UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA"

Transkripsi

1 1 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA Disusun Oleh : Nama : Lili Hartini NPM : Jurusan : Psikologi Pembimbing : Siti Mufattahah, Psi Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2009

2 2 JURNAL PENELITIAN AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA ABSTRAKSI Agresi anak yang tinggal dalam keluarga dengan kekerasan rumah tangga Kekerasan dalam rumah tangga secara umum mengandung pengertian bahwa sebagai suatu tindakan yang dimiliki seseorang untk melukai atau merusak benda milik korbannya. Dalam hal ini termasuk didalamnya segala bentuk ancaman, penggunaan kata-kata kasar, ataupun segala sesuatu yang mengakibatkan penderitaan bagi korbannya (dalam Su adah, 2005). Adapun bentukbentuk kekerasan dalam rumah tangga yang biasa terjadi seperti kekerasan fisik yang berakibat langsung, kekerasan emosional atau psikologis yang termasuk didalamnya penggunaan kata-kata kasar, kekerasan seksual biasanya terjadi dalam hubungan suami istri, kekerasan ekonomi misalnya menghambur-hamburkan penghasilan istri, ataupun kekerasan sosial yang membatasi pergaulan istri. Dalam hal ini kekerasan yang terjadi biasa dilakukan oleh seorang suami kepada istri atau anaknya. Kekerasan dalam rumah tangga tersebut akan memiliki dampak diantaranya dampak fisik seperti perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, dampak secara psikologis seperti perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya percaya diri dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Dari beberapa dampak tersebut, maka kemungkinan akan muncul perilaku agresi pada anak, dimana perilaku tersebut didapat dari hasil pengamatan dan pengalaman kejadian yang dialami anak sehingga anak akan berperilaku sama seperti orang tuanya. Agresi menurut Moore & Fine (dalam, Koeswara 1988) adalah tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap objekobjek. Agresi secara fisik meliputi kekerasan yang dilakukan secara fisik, seperti memukul, menampar, menendang dan lain sebagainya. Selain itu agresi secara verbal adalah penggunaan kata-kata kasar seperti bego, tolol. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kekerasan dalam rumah tangga dalam keluarga subjek, dan untuk mengetahui gambaran perilaku agresi pada anak yang tinggal dalam keluarga dengan kekerasan rumah tangga, selain itu untuk mengetahui penyebab perilaku agresi anak tersebut demikian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan studi kasus dengan subjek penelitian seorang anak perempuan yang berperilaku agresi, dimana anak tersebut tinggal dalam keluarga dengan kekerasan rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dan significant other sama-sama mengalami kekerasan dalam rumah tangga antara lain kekerasan fisik dan kekerasan emosional. Subjek setiap hari selalu

3 2 melihat kedua orang tuanya bertengkar seperti ketika ayahnya sedang memukul dan menampar ibunya, selain itu subjek juga sering mendengar bahwa ayahnya memanggil ibunya dengan kata-kata kasar seperti bego atau tolol. Kekerasan yang dialami subjek tidak beda jauh dengan ibunya, dimana ia sering dipukul dengan menggunakan tangan, dilempari sapu, sendal atau kaleng, subjek juga sering mendengar ayahnya memanggil ia dengan katakata bego dan tolol saat ia tidak bisa mengerjakan PRnya. Dalam hal ini subjek setiap hari mengalami serta mengamati kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya kepada ia dan ibunya, maka hal ini akan berdampak terhadap perilaku subjek karena anak yang tinggal dalam keluarga dengan kekerasan dalam rumah tangga cenderung memiliki perilaku agresi yang tinggi. Agresi yang dilakukan oleh subjek berupa agresi verbal dan non verbal. Agresi verbal seperti penggunaan kata-kata kasar yaitu bego, tolol, tai kucing. Agresi non verbal seperti memukul. Faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku agresi antara lain proses belajar, imitasi, penguatan. Proses belajar yang didapatkan oleh subjek tidak lain karena seringnya ia melihat serta mengalami kekerasan, sehingga subjek mulai coba-coba melakukan agresi. Perilaku agresi yang dilakukan subjek tersebut, tidak lain meniru seperti perlakuan ayahnya terhadap subjek dan ibunya, ternyata perilaku agresi bagi subjek membawa dampak yang menyenangkan bagi dirinya, dimana setiap subjek melakukan agresi verbal maka teman dan adiknya akan patuh atau tunduk kepada dirinya. Kata kunci : agresi, kekerasan dalam rumah tangga.

4 2 BAB I A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga yang tertuang dalam UU RI No 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa, kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Menurut Davies (1994) kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu bentuk kekerasan fisik maupun mental yang dilakukan oleh pria terhadap pasangannya atau istrinya yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan baik secara fisik, seksual, psikologis, atau penelantaran dalam rumah tangga. Adapun kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi terhadap anak menurut Gelles (dalam Newberger, 1982) adalah kondisi klinis dimana anak mengalami kekerasan dengan sengaja melalui verbal seperti penggunaan kata-kata kasar dan non verbal seperti penyerangan fisik oleh keluarga atau orang terdekat dari anak tersebut. Adapun bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang biasa terjadi seperti kekerasan fisik yang berakibat langsung, kekerasan emosional atau psikologis yang termasuk didalamnya penggunaan kata-kata kasar, kekerasan seksual biasanya terjadi dalam hubungan suami istri, kekerasan ekonomi misalnya menghambur-hamburkan penghasilan istri, ataupun kekerasan sosial yang membatasi pergaulan istri. Dalam hal ini kekerasan yang terjadi biasa dilakukan oleh seorang suami kepada istri atau anaknya. Pada kasus kekerasan dalam rumah tangga, banyak keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga tidak melaporkan kepada pihak yang berwajib atau pihak yang menangani kasus tersebut. Dari keterangan diatas, maka kekerasan dalam rumah tangga tersebut akan memiliki dampak diantaranya dampak fisik seperti perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, dampak secara psikologis seperti perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya percaya diri dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Dari beberapa dampak tersebut, maka kemungkinan akan muncul perilaku agresi pada anak, dimana perilaku tersebut didapat dari hasil pengamatan serta kejadian yang dialami anak sehingga anak akan berperilaku seperti orang tuanya. Agresi menurut Moore & Fine (dalam, Koeswara 1988) adalah tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap objekobjek. Agresi secara fisik meliputi kekerasan yang dilakukan secara fisik, seperti memukul, menampar, menendang dan lain sebagainya. Selain itu agresi secara verbal adalah penggunaan kata-kata kasar seperti bego, tolol. Selain bentuk agresi tersebut, ada faktor yang mempengaruhinya dalam perbuatan agresi diantaranya faktor belajar, faktor imitasi, faktor penguatan. Agresi pada anak dapat terbentuk karena setiap hari anak sering melihat dan menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga baik secara langsung atau tidak langsung yang dilakukan ayah

5 2 terhadap ibu dan anaknya, maka dalam hal ini anak mengadopsi perilaku agresinya dari hasil belajar melalui pengamatan anak kepada orang tua serta anak dapat meniru semua tingkah laku orang tua yang didapatnya dari kekerasan tersebut. Di lain pihak orang tua tidak menyadari bahwa pada kenyataannya anak dapat berperilaku agresi tidak lain dari tingkah laku orang tua yang dipaparkannya setiap hari, akan tetapi tidak menutup kemungkinan lingkungan tempat tinggal juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku agresi anak. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti atas apa yang terjadi dalam keluarga tersebut, yaitu meneliti tentang perilaku agresi anak dalam keluarga yang mengalami kekerasan rumah tangga. B. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran kekerasan dalam rumah tangga pada keluarga subjek? 2. Bagaimana gambaran perilaku agresi pada subjek yang tinggal dalam keluarga dengan kekerasan rumah tangga? 3. Mengapa perilaku agresi anak tersebut demikian? C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian Pada penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat yaitu: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat terutama bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan psikologi perkembangan serta dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya terutama dalam mengkaji variabel yang berkaitan dengan kekerasan dalam keluarga ataupun perilaku agresi. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat khususnya bagi seorang suami atau yang suka melakukan tindakan kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak dan istrinya agar jangan sampai melakukan tindakan kekerasan lagi, sebab kemarahan atau emosi tidak harus selalu diungkapkan secara fisik atau dengan emosional, melainkan berpikir dengan kepala dingin atau yang lainnya asal tidak melakukan kekerasan, sehingga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi tentang pola asuh yang diterapkan dan kemungkinan dampaknya terhadap perilaku anak. Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kekerasan dalam rumah tangga dalam keluarga subjek, dan untuk mengetahui gambaran perilaku agresi pada subjek yang tinggal dalam keluarga dengan kekerasan rumah tangga, selain itu untuk mengetahui penyebab perilaku agresi anak tersebut demikian.

6 3 BAB II T INJAUAN PUSTAKA A. Kekerasan Dalam Rumah Tangga 1. Pengertian kekerasan dalam rumah tangga Kekerasan secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dimiliki seseorang untuk melukai atau merusak benda milik korbannya. Dalam hal ini termasuk didalamnya segala bentuk ancaman, penggunaan kata-kata kasar, ataupun segala sesuatu yang mengakibatkan penderitaan bagi korbannya (dalam Su adah, 2005). Dalam UU RI No 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa, kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sedangkan menurut Davies (1994) kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu bentuk kekerasan fisik maupun mental yang dilakukan oleh pria terhadap pasangannya atau istrinya yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan baik secara fisik, seksual, psikologis, atau penelantaran dalam rumah tangga. Adapun kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi terhadap anak menurut Gelles (dalam Newberger, 1982) adalah kondisi klinis dimana anak mengalami kekerasan dengan sengaja melalui verbal seperti penggunaan kata-kata kasar dan non verbal seperti penyerangan fisik oleh keluarga atau orang terdekat dari anak tersebut. Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka yang dimaksud dengan kekerasan dalam rumah tangga dari penelitian ini adalah suatu bentuk kekerasan fisik maupun mental yang dilakukan oleh pria terhadap istri atau anaknya yang mengalami kekerasan dengan sengaja melalui verbal seperti penggunaan kata-kata kasar dan non verbal seperti penyerangan fisik oleh keluarga atau orang terdekat dari anak tersebut, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan baik secara fisik, seksual, psikologis, atau penelantaran dalam rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. 2. Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga Dalam Sua dah (2005) terdapat 5 kategori bentuk kekerasan dalam rumah tangga: fisik, emosional atau psikologis, seksual, ekonomi, dan sosial. a. Kekerasan fisik: biasanya berakibat langsung bisa dilihat mata seperti memar-memar di tubuh atau goresan-goresan luka. b. Kekerasan emosional atau psikologis: tidak menimbulkan akibat langsung tapi dampaknya bisa sangat memutus-asakan apabila berlangsung berulangulang. Termasuk dalam kekerasan emosional ini adalah penggunaan

7 4 kata-kata kasar, merendahkan, atau mencemooh. c. Kekerasan seksual: lebih sulit lagi dilihat karena tempat kejadiannya yang sangat tersembunyi, yaitu dalam hubungan intim suami istri. Antara lain dalam hubungan seks. d. Kekerasan ekonomi: misalnya menjual atau memaksa istri bekerja sebagai pelacur, atau menghambur-hamburkan penghasilan istri untuk bermain judi, minum alkohol, dan sebagainya. e. Kekerasan sosial: misalnya, dengan membatasi pergaulan istri. Istri dilarang mengikuti kegiatankegiatan di luar rumah. 3. Faktor-faktor terjadinya kekerasan dalam rumah tangga Beberapa faktor pencetus terjadinya kekerasan menurut Scanzoni (dalam Sua dah, 2005) ialah : a. Faktor masyarakat: 1) Kemiskinan, 2) Urbanisasi yang terjadi disertainya kesenjangan pendapatan diantara penduduk kota 3) Masyarakat keluarga ketergantungan obat 4) Lingkungan dengan frekwensi kekerasan dan kriminalitas tinggi. b. Faktor keluarga: 1) Adanya anggota keluarga yang sakit yang membutuhkan bantuan terus menerus seperti misalnya anak dengan kelainan mental, orang tua, 2) Kehidupan keluarga yang kacau tidak saling mencinta dan menghargai, serta tidak menghargai peran wanita, 3) kurang ada keakraban dan hubungan jaringan sosial pada keluarga, 4) Sifat kehidupan keluarga inti bukan keluarga luas. c. Faktor Individu, Di Amerika Serikat mereka yang mempunyai resiko lebih besar mengalami kekerasan dalam rumah tangga ialah 1) Wanita yang single, bercerai atau ingin bercerai, 2) Berumur tahun, 3) Ketergantungan obat atau alkohol atau riwayat ketergantungan kedua zat itu, 4) Sedang hamil, dan 5) Mempunyai partner dengan sifat memiliki dan cemburu berlebihan. 1. Definisi agresi B. Agresi Agresi, menurut Baron (dalam Koeswara, 1988) adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Definisi agresi dari Baron ini mencakup empat faktor: tingkah laku, tujuan untuk melukai atau mencelakakan (termasuk mematikan atau membunuh), individu yang menjadi pelaku dan individu menjadi korban, dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku. Menurut, Moore & Fine (dalam Koeswara, 1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik seperti memukul ataupun secara verbal berupa penggunan katakata kasar terhadap individu lain atau terhadap objek-objek. Sedangkan menurut Baron & Richardson (dalam Krahe, 2005) agresi segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti dan melukai mahluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perlakuan. Sementara itu, menurut Myers (dalam Sarwono, 2002)

8 5 mendefinisikan agresi sebagai perilaku fisik ataupun lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Berdasarkan uraian diatas, maka agresi adalah tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-objek dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. 2. Tipe-tipe dan bentuk-bentuk perilaku agresi Menurut Buss (dalam Myers, 1983), agresi dapat berbentuk verbal maupun fisik, langsung maupun tidak langsung, dan aktif maupun pasif. a. Bentuk verbal dari agresi : melibatkan usaha untuk menyakiti orang lain melalui kata-kata, bukan perbuatan. b. Bentuk fisik dari agresi : melibatkan perilaku tampak (overt) yang dimaksudkan untuk menyakiti korban dengan cara tertentu. c. Bentuk langsung dari agresi : mengarah perilaku langsung ke korban. d. Bentuk tidak langsung dari agresi : mengarah perilaku melalui sarana lain atau melebihi serangan terhadap orang lain atau benda yang berharga bagi korban. e. Bentuk aktif dari agresi : Menyakiti korban melalui pelaksanaan tindakan tertentu. f. Bentuk pasif dari agresi : Menyakiti korban melalui penahanan tindakan tertentu. Walaupun terdapat bermacammacam bentuk perilaku agresi, Murray (dalam Hall&Lindzey, 1993) mengelompokkannya menjadi empat bentuk, yaitu : a. Bentuk emosional verbal, meliputi sikap membenci, baik yang diekspresikan dalam kata-kata maupun tidak seperti : marah, terlibat dalam pertengkaran, mengkritik di depan umum, mencemooh, mencaci maki, menghina, menyalahkan, menertawakan dan menuduh secara jahat. b. Bentuk fisik bersifat sosial, meliputi perbuatan berkelahi atau membunuh dalam rangka mempertahankan diri atau mempertahankan objek cinta, membalas dendam terhadap penghinaan, berjuang dan berkelahi untuk mempertahankan negara, dan membalas orang yang melakukan penyerangan. c. Bentuk fisik bersifat anti sosial (fisik asosial), meliputi perbuatan perampokkan, menyerang, melukai, membunuh orang, berkelahi tanpa alasan, menentang otoritas resmi melawan atau menghianati negara dan perilaku kekerasan secara seksual. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresi. Menurut Sears dkk (1994) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku agresi, diantaranya : a. Proses Belajar. Proses belajar merupakan mekanisme utama yang menentukan perilaku agresi manusia. Bayi yang baru lahir menunjukkan perasaan agresi yang sangat impulsif, tetapi akan semakin berkurang dengan bertambahnya usia, sehingga akan mengendalikan dorongan impuls agresinya secara kuat dan hanya melakukan agresi dalam keadaan

9 6 tertentu saja. Perkembangan ini terutama disebabkan oleh proses belajar. Menurut teori belajar, perilaku agresi didapatkan melalui proses belajar. Belajar melalui pengalaman, coba-coba (trial and error), pengajaran moral, instruksi, dan pengalaman terhadap orang lain. Oleh karena itu, mempelajari kebiasaan melakukan perilaku agresi dalam beberapa situasi dan menekankan amarah dalam situasi yang lain, bertindak agresi terhadap beberapa orang tertentu, dan tidak terhadap yang lain, adalah penting untuk mengendalikan perilaku agresi. b. Penguatan (reinforcement). Dalam proses belajar atau pembentukkan suatu tingkah laku, penguatan atau peneguhan memainkan peranan penting bila perilaku tertentu diberi ganjaran, kemungkinan besar individu akan mengulangi perilaku tersebut dimasa mendatang; bila perilaku tersebut diberi hukuman, kecil kemungkinan bahwa ia akan mengulanginya; begitu pula yang terjadi dalam pembentukan perilaku agresi. Agresi terbentuk dan dilakukan berulang kali oleh individu karena dengan agresinya itu individu tersebut mendapatkan hasil atau efek yang menyenangkan, tindakan agresi biasanya merupakan reaksi yang dipelajari, dan penguatan merupakan penunjang agresi yang utama. anak khususnya, mempunyai kecenderungan kuat untuk meniru orang lain. Anak tidak melakukan imitasi secara sembarangan, tetapi anak lebih sering meniru tertentu daripada orang lain. Semakin penting, kuasa, berhasil seseorang, dan paling sering ditemui, semakin besar kemungkinan anak dan perilaku orang tualah yang memenuhi kriteria tersebut, sehingga merupakan model utama bagi seorang anak pada masa awal kehidupannya. Orang tua merupakan sumber penguatan dan objek imitasi utama, maka perilaku agresi anak dimasa mendatang sangat tergantung pada cara orang tua memperlakukan anak dan pada perilaku anak itu sendiri. c. Imitasi. Imitasi adalah proses menuju tingkah laku model, sehingga sering disebutkan juga sebagai modeling. Imitasi yang terjadi setiap jenis perilaku, termasuk perilaku agresi. Semua orang, dan

10 7 BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk studi kasus (case study). 2. Subjek Penelitian a. Karakteristik Subjek Subjek adalah seorang anak perempuan yang berumur 10 tahun yang masih duduk di bangku sekolah dasar di daerah Pisangan Timur, yang melihat atau menyaksikan serta mengalami langsung kekerasan dalam rumah tangga, sehingga muncul perilaku agresi karena ia mengalami proses belajar serta imitasi dari orang tuanya. b. Jumlah Subjek Dalam penelitian ini jumlah subjek sebanyak satu orang siswa sekolah dasar dan didukung dengan satu orang significant other. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi a. Observasi Partisipan b. Observasi Non Partisipan Berdasarkan jenis - jenis observasi yang disebutkan di atas, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan metode observasi langsung non partisipan dimana peneliti secara langsung mengamati dalam kegiatan - kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti walaupun begitu peneliti tidak melakukan atau ikut berperan dalam keseharian subjek ketika diamati (non partisipan) 2. Wawancara a. Wawancara konservasional yang informal. b. Wawancara dengan pedoman umum. c. Wawancara dengan pedoman standar terbuka. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe wawancara dengan menggunakan pedoman umum. Alat Bantu Penelitian Peneliti menggunakan beberapa alat bantu dalam mengumpulkan data penelitian, yaitu: 1. Panduan wawancara. 2. Panduan observasi. 3. Alat perekam. 4. Alat-alat tulis, seperti pulpen, pensil, dan kertas untuk mencatat observasi. Keakuratan Penelitian Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik pemeriksaan dengan triangulasi yang memiliki empat macam sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu : 1. Triangulasi data Menggunakan berbagai sumber data seperti hasil wawancara, hasil observasi, data sekunder, significant other, atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang berbeda. 2. Triangulasi pengamat Adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, Dosen Pembimbing bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.

11 8 3. Triangulasi teori Penggunaan berbagai teori, telah dijelaskan yaitu berbagai teori tentang kekerasan dalam rumah tangga dan perilaku agresi sebagaimana teori ini telah dijelaskan pada bab II untuk digunakan dan menguji terkumpulnya data. 4. Triangulasi metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal seperti metode Analisis Intra Kasus (Within-case), seta penggunaan metode observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data.

12 9 BAB IV HASIL DAN ANALISIS Berdasarkan hasil penelitian pada subjek dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Gambaran kekerasan dalam rumah tangga pada keluarga subjek. Dalam kasus ini yang mengalami kekerasan dalam keluarga subjek adalah subjek dan significant other, kekerasan fisik yang dialami subjek antara lain subjek sering dipukul oleh ayahnya dibagian kakinya dengan menggunakan sapu lidi. Subjek juga pernah dipukul dengan menggunakan tangan dan dilempari dengan menggunakan sendal, sapu dan kaleng. Hal ini biasa terjadi ketika ayah subjek sedang marah. Sedangkan kekerasan fisik yang dialami ibu subjek adalah ditampar, selain itu subjek juga pernah melihat ibunya dilempar sapu oleh ayahnya. Kekerasan fisik yang dialami oleh significant other adalah kekerasan emosional, dimana ayah subjek selalu memanggil subjek dan significant other dengan sebutan bego dan tolol ketika ayahnya marah dan ketika subjek tidak bisa mengerjakan Prnya, disamping bicara kasar ayah subjek juga memanggil significant other dengan nada suara yang keras, karena hal itu membuat ibu subjek merasa sakit hati. Selain itu juga bila ayah subjek marah maka significant other akan dimarahin terus-menerus. 2. Gambaran perilaku agresi pada subjek yang tinggal dalam keluarga dengan kekerasan rumah tangga. Perilaku agresi yang dilakukan subjek antara lain, subjek suka bicara kasar serta subjek suka memukul. Dalam hal ini perilaku agresi subjek tersebut biasa dilakukannya ketika dan setiap kali subjek marah atau kesal terhadap teman atau adiknya, dalam hal ini terdapat kesamaan ketika mengobservasi terlihat bahwa perilaku subjek saat sedang bermain dengan teman sebayanya, dimana subjek terlihat sedang berbicara kasar dengan suara agak keras saat memanggil temannya dengan kata-kata bego. Adapun bentuk perilaku agresi subjek yang biasa dilakukan seperti agresi verbal yaitu penggunaan kata-kata kasar yang biasa subjek ucapkan antara lain bego, tolol, tai kucing. Subjek akan mengeluarkan kata-kata tersebut setiap kali ia kesal atau marah dan apabila ada orang yang kasar atau jahil terhadapnya. Hal ini dilakukan oleh subjek karena ia beranggapan bahwa setiap orang marah pasti akan berperilaku seperti dirinya. Agresi lainnya yang dilakukan subjek adalah agresi fisik, dimana subjek sering memukul kepada adiknya, bila adiknya nakal dan tidak mau menuruti perintahnya. Selain sering memukul adiknya, subjek juga akan memukul temannya, apabila temannya itu membuat ia kesal dan sebal, tetapi dalam hal ini subjek hanya akan memukul temannya yang laki-laki karena bila teman perempuan yang ia

13 10 pukul maka kemungkinan akan menangis, dalam hal ini terdapat kesamaan pada saat observasi berlangsung subjek sedang memukul punggung temannya sambil bercanda dan mengatakan bahwa pakaiannya terlihat kotor. 3. Perilaku agresi anak dapat terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhinya antara lain : Ada beberapa faktor yang mempengaruhi agresi subjek diantaranya : 1) Faktor belajar; subjek sering melihat ayahnya bertengkar di rumah, maka sejak dari itu subjek suka bertingkah laku sama seperti dengan ayahnya ketika di rumah contohnya seperti bicara kasar dan memukul. Selain melihat perilaku orang tua di rumah, perilaku agresi subjek dilakukan karena melihat dari lingkungan sekitar rumahnya yang kebanyakan suka berbicara kasar. 2) Faktor penguatan; selama ini perilaku agresi yang biasa dilakukan oleh subjek seperti bicara kasar atau memukul, dirasakan dampaknya sangat menyenangkan bagi subjek, karena biasanya setelah ia bicara kasar dan bersikap tegas kepada teman dan adiknya, maka mereka akan tunduk dan patuh sehingga mau mengikuti apa saja yang diperintahkan oleh subjek. 3) Faktor imitasi; subjek meniru tingkah laku dari orang tua terutama ayahnya seperti bicara kasar dan memukul lantaran subjek sering melihat kedua orang tuanya bertengkar dirumah. Selain sering melihat orang tuanya, subjek juga meniru orang dewasa di sekitar rumahnya yang bicara kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sears dkk (1994) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku agresi, diantaranya : 1) Proses belajar merupakan mekanisme utama yang menentukan perilaku agresi manusia. Menurut teori belajar, perilaku agresif didapatkan melalui proses belajar. Belajar melalui pengalaman, coba-coba (trial and error), pengajaran moral, instruksi, dan pengalaman terhadap orang lain ; 2) Penguatan, dalam proses belajar atau pembentukkan suatu tingkah laku, penguatan atau peneguhan memainkan peranan penting bila perilaku tertentu diberi ganjaran, kemungkinan besar individu akan mengulangi perilaku tersebut dimasa mendatang; bila perilaku tersebut diberi hukuman, kecil kemungkinan bahwa ia akan mengulanginya ; 3) Imitasi, semua orang, dan anak khususnya, mempunyai kecenderungan kuat untuk meniru orang lain. Anak tidak melakukan imitasi secara sembarangan, tetapi anak lebih sering meniru tertentu daripada orang lain. Semakin penting, kuasa, berhasil seseorang, dan paling sering ditemui, semakin besar kemungkinan anak dan perilaku orang tualah yang memenuhi kriteria tersebut, sehingga merupakan model utama bagi seorang anak.

14 11 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pada subjek dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Gambaran kekerasan dalam rumah tangga dalam keluarga subjek antara lain kekerasan fisik yang dialami subjek adalah ia dipukul dengan tangan dan dilempar dengan menggunakan sapu lidi, sendal dan kaleng. Hal ini biasa terjadi ketika ayah subjek sedang marah. Kekerasan emosional yang dialami subjek dan ibunya adalah dipanggil oleh ayah subjek dengan kata-kata kasar seperti bego dan tolol dengan nada suara yang keras dan ini membuat significant other merasa sakit hati. Hal ini biasa dilakukan oleh ayah subjek, bila subjek tidak bisa mengerjakan PRnya. Selain itu, ayah subjek akan memarahi ibu subjek terus-menerus ketika ia sedang marah. 2. Perilaku agresi pada anak yang tinggal dalam keluarga dengan kekerasan rumah tangga antara lain subjek suka berperilaku agresi verbal seperti berbicara kasar bego dan tolol setiap kali ia kesal terhadap teman dan adiknya. Setiap kali subjek menyadari bahwa ia bicara kasar, maka ia berjanji untuk tidak mengulanginya kembali dengan cara ia menghindar seperti lari. Agresi fisik seperti memukul yang dilakukan subjek kepada temannya karena sering melihat kedua orang tuanya ketika bertengkar dirumah. 3. Perilaku agresi anak dapat terjadi antara lain karena faktor belajar. Subjek sering melihat tingkah laku orang tua dan orang dewasa yang berada disekitar rumah subjek. Dari proses belajar tersebut, maka subjek melakukan imitasi atau meniru dari hasil yang ia lihat dari kehidupan sehari-hari. Subjek juga merasakan perilaku agresi verbal yang dilakukannya selama ini sangat menyenangkan, karena teman atau adiknya menjadi tunduk atau patuh terhadapnya. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka peneliti memberi saran antara lain : 1. Kepada subjek disarankan untuk belajar menerima keadaan bahwa kedua orang tuanya memang tidak harmonis, disisi lain subjek agar lebih bisa menjaga emosi serta tingkah lakunya ketika sedang kesal agar tidak lagi mengeluarkan kata-kata kasar atau memukul kepada siapapun. Subjek juga harus memberikan contoh yang baik buat adiknya. 2. Kepada keluarga subjek yang melakukan kekerasan fisik seperti memukul atau secara emosional berbicara kasar agar jangan melakukan hal tersebut di depan anak-anak dan melihat dampak yang terjadi bagi para korbannya, karena luka fisik bisa disembuhkan akan tetapi luka batin sulit untuk disembuhkan. Sikap sabar yang ditanamkan oleh ibu subjek harus tetap dijaga dalam mengahadapi suaminya dirumah. 3. Kepada penelitian selanjutnya, agar dapat mengembangkan penelitiannya terhadap agresi anak yang tinggal dalam keluarga dengan kekerasan rumah tangga dengan menggali faktor lain, misalnya pola asuh pada anak yang tinggal dalam keluarga dengan kekerasan rumah tangga.

15 12 DAFTAR PUSTAKA Davies, M. (1994). Women and violence. London : Zed Books. Hall, Calvin, S & Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 2. Yogyakarta : Kanisius. Hidayat, S. (2002). Hubungan perilaku kekerasan fisik ibu pada anaknya terhadap munculnya perilaku agresif pada anak SLTP, Jurnal provitae volume : 1 Desember (2002). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Taruma Negara & Yayasan Obor Indonesia. Heru Basuki, A.M. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma. Koeswara, E.(1988). Agresi manusia. Bandung : PT. Eresco. Krahe, B. (2005). Perilaku agresif. Jakarta: Pustaka Belajar. Myers, D. G., (1983). Social psychology. Japan : Mc Graww Hill Book. Nevid, J. S, Rathus, S. A, & Grene. B. (2003). Psikologi abnormal. Edisi Lima. Jilid 2. alih bahasa: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: Erlangga. Psikologi Indonesia. Universitas Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Sarwono, S. W. (2002). Psikologi sosial 2: Psikologi kelompok dan psikologi terapan. Jakarta: Balai pustaka. Sua dah. (2005). Sosiologi keluarga. Malang : UMM Press. Sears, D. O., Freedman, J. L dan Peplau A. L., (1994). Psikologi sosial Jilid 2. Jakarta Erlangga. Undang Undang Republik Indonesia. No 23 Tahun (2004). Tentang Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Bandung. Citra Umbara. Yin, R. K. (2003). Studi kasus dan metode. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Newberger. E. H. (1982). Child abuse. London : Harvard Medical School. Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu keluarga, dan menjadi aset yang berharga bagi suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi anak saat ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perlindungan anak yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Rice dalam Sayasa, 2004). Dalam perjalanan menuju dewasa tersebut para remaja menghadapi

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) A. Landasan Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 Salah satu tujuan dibentuknya Undang-Undang R.I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung es yang hanya nampak puncaknya saja di permukaan, namun sebagian besar badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini kita sebagai manusia tidak bisa hidup dalam kesendirian, kita sebagai makhluk yang sosialis, tentunya membutuhkan proses saling tolong menolong

Lebih terperinci

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Banyak di tayangkan kasus kekerasan rumahtangga yang di lakukan baik ayah kepada anak, suami kepada istri, istri kepada suami yang mengakibatkan penganiyayaan yang

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESIF PADA ANAK YANG MENGALAMI CHILD ABUSE

PERILAKU AGRESIF PADA ANAK YANG MENGALAMI CHILD ABUSE PERILAKU AGRESIF PADA ANAK YANG MENGALAMI CHILD ABUSE Novy Risviyanto 1 Anita Zulkaida 2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Keluarga yang ideal adalah keluarga yang mampu menjalankan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Reproduksi adalah termasuk salah satu dari sekian banyak problem remaja yang perlu mendapat perhatian bagi semua kalangan, baik orang tua, guru, dan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai masalah sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan Secara umum kekerasan identik dengan pengerusakan dan menyebabkan kerugian bagi pihak lain. Namun jika kita pilah kedalam jenis kekerasan itu sendiri, nampaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola tidak terlepas dari yang namanya supporter, supporter biasa disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa kehadiran

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, yang melaporkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masa remaja dianggap sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu. Para psikolog selama ini memberi label masa remaja sebagai

Lebih terperinci

BAB XVIII. Kekerasan terhadap perempuan. Kisah Laura dan Luis. Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan

BAB XVIII. Kekerasan terhadap perempuan. Kisah Laura dan Luis. Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan BAB XVIII Kekerasan terhadap perempuan Kisah Laura dan Luis Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan Tanda-tanda yang harus diwaspadai Siklus kekerasan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis dengan rasa cinta dan kasih sayang antar keluarga, namun tidak setiap keluarga dapat menjalani

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 13 Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KEKERASAN TERHADAP ANAK Kekerasan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERILAKU AGRESIF SISWA DI SEKOLAH

STUDI TENTANG PERILAKU AGRESIF SISWA DI SEKOLAH Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 243-249 Info Artikel: Diterima14/02/2013 Direvisi20/01/2013 Dipublikasikan 25/02/2013

Lebih terperinci

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017 ASPEK HUKUM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BERDASARKAN UU NO.23 TAHUN 2004 1 Oleh : Ollij A. Kereh 2 ; Friend H. Anis 3 Abstrak Perkembangan kehidupan sosial dewasa ini menunjukkan menurunnya nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini beberapa televisi dan media elektronik lainnya memuat program-program khusus yang menyiarkan berita-berita tentang aksi kekerasan. Aksi-aksi kekerasan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA AGRESIF VERBAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

PEDOMAN WAWANCARA AGRESIF VERBAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling AGRESIF VERBAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh: DESY WISMASARI 16713251012

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami. lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami. lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil penelitian mengenai pelaku KDRT pada ibu hamil di Kab. TTS menunjukkan bahwa dari kelima orang riset partisipan yang diteliti, empat orang diantaranya yaitu

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ABUSE OLEH IBU. Nimade Herlinawati Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ABUSE OLEH IBU. Nimade Herlinawati Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ABUSE OLEH IBU Nimade Herlinawati Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Ibu yang sering melakukan abuse pada anaknya di sebabkan banyak faktor yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk dapat mempunyai pasangan dan akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang mempersatukan sepasang manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan guru dalam proses belajar dan mengajarkan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, penganiayaan, pemerasan dan perkosaan atau tindakan yang membuat seseorang merasa kesakitan baik secara

Lebih terperinci

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk Nama Fakultas Jurusan Universitas Dosen Pembimbing : Andri Sudjiyanto : Psikologi : Psikologi : Universitas Gunadarma : Dr Eko Djuniarto,MPsi

Lebih terperinci

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Alfan Nahareko F 100 030 255 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian Perilaku Agresi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agresi adalah perbuatan bermusuhan yang bersifat menyerang secara fisik maupun psikis kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kekerasan di dalam rumah tangga merupakan hal yang bersifat pribadi dan cenderung dirahasiakan dari dunia luar. Kasus ini dapat merugikan sebagian orang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada seorang pun yang akan menyakiti dirinya. Alam menitipkan si mungil

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada seorang pun yang akan menyakiti dirinya. Alam menitipkan si mungil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jika ada ungkapan bahwa anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga tentunya ungkapan tersebut bukanlah ungkapan yang tanpa makna. Pada waktu dilahirkan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA By : Basyariah Lubis, SST, MKes KEKERASAN Defenisi Kekerasan pada Wanita : Kata kekerasan terjemahan dari violence yaitu suatu

Lebih terperinci

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG HIDUP DI JALANAN DAN MENGALAMI KEKERASAN

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG HIDUP DI JALANAN DAN MENGALAMI KEKERASAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG HIDUP DI JALANAN DAN MENGALAMI KEKERASAN FIRDAUS RAMBE Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Remaja yang hidup di jalanan dan sulitnya memenuhi kebutuhan hidup

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF

2015 EFEKTIVITAS STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah remaja dalam bahasa Latin disebut adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Istilah remaja telah digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang tua, atau pasangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak pertengahan. Pada masa ini terjadi perubahan yang beragam pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. studi kasus. Menurut Poerwandari (2001), untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. studi kasus. Menurut Poerwandari (2001), untuk mendapatkan 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan penelitian Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Menurut Poerwandari (2001), untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dan

Lebih terperinci

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak 1 KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Khoirul Ihwanudin 1 Abstrak Keharmonisan dalam rumah tangga menjadi hilang saat tindakan kekerasan mulai dilakukan suami terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, saat ini sudah tidak mengenal kata usai dan terus bertambah setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekerasan adalah semua bentuk perilaku verbal maupun non verbal yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh negara pada hakikatnya memberikan dampak buruk kepada perempuan. Maraknya kasus-kasus yang terjadi terhadap perempuan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Kekerasan da1am Rumah Tangga merupakan suatu persoa1an yang serius.

BABI PENDAHULUAN. Kekerasan da1am Rumah Tangga merupakan suatu persoa1an yang serius. 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar be1akang masa1ab Kekerasan da1am Rumah Tangga merupakan suatu persoa1an yang serius. Meningkatnya jum1ah kekerasan da1am rumah tangga yang terjadi menunjukkan bahwa persoa1an

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di daerah Yogyakarta cukup memprihatinkan dan tidak terlepas dari permasalahan kekerasan terhadap perempuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang dialami oleh Lisa. Lisa disiram air keras oleh suaminya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang dialami oleh Lisa. Lisa disiram air keras oleh suaminya sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga akhir-akhir ini banyak dibicarakan baik dalam media cetak maupun media elektronik. Seperti kasus kekerasan rumah tangga yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih banyak daripada anak yang tidak mengalaminya, tetapi mereka memiliki gejala yang lebih sedikit dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar bahasa kesusastraan yang dimaksudkan adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kekerasan 2.1.1. Pengertian Kekerasan Krug, Dahlberg, Mercy, Zwi, dan Lozano (2002) kesengajaan menggunakan kekuatan fisik atau kekuasaan, mengancam,

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. An-nisa, ayat 13 surah Al Hujurat, ayat surah As-Syura, ayat 45 surah An Najm dan

BAB 1 PENDAHULUAN. An-nisa, ayat 13 surah Al Hujurat, ayat surah As-Syura, ayat 45 surah An Najm dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam As dan Hawa sebagai cikal bakal manusia. Dari keduanya berkembang biak manusia lelaki dan perempuan. Manusia berkembang

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 Perilaku Agresif pada Anak A-2 Konformitas terhadap Teman Sebaya A-1 PERILAKU AGRESIF PADA ANAK Kelas / No. : Umur : Tanggal Pengisian : Sekolah : PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 28B ayat (1) UUD 1945 menentukan : Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Sedangkan perkawinan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja khususnya mahasiswa ini turut andil dalam keseharian remaja. Dalam keluarga yang sehat dapat mengajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering kali dialami siswa di sekolah tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering kali dialami siswa di sekolah tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang sering kali dialami siswa di sekolah tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran baik sekalipun.hal tersebut juga disebabkan oleh karena sumber-sumber

Lebih terperinci