PENDAHULUAN. Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, [terhubung berkala]. [3 April 2009]. 2

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN MEDIA MASSA TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ATLET MUDA DI SMA NEGERI RAGUNAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n =

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

BAB V PENUTUP. kelas X di SMAN 3 Malang adalah tinggi. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat determinasi diri pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak ke masa dewasa, yang berlangsung antara usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

MANAJEMEN EMOSI PADA SISWA KORBAN KEKERASAN FISIK OLEH GURU DI SEKOLAH (SCHOOL BULLYING)

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat

HASIL. Karakteristik Remaja

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS BERINTERNET PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sutanto, 2014 Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

Seminar Tugas Akhir KBA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus suatu bangsa dan merupakan ujung tombak yang akan berperan dalam pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, suatu bangsa membutuhkan remaja sebagai cikal-bakal sumberdaya manusia berkualitas yang akan membawa bangsa tersebut masuk dalam persaingan global. Menurut sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik DKI Jakarta 1, jumlah remaja di DKI Jakarta yang berusia 15-19 tahun berkisar 785.272 jiwa dengan jumlah remaja laki-laki sekitar 358.987 jiwa dan jumlah remaja perempuan sekitar 426.285 jiwa. Jika dipersentasekan, jumlah ini kira-kira 8,8% dari jumlah penduduk di DKI Jakarta. Jumlah yang cukup besar ini membuat remaja memiliki potensi besar untuk melakukan perubahan suatu bangsa. Namun, jumlah besar ini tidak diiringi dengan angka partisipasi pendidikan yang besar pula. Hanya sekitar 66,31% remaja laki-laki dan 56,69% remaja perempuan pada rentang usia 16-18 tahun yang bersekolah 2. Padahal, pendidikan adalah salah satu aspek yang dapat meningkatkan Human Development Index (HDI) suatu bangsa. Kualitas generasi muda Indonesia yang tergolong rendah juga dapat dilihat dari tingginya angka kenakalan remaja di Indonesia. Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan jumlah pengguna narkoba di lingkungan pelajar SMA pada tahun 2006 mencapai 10.326 anak 3. Pada tahun 1998 saja ada 97 sekolah di Jakarta yang terlibat tawuran dan sekitar 2000 remaja ditahan dari 230 kasus tawuran yang terjadi (Megawangi 2004). Pada umumnya, hal-hal negatif seperti kenakalan remaja disebabkan oleh keadaan psikologis remaja yang labil akibat pengaruh teman sebaya dan media massa yang semakin kuat. Seperti yang diungkapkan oleh Bronfenbrenner (1981) dalam Puspitawati (2009) bahwa proses sosialisasi anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang berada disekitarnya, seperti lingkungan 1 Badan Pusat Statistik. 2009. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2008. [terhubung berkala]. http://bps.go.id.html [3 April 2009]. 2 Badan Pusat Statistik. 2008. Angka Partisipasi Sekolah. [terhubung berkala]. http://bps.go.id.html [3 April 2009]. 3 Ramadhan A. 2010. Fakta Dunia Pendidikan Indonesia. [terhubung berkala]. http://m. kompasiana.com.html [18 Oktober 2010].

2 mikrosistem, mesosistem, eksosistem, dan makrosistem. Lingkungan mikrosistem merupakan lingkungan dimana anak berinteraksi langsung dengan lingkungan yang ada disekitarnya seperti keluarga, sekolah, teman sebaya, media, dan tetangga. Menurut Santrock (2007), fungsi utama dari teman sebaya adalah memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga, sehingga hubungan dengan teman sebaya yang buruk dapat membawa anak ke perilaku yang buruk dan begitu sebaliknya. Remaja yang sekaligus berprofesi sebagai atlet muda dan bersekolah di asrama, akan menghabiskan waktunya untuk bergaul dengan teman sebaya dengan bidang yang sama dengannya. Atlet muda biasanya akan memanfaatkan waktu berlatih untuk bergaul dengan teman sebaya dan menghayati masa mudanya (Monks et al. 2006). Pemanfaatan media massa di tengah aktivitas yang padat juga merupakan salah satu alternatif yang dipilih oleh remaja yang berprofesi sebagai atlet muda. Pemanfaatan kecanggihan teknologi yang ada saat ini seperti handphone, internet maupun televisi digunakan remaja untuk membangun hubungan sosial. Dampak negatif dari kelompok teman sebaya dan media massa yaitu dapat membawa remaja terlibat dalam kenakalan remaja seperti terlibat narkoba, free sex, tawuran serta ketidakmampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain (Santrock 2007; Goleman 2007). Pengaruh negatif dari teman sebaya dan media massa yang besar menuntut setiap individu agar dapat menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Kebutuhan akan keterampilan sosial ini juga menjadi sangat penting pada masa remaja karena individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan dalam pemberian fungsi-fungsi sosiologis dan psikologis (Desmita 2009). Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk membina hubungan dengan lingkungan sosial yang meliputi ranah otak kognitif dan juga emosi (empati, kepedulian, sinkroni). Keterampilan sosial terdiri dari kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri secara batiniah sehingga dapat merasakan perasaan orang lain. Sementara itu, fasilitas sosial adalah tindakan terhadap orang lain dengan kesadaran sosial yang dimiliki (Goleman 2007).

3 Menurut penelitian Bester (2007), kurangnya waktu remaja dalam bersosialisasi dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan sosial dan kepribadian remaja karena kelompok teman sebaya akan menciptakan lingkungan sosial yang mengajar dan mengasah tanggung jawab sosial. Meijs et al. (2010) juga menyebutkan bahwa interaksi yang positif dengan teman sebaya dapat membantu remaja membangun perasaan menjadi anak populer dan kemudian berdampak pada tindakan prososial seperti kemampuan memecahkan masalah sosial, membangun hubungan pertemanan, dan memiliki perilaku sosial yang positif. Hasil penelitian White et al. (2010) menyebutkan bahwa remaja yang memiliki tingkat agresivitas tinggi dengan teman sebaya akan lebih mudah terlibat dalam perilaku seksual. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2009) pada remaja fase akhir, menyebutkan bahwa keterampilan sosial yang dimiliki oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh keikutsertaannya dalam organisasi. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruhidawati (2005) menunjukkan bahwa sebagian besar remaja lebih memilih menghabiskan waktunya dengan kelompok teman sebayanya dan menceritakan masalah yang dihadapi dengan kelompok teman sebaya daripada dengan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian Kenneavy et al. (2006), media massa adalah sumber informasi yang sangat penting dalam memberikan informasi mengenai perilaku seksual kepada remaja. Pengaruh yang kuat antara media massa dan perkembangan remaja juga telah dijelaskan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumgardner et al. (2004) yaitu, perilaku kekerasan yang diperoleh dari media massa (video game, televisi, film dan internet) merupakan kontributor utama dalam menciptakan sikap agresif dan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat bagaimana pengaruh teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda yang memiliki waktu yang terbatas untuk bersosialisasi. Perumusan Masalah SMA Negeri Ragunan adalah sekolah khusus atlet yang didirikan pada tahun 1977 oleh Ali Sadikin yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada saat itu. Sekolah ini bertujuan menempa atlet-atlet muda berprestasi yang dihimpun dari segala penjuru tanah air. Pendidikan yang diberikan tidak hanya berupa pendidikan olahraga untuk mengembangkan minat dan bakat masingmasing siswa tetapi juga pendidikan akademik layaknya sekolah pada umumnya.

4 Kepadatan aktivitas yang harus dijalani oleh siswa SMA Negeri Ragunan dalam menjalani peran ganda sebagai atlet dan pelajar mengakibatkan siswa tidak memiliki banyak waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya seperti layaknya remaja biasa. Oleh karena itu, pemanfaatan media massa dilakukan sebagai langkah mudah dalam menciptakan kesempatan untuk melakukan proses sosialisasi dengan teman sebaya. Selain merupakan sekolah khusus untuk membina para atlet muda, keunikan lain dari SMA Negeri Ragunan terletak pada sistem boarding (asrama) yang diwajibkan bagi semua siswanya. Keadaan ini semakin meningkatkan interaksi remaja dengan teman sebaya dan sekaligus mengurangi interaksi remaja dengan orangtua dan keluarga. Oleh karena itu, proses interaksi dengan lingkungan yang baru ini menuntut remaja untuk dapat memiliki dan menguasai keterampilan sosial yang baik agar dapat beradaptasi. Pemanfaatan media massa dan pergaulan yang positif dengan teman sebaya dapat membantu remaja yang berprofesi sebagai atlet dalam membangun keterampilan sosialnya. Pada remaja yang berprofesi sebagai atlet muda, kemampuan sosial yang baik dapat membantu remaja membangun kepercayaan diri yang tinggi dalam mengikuti pertandingan-pertandingan olahraga. Kepercayaan diri ini penting untuk membantu atlet muda tetap dapat berperilaku baik dalam berbagai situasi seperti misalnya tetap rendah hati saat memenangkan pertandingan atau tidak emosi saat kalah dalam pertandingan. Besarnya pengaruh kelompok teman sebaya dengan beragam latar belakang sosial serta ketersediaan dan keterpaparan media yang semakin meluas di kalangan remaja menimbulkan banyak dampak negatif seperti perilaku seks bebas, agresivitas, tawuran, perilaku kekerasan, bullying dan jenis kenakalan remaja lainnya. Meskipun begitu, pengaruh positif ketersediaan dan keterpaparan media massa ini juga tidak dapat dinafikkan. Memperluas pergaulan dan juga menjaga kualitas hubungan dengan orang lain dapat menjadi dampak yang positif dari keberadaan media massa. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah disusun, pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah karakteristik siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta dan keluarga? 2. Bagaimanakah karakteristik lingkungan kelompok teman sebaya dan kualitas hubungan pertemanan siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta?

5 3. Bagaimanakah karakteristik lingkungan media massa dan pemanfaatanya pada siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta? 4. Bagaimanakah keterampilan sosial siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta? Apakah ada perbedaan keterampilan sosial antara siswa laki-laki dan perempuan? 5. Bagaimanakah hubungan dan pengaruh antar variabel penelitian? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kelompok teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh. 2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan kelompok teman sebaya contoh dan kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya. 3. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan media massa contoh dan pemanfaatannya 4. Mengidentifikasi keterampilan sosial yang dimiliki oleh contoh. 5. Menganalisis perbedaan keterampilan sosial antara contoh laki-laki dan perempuan 6. Menganalisis hubungan antar variabel penelitian. 7. Menganalisis pengaruh antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, lingkungan kelompok teman sebaya, kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya, lingkungan media massa dan pemanfaatan media massa terhadap keterampilan sosial contoh. Kegunaan Penelitian Beberapa kegunaan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi pihak sekolah SMA Negeri Ragunan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh kelompok teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Selanjutnya dapat menjadi bahan masukan bagi SMA Negeri Ragunan dalam menyusun kebijaksanaan dan aturan yang terkait

6 dengan pembentukan keterampilan sosial atlet muda yang menjadi siswanya. 2. Bagi siswa remaja yang berprofesi sebagai atlet muda, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja dalam mengasah keterampilan sosial melalui interaksi yang positif dengan kelompok teman sebaya dan pemanfaatan media massa. 3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada Kementrian dan pihak terkait lainnya seperti Kemenpora, Kemendiknas dan, KONI untuk merumuskan kebijakan yang optimal bagi peningkatan kualitas atlet muda, khususnya yang tinggal dan bersekolah di sekolah atlet. 4. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan penelitian sejenis di masa yang akan datang.