BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi dalam Kedokteraan Gigi Dalam kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Radiografi memungkinkan dokter gigi mengidentifikasi berbagai kondisi yang tidak tampak secara klinis. Dengan penggunaan radiografi dental, dokter gigi akan mendapatkan banyak informasi mengenai kondisi gigi dan tulang pendukung. 3 Radiografi memegang peranan penting dalam diagnosis penyakit gigi dan jaringan pendukung dengan mengidentifikasi faktor-faktor inisiasi dan status periodonsium yaitu: 4 a. menentukan panjang akar gigi; b. menentukan morfologi akar gigi; c. menentukan rasio mahkota-akar; d. mengevaluasi kondisi tulang alveolar; e. mengevaluasi sejauh mana kehilangan tulang alveolar; f. mengidentifikasi furkasi; g. menentukan bentuk kehilangan tulang; h. membantu dalam merencanakan perawatan; i. mengevaluasi perawatan. Namun, radiologi hanya digunakan sebagai pemeriksaan penunjang dalam menentukan diagnosis. Foto ronsen merupakan gambaran dua dimensi yang mewakili objek tiga dimensi sehingga derajat dan banyaknya kehilangan tulang sukar untuk dinilai berdasarkan radiografi. Hal ini dikarenakan radiografi tidak dapat memperlihatkan struktur tiga-demensional, dimana cacat tulang mungkin saja tidak terlihat karena nampak tumpang tindih dengan tulang lain yang lebih tinggi. Selain itu, struktur gigi yang tumpang tindih menyebabkan hanya tulang interproksimal dapat dilihat dengan jelas. Radiografi juga menunjukkan tingkat kerusakan tulang

2 yang kurang parah daripada yang aslinya. Kerusakan ringan pada tulang yang disebabkan lesi awal tidak menyebabkan perubahan yang cukup dalam kepadatan tulang dalam gambar radiografi untuk dapat dideteksi. Selain itu, radiografi tidak menunjukkan hubungan antara jaringan lunak dengan jaringan keras. 16 Oleh karena itu, gambaran gadiografi tidak memberikan informasi tentang kedalaman saku jaringan lunak. Tingkat tulang yang sering diukur dari batas cementoenamel dalam radiografi gigi, namun tidak valid dalam situasi di mana terjadi overeruption atau atrisi berat dengan erupsi pasif Peran Radiografi Panoramik Film panoramik menunjukkan gambaran yang luas dari rahang atas dan bawah (Gambar 1). Radiografi panoramik adalah teknik radiografi ekstraoral yang digunakan untuk memeriksa rahang atas dan bawah pada satu film. Seperti yang didefinisikan, teknik radiografi ekstraoral adalah keadaan dimana sebuah film ekstraoral diposisikan di luar mulut selama penyinaran sinar-x. Dalam radiografi panoramik, baik film dan tubehead berputar di sekitar pasien menciptakan serangkaian gambar individu. Ketika gambar-gambar tersebut digabungkan pada satu film maka akan diperoleh gambaran menyeluruh dari rahang atas dan rahang bawah. 4 Radiografi panoramik dalam periodontologi memberikan gambaran umum mengenai struktur oral, dan digunakan untuk menentukan pola kehilangan tulang secara umum. Radiografi panoramik tidak cocok untuk menentukan derajat kehilangan tulang yang berhubungan dengan gigi individual, dimana terlihat distorsi yang hebat dan garis luar pada batas tulang sering tidak jelas karena tumpang-tindih dari struktur yang menghalangi. 4

3 Gambar 1 : Ronsen Foto Panoramik Penyakit Periodontal Jaringan periodonsium adalah jaringan yang mengelilingi dan memdukung gigi tempat gigi-geligi tertanam di dalamnya. Secara anatomi struktur jaringan periodonsium terdiri atas gingival, ligamentum periodontal, sementum dan tulang alveolar. 18 Gingivitis adalah inflamasi pada gusi. Gingivitis biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuk plak dan karang gigi di bagian gigi yang berbatas dengan tepi gusi. Plak dan karang gigi mengandung banyak bakteri yang akan menyebabkan infeksi pada gusi. Gejalanya adalah gusi tampak bengkak, kemerahan dan mudah berdarah pada saat sikat gigi atau ketika menggunakan dental floss. Gingivitis juga menyebabkan bau mulut (halitosis). Bila kebersihan mulut tidak diperbaiki, gingivitis akan bertambah parah dan berkembang menjadi periodontitis. 19 Periodontitis merupakan penyakit rongga mulut yang paling umum terjadi dan merupakan hasil dari perluasan proses peradangan pada gingiva ke jaringan periodonsium pendukung, yaitu tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum. 20 Patogenesis penyakit periodontal dibagi menjadi 4 tahap yaitu lesi awal, gingivitis dini, gingivitis tahap lanjut dan periodontitis. 21

4 Tahap lesi awal Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal. Namun, pada tahap ini bakteri hanya menyerang jaringan dalam batas normal dan hanya berpenetrasi secara superfisial. Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat meyerang jaringan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan inflamasi. Plak yang terakumulasi secara terus menerus khususnya di regio interdental mengakibat inflamasi yang cenderung dimulai pada daerah papila interdental dan menyebar ke sekitar leher gigi. Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil, disebelah apikal dari epithelium junction. Pembuluh ini mulai pecah dan kolagen perivaskular mulai menghilang, digantikan dengan beberapa sel inflamasi, sel plasma dan limfosit (terutama limfosit T), cairan jaringan dan protein serum. Di sini terlihat peningkatan migrasi leukosit melalui epitelium fungsional dan eksudat dari cairan sulkus gingiva. Selain meningkatnya aliran eksudat cairan sulkus gingiva dan PMN, tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis dari perubahan jaringan pada tahap ini. 21 Tahap Gingivitis Dini Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan sulkus gingiva dan migrasi PMN. Perubahan yang terjadi baik pada epithelium junction maupun pada epithelium krevikular merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa proliferasi dari sel basal. Fibroblas mulai berdegenerasi dan serat-serat kolagen dari kelompok serabut dentogingiva berpisah sehingga marginal gingiva menjadi lemah. Pada keadaan ini terlihat peningkatan jumlah sel-sel inflamasi, 75 % terdiri dari limfosit, sel plasma dan makrofag. Pada tahap ini tanda-tanda klinis dari inflamasi semakin terlihat jelas. Papila interdental menjadi lebih merah dan bengkak serta mudah berdarah pada saat probing. 21

5 Gingivitis tahap lanjut Dalam waktu 2-3 minggu, gingivitis dapat bertambah parah. Secara mikroskopik terlihat perubahan yang terus berlanjut, dimana pada tahap ini sel-sel plasma terlihat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah epithelium dan jaringan ikat. Gingiva berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan terjadinya inflamasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi. Hal ini memperbesar kemungkinan terbentuknya poket gingiva atau poket palsu ( false pocket ). Bila oedem inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga cukup dalam. Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel epitelium junction dan beberapa berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada tahap ini belum terlihat adanya migrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke permukaan akar. 21 Bila inflamasi sudah menyebar di sepanjang serabut transeptal, maka akan terlihat adanya resorpsi puncak tulang alveolar. Resorpsi ini bersifat reversibel terutama dalam hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting dari penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium maupun pada jaringan ikat. Karena jaringan fibrosa rusak pada daerah inflamsi aktif, pada beberapa daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan pembuluh darah baru. Aktivitas pemulihan yang produktif ini merupakan karekteristrik yang sangat penting dari lesi kronis dan pada keadaan iritasi serta inflamasi jangka panjang. Elemen jaringan fibrosa akan menjadi komponen utama dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan berlangsung bergantian dan proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi warna dan bentuk gingiva. Bila inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah, lunak dan mudah berdarah. Bila produksi jaringan fibrosa yang dominan, gingiva akan menjadi keras dan berwarna merah muda walaupun bengkak perdarahan kurang, bahkan tidak ada. 21

6 Tahap Periodontitis Bila iritasi plak dan inflamsi terus berlanjut, integritas dari epithelium junction akan semakin rusak. Sel-sel epithelial akan degenarasi dan perlekatannya terpisah pada permukaan gigi akan terlepas sama sekali. Pada saat bersamaan, epithelium junction akan berproliferasi ke jaringan ikat dan ke bawah pada permukaan akar bila serabut dentogingiva dan serabut puncak tulang alveolar rusak. Migrasi ke apikal dari epithelium junction akan terus berlangsung dan epithelium ini akan terlepas dari permukaan gigi, membentuk poket periodontal atau poket asli. Keadaan ini tampaknya merupakan perubahan irreversibel. Bila poket periodontal sudah terbentuk plak berkontak dengan sementum. Jaringan ikat akan menjadi oedem; pembuluh darah terdilatasi dan trombosis dinding pembuluh pecah disertai dengan timbulnya perdarahan ke jaringan sekitarnya. Disini terlihat infiltrat inflamasi yang besar dari sel-sel plasma, limfosit dan makrofag. IgG merupakan imunoglobulin yang dominan tetapi beberapa IgM dan IgA juga dapat di temukan disini. Epitelium dinding poket mungkin tetap utuh atau terulserasi. Disini tidak terlihat adanya perbedaan karena produk-produk plak berdifusi melalui epitelium. Aliran cairan jaringan dan imigrasi dari PMN akan berlanjut dan agaknya aliran cairan jaringan ini ikut membantu meningkatkan deposisi kalkulus subgingiva. Penyebaran inflamasi ke puncak tulang alveolar. Ditandai dengan adanya infiltrasi sel-sel ke ruang-ruang trabekula, daerah-daerah resorpsi tulang dan bertambah besarnya ruang trabekula. Ada kecenderungan resorpsi tulang di imbangi oleh deposisi yang semakin menjauhi daerah inflamasi. Sehingga tulang akan mengalami remodeling, namun tetap mengalami kerusakan. Resorpsi tulang dimulai dari daerah interproksimal menjadi lebar misalnya atara gigi-gigi molar. Suatu krater interdental akan terbentuk dan kemudian bila proses resorpsi makin berlanjut, resorpsi akan meluas ke lateral, sehingga semua daerah puncak tulang alveolar akan teresorpsi. 21

7 Gambar 2: Gambaran perbedaan gingivitis, periodontitis dan periodontitis kronik Diagnosis Penyakit Periodontal Berdasarkan Klasifikasi Berdasarkan klasifikasi penyakit periodontal, tipe 1 merupakan penyakit gingivitis. Seseorang yang mempunyai penyakit gingivitis akan mengalami pendarahan semasa probing. Gingiva juga tampak merah dan mengalami inflamasi. Namun, tidak terdapat kehilangan perlekatan connective tissue maupun kehilangan tulang alveolar. Gingivitis boleh diobati dengan mengikut terapi yang benar dan penjagaan oral hygiene yang baik. 3 Tipe 2, merupakan periodontitis ringan. Ia melibatkan pendarahan semasa probing dan mempunyai probing depth dan kehilangan perlekatan sebanyak 3-4mm. Selain itu, mungkin juga ada ressesi gingival dan mild furcation. Berdasarkan radiografi panoramik boleh diidentifikasi kehilangan tulang secara horizontal dan tingkat tulang alveolar berada kira-kira 3-4mm dari cemento-enamel junction. 3 Tipe 3, diklasifikasikan sebagai moderate periodontitis. Gigi yang terpengaruh mempunyai kedalaman probing sebanyak 4-6mm, terdapat pendarahan semasa melakukan probing, furikasi dan mobility gigi. Pembacaan radiografi sering termasuk kehilangan tulang alveolar diantara 4-6mm dari CEJ keliling akar gigi. 3 Kehilangan tulang yang moderat hingga parah biasanya hadir menghasilkan ratio mahkota dan akar sebanyak 1:1, dengan panjang akar yang sama dengan jumlah struktur gigi yang terdapat di dalam ringga mulut. Hal ini menunjukkan bahwa

8 jumlah gigi yang boleh dilihat adalah sama seperti besar akar gigi yang mempertahankan gigi. Oleh karena itu, terdapat kehilangan kekuatan dan kestabilan gigi. 3 Tipe 4, merupakan periodontitis lanjutan. Kedalaman probing lebih dari 6mm dan mempuntai furikasi yang berluasan dari satu sisi gigi ke sisi yang lain(furkasi klas 3). Selain itu, terdapat mobility gigi yang parah serta terdapat kehilangan tulang secara vertikal maupun horizontal. 3 Kehilangan tulang pada tipe ini biasanya lebih dari 6mm dan ratio mahkota dengan akar adalah 2:1 yang bermaksud struktur gigi yang masih ada di rongga mulut adalah 2 kali lebih besar berbanding struktur akar dibawahnya. Bila advanced periodontitis terjadi, ini bermaksud stabilitas dan prognosis gigi berada dalam keadaaan yang sangat parah Etiologi Penyakit Periodontal Penyakit periodontal disebabkan oleh beberapa faktor. Para ahli mengemukakan bahwa etiologi penyakit periodontal dapat dikelompokkan ke dalam faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal dan faktor sistemik sangat erat hubungannya sebagai penyebab terjadinya kerusakan jaringan periodontal. Umumnya, penyebab utama penyakit periodontal adalah faktor lokal. Keadaan ini dapat diperparah dengan keadaan sistemik yang kurang baik. 23 Faktor lokal adalah faktor yang secara langsung mempengaruhi jaringan periodonsium, yang mana dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu faktor iritasi lokal dan fungsi lokal. Yang dimaksud dengan faktor lokal adalah plak bakteri sebagai penyebab utama. Dan faktor-faktor lainnya antara lain adalah bentuk gigi yang kurang baik dan letak gigi yang tidak teratur, maloklusi, over hanging restoration dan bruksism. 23 Faktor sistemik sebagai etiologi penyakit periodontal antara lain adalah pengaruh hormonal pada masa pubertas, kehamilan, menopause, defisiensi vitamin, diabetes mellitus dan lain-lain. Dalam hal ini dikemukakan bahwa hormon kelamin berperan penting dalam proses pathogenesis penyakit periodontal. 23

9 2.3.1 Usia dan Jenis Kelamin Gingivitis, dalam berbagai derajat, hampir ditemukan secara umum pada anak-anak dan remaja. Para peneliti mengamati beberapa organisme penyebab penyakit periodontal terlihat pada anak-anak muda tanpa tanda-tanda masalah gusi. Anak yang sehat, umumnya tidak mempunyai bakteri periodontal primer, yakni Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola. Penyakit ini juga jarang ditemukan pada remaja. 24 Semakin meningkatnya usia, risiko penyakit periodontal semakin meningkat. Lebih dari setengah orang dewasa Amerika memiliki gingivitis sekitar 3-4 gigi, dan 30% memiliki penyakit periodontal signifikan sekitar 3-4 gigi. Dalam sebuah studi dari kelompok usia 70 tahun, 86% setidaknya memiliki periodontitis moderat, dan lebih dari seperempat dari mereka telah kehilangan gigi. 7 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meisel pada tahun 2002, laki-laki berada pada risiko yang lebih tinggi pada penyakit periodontal dan menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh adanya enzim Myeloperoxidase (MPO) yang lebih tinggi pada wanita dari pada pria. Enzim Myeloperoxidase (MPO) adalah suatu enzim yang pengeluarannya dipengaruhi estrogen dan berada didalam leukosit polimorfonuklear. Enzim ini dapat merangsang pembentukan suatu asam yang mencegah bakteri infeksi. 24 Selain itu, laki-laki biasanya menunjukkan kebersihan mulut lebih buruk daripada perempuan bila diukur dari akumulasi kalkulus dan deposit plak lunak. Hal ini berhubungan dengan oral hygiene yang kurang baik dan kurangnya kunjungan ke dokter gigi Merokok Merokok adalah faktor resiko utama penyakit periodontal. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan kehilangan tulang dan resesi gingiva bahkan tanpa menyebabkan penyakit periodontal. Sejumlah studi menunjukkan bahwa nikotin pada rokok dapat meningkatkan peradangan dengan jalan mengurangi oksigen dalam jaringan gusi dan memicu produksi yang berlebihan dari sitokin (interleukin). Sitokin berbahaya bagi sel-sel dan jaringan dalam jumlah yang berlebih,. 24

10 Selanjutnya, nikotin yang bergabung dengan bakteri oral, seperti Porphyromonas gingivalis akan memicu pelepasan sitokin yang berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan jaringan ikat periodontal. Perokok memiliki resiko 10 kali lebih besar dibanding bukan perokok. Hal ini dikarenakan perokok secara tidak langsung menyediakan tempat tinggal bagi bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal. 24 Beberapa investigasi crossectional menunjukkan bahwa inflamasi gingiva yang disebabkan oleh plak pada perokok lebih rendah dibandingkan non-perokok. Inflamasi gingiva dalam respon terhadap akumulasi plak tidak dijelaskan baik pada perokok dan non-perokok. 24 Beberapa studi menunjukkan perokok memiliki perdarahan gingiva kurang dibanding bukan perokok. Pada perokok, aliran darah gingiva secara signifikan meningkat oleh rokok. Namun, nikotin mengurangi suhu marginal gingiva dan menyebabkan penurunan aliran darah gingiva yang disebabkan oleh vasokonstriksi karena nikotin dan stres. Ada pula studi menggunakan laser Doppler yang membandingkan respon terhadap merokok satu batang rokok dalam perokok ringan dan kebiasaan perokok berat. Perubahan dalam pembuluh darah gingiva secara statistik tidak signifikan, tetapi menunjukkan perbedaan yang cukup dramatis terhadap respon pada kulit dahi. Perokok ringan memiliki peningkatan aliran darah yang signifikan, tapi perokok berat tidak menunjukkan adanya respon dimana hal ini menunjukkan tingkat toleransi yang tinggi. 11 Selain itu, merokok dapat menyebabkan GCF istirahat yakni dengan merendahkan daya alirannya. Penelitian telah menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari TNF-α24 dan penurunan tingkat IL-1α dan IL-1β25 dan enzim elastase di GCF bila dibandingkan antara perokok dan non-perokok. Penelitian ini telah menunjukkan ada penurunan kadar sitokin, enzim, dan mungkin polimorfonuklear leukosit (PMN). Ini berkorelasi dengan tingkat yang lebih rendah peradangan yang amati secara klinis dan dalam jaringan. 11 Merokok mengurangi IgA saliva dan serum IgG, dan secara khusus mengurangi tingkat IgG terhadap A. actinomycetemcommitans. Kemampuan

11 tembakau untuk mengurangi kapasitas proliferasi T dan limfosit B mungkin menyebabkan produksi antibodi pelindung berkurang. Beberapa penelitian menunjukkan fagositosis PMN ditekan oleh saliva perokok yang memiliki jumlah darah tinggi dan kemotaksis. PMN relatif berkurang dibanding bukan perokok. Sebaliknya, beberapa penelitian tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam kemampuan kemotaksis dari PMN antara perokok dan yang tidak merokok Resorpsi Tulang Alveolar pada Penyakit Periodontal Penjalaran inflamasi kronis dari gingival ke tulang alveolar merupakan penyebab dari kehilangan tulang pada penyakit periodontal. Kehilangan tulang pada penyakit periodontal bukanlah proses nekrosis tulang. 26 Ada dua tipe sel yang berperan dalam proses resorpsi tulang alveolar, yaitu osteoklas yang berperan menyingkirkan bagian mineral dari tulang dan sel mononekleus yang berperan dalam degrasi matriks organik. Kedua tipe sel tersebut ditemukan pada permukaan tulang alveolar yang mengalami resorpsi. 26 Hausmann mengemukakan lima mekanisme bagaimana produk plak bakteri dapat menyebabkan kehilangan tulang pada penyakit periodontal: Aksi langsung dari produk plak terhadap sel-sel progenitor tersebut menjadi osteoklas. 2. Produk beraksi secara langsung terhadap tulang alveolar dan merusaknya melalui mekanisme nonseluler. 3. Produk plak menstimulasi sel-sel gingival, sehingga sel-sel gingival tersebut melepaskan mediator, yang pada akhirnya menginduksi sel-sel progenitor tulang berdiferensiasi menjadi osteoklas. 4. Produk plak menyebabkan sel-sel gingival melepaskan agen atau substansi yang bertindak sebagai ko-faktor pada resorpsi tulang. 5. Produk plak menyebabkan sel-sel gingival melepaskan agen yang merusak tulang dengan aksi kimiawi secara langsung, tanpa keterlibatan osteoklas.

12 2.4.1 Agen Farmakologi dan Resorpsi Tulang Beberapa agen lokal yang terbukti berkemampuan menginduksi resorpsi tulang secara invitro boleh berperan dalam penyakit periodontal. Termasuk disini adalah: Prostaglandin dan prekursornya, Interleukin 1-α dan β, serta Tumor Necrosis Factor (TNF)-α yang dijumpai pada inflamasi yang dihasilkan oleh host. 2. Osteoclast-activating factor (faktor pengaktif osteoklas), yang dijumpai pada inflamasi dan yang terbukti berkemampuan menginduksi resorpsi tulang 3. Endotoksin yang diproduksi oleh bakteri. Endotoksin yang berasal dari organism Bacteroides asam lipoteihooi berperan dengan cara yang sama. Prostaglandin adalah kelompok lemah yang secara alamiah dan berpatisipasi dalam proses inflamasi serta mempunyai efek seperti hormon. Bila disuntikkan secara intradermal, substansi ini menyebabkan perubahan vaskular seperti yang terjadi pada inflamasi. Apabila telah berkontak dengan permukaan tulang, substansi ini akan menginduksi resorpsi tulang, walaupun tanpa keberadaan sel-sel inflamasi dan dengan hanya sedikit osteoklas multinukleus. Pembentukan prostaglandin dari asam lemak misalnya asam arachidonat, yang dikontrol oleh siklooksigenase (sintesa prostaglandin), yang akan menkonversi asam lemak perkursornya prostaglandin menjadi endoperoksidase siklik (cyclic endoperoxidases). 26 Resorpsi tulang juga diinduksi oleh kultur lekosit yang distimulasi antigen yang berasal dari plak dental. Ditemukan bahwa limfosit memproduksi osteoclastactivating faktor yang menginduksi pembentukan dan aktivitas osteoklas. Enzim proteolitik yang diproduksi pada waktu berkembangnya penyakit periodontal atau yang diproduksi oleh bakteri dapat berperan pada resorpsi tulang. Aktivitas kolagenolisis terjadi pada tulang yang teresorpsi secara in vitro, namun kandungan kolagen tidak berkorelasi dengan keparahan kehilangan tulang. 26 Hialuronidase yang diproduksi enzim Hialuronidase yang diproduksi oleh bakteri oral juga mempengaruhi proses resorpsi tulang dengan jalan menguraikan substansi dasar matriks tulang. 26

13 2.4.2 Bentuk Kehilangan Tulang Alveolar pada Penyakit Periodontal 1. Terdapat dua tipe kehilangan tulang yaitu kehilangan tulang secara horizontal dan kehilangan tulang secara vertikal. 3 A) Kehilangan tulang secara horizontal Kehilangan tulang secara horizontal merupakan bentuk kehilangan tulang yang paling banyak dijumpai. Tipe kehilangan tulang ini mengakibatkan pengurangan ketinggian secara merata dan secara keseluruhan pada tulang alveolar. Bentuk kehilangan tulang ini menghasilkan poket periodontal supraboni. 2 B) Kehilangan tulang secara vertikal Kehilangan tulang secara vertikal merupakan bentuk kehilangan tulang alveolar yang kurang umum terjadi dan mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar secara tidak seimbang dengan terjadinya resorpsi tulang yang lebih cepat pada tulang yang bersebelahan dengan permukaan akar gigi. Kehilangan tulang secara vertikal juga dikenali sebagai kehilangan tulang angular. Kehilangan tulang secara tidak merata ini meninggalkan daerah kehilangan tulang seperti parit sepanjang sisi permukaan akar. Tipe kehilangan tulang ini menghasilkan poket periodontal infraboni. 2 Telah dibuktikan bahwa tidak diterapinya periodontal secara sistemik, pada cacat tulang angular menyebabkan peningkatan risiko hilangnya tulang pendukung periodontal. Oleh karena itu, deteksi dan penilaian cacat tulang angular merupakan faktor penting untuk prognosis gigi dan rencana perawatan ditujukan secara aktif menghilangkan cacat tulang Jalur Peradangan ke Dalam Tulang A) Jalur peradangan di tulang horizontal 2 1. Hilangnya tulang horizontal, peradangan menyebar ke dalam jaringan dalam urutan sebagai berikut: a) Ke dalam jaringan ikat gingiva sepanjang connective tissue sheaths disekitar pembuluh darah;

14 b) Ke dalam tulang alveolar; c) Akhirnya, ke dalam ruang ligamen periodontal. 2. Inflamasi biasanya menyebar dengan cara ini karena itu adalah jalur yang paling kurang resistan, fiber bundles pada ligamen periodontal bertindak sebagai penghalang efektif terhadap penyebaran peradangan. Oleh karena hal tersebut, penyebaran peradangan bermula dengan masuk ke dalam tulang alveolar dan kemudian ke ruang ligamen periodontal. 2 B)Jalur peradangan di kehilangan tulang vertikal 2 1. hilangnya tulang vertikal, peradangan menyebar ke dalam jaringan dalam urutan sabagai berikut: a)ke dalam jaringan ikat gingiva; b) Langsung ke ruang ligamen periodontal; c) Akhirnya, ke dalam tulang alveolar. 2. Peradangan menyebar dengan cara ini setiap kali serat crestal ligamen periodontal melemah dan tidak lagi menyajikan penghalang yang efektif. Peristiwa seperti trauma oklusal berperan atas kondisi lemah dari ikatan serat tersebut Indeks Periodontal Menurut Russell Indeks yang paling banyak digunakan unruk mengukur keparahan penyakit periodontal adalah indeks Russell dan Ramfjord. Kedua indeks ini mengukur inflamasi gingival dan kerusakan jaringan periodontal bahkan sampai kehilangan tulang pendukung gigi. Dengan indeks periodontal Russell (PI), jaringan periodontal setiap gigi diperiksa dengan menggunakan kaca mulut dan diberi skor seperti yang terlihat pada Tabel 1. Kriteria dasar perhitungan skor dengan indeks ini adalah bila meragukan diberi skor yang lebih rendah. Skor PI untuk satu orang diperoleh dari total skor dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Hasil perhitungan skor disesuaikan dengan kondisi klinis seperti yang dilihat pada tabel 2. 27

15 Tabel 1. Indeks Periodontal Russel 28 Skor Kriteria dan Penilaian dalam Studi Lapangan Penambahan Kriteria X-ray Diikuti dalam Uji Klinis 0 Negatif: tidak ada inflamasi pada jaringan yang Penampilan radiografis dilihat ataupun kehilangan fungsi akibat normal kerusakan jaringan pendukung 1 Gingivitis ringan: ada area inflamasi pada gingival bebas, tetapi area tersebut tidak membatasi gigi 2 Gingivitis: inflamasi telah membatasi gigi sepenuhnya, tetapi tidak tampak kerusakan perlekatan pada epitel 4 Digunakan bila terdapat alat radiografi Ada seperti cengkukan awal resorpsi tulang alveolar 6 Gingivitis disertai dengan poket periodontal: ada Kehilangan tulang kerusakan pada perlekatan epitel dan terdapat horizontal meliputi saku. Tidak ada ganguan fungsi pengunyahan. Gigi masih melekat erat dan tidak melayang. Adanya kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar sampai setengah dari panjang gigi seluruh tulang alveolar sampai setengah dari panjang akar gigi 8 Kerusakan lanjutan dengan hilangnya fungsi Ada kehilangan tulang pengunyahan. Gigi mungkin tanggal ataupun lanjutan, meliputi lebih melayang. Gusi tampak pudar saat diperkusi, dari satu setengah dan mungkin tertekan dalam soket. panjang akar gigi. Terjadi perluasan ligament periodontal.

16 Tabel 2: Kondisi klinis dan skor periodontal menurut Russell 28 Kondisi Klinis Grup-Skor Indeks Tahap penyakit Periodontal Jaringan pendukung 0,0-0,2 Reversible normal secara klinis Gingivitis ringan 0,3-0,9 Reversible Permulaan penyakit 0,7-1,9 Reversible periodontal destruktif Penyakit periodontal 1,6-5,0 Irreversible destruktif Stadium lanjut penyakit 3,8-8,0 Irreversible periodontal 2.6 Kerangka Konsep Foto Panoramik Umur Penyakit Periodontal Jenis Kelamin Kebiasaan Merokok Evaluasi Kehilangan Tulang Alveolar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Penyakit Periodontal Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). 9 Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva

Lebih terperinci

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan bisa menyebabkan hilangnya gigi. Faktor-faktor yang memelihara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi sering digunakan sebagai informasi diagnostik tambahan yang dikumpulkan melalui pemeriksaan jaringan lunak. Radiografi yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA mulut. 7 Gingiva pada umumnya berwarna merah muda dan diproduksi oleh pembuluh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Peridontal Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu: 14 1. Gingiva Gingiva

Lebih terperinci

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM Kebiasaan merokok sejak lama telah diasosiasikan sebagai penyebab berbagai macam perubahan dalam rongga mulut, seperti kaitannya dengan kanker mulut dan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan satu dari dua penyakit rongga mulut terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15% populasi di dunia menderita

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Periodontal Penyakit periodontal merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang melibatkan gingival, ligament periodontal, sementum, dan tulang alveolar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi dental merupakan komponen penting dari perawatan pasien yang komprehensif. Dalam kedokteran gigi, radiografi memungkinkan dokter gigi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya gaya hidup dan perubahan pandangan mengenai konsep estetika, masyarakat dewasa ini memilih perawatan ortodontik berdasarkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal didefinisikan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara patologis, merupakan gejala klinis paling penting dari penyakit periodontal. Pendalaman sulkus

Lebih terperinci

TUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM :

TUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : TUGAS PERIODONSIA 1 Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : 021311133072 1. Derajat Kegoyangan Gigi (Indeks kegoyangan gigi) Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai dengan

Lebih terperinci

Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit

Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit periodontal. Periodontitis kronis sangat erat hubungannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit rongga mulut dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006, prevalensi penyakit periodontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : Periodonsia I NOMOR KODE/ SKS : PE 142/ 2 SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini membahas mengenai pengenalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, anaerob dan mikroaerofilik yang berkolonisasi di area subgingiva. Jaringan periodontal yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit infeksi bakteri yang sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat bakteri pada jaringan pendukung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,

Lebih terperinci

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan Pengklasifikasian penyakit perlu untuk: mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan patologi penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker leher kepala merupakan kanker yang terdapat pada permukaan mukosa bagian dalam hidung dan nasofaring sampai trakhea dan esophagus, juga sering melibatkan

Lebih terperinci

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme tertentu, menghasilkan destruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, yang merupakan suatu respon imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi kronis rongga mulut dengan prevalensi 10 60% pada orang dewasa. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu konservasi gigi. Idealnya gigi dalam keadaan

Lebih terperinci

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL A. Pendahuluan 1. Deskripsi Dalam bab ini diuraikan mengenai keadaan anatomis gigi geligi, posisi gigi pada lengkung rahang, letak

Lebih terperinci

Zulkarnain, drg., M.Kes

Zulkarnain, drg., M.Kes Zulkarnain, drg., M.Kes HASIL PERAWATAN YANG DIHARAPKAN Terapi periodontal hasilnya bisa efektif o.k adanya kemampuan penyembuhan jar. periodonsium yang baik. Terapi periodontal m mperbaiki gingiva yang

Lebih terperinci

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik 11/18/2010 1 PERAWATAN INISIAL Perawatan Fase I Perawatan fase higienik Tahap Pertama serangkaian perawatan periodontal untuk : Penyingkiran semua iritan lokal penyebab inflamasi Motivasi dan instruksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An- I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT mengajari manusia apa yang sebelumnya tidak diketahui. Allah SWT mengkaruniakan akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan buruk, serta hati untuk

Lebih terperinci

macam metode untuk mencegah kehamilan yang dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kontrasepsi teknik, kontrasepsi mekanik dan metode sterilisasi.

macam metode untuk mencegah kehamilan yang dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kontrasepsi teknik, kontrasepsi mekanik dan metode sterilisasi. 12 Ayub I. Anwar, dkk: Gambaran lama pemakaian alat kontrasepsi spiral terhadap status jaringan periodontal Gambaran lama pemakaian alat kontrasepsi spiral terhadap status jaringan periodontal (ibu-ibu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan dilalui oleh seorang wanita. Menopause merupakan fase terakhir pendarahan haid seorang wanita. Fase ini

Lebih terperinci

DASAR PEMIKIRAN PERAWATAN PERIODONTAL

DASAR PEMIKIRAN PERAWATAN PERIODONTAL Dasar pemikiran perawatan periodontal 1 BAB 1 DASAR PEMIKIRAN PERAWATAN PERIODONTAL Perawatan periodontal, seperti halnya perawatan medis dan dental lainnya, adalah didasarkan pada suatu dasar pemikiran

Lebih terperinci

Penyakit inflamasi yang telah melibatkan struktur periodontal pendukung sebagai / tidak mendapat perawatan secara tuntas. Harus dibedakan dari lesi

Penyakit inflamasi yang telah melibatkan struktur periodontal pendukung sebagai / tidak mendapat perawatan secara tuntas. Harus dibedakan dari lesi Penyakit inflamasi yang telah melibatkan struktur periodontal pendukung sebagai kelanjutan gingivitis kronis yang tidak dirawat / tidak mendapat perawatan secara tuntas. Harus dibedakan dari lesi periodontitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum akhir tahun 1960-an perawatan ortodonti pada pasien dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum akhir tahun 1960-an perawatan ortodonti pada pasien dewasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum akhir tahun 1960-an perawatan ortodonti pada pasien dewasa tidaklah umum dan bahkan ditolak. Beberapa dekade terakhir banyak orang dewasa berminat mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara anatomis sistem pencernaan manusia dimulai dari rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan saliva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan pendukung gigi disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011, prevalensi karies di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75-90% pada anakanak

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011, prevalensi karies di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75-90% pada anakanak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan dan tidak bisa saling dipisahkan. Masalah yang timbul pada kesehatan gigi dan mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap individu. Individu yang mengalami masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Periodontitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob gram negatif pada rongga mulut yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung gigi. 4,7,18 Penyakit periodontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan asupan nutrisi atau

Lebih terperinci

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 1

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 1 Pendahuluan Teori infeksi fokal, yang populer pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, menyebutkan bahwa fokus dari suatu kondisi spesies bertanggung jawab terhadap inisiasi dan berkembangnya sejumlah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal merupakan gejala klinis utama dari penyakit periodontal. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang dikenal, supraboni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur dengan cara menggerakkan gigi geligi tersebut ke tempat yang ideal. Pergerakan gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Periodontal Jaringan periodontal adalah suatu jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Struktur jaringan periodontal terdiri dari gingiva, ligamen periodontal,

Lebih terperinci

LEMBAR DATA PERSONIL PENELITI

LEMBAR DATA PERSONIL PENELITI 60 LAMPIRAN 2 LEMBAR DATA PERSONIL PENELITI 1. KETUA PENELITI Nama : Jasween Kaur Jenis Kelamin : Perempuan Jurusan/Fakultas/Pusat Penelitian : Radiologi Dental FKG Alamat Kantor : Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup seseorang, mengingat fungsi gigi dan mulut yang sangat berpengaruh dalam fungsi pencernaan,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai dengan 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Jumlah Orang Dengan Lupus ( Odapus) yang berkunjung ke YLI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis berupa gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi karena terganggunya aktivitas insulin. Pada kondisi ini akan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis merupakan suatu penyakit berupa kelainan pada gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi

Lebih terperinci

PENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN

PENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN PENYAKIT PERIODONTAL Pengertian Klasifikasi Gejala Klinis Etiologi Pencegahan Perawatan PENGERTIAN Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai penyangga gigi, terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan pendukung gigi disebabkan oleh aktifitas bakteri dan akumulasi plak. Penyakit periodontal dibagi

Lebih terperinci

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Prognosis PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Ramalan perkembangan,perjalanan dan akhir suatu penyakit Prognosis Penyakit Gingiva dan Periodontal Ramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain perubahan kadar hormon seksual yang terjadi pada saat pubertas, kehamilan, menstruasi dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif. 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami

Lebih terperinci

Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak. dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara

Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak. dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara maju, yang jumlahnya mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan zaman, kebutuhan dan minat akan perawatan ortodonsi pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan,

Lebih terperinci

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah "penyakit periodontal". Namun, apakah Anda sudah memahami apa arti istilah itu sebenarnya? Kata 'periodontal' berasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Ortodonti Piranti ortodonti cekat adalah salah satu alat yang digunakan di kedokteran gigi untuk perawatan gigi yang tidak beraturan. Biasanya melibatkan penggunaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda secara anatomi,

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi yang dapat menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Indikator yang paling penting dalam kesehatan gigi dan mulut adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan gigi geligi. Beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis kronis adalah penyakit inflamasi jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering dijumpai pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu mencapai 96,58% (Tampubolon, 2005). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) masalah gigi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering terjadi adalah

Lebih terperinci

SITOKIN. Merupakan seri protein dengan BM rendah, yang dulu dinamakan limfokin. Fungsi: - Autokrin: mengikatkan diri ke sel yang memb tuknya.

SITOKIN. Merupakan seri protein dengan BM rendah, yang dulu dinamakan limfokin. Fungsi: - Autokrin: mengikatkan diri ke sel yang memb tuknya. SITOKIN Merupakan seri protein dengan BM rendah, yang dulu dinamakan limfokin. Membantu pengaturan dan perkembangan sel-sel efektor imunitas, komunikasi antar sel, dan meng- arahkan fungsi efektor. Fungsi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, banyak bukti menunjukkan adanya hubungan antara periodontitis kronis dengan sejumlah penyakit sistemik. Infeksi oral kronis seperti periodontitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan suatu peradangan, degenerasi jaringan lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih tinggi. Menurut WHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit periodontal memang tidak populer, jarang diperbincangkan, tapi perlu diketahui karena merupakan salah satu penyakit dalam rongga mulut yang sering terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam populasi dunia saat ini, kelebihan berat badan dan obesitas sudah mulai menggeser kedudukan kekurangan gizi dan penyakit menular sebagai penyebab kondisi kesehatan

Lebih terperinci

Salah satu bagian gingiva secara klinis

Salah satu bagian gingiva secara klinis Salah satu bagian gingiva secara klinis adalah: 1... (jawaban yang ditanyakan adabagian gingiva yang dibatasi oleh alur gusi bebas dan batas mukosa gingiva dari bagian gingiva lain dan mukosa alveolar)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep penggunaan bahan kimia untuk perawatan dalam rongga mulut telah diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre Fauchard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Kesehatan mulut yang buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa (adult periodontitis) atau periodontitis dewasa kronis (chronic adult periodontitis), adalah

Lebih terperinci

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang, infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi menjadi

Lebih terperinci

Rata-rata nilai plak indeks (%)

Rata-rata nilai plak indeks (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang gambaran kesehatan jaringan periodontal (plak indeks) pasien pra-pengguna gigi tiruan cekat menurut jenis kelamin di RSGM UMY pada

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 28 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober 2008. Pengambilan data dilakukan di Perumahan Bekasi Jaya Indah wilayah Bekasi dengan subjek penelitian adalah perempuan paskamenopause.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang selayaknya dipersiapkan dengan baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat dan tidak mengalami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sindrom Down Sindrom Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Menurut Lejeune,

Lebih terperinci