dapat memperbaiki persepsi orangtua dan perlu adanya kerjasama lintas sektor dan lintas program untuk meningkatkan status ekonomi keluarga dan mengurangi beban orangtua. Penelitian yang dilakukan Putri dan Santoso(2012) yang meneliti persepsi orangtua tentang kekerasan verbal pada anak di kelurahan kebondalem Kendal menghasilkan 4 tema yang terbentuk dari 6 sub tema, 14 kategori, 66 core kategori dan 221 kata kunci. Dua dari empat partisipan mengatakan kekerasan verbal adalah kata-kata yang tidak selayaknya diucapkan. Semua partisipan mengerti bahwa tindakan secara verbal dapat menjadi perilaku kekerasan. Orangtua masih melakukan kekerasan verbal pada anak meskipun mereka mengerti tentang kekerasan verbal. Orangtua berpendapat bahwa dampak dari kekerasan verbal tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan kekerasan fisik. Hasil survei pendahuluan melalui wawancara dengan 10 orangtua di Desa Parereja Kecamatan Banjarharjo Brebes, 8 diantaranya menyatakan sering memberikan hukuman kepada anak karena anak nakal atau bandel. Hal ini dimaksudkan agar anak menjadi jera dan tidak bertambah nakal, hukuman verbal mauapun fisik, memaki dengan kata-kata yang kasar serta kekerasan 3

fisik seperi memukul,menampar. Namun demikian orangtua tidak melakukan hukuman dengan sepenuh hati melainkan lebih sebagai bentuk pendisiplinan dan tetap menyayangi anaknya. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan persepsi orangtuatentang kekerasan pada anak dengan perilaku kekerasan pada anak didesa Parereja Kecamatan Banjarharjo Brebes. B. Rumusan Masalah Anak sering kali kerap melakukan kesalahan, seperti bertindak bandel, susah menurut serta susah diatur. Persepsi orangtua sering berbeda beda akan menanggapi hal tersebut, ada orangtua yang sering kali memberikan hukuman dalam bentuk kekerasan dan adapula orang tua yang memberikan nasihat kepada anaknya. Hal tersebut mempunyai hal positive dan negative, akan tetapi perlu diketahui bahwa tindakan kekerasan pada anak bukanlah satusatunya solusi untuk membuat anak menjadi lebih penurut, bahkan anak yang sering mendapat tindakan kekerasan anak sering kali menjadi lebih agresif. Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka masalah penelitian ini adalah Adakah hubungan antara persepsi orangtua dengan perilaku kekerasan pada anak di Desa Parereja Kecamatan Banjarharjo Brebes. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan persepsi orang tua tentang tindakan kekerasan terhadap anak dengan perilaku kekerasan terhadap anak di Desa Parereja Kecamatan Banjarharjo Brebes. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik orangtua di Desa Parereja Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes b. Mengidentifikasi persepsi orang tua tentang kekerasan anak di Desa Parereja Kecamatan Banjarharjo Brebes. 4

c. Mengidentifikasi perilaku kekerasan orangtua pada anak di Desa Parereja Kecamatan Banjarharjo Brebes. d. Menganalisa hubungan antara persepsi orang tua dengan perilaku kekerasan pada anak di Desa Parereja Kecamatan Banjarharjo brebes. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Untuk menyelesaikan karya ilmiah dan memperoleh serta menambah pengetahuan baru khususnya area keperawatan anak mengenai child abuse atau kekerasan terhadap anak. 2. Bagi lembaga/ tempat. a. Memberikan tambahan pengetahuan dibidang keperawatan anak terutama mengenai child abuse / kekerasan anak. b. Memberikan gagasan untuk mengadakan penelitian tentang child abuse / kekerasan terhadap anak secara lebih mendalam. 3. Bagi masyarakat atau pembaca. Memberikan informasi kepada masyarakat atau pembaca khususnya para orang tua dalam mendidik anak dan sebagai pedoman agar tidak terjadinya tindakan kekerasan. 4. Bagi Pelayan Kesehatan Diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada bidang pelayanan kesehatan mengenai gambaran tentang hubungan persepsi orang tua terhadap perilaku kekerasan pada anak. E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan termasuk dalam bidang ilmu keperawatan yang difokuskan dalam bidang ilmu keperawatan anak. 5

F. Keaslian Penelitian Penelitian hubungan persepsi orangtua terhadap perilaku kekerasan pada anak, sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan sebelumnya di Desa Parereja Kecamatan Banjarharjo Brebes. Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Pengarang Judul Penelitian Sampel Hasil Retnosari Wulan 2009 Amyur Murni Salmah 2013 Annora Putri dan Santoso 2012 Hubungan antara pengalaman kekerasan pada anak dengan kecerdasan emosi pada anak SLB bagian E Bhina Putera Surakarta Hubungan pengetahuan orangtua dengan persepsi tentang kekerasan pada anak diwilayah Kelurahan Kayu Putih Kec. Pulogadung Jakarta Timur Persepsi orangtua tentang kekerasan verbal pada anak di Kelurahan Kebondalem Kendal. Sampel adalah anak SLB Bhina Putera Surakarta berusia 13-18 tahun dengan jumlah 40 anak Sampel adalah orang tua diwilayah Kelurahan Kayu Putih Kec. Pulogadung Jakarta Timur jumlah 38 orang. Sampel adalah 4 orangtua di Kelurahan Kebondalem Kendal yang memiliki anak usia 3 sampai 6 tahun yang dimiliki minimal sarjana dan jumlah anak tidak lebih dari 2 orang. Terdapat hubungan negatife yang signifikan anata kekerasan pada anak dengan kecerdasan emosi dengan nilai r sebesar -0,429 Terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi orang tua tentang bentukbentuk kekerasan anak dengan tingkat pengetahuan (P value 0,000) dan tingkat ekonomi (p value 0,046). Penelitian ini menghasilkan 4 tema yang terbentuk dari 6 sub tema, 14 kategori, 66 core kategori dan 221 kata kunci. Dua dari empat partisipan mengatakan kekerasan verbal adalah kata-kata yang tidak selayaknya diucapkan. 6