BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011, prevalensi karies di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75-90% pada anakanak

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. National Health and Nutrition Examination Survey III (NHANES III) yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

PERBEDAAN STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM FKG USU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak. dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

LISNA UNITA, DRG.M.KES DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan

PENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia contohnya adalah obesitas, diabetes, kolesterol, hipertensi, kanker usus,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

Transkripsi:

mulut. 7 Gingiva pada umumnya berwarna merah muda dan diproduksi oleh pembuluh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri dengan pejamu. Terdapat peran senyawa oksigen reaktif (SOR) dalam bakteri dan pejamu sebagai perantara kerusakan jaringan. Pada beberapa tahun terakhir telah meningkat perkembangan dalam penelitian medis dan gigi tentang radikal bebas, SOR dan antioksidan. 12 Dalam bab ini akan dibahas tentang penyakit periodontal yang salah satunya adalah periodontitis kronis yang dalam patogenesisnya dapat meningkatkan SOR sehingga terjadi stres oksidatif. Stres oksidatif yang terdapat dalam proses inflamasi akan menurunkan antioksidan. 2.1 Jaringan Periodontal Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Setiap jaringan memiliki peran yang penting dalam memelihara kesehatan dan fungsi dari periodontal. Keadaan jaringan periodontal ini sangat bervariasi, tergantung atau dipengaruhi oleh morfologi gigi, fungsi maupun usia. 14 2.1.1 Gambaran Gingiva Normal Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi linggir alveolar. Gingiva juga merupakan bagian dari struktur pendukung gigi, periodonsium dan membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva berfungsi melindungi jaringan di bawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga darah, ketebalan dan tingkat kreatinisasi epitel, dan adanya sel pigmen yang

terkandung. 1,7 Ukuran gingiva berdasarkan jumlah total dari sebagian besar elemen seluler dan intraseluler dan pasokan pembuluh darah. Perubahan dalam ukuran gingiva merupakan tanda dari penyakit gingiva. 1 Kontur dan bentuk gingiva bervariasi, tergantung pada bentuk gigi dan keselarasan dalam lengkung rahang. 1 Permukaan gingiva mirip dengan tekstur kulit jeruk yang disebut stippling. 1,7 Gingiva cekat memiliki tekstur stippling dan pada margin gingiva tidak. Bagian tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur stippling sedangkan bagian margin gingiva lebih halus. Pola dan perluasan stippling bervariasi antar individu dan antar sisi pada satu individu. Stippling tidak jelas pada permukaan oral dan pada permukaan wajah tidak terdapat di beberapa individu. 1 Gambar 1. Gambaran gingiva dan papila interdental dalam keadaan normal 1 2.1.2 Penyakit Jaringan Periodontal Penyakit periodontal adalah infeksi kronis yang diakibatkan bakteri plak dan ditandai dengan peradangan menetap, kerusakan jaringan ikat dan resorpsi tulang alveolar. Mediator inflamasi dan molekul yang merusak jaringan dapat ditemukan dalam jaringan gingiva, cairan sulkus gingiva dan saliva pada pasien periodontitis. 15 Jaringan periodontal dapat mengalami berbagai perubahan patologi, inflamasi, degenerasi dan neoplasma. Inflamasi dapat akut atau kronis. Sesuai dengan definisinya, inflamasi akut timbulnya mendadak, sakit dan berdurasi singkat. Inflamasi kronis timbul lebih lambat, jarang terasa sakit dan berdurasi lama. 7

Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang bila tidak dirawat bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan pendukung periodontal. 3 Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, tanda dan gejalanya adalah nyeri lokal atau menyeluruh, halitosis, perdarahan gingiva ketika menyikat gigi, gingiva bengkak dan terbentuknya poket gingiva. 6 Periodontitis adalah peradangan pada ligamen periodontal dan jaringan penyangga gigi yang dapat menyebabkan kehilangan tulang dan ligamen periodontal yang disebabkan oleh bakteri, debris makanan dan deposit kalkulus. 6 Perubahan warna pada gingiva bervariasi dengan intensitas peradangan. Awalnya ada peningkatan eritema. Dalam peradangan akut yang parah warna merah secara bertahap menjadi kusam, abu-abu keputihan. Berkurang atau hilangnya stippling adalah tanda dari penyakit gingiva. Pada inflamasi yang kronis permukaan gingiva lebih halus dan berkilat. 1 Gambar 2. Gingiva dalam keadaan inflamasi 1 2.2 Periodontitis Kronis Periodontitis kronis didefinisikan sebagai penyakit infeksi yang mengakibatkan peradangan dalam jaringan pendukung gigi, kehilangan perlekatan yang progresif dan kehilangan tulang. 16 Periodontitis kronis adalah penyakit inflamasi yang mencapai 10-15% dari populasi negara berkembang dan merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada orang dewasa. 17 Lebih dari 47% di negara Amerika orang

tinggi. 18 Periodontitis kronis dihubungkan dengan akumulasi plak dan kalkulus dan menderita periodontitis kronis dan pada negara berkembang prevalensinya lebih biasanya tingkat perjalanan penyakit lambat sampai sedang, tetapi periode destruksi lebih cepat diamati. Peningkatan dari perjalanan penyakit dapat disebabkan oleh faktor lokal, sistemik, atau faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi interaksi antara pejamu dengan bakteri. 16 Klasifikasi periodontitis kronis terbagi atas tiga yaitu: periodontitis kronis ringan dengan kehilangan perlekatan 1-2 mm, periodontitis kronis sedang kehilangan perlekatan 3-4 mm dan periodontitis kronis berat kehilangan perlekatan 5 mm. 18 Senyawa oksigen reaktif (SOR) menjadi salah satu patogenesis dari periodontitis yang juga memiliki peran penting dalam metabolisme normal. Senyawa oksigen reaktif (SOR) bersifat sangat merusak dan beracun secara alami. 8 Aktivitas PMN akan memproduksi SOR dalam jumlah yang besar dan menyebabkan kerusakan dari jaringan periodontal. 19 2.2.1 Gambaran Klinis Periodontitis Kronis Karakteristik gambaran klinis pada periodontitis kronis terdiri dari akumulasi plak supragingiva dan subgingiva, inflamasi gingiva, terbentuknya poket, kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang. 16 Gambaran klinis pada periodontitis kronis adalah: 7 1. Inflamasi Gingiva dan Perdarahan Keparahan inflamasi gingiva tergantung pada higiene oral, bila kebersihan mulut buruk, maka inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi perdarahan waktu penyikatan gigi atau bahkan dapat terjadi perdarahan spontan. Bila penyikatan gigi cukup baik dan plak cukup terkontrol, tetapi masih dijumpai deposit subgingiva karena skeling yang kurang adekuat, maka penyakit periodontal mungkin tidak ditemukan pada pemeriksaan superfisial. 7

2.Poket Periodontal Pengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting dari diagnosis periodontal, tetapi harus tetap diinterpretasikan bersama-sama dengan inflamasi gingiva dan pembengkakan, serta tanda-tanda radiografi dari kerusakan tulang alveolar. Apabila tidak terjadi pembengkakan pada gingiva, poket sedalam lebih dari 2 mm menunjukkan adanya migrasi ke apikal dari epitelium, tetapi pembengkakan tersebut sering terjadi pada usia muda sehingga ditemukan poket sedalam 3-4 mm yang merupakan poket gingiva atau poket palsu. Poket sedalam 4 mm menunjukkan adanya periodontitis kronis tahap awal. 7 3. Resesi Gingiva Resesi gingiva merupakan pergeseran margin gingiva ke apikal yang dapat menyebabkan terbukanya akar gigi. Resesi gingiva seringkali disertai dengan kerusakan jaringan periodontal dan periodontitis kronis. 7 4. Kehilangan perlekatan Gambaran klinis yang menjadi ciri khas periodontitis adalah kehilangan perlekatan. Dalam beberapa kasus, resesi dari margin gingiva dapat disertai kehilangan perlekatan. Tanda klinis dari inflamasi diantaranya adalah perubahan warna, kontur, konsistensi dan perdarahan ketika probing tidak selalu menjadi indikator dari kehilangan perlekatan. 16 5. Mobiliti Gigi Pada kelainan periodontal kerusakan jaringan selalu disertai dengan inflamasi dan seringkali disertai trauma oklusal. Mobiliti yang disebabkan karena inflamasi dan trauma oklusal umumnya reversibel, seperti berkurangnya mobiliti setelah skeling dan penyesuaian oklusal. Mobiliti yang berhubungan dengan kerusakan jaringan pendukung irreversibel. 7 6. Kerusakan tulang Alveolar Resorpsi tulang alveolar dan kerusakan ligamen periodontal adalah tanda paling penting dari periodontitis kronis dan merupakan salah satu penyebab tanggalnya gigi. Bentuk dan keparahan resorpsi tulang alveolar bervariasi dan dalam

menentukan rencana perawatan, jumlah kerusakan tulang, kecepatan resorpsi dan pola kerusakan tulang perlu ditentukan dengan akurat. 7 Gambar 3. Gambaran klinis periodontitis kronis 16 2.2.2 Etiologi Periodontitis Kronis Akumulasi plak pada gigi dan permukaan gingiva dianggap sebagai agen utama dalam etiologi periodontitis kronis. Perlekatan dan kehilangan tulang berhubungan dengan peningkatan proporsi gram negatif dalam plak di subgingiva denga peningkatan tertentu dalam organisme patogen dan virulen. 16 Plak gigi adalah deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi yang diantaranya mengandung berbagai spesies. 5 Faktor retensi plak sangat penting dalam berkembangnya penyakit periodontitis kronis, karena dapat mempertahankan jasad renik di dalam jaringan periodontal. Faktor lain yang dapat meningkatkan akumulasi plak adalah kesalahan dalam restorasi, karies, lesi furkasi, crowded, kelainan pada gigi dan lain sebagainya. 16 Kondisi sistemik juga berpengaruh terhadap penyakit periodontal yang dapat disebabkan oleh defisiensi nutrisi. Hal tersebut karena kurangnya suplemen dan diet yang tidak seimbang. Defisiensi nutrisi berhubungan dengan faktor risiko pada kondisi inflamasi. 2,7 Sebuah laporan mengatakan bahwa kemungkinan akibat kekurangan nutrisi dan suplemen dapat menyebabkan penyakit periodontal. Ahli ilmu biologi oral dari Universitas di Buffalo Fakultas Kedokteran Gigi menunjukkan untuk pertama kali bahwa diet rendah antioksidan dapat meningkatkan penyakit gingiva. 2

acid. 22 Berbagai enzim pada sel dan proses metabolik yang terkontrol, akan menjaga 2.3 Stres Oksidatif sebagai Biomarker Penyakit Periodontal Stres oksidatif menggambarkan suatu ketidakseimbangan antara produksi SOR dengan pertahanan antioksidan. Hal tersebut merupakan faktor utama untuk menjelaskan mekanisme patofisiologi dari keadaan inflamasi, seperti periodontitis. 20 Sel pagosit utama adalah polimorphonuklear leukosit (PMN) yang menjadi sumber potensial. Polimorphonuklear leukosit (PMN) dapat menghasilkan SOR dari rangsangan oleh bakteri antigen, PMN menghasilkan dan melepaskan SOR dalam jumlah banyak, oksidatif yang sangat tinggi dapat merusak jaringan gingiva, ligamen periodontal dan tulang alveolar. 8 2.3.1 Stres Oksidatif Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi umum yakni kurangnya antioksidan dan produksi radikal bebas yang berlebihan. 21 Ketika SOR atau radikal bebas seperti O₂ dan H₂O₂ dilepaskan dari PMN selama pagositosis dapat menghilangkan patogen periodontal, dapat juga merusak pejamu. 13 Produksi SOR dengan segera menyebabkan kerusakan jaringan, penyakit dan kematian sel. Stres oksidatif dapat diukur dari enzim dalam antioksidan seperti superoksida dismutase (SOD), glutathion peroksidase (GPx), katalase dan lain sebagainya, yang kedua antioksidan non-enzymatic seperti vitamin C, Vitamin E, uric tubuh agar kerusakan oksidatif ditingkat sel tetap minimal. Pada saat produksi SOR meningkat, maka kontrol protektif tidak akan mencukupi sehingga memicu kerusakan oksidatif. 21 Pada patogenesis penyakit periodontal terdapat suatu keadaan stres oksidatif. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukan tanda tingkatan dari stres oksidatif dalam darah subjek periodontitis berbeda dari subjek periodontal yang sehat. 18 Pada saat PMN menjadi aktif dan meningkatkan produksi SOR, menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan periodontal. 11

Stres oksidatif yang berlanjut akan mempengaruhi antioksidan pada jaringan. Perubahan keadaan gingiva dapat menyebabkan kematian sel dan pelepasan SOR dengan pagosit, menurunkan katalase (CAT) dan superoksida dismutase (SOD). 2 Aktivasi sinyal inflamasi menyebabkan peningkatan senyawa oksigen reaktif (SOR) dan stres oksidatif, sehingga endotel yang teraktivasi menarik sel proinflamasi makrofag, Menurunnya tingkat stres oksidatif dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan. 10 Senyawa oksigen reaktif (SOR) terdiri dari superoksida anion, hidroksil radikal, nitro oksidan dan hidrogen peroksida dapat diproduksi antara bakteri dan pejamu yang menyebabkan kerusakan jaringan. Pejamu mempunyai kemampuan untuk menghilangkan SOR dan menghambat destruksi jaringan yang disebabkan oleh reaksi inflamasi dengan menghasilkan antioksidan di dalam jaringan. 11 2.3.2 Antioksidan Antioksidan adalah molekul yang mampu menghambat oksidasi dari molekul oksidan. Oksidasi merupakan reaksi kimia yang memindahkan elektron dari satu substansi ke agen oksidan. 22 Antioksidan juga berfungsi untuk mencegah kerusakan sel dari pengaruh radikal bebas. 23,24 Banyak studi yang mengatakan bahwa antioksidan dapat mengurangi jumlah radikal bebas pada kerusakan periodontal dan penyakit metabolik. 7 Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya. Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas enzim antioksidan. 24 Antioksidan berupa nutrisi yang berasal dari buah dan sayur dapat menetralisir radikal bebas dengan memberikan atom atau electron sehingga radikal bebas dan antioksidan terdapat dalam jumlah yang stabil. 2 Antioksidan dilepaskan oleh PMN dan melindungi tubuh dari SOR. 13,25 Antioksidan sebagai pertahanan terhadap kerusakan oksidatif, maka sel dilengkapi

SOR. 12 Berkurangnya kapasitas antioksidan merupakan penyebab atau efek dari dengan berbagai jenis antioksidan yang akan bekerja melalui beragam mekanisme. 25 Antioksidan juga terdapat di kelenjar submandibular dan kelenjar parotid dimana dalam keadaan normal bertindak sebagai anti bakterial. 13 Antioksidan meliputi superoksida dismutase (SOD), uric acid, ascorbic acid, α-tocopherol, glutathione dan albumin. Salah satu yang penting dari antioksidan adalah SOD yang mengkatalisasi superoksida anion untuk bertahan dalam melawan penyakit periodontal, dan rendahnya konsentrasi antioksidan di cairan sulkus gingiva akan meningkatkan kerusakan pada gingiva dan struktur sekitarnya oleh pergerakan neutrofil. 26 Antioksidan akan melindungi kesehatan tubuh dari radikal bebas dan SOR. 27 Pada jaringan rendahnya antioksidan dapat meningkatkan kedalaman poket. 12 Sculley dkk (2002) mengatakan bahwa pengaruh nutrisi dalam status antioksidan berdampak pada perawatan periodontal. 2 2.3.3 Cairan Sulkus Gingiva sebagai Indikator Penilaian Antioksidan Cairan sulkus gingiva digambarkan sebagai transudat atau eksudat. Cairan sulkus gingiva mengandung komponen jaringan ikat, epitelium, sel inflamasi, serum, dan flora mikrobial. Dalam keadaan inflamasi, aliran cairan sulkus gingiva meningkat dan dimulai dari komposisi sampai menyerupai cairan inflamasi. 16 Cairan sulkus gingiva telah digunakan untuk mendeteksi atau mendiagnosis penyakit aktif atau untuk memprediksi pasien dengan risiko penyakit periodontal. 3,12 Sistem pertahanan antioksidatif dapat melemah dalam cairan sulkus gingiva yang mempercepat akibat dari penyakit periodontal. 11 Antioksidan yang terdapat dalam cairan sulkus gingiva pada pasien periodontitis cenderung menurun. 12 Pada serum dan cairan sulkus gingiva, kapasitas antioksidan total dan konsentrasi SOD signifikan rendah pada periodontitis kronis. 2 Suatu tanda dari produksi oksidasi SOR, tingginya zat besi dan ion tembaga. Ketidakseimbangan antioksidan dalam aktivitas poket periodontal, dapat dilihat dari metabolisme jaringan

dalam cairan sulkus gingiva yang menghasilkan penurunan dari jaringan periodontal khususnya tulang alveolar. 8 Radikal bebas, SOR dan status antioksidan dapat diukur dalam serum, saliva, dan cairan sulkus gingiva. Tetapi tingkatan dalam saliva dan cairan sulkus gingiva lebih akurat untuk melihat aktivitas penyakit periodontal. 28 Pada cairan sulkus gingiva terdapat mediator inflamasi, respon host dan produk yang dapat merusak jaringan. 15 Brock dkk (2004), mengukur total konsentrasi lokal dan sistemik antioksidan pada pasien dengan periodontitis dan periodontal yang sehat. Mereka menyimpulkan bahwa konsentrasi antioksidan dalam cairan sulkus gingiva subjek periodontitis secara signifikan lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol. 11 Alkalin dkk (2009), juga membuktikan penurunan aktivitas SOD dalam saliva, serum dan cairan sulkus gingiva pada subjek periodontitis kronis. 8

KERANGKA TEORI Bakteri Periodontitis Kronis Inflamasi Polimorphonuklear Leukosit (PMN) Aktif Stres Oksidatif O₂ dan H₂O₂ Senyawa oksigen reaktif (SOR) Meningkat Antioksidan Menurun

KERANGKA KONSEP - Subjek periodontitis kronis - Subjek dengan periodonsium sehat Status antioksidan total pada cairan sulkus gingiva Variabel Terkendali: a. Metode pengambilan cairan sulkus gingiva b. Sterilisasi alat dan bahan c. Tidak terjadi bleeding Variabel Tak Terkendali: a. Konsumsi makanan atau diet