BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai
|
|
- Hadian Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai pemberitaan publik, baik dalam media cetak, media elektronik dan media online, dimana dari berbagai permasalahan pada perempuan tersebut, isu kekerasan terhadap perempuan telah menjadi suatu sorotan penting karena kasus kekerasan ini kerap kali terjadi secara terus-menerus dan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perempuan lebih banyak menjadi korban dibandingkan laki-laki karena pada dasarnya kekerasan ini terjadi karena adanya ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan yang dipercaya oleh masyarakat kebanyakan. Ketidakadilan gender ini telah terpatri dalam kehidupan sehari-hari, bahwa seorang perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, penurut, pasif, harus lebih dulu mengutamakan kepentingan laki-laki dan lain sebagainya. Kekerasan terhadap perempuan, seperti yang tertulis dalam Pasal 1 Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 1994 oleh Komnas Perempuan, adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual dan psikologi termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi. Ada berbagai persepsi tentang kekerasan terhadap perempuan mulai dari pelecehan secara verbal, kekerasan fisik sampai dengan mengingkari hak asasi 1
2 perempuan. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan sebagai instrumen internasional mengenai perlindungan hak perempuan telah mencantumkan kekerasan, intimidasi dan rasa takut sebagai kendala bagi perempuan untuk dapat berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan bermasyarakat. (Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia: 3). Secara konseptual, kekerasan dalam berbagai bentuknya merupakan indikasi adanya penyalahgunaan kekuasaan, ketidaksetaraan dan dominasi. Kekerasan adalah penyalahgunaan kekuasaan-ketika kekuasaan yang dimiliki seseorang dipakai untuk memaksa atau membohongi orang lain dan berdampak pada pelanggaran integritas dan kepercayaan orang yang menjadi korban penyalahgunaan kekuasaan. Penyalahgunaan kekuasaan tersebut dimungkinkan oleh adanya ketidaksetaraan status antar individu, antar kelompok atau antar negara. (Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia: 3). Asumsi lain yang mendukung posisi subordinasi perempuan adalah tentang tempat perempuan dalam kehidupan bersama. Tempat perempuan yang diterima secara umum adalah di dalam rumah (di ruang privat) dan menjadi penanggung jawab utama terhadap pengasuhan anak. Permasalahan utamanya bukan mengenai pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan, tetapi berkaitan dengan konsekuensi negatifnya. Sesuai dengan posisi subordinatifnya, perempuan dan pekerjaannya dianggap inferior terhadap kedudukan dan pekerjaan laki-laki. Kondisi inferioritas perempuan yang telah cukup terpatri di masyarakat pada umumnya, juga diperkuat oleh pernyataan pakar-pakar bidang psikologi dan filsafat seperti Sigmund Freud dan Aristoteles. Keduanya dengan pasti menyatakan bahwa perempuan adalah manusia yang tidak sempurna, yang 2
3 mempunyai detect atau kelainan. (Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia: 4). Secara umum, melihat perubahan zaman, kemajuan teknologi dan pergeseran budaya saat ini, sudah bukan merupakan hal yang asing lagi jika melihat sepasang muda-mudi sedang berduaan di tempat-tempat rekreasional maupun tempat publik lainnya. Pada fase dewasa awal tersebut ketertarikan kepada lawan jenis merupakan hal yang normal terjadi, sehingga muncul rasa keingintahuan yang mendalam tentang kepribadian lawan jenis dengan menjalin suatu hubungan khusus yang biasa disebut pacaran. Namun masa berpacaran ini sangat rentan dengan masalah-masalah yang tidak diinginkan yaitu kekerasan dalam pacaran, baik itu berupa kekerasan verbal/psikis, kekerasan fisik maupun kekerasan seksual. Meskipun pada kenyataannya, tidak semua pasangan yang menjalin hubungan pacaran ini mengalami kekerasan dalam pacaran. Masyarakat pada umumnya sangat peduli tentang kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga (Kekerasan Dalam Rumah Tangga/KDRT), namun masih sedikit yang peduli pada kekerasan yang terjadi pada masa berpacaran (Kekerasan Dalam Pacaran) atau dating violence. Masih banyak orang belum mengenal kekerasan dalam pacaran, sehingga terkadang masih terabaikan oleh korban dan pelakunya. Banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan, karena pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang penuh dengan romantisme dan hal-hal indah, dimana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata-kata yang dilakukan dan diucapkan oleh sang pacar. 3
4 Fenomena kekerasan dalam pacaran tak ubahnya seperti gunung es, yang nampak di permukaan hanya sedikit dari sekian banyak kasus kekerasan dalam pacaran yang terjadi di masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena tindak kekerasan tersebut sering disembunyikan dari siapapun, atau hanya diketahui oleh lingkungan terbatas saja, seperti anggota keluarga, teman dekat atau orang-orang lain, baik yang memiliki latar belakang profesional maupun tidak, yang dihubungi oleh korban untuk mencurahkan masalahnya. Jarang terjadi tindak kekerasan dalam pacaran yang dilaporkan kepada pihak yang berwajib, apalagi dilanjutkan perkaranya secara legal. Bila tak tahan menyimpan masalah, yang kadang terjadi adalah korban meminta bantuan tenaga profesional, memanfaatkan rubrik konsultasi di majalah, ataupun mengadukan masalahnya ke lembaga yang memberikan bantuan konsultasi. Hanya dalam situasi yang sangat parah, dan fakta kekerasan yang tidak dapat ditutup-tutupi lagi, korban terpaksa meminta bantuan tenaga kesehatan. Setelah mengalami penganiayaan parah, sebagian korban juga melaporkan kejadiannya pada polisi, dan lebih sedikit lagi yang kemudian ditindaklanjuti secara hukum. Tidak jarang juga polisi menanggapi dengan komentar: Ini penganiayaan ringan, tidak perlu dilihat sebagai masalah serius, atau dengan usulan: Lebih baik diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Sebagian pengaduan lain dicabut sendiri oleh korban dengan berbagai alasan, antara lain: malu kasusnya diketahui umum, proses hukum yang berbelit-belit, rasa iba pada pelaku, atau ingin menyelesaikan masalah secara kekeluargaan. Tak jarang pula pelaku dan keluarganya melakukan berbagai langkah untuk menghambat proses penyelesaian masalah secara legal. 4
5 Pada umumnya jenis kekerasan yang sering terjadi dalam hubungan pacaran dapat dibagi menjadi kekerasan psikis/verbal, kekerasan fisik serta kekerasan seksual. Namun begitu, semua jenis kekerasan ini memiliki satu hal yang sama, yaitu memperlihatkan adanya kekuatan dan kontrol pada pihak/pasangan yang menjadi pelaku kekerasan. Kekerasan psikis/verbal sering terjadi namun jarang disadari sebagai bentuk kekerasan, dan umumnya berupa perlakuan yang menunjukkan kecemburuan yang berlebihan, posesif dan berusaha mengendalikan pasangan dengan memanggil nama pasangan dengan sebutan negatif (bodoh, jelek dan sebagainya), menghina, mengancam, melarang pasangan berhubungan dengan teman serta menggunakan handphone untuk mengecek pasangan sesering mungkin. Kekerasan fisik adalah bentuk perlakuan fisik yang kasar kepada pasangan dan menimbulkan luka yang dapat dilihat, seperti mendorong, memukul, menjambak, menganiaya tubuh, mencekik atau memaksa pasangan pergi ke tempat yang membahayakan dirinya. Kekerasan seksual merupakan bentuk perlakuan melecehkan secara seksual, mulai dari rabaan atau sentuhan pada tubuh yang tidak dikehendaki, ciuman yang tidak dikehendaki, pemaksaan untuk melakukan hubungan seksual atau memanipulasi pasangan untuk melakukan hubungan seksual. ( tanggal 25 Juni 2015 pukul 15:21 WIB). Satu hal yang khas dan sering muncul dalam kasus kekerasan dalam pacaran, yaitu pihak yang menjadi korban biasanya cenderung lemah, kurang percaya diri, terlalu mudah percaya sehingga mudah dimanipulasi dan sangat mencintai pasangannya. Apalagi karena sang pacar, setelah melakukan kekerasan biasanya akan menunjukkan sikap menyesal, meminta maaf, berjanji tidak akan 5
6 mengulangi tindakan itu lagi dan bersikap manis kepada pacarnya. Sang korban mempercayai sepenuh hati permintaan maaf dan perkataan pacarnya serta memaknai tindak kekerasan dari sang pacar merupakan suatu bentuk tanda sayang dan kepedulian kepada dirinya. Ironisnya, tindakan kekerasan dari sang pacar ini akan kembali muncul seiring berjalannya hubungan mereka, dan sang pelaku akan kembali menyesal, meminta maaf yang akhirnya direspon positif oleh korban, hubungan mereka terus berjalan sampai akhirnya terulang lagi keadaan tersebut. Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) dan Kekerasan Terhadap Istri (KTI) memiliki beberapa kesamaan, yakni keduanya menempatkan perempuan dalam posisi yang sangat rentan menjadi korban. Selain itu kekerasan dalam pacaran dan kekerasan terhadap istri merupakan bentuk kekerasan yang sama terhadap perempuan dalam relasi personal, dimana pelaku dan korban berada dalam hubungan cinta. Namun terdapat juga perbedaan diantara keduanya, yaitu mengenai status hukum. Payung hukum tentang kekerasan ranah personal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) tidak dapat diterapkan dalam kasus-kasus kekerasan dalam pacaran. Meskipun demikian, para pelaku kekerasan dalam pacaran dapat dijerat dengan Pasal 80 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dengan catatan bahwa individu yang menjadi korban kekerasan dalam pacaran belum berusia 18 tahun. Jika korban telah berusia 18 tahun, maka kekerasan dalam pacaran yang dialaminya dapat diadukan dengan melakukan tuntutan atas dasar penganiayaan yang diatur dalam Bab XX Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam Bab XX KUHP tersebut, dapat 6
7 dilihat ada 3 (tiga) macam bentuk penganiayaan, yaitu: Penganiayaan biasa (Pasal 351 KUHP), penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP) dan penganiayaan berat (Pasal 354 KUHP). ( diakses tanggal 25 Juni 2015 pukul 17:16 WIB). Berdasarkan catatan tahunan yang dipublikasikan oleh Komnas Perempuan, sepanjang tahun 2011 terdapat kasus kekerasan yang ditangani oleh lembaga pengada layanan pengaduan kekerasan terhadap perempuan. Dari jumlah keseluruhan kasus sepanjang tahun 2011 tersebut, terdapat kasus yang terjadi di ranah domestik (dilakukan oleh relasi dekat korban), di dalamnya meliputi kasus kekerasan terhadap istri (97%), dan kasus kekerasan dalam pacaran (KDP). Teridentifikasi bahwa di dalam ranah domestik, kekerasan psikis paling banyak dialami ( kasus), dan berturut-turut jenis kekerasan ekonomi (3.222 kasus), kekerasan fisik (2.790 kasus), serta kekerasan seksual (1398 kasus). (Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2011). Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kekerasan Terhadap Perempuan di Ranah Domestik: KDRT/RP Tahun 2011 Sumber: Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 2011 oleh Komnas Perempuan 7
8 Lebih lanjut pada tahun 2013, total jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga/relasi personal (KDRT/RP) yang ditangani oleh lembaga mitra pengada layanan berjumlah kasus. Bentuk KDRT/RP yang paling tinggi adalah Kekerasan Terhadap Istri (KTI) sebesar 52% (4.305 kasus), kemudian disusul dengan kekerasan dalam relasi personal lain sebesar 29% (2.428 kasus) dan Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) sebesar 13% (1.085 kasus) seperti yang dapat dilihat pada grafik di bawah. (Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2013). Gambar 1.2 Grafik Jumlah Kekerasan Terhadap Perempuan di Ranah Domestik: KDRT/RP Tahun 2013 Sumber: Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 2013 oleh Komnas Perempuan Selanjutnya pada tahun 2014, terjadi peningkatan jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga/ranah personal (KDRT/RP) dibandingkan pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 terdapat kasus KDRT/RP, dimana data menunjukkan bentuk KDRT/RP yang menempati urutan tertinggi yaitu: Kekerasan Terhadap Istri sebesar 59% (5.102 kasus), disusul oleh Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) sebesar 21% (1.748 kasus), Kekerasan Terhadap Anak Perempuan (KTAP) sebesar 10 % (843 kasus), Kekerasan dalam relasi personal lain sebesar 9% (750 kasus), Kekerasan dari mantan pacar sebesar 1% (63 kasus), 8
9 Kekerasan dari mantan suami sebesar 0,7 % (53 kasus) dan Kekerasan terhadap pekerja rumah tangga sebesar 0,4 % (31 kasus). (Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2014). Dari data yang dihimpun Komnas Perempuan dalam Catatan Tahunan (Catahu) pada tahun 2011, 2013 dan 2014 di atas dapat diketahui bahwa dari sekian banyak kasus kekerasan terhadap perempuan, kasus kekerasan dalam pacaran (KDP) selalu menempati urutan terbanyak setelah kekerasan terhadap istri (KTI). Hal ini membuktikan bahwa fenomena kekerasan yang dilakukan dalam masa pacaran merupakan sebuah permasalahan yang menarik untuk dikaji lebih lanjut guna menemukan akar permasalahan serta solusinya. Penelitian tentang kekerasan dalam pacaran di kota Medan sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Olivia Siagian (2009), penelitian itu bertujuan untuk mengetahui gambaran kekerasan dalam pacaranpada remaja kota Medanditinjau dari perbedaan jenis kelamin, kelompok usia, tingkat pendidikan, penggunaan alkohol, dan lamanya menjalin hubungan pacaran. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan gambaran tingkat kekerasan dalam pacaran pada remaja di kota Medan yang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Secara umum angka kekerasan dalam pacaran (dating violence) pada remaja di Kota Medan adalah 53,11 % yaitu 308 orang dari 600 orang remaja berpacaran yang dijadikan sampel. 2. Remaja pria dan wanita memiliki persentase yang sama dalam bentuk verbal and emotional abuse yaitu masing-masing 100%. Remaja pria lebih banyak 9
10 menjadi pelaku sexual abuse (65,27%) sementara remaja putri lebih banyak menjadi pelaku physical abuse (90,78%). 3. Remaja awal (37,66%) lebih banyak menjadi pelaku dating violence dibandingkan remaja tengah (26,3%) dan akhir (36,04%) 4. Remaja awal, tengah, dan akhir tidak memiliki persentase yang berbeda dalam bentuk verbal and emotional abuse yaitu masing-masing 100 %. Remaja tengah lebih banyak menjadi pelaku sexual abuse (58,03%) dan physical abuse (90,12%). 5. Jika dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan, verbal and emotional abuse tidak menunjukkan angka yang bervariasi dikarenakan masing-masing tingkat pendidikan memperoleh persentase yang sama yaitu (100%), akan tetapi terjadi penurunan sexual dan physical abuse dari tingkat pendidikan SMA ke Perguruan tinggi. 6. Berdasarkan lama berpacaran yaitu remaja yang berpacaran kurang dari 6 bulan sampai 6 bulan (57,30%) lebih banyak menjadi pelaku sexual abuse dibandingkan remaja yang berpacaran lebih dari 6 bulan (50%). Untuk bentuk physical abuse remaja yang berpacaran lebih dari 6 bulan (86,13%) lebih banyak menjadi pelaku dibandingkan remaja yang berpacaran kurang dari 6 bulan sampai 6 bulan (88,64%). Sedangkan untuk verbal and emotional abuse remaja yang berpacaran kurang dari 6 bulan sampai 6 bulan dan lebih dari 6 bulan tidak menunjukkan perbedaan persentase, yaitu masing-masing 100 %. 7. Jika dibedakan berdasarkan penggunaan alkohol terdapat (95,83%) dari pengguna alkohol menjadi pelaku sexual abuse sedangkan yang bukan 10
11 pengguna alkohol yang menjadi pelaku sexual abuse sebanyak (92,42%), dan (79,17%) dari pengguna alkohol melakukan physical abuse sedangkan yang bukan pengguna alkohol yang menjadi pelaku physical abuse sebanyak (56,06%). Untuk bentuk verbal and emotional abuse tidak terdapat persentase yang berbeda diantara pengguna alkohol dan bukan pengguna alkohol yaitu masing-masing 100 %. 8. Rata-rata kekerasan yang terjadi dalam hubungan pacaran 6 bulan keatas (13 kali) lebih tinggi dibandingkan 6 bulan kebawah (12 kali). (Siagian, 2009). Dari berbagai penelitian sebelumnya diketahui bahwa hampir sebagian besar mahasiswa pernah menjalin suatu hubungan khusus dengan lawan jenis yaitu pacaran (dating). Masa berpacaran ini rentan dengan masalah-masalah seperti kekerasan dalam pacaran, namun tidak semua pasangan yang menjalin hubungan pacaran ini mengalami kekerasan dalam pacaran. Peneliti memilih perempuan sebagai subjek penelitian dikarenakan adanya stereotipe gender yang menimbulkan ketimpangan gender yang menyebabkan munculnya asumsi bahwa posisi perempuan ada di bawah laki-laki. Asumsi tersebut turut mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, tak terkecuali juga dalam hubungan pacaran, yang nyatanya membuat posisi perempuan menjadi tidak diuntungkan dan seringkali mengalami berbagai kerugian. Berdasarkan pra-penelitian yang telah peneliti lakukan, perempuan yang mengalami kekerasan dalam pacaran cenderung menutupi bahwa dirinya telah mengalami kekerasan oleh pacarnya. Korban beranggapan bahwa sang pacar telah melakukan kekhilafan dan memaknai kekerasan yang dialaminya merupakan bentuk rasa sayang dan kepedulian dari pasangannya. Dengan pemaknaan seperti 11
12 itu akhirnya korban mempertahankan relasi pacaran yang sebenarnya sudah tidak sehat lagi. Korban juga memiliki kecenderungan berpikir bahwa pasangannya merupakan orang yang terbaik dan paling mengerti dirinya. Sehingga korban memilih untuk bersabar atas semua perlakuan kurang patut yang diberikan oleh sang pacar. Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan. Selain karena daerah ini sedikit banyak sudah diketahui oleh peneliti, daerah ini juga biasanya menjadi pilihan mahasiswa rantau untuk indekostkarena lokasinya yang dekat dengan kampus. Berstatus sebagai mahasiswa kost menyebabkan minimnya pengawasan orangtua yang seringkali berimplikasi pada pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, dan lain sebagainya. Selain itu sebagian besar mahasiswa kost-kostan sudah pernah menjalani hubungan pacaran, sehingga diharapkan mampu memberikan informasi yang peneliti perlukan. Kurangnya pengawasan orangtua tersebut menyebabkan mahasiswa kost-kostan lebih rentan mengalami berbagai permasalahan yang telah diuraikan di atas dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua atau keluarganya, walaupun tak dapat dipungkiri juga bahwa banyak mahasiswa yang tinggal dengan orang tua atau keluarga yang mengalami perilaku menyimpang dan juga mengalami kekerasan dalam pacaran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut masalah ini dengan melakukan suatu penelitian yang berjudul Kemampuan Adaptasi Perempuan Yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran (Studi Kasus Pada Mahasiswi Kost-Kostan di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan). 12
13 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah kemampuan adaptasi mahasiswi kost-kostan yang mengalami kekerasan dalam pacaran di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan? 1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan adaptasi mahasiswi kost-kostan dalam menghadapi kekerasan dalam pacaran di Kelurahan Padang Bulan, Medan Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Subyektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan sistematis serta kemampuan untuk menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh selama duduk di bangku perkuliahan. 2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah atau para penegak hukum agar dapat menindaklanjuti kekerasan khusunya dalam hubungan berpacaran. Sedangkan bagi masyarakat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, sehingga masyarakat dapat turut berperan 13
14 serta dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya kekerasan dalam hubungan pacaran. 3. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sebuah sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan skripsi ini meliputi : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 14
15 Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini. BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan hasil penelitian. 15
BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Reproduksi adalah termasuk salah satu dari sekian banyak problem remaja yang perlu mendapat perhatian bagi semua kalangan, baik orang tua, guru, dan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat yang
Lebih terperinciPEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari
PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini telah dinyatakan dengan tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 bahwa Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering menjadi bahan perbincangan setiap orang. Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi, pelecehan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Kabupaten Malang sering kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan dalam rumah tangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai masalah sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan. Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak salah jika pasangan yang telah berumah tangga belum merasa sempurna jika belum dikaruniai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam keluarga, manusia belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk dapat mempunyai pasangan dan akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang mempersatukan sepasang manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh negara pada hakikatnya memberikan dampak buruk kepada perempuan. Maraknya kasus-kasus yang terjadi terhadap perempuan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada masa dewasa awal merupakan masa puncak dalam bersosialisasi. Individu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membahas mengenai pacaran dalam era globalisasi ini sudah tidak asing lagi. Pacaran sekarang bahkan seolah olah sudah merupakan aktifitas remaja dalam kehidupan sehari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. adalah bercintaan atau berkasih-kasihan sehingga dapat disimpulkan. perempuan, adanya komitmen dari kedua belah pihak biasanya
2.1 Kekerasan dalam pacaran 2.1.1 Konsep Pacaran BAB II KAJIAN TEORI Menurut KBBI (1986) pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Sedangkan berpacaran adalah
Lebih terperinciPERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih
PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan
Lebih terperinciAbstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT
JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rumah adalah tempat untuk membangun keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera. Tempat pengayom bagi seluruh penghuninya dan juga sebagai tempat berlindung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan dapat menimpa siapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminatif. Sebaliknya, mereka bukanlah. manusiawi dari pihak siapapun atau pihak manapun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini. Salah satu bentuk kekerasan yang ada justru dekat dan berada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan
Lebih terperinci"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN
"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan dalam penegakan hukum mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Meskipun telah ditetapkannya UU Republik Indonesia No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Namun kasus KDRT masih saja meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini kita sebagai manusia tidak bisa hidup dalam kesendirian, kita sebagai makhluk yang sosialis, tentunya membutuhkan proses saling tolong menolong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan mutiara keluarga yang perlu dilindungi dan dijaga. Perlu dijaga karena dalam dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Rice dalam Sayasa, 2004). Dalam perjalanan menuju dewasa tersebut para remaja menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 28B ayat (1) UUD 1945 menentukan : Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Sedangkan perkawinan sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, penganiayaan, pemerasan dan perkosaan atau tindakan yang membuat seseorang merasa kesakitan baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
Lebih terperinciDEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis dengan rasa cinta dan kasih sayang antar keluarga, namun tidak setiap keluarga dapat menjalani
Lebih terperinciKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi wacana tersendiri dalam keseharian. Perempuan dan juga anak sebagai korban utama dalam kekerasan dalam rumah tangga, mutlak memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat (Sriwahyuni,2007, di dalam buku Indriyani, Diyan 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah tangga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat yang terbentuk karena adanya ikatan perkawinan. Keluarga terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan suatu negara dan bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan negara yang mutu
Lebih terperinciFENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Banyak di tayangkan kasus kekerasan rumahtangga yang di lakukan baik ayah kepada anak, suami kepada istri, istri kepada suami yang mengakibatkan penganiyayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia diawali dan pergerakan kaum perempuan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Gambaran Perilaku seksual Perkembangan seksual seorang individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan pada penelitian ini, antara lain : 1. Penyebab kekerasan yang dialami pada masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara hukum, dimana menurut Logemann Negara merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan kekuasaannya yang mengatur serta menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan manifestasi dari besarnya sistem patriarkhi di mana laki-laki merupakan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau
Lebih terperinciBAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)
BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) A. Landasan Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 Salah satu tujuan dibentuknya Undang-Undang R.I.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan saat ini bukan merupakan suatu hal baru lagi untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan saat ini bukan merupakan suatu hal baru lagi untuk mendengar adanya tindak kekerasan terhadap anak. Media massa terutama Televisi sering memberitakan
Lebih terperinciLex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017
ASPEK HUKUM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BERDASARKAN UU NO.23 TAHUN 2004 1 Oleh : Ollij A. Kereh 2 ; Friend H. Anis 3 Abstrak Perkembangan kehidupan sosial dewasa ini menunjukkan menurunnya nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang mulai menginjak usia dewasa, pasti memiliki keinginan dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya. Keinginan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat yang semakin beragam saat ini, peran serta pemerintah sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan
Lebih terperinci2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kekerasan di dalam rumah tangga merupakan hal yang bersifat pribadi dan cenderung dirahasiakan dari dunia luar. Kasus ini dapat merugikan sebagian orang dan
Lebih terperinciKekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga
Lebih terperinciBUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,
SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan pembatasan ruang gerak. Kedua, publik yaitu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kekerasan terhadap perempuan berdasarkan wilayah terjadinya kekerasan terbagi dalam tiga ranah, pertama privat yaitu kekerasan yang terjadi dalam ruang lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan beberapa peraturan, khususnya tentang hukum hak asasi manusia dan meratifikasi beberapa konvensi internasional
Lebih terperinci2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini sering dikatakan sebagai masa keemasan atau golden age. Masa keemasan adalah masa dimana anak memiliki kemampuan penyerapan informasi yang
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA
HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains
Lebih terperinci, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan pada saat ini banyak terjadi di lingkungan sekitar kita yang tentunya harus ada perhatian dari segala komponen masyarakat untuk peduli mencegah kekerasan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai Negara hukum, pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban untuk mengatur semua peri kehidupan warga negaranya termasuk dalam hal perkawinan. Pemerintah
Lebih terperinci"Perlindungan Saksi Dalam Perspektif Perempuan: Beberapa Catatan Kritis Terhadap RUU Perlindungan Saksi usul inistiatif DPR"
"Perlindungan Saksi Dalam Perspektif Perempuan: Beberapa Catatan Kritis Terhadap RUU Perlindungan Saksi usul inistiatif DPR" oleh: Asnifriyanti Damanik, SH. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskrintinasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di daerah Yogyakarta cukup memprihatinkan dan tidak terlepas dari permasalahan kekerasan terhadap perempuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum merupakan suatu norma yang berfungsi mengatur mengenai segala sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak merugikan orang lain
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci1 LATAR 3 TEMUAN 7 KETIDAKMAMPUAN
Daftar isi TERLANGGARNYA HAK PEREMPUAN ATAS RASA AMAN Hasil Pemantauan Hak Perempuan atas Rasa Aman di Transportasi Publik hal : 1 LATAR BELAKANG 3 TEMUAN PEMANTAUAN PEREMPUAN 7 KETIDAKMAMPUAN NEGARA MENJAMIN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung es yang hanya nampak puncaknya saja di permukaan, namun sebagian besar badan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK
1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK ABSTRAKSI SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin meresahkan. Dalam menyelesaikan suatu konflik atau permasalahan disertai dengan tindakan kekerasan.
Lebih terperinciKEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak
1 KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Khoirul Ihwanudin 1 Abstrak Keharmonisan dalam rumah tangga menjadi hilang saat tindakan kekerasan mulai dilakukan suami terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat kita simak dari liputan
Lebih terperinciMenanti Tuntutan Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Oleh : Arrista Trimaya * Naskah diterima: 07 Desember 2015; disetujui: 22 Desember 2015
Menanti Tuntutan Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Oleh : Arrista Trimaya * Naskah diterima: 07 Desember 2015; disetujui: 22 Desember 2015 Pendahuluan Tahun 2015 ini dapat dikatakan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Berita mengenai kekerasan, terutama kekerasan terhadap perempuan (KtP) seakan sudah menjadi bagian sehari-hari yang dapat diketahui melalui media massa. Laporan penelitian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinci(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.
Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa SMA di Klaten Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419)
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali terjadi ketidakharmonisan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang sering berujung pada kekerasan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan terhadap sesama manusia telah memiliki sumber atau alasan yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi gender. Salah satu sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang didalamnya terdapat berbagai hubungan dari sebuah masyarakat tertentu yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyidik Polri dalam menjalankan tugasnya untuk membuat terang setiap tindak pidana yang terjadi di masyarakat adalah peran yang sangat penting terutama dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah
Lebih terperinciPendampingan Terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Tahun 2016
Pendampingan Terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Tahun 2016 Sanggar Suara Perempuan Jln. Beringin No.1, Kesetnana SoE, TTS-NTT Telp/Fax : 0388-21889 Email : ssp.okomama@yahoo.co.id www.sanggarsuaraperempuan.com
Lebih terperinci