BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN"

Transkripsi

1 BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1. Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan Degradasi Kualitas para Pemuda Kota Yogyakarta dikenal luas dengan julukan sebagai Kota Pelajar 1 dan telah menjadi salah satu tujuan utama bagi para pelajar untuk menuntut ilmu, baik itu jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Oleh karena banyaknya jumlah pelajar pendatang yang menuntut ilmu di kota Yogyakarta, maka berpengaruh pula pada jumlah penduduk di Yogyakarta yang semakin bertambah, terutama pada rentang usia Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk terbanyak adalah penduduk dengan rentang usia dan , hal ini semakin menguatkan julukan Yogyakarta sebagai kota pelajar yang memiliki banyak pemuda.namun, jumlah pemuda yang sangat banyak ini bukannya tidak menimbulkan masalah sama sekali, pemuda saat ini selalu dikaitkan dengan hal-hal yang negatif, seperti kenakalan remaja, ketidak patuhan kepada orangtua, frustasi, kecanduan terhadap narkotika, hilangnya kebudayaan karena globalisasi dan masa depan suram 3. Hal-hal ini banyak 1 Wikipedia, Daftar Julukan Kota Kota di Indonesia. Yogyakarta: Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Seni dan Budaya, Kota Istimewa, Kota Pariwisata, Kota Republik, Kota Buku. 2 ndudukan&itemid=6 Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk kota Yogyakarta dengan rentang usia berjumlah orang dengan jenis kelamin laki-laki dan orang dengan jenis kelamin perempuan. Sedangkan penduduk dengan rentang usia berjumlah orang dengan jenis kelamin laki-laki dan orang dengan jenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk dengan rentang usia dan menduduki peringkat pertama dan kedua penduduk di Yogyakarta menurut kelompok umur. 3 Hidup adalah Belajar, Pemuda dan Sosialisasi Masalah-masalah yang menyangkut generasi muda saat ini adalah: Menurunnya jiwa nasionalisme, idealisme dan patriotisme; kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya; belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia; kurangnya lapangan dan kesempatan kerja; kurangnya gizi yang dapat menghambat pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasan; masih banyaknya perkawinan di bawah umur; adanya generasi muda yang menderita fisik dan mental; pergaulan bebas; meningkatnya kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika; belum adanya peraturan perundang-undangan yang menyangkut generasi muda. 1

2 diakibatkan akan kurangnya pendidikan soft skill di luar pendidikan formal, sehingga para pemuda tersebut tumbuh dengan kualitas sifat yang kurang baik. Hal inilah yang berusaha diselesaikan oleh pemerintah Yogyakarta untuk mengurangi permasalahan pada para pemuda yang notabene merupakan cermin dari sebuah bangsa. Menurut Robert F. Kennedy 4, kualitas dunia ini bergantung pada kualitas pemuda yang hidup di dalamnya, karena para pemuda dapat menjadi penggerak dunia dengan sifatsifatnya yang identik dengan pola pikirnya yang dinamis, keinginan untuk maju dan berubah, kualitas imajinasi yang baik, keberanian dan keinginan bertualang untuk mencari sesuatu yang baru. Karena itulah permasalahan pemuda ini perlu mendapat perhatian khusus agar bangsa Indonesia ini memiliki generasi penerus yang layak. 2. Budaya Bersosialisasi dan Tren Kegiatan Pemuda Pada era sebelum adanya internet dan alat komunikasi yang canggih, kegiatan para pemuda biasanya bersifat regional di sekitar tempat tinggal para pemuda tersebut. Karena keterbatasan cara berkomunikasi dan bersosialisasi, mereka hanya bisa bersosialisasi dengan cara bertatap muka. Sehingga dengan berkumpulnya para pemuda tersebut, muncul kegiatan-kegiatan pemuda yang bersifat regional, seperti karang taruna, rapat RT, rapat RW, pengajian, dan banyak kegiatan lain yang biasa dilakukan di lingkungan tempat tinggal. Namun setelah era internet dan komunikasi yang maju, cara bersosialisasi dari para pemuda ini semakin berubah. Sudah jarang ditemui organisasi karang taruna di lingkungan perumahan modern. Di sisi lain, para pemuda di era modern ini lebih banyak bersosialisasi melalui dunia maya internet dan komunikasi nirkabel seperti telepon dan pesan singkat. Dengan adanya teknologi komunikasi tersebut, jarak dan regional sudah tidak menjadi masalah dalam bersosialisasi bagi para pemuda. Sehingga terjadi peribahan bentuk sosialisasi dari yang tadinya mencari teman-teman sebaya yang berada di sekitar tempat tinggal, menjadi mencari orang-orang yang memiliki minat dan hobi yang sama di dunia maya. Hal inilah yang kemudian membentuk 4 Wikipedia, Youth Robert F. Kennedy menjelaskan bahwa: This world demands the qualities of youth: not a time of life but a state of mind, a temper of the will, a quality of imagination, a predominance of courage over timidity, of the appetite for adventure over the life of ease 2

3 komunitas-komunitas para pemuda, yang memiliki keberagaman minat dan kebutuhan. Rentang usia pemuda merupakan fase krusial dalam hidup seseorang. Pada tahap itulah seseorang mendapatkan jati dirinya. Pencarian jati diri inilah yang mendorong para pemuda memiliki berbagai kegiatan di luar jam sekolah/kuliah. Mereka biasanya mengikuti berbagai kegiatan/komunitas yang mereka minati dalam berbagai bidang, baik itu olahraga, seni, dan lain-lain 5. Kegiatan yang mereka lakukan inilah yang nantinya akan membentuk jati diri para pemuda tersebut, kegiatan yang baik akan membantu mereka untuk mengembangkan minat dan bakat mereka sehingga mereka dapat berkembang dan memanfaatkan bakat mereka dengan baik. Namun tidak sedikit yang tidak dapat menyalurkan minat dan bakat mereka dengan baik, hal ini banyak diakibatkan dari kurangnya fasilitas untuk menyalurkan minat dan bakat mereka 6, akibatnya banyak dari pemuda tersebut yang kemudian terjerumus ke dalam kegiatan yang tidak bermanfaat, seperti nongkrong setelah sekolah, pergaulan bebas, dunia malam, dan lain-lain. 3. Kebutuhan akan Youth Community Center sebagai Ruang Komunitas Pemuda Untuk membentuk pribadi seseorang menjadi pribadi yang berkualitas baik tidaklah mudah, diperlukan berbagai macam hal yang mendukung para pemuda untuk dapat melakukan kegiatan positif yang akan membentuk karakter yang baik. Hal inilah yang biasanya luput diberikan di intitusi pendidikan formal, biasanya intitusi pendidikan formal hanya fokus pada transfer ilmu pengetahuan dan luput pada pemberian soft skill yang dibutuhkan para pemuda tersebut untuk menjadi pribadi yang berkualitas baik. Maka dari itu, para pemuda biasanya mendapatkan pelajaran soft skill dari pendidikan non-formal dan kegiatan sehari-hari. Apabila kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan tidak baik, maka soft skill yang mereka 5 wzgc&hl=en#chart Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis, per 24 Desember 2012 Dari 87 koresponden, 61 orang (70%) memiliki kegiatan atau komunitas diluar sekolah/kuliah, 24 orang (28%) tidak memiliki kegiatan atau komunitas dan 2 orang (2%) tidak memilih. 6 wzgc&hl=en#chart Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis, per 24 Desember 2012 Dari 61 koresponden yang memiliki kegiatan di luar sekolah/kuliah, 35 orang merasa fasilitas yang ada belum memenuhi kebutuhan kegiatan yang mereka lakukan, sedangkan 26 orang sudah merasa fasilitas tersebut memenuhi kebutuhan kegiatan mereka. 3

4 dapatkan tidak berkualitas. Maka dari itu dibutuhkan fasilitas untuk mendukung dan menyalurkan minat serta bakat yang dimiliki oleh para pemuda, sehingga mereka tidak terjerumus ke dalam lingkungan dan kegiatan yang negatif. Melayani dan memfasilitasi para pemuda agar mereka dapat menyalurkan kegiatan mereka adalah kewajiban pemerintah 7, hal ini disadari oleh pemerintah DIY sehingga dibentuklah Balai Pemuda dan Olahraga, yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY 8 yang mengurusi segala hal tentang sarana dan prasarana pendidikan, pemuda dan olahraga.fasilitas pendukung inilah tempat dimana para pemuda-pemudi menyalurkan bakat dan keinginannya serta mendapatkan soft skill yang dibutuhkan untuk menjadi penerus bangsa.tetapi pada kenyataannya, fasilitas yang disediakan belum mampu mewadahi apa yang diinginkan oleh para pemuda-pemudi di Yogyakarta karena masih banyak fasilitas yang tidak digunakan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sembarang tempat yang bukan fungsinya 9, dan masih banyak pemuda-pemudi yang melakukan tindakan yang tidak patut dilakukan, seperti tawuran, merusak fasilitas dan anarkisme, serta kegiatan-kegiatan lain yang seharusnya tidak terjadi apabila hal-hal yang dicanangkan pemerintah sudah tepat sasaran. Hal inilah yang dijadikan latar belakang untuk mendesain sebuah Youth 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, Pasal 35: (1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan prasarana dan sarana kepemudaan untuk melaksanakan pelayanan kepemudaan (2) Organisasi kepemudaan dan masyarakat dapat menyediakan prasarana dan sarana kepemudaan (3) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan organisasi kepemudaan dan masyarakat dalam penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah. 8 Balai Pemuda dan Olahraga, Sejarah Singkat Setelah otonomi daerah dan dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2002 dan Keputusan Gubernur Nomor 159 Tahun 2002, muli tahun 2003 Pembinaan Kepemudaan ditangani oleh Balai Pengembangan Pemuda dan Olahraga yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Provinsi DIY sedangkan untuk pembinaan keolahragaan ditangani oleh Seksi Olahraga Bidang PLS Dinas Pendidikan Provinsi DIY.Dengan dikeluarkannya Peraturan Gubernur No.41 Tahun 2008 tanggal 12 Desember 2008 Pembinaan Kepemudaan dan Keolahragaan dijadikan satu unit yang ditangani oleh Balai Pemuda dan Olahraga ( BPO ) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas ( UPTD ) Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi DIY. 9 wzgc&hl=en#chart Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis, per 24 Desember 2012 Beberapa contoh koresponden menuliskan komunitas mereka berkumpul di tempat seperti lapangan parkir sebuah restoran atau kilometer 0, dimana komunitas mereka adalah komunitas mobil atau sepeda yang notabene memerlukan sebuah tempat parkir khusus agar tidak mengganggu masyarakat sekitar. 4

5 Community Center di Yogyakarta sebagai ruang komunitas pemuda, dan menjadi pusat kegiatan bagi komunitas pemuda di Yogyakarta, serta menjadi landmark bagi pemuda di Yogyakarta. B. PERMASALAHAN 1. Permasalahan Umum Jumlah pelajar pada rentang usia pemuda di Yogyakarta sangat banyak sehingga dibutuhkan sebuah fasilitas untuk menyalurkan minat dan bakat para pemuda yang bervariasi tersebut agar mereka tidak terjerumus ke dalam kegiatan yang negatif. Dengan fasilitas ini, diharapkan para pemuda mendapatkan soft skill yang tidak diperoleh di intitusi pendidikan formal sehingga para pemuda-pemudi memiliki kualitas yang layak sebagai generasi penerus bangsa ini. 2. Permasalahan Khusus Dari rumusan masalah umum yang ada tersebut kemudian dapat dijabarkan secara lebih mendalam menjadi permasalahan-permasalahan yang lebih khusus sebagai berikut: Permasalahan pemuda menjadi isu utama dalam memperbaiki kualitas para pemuda melalui edukasi secara informal di dalam fasilitas Youth Community Center Komunitas-komunitas yang memiliki beragam kegiatan dan kebutuhan yang berbeda-beda belum memiliki fasilitas yang memadai untuk mewadahi kegiatan mereka Fasilitas yang ada sekarang dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar dan mulai ditinggalkan. Sehingga dibutuhkan sebuah fasilitas baru yang benarbenar dapat memenuhi kebutuhan dan kegiatan para pemuda saat ini Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, Pasal 37: (1) Dalam hal di suatu wilayah telah terdapat prasarana kepemudaan, Pemerintah atau pemerintah daerah wajib mempertahankan keberadaan dan mengoptimalkan penggunaan prasarana kepemudaan (2) Dalam hal terdapat pengembangan tata ruang atau tata kota yang mengakibatkan prasarana kepemudaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap tidak layak lagi, Pemerintah atau pemerintah daerah dapat memindahkan ke tempat yang lebih layak dan strategis. 5

6 C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Menyusun konsep dasar perancangan arsitektur untuk sebuah desain Youth Community Center yang sebagai ruang interaksi para pemuda. Fungsi Youth Community Center ini sebagai wadah untuk menyalurkan minat dan bakat para pemuda sehingga mereka dapat menyalurkan waktu mereka untuk kegiatan yang positif, dan tidak melakukan hal-hal negatif lainnya. 2. Tujuan Khusus Menciptakan tempat sebagai wadah para pemuda untuk menyalurkan minat dan bakat mereka Sirkulasi dan tata ruang yang tepat sehingga dapat mewadahi aktivitas dengan baik dan berfungsi sebagai ruang interaksi komunitas Menambah sarana dan objek pariwisata baik untuk masyarakat lokal maupun wisatawan. D. SASARAN Menganalisa, memecahkan permasalahan dan merumuskan konsep dasar perancangan arsitektur untuk bangunan fasilitas umum yang dapat memicu interaksi sosial, dengan memahami apa itu interaksi sosial dan implikasinya pada desain, serta memahami seberapa besar porsi tiap ruang agar didapatkan desain yang efektif dan efisien namun tetap dapat mewadahi fungsinya dengan maksimal. E. LINGKUP PEMBAHASAN Lingkup pembahasan mengenai Youth Community Center ini terbatas dalam mewadahi komunitas para pemuda dimana kegiatan-kegiatan yang dilakukan banyak bersifat fisik, baik itu kegiatan dalam ruang maupun luar ruang. Dengan penggabungan fungsi bangunan fasilitas umum dengan penekanan pada ramah lingkungan, dan pemecahan permasalahannya yang akan dijabarkan menjadi hal-hal yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang masih berada dalam lingkup disiplin arsitektur. 6

7 F. METODOLOGI 1. Studi Literatur Kegiatan studi literatur yang dilakukan antara lain: Studi literatur mengenai Youth Community Center Studi literatur mengenai kondisi kota Yogyakarta 2. Observasi Kegiatan observasi yang dilakukan antara lain: Studi kelayakan fasilitas pendukung kegiatan komunitas pemuda Observasi kegiatan komunitas pemuda 3. Wawancara Kegiatan wawancara meliputi: Para pemuda mengenai kegiatan-kegiatan mereka Pendapat para pemuda tentang fasilitas yang sudah ada Keinginan para pemuda tentang fasilitas untuk mewadahi kegiatan mereka 4. Analisa dan Pendekatan Melakukan kajian lebih dalam terhadap fasilitas pendukung kegiatan pemuda yang sudah ada di Yogyakarta baik lokasi, fungsi yang diwadahi dan bentuk fisik bangunan untuk menemukan permasalahan dan kekurangannya. Kemudian dari analisa tersebut dilakukan upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan berbagai pendekatan. 5. Perumusan Konsep Perumusan Konsep adalah tahap mengumpulkan semua analisis dan permasalahan yang ada untuk kemudian didapatkan sebuah penyelesaian atas permasalahan yang ada dan menghasilkan sebuah konsep yang menjawab isu-isu lingkungan yang nantinya akan meningkatkan kualitas lingkungan itu sendiri. G. SISTEMATIKA PENULISAN 1. Bab I Pendahuluan Mengungkapkan latar belakang permasalahan, permasalahan, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, metoda pembahasan, sistematika pembahasan, 7

8 keaslian penulisan dan kerangka berpikir yang merupakan uraian tentang garis besar isi penulisan. 2. Bab II Kajian Youth Community Center Membahas tentang pemuda dan komunitas, fasilitas pendukung kegiatan komunitas pemuda, Youth Community Center, dan studi preseden mengenai Youth Community Center untuk menjadi literatur dalam mendesain. 3. Bab III Kajian Wilayah Yogyakarta Membahas tentang karakteristik wilayah, penduduk, potensi, penyebaran dan kegiatan pemuda di Yogyakarta, jenis dan penyebaran komunitas pemuda di Yogyakarta, dan fasilitas pendukung kegiatan komunitas pemuda yang sudah ada di Yogyakarta sebagai bahan pertimbangan dalam mendesain. 4. Bab IV Analisa Konsep Perancangan Berisi tentang analisis site dan keadaan sekitar site, serta prinsip-prinsip, pendekatan, dan alternatif konsep yang digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan konsep. 5. Bab V Konsep Perancangan Berisi tentang penerapan konsep sesuai analisa dan prinsip-prinsip desain, dan pengembangan desain yang direncanakan. H. KEASLIAN PENULISAN Beberapa laporan penelitian yang memiliki fungsi bangunan serupa telah dilakukan namun terdapat beberapa perbedaan yang menjadi keunikan laporan penelitian penulis. Beberapa laporan penelitian yang sudah ada dan ditemukan penulis antara lain: Judul Oleh Judul : Yogyakarta Community Center Dengan Pendekatan Multi Fungsi : Hettik (02/157290/TK/27295) : Gelanggang Remaja di Purbalingga Sebagai Wahana Kegiatan Rekreatif, Edukatif dan Interaktif Oleh : Eko Praptono (04/176805/TK/24981) 8

9 Judul : Gelanggang Remaja Wadah Kegiatan Rekreatif dan Edukatif di Yogyakarta Oleh : Eksi Prasetyaningrum (06/192849/TK/31282) Judul : Gelanggang Remaja di Yogyakarta Dengan Pendekatan Versabilitas Ruang Untuk Menciptakan Interaksi Pengguna Ruang Oleh : Mutiara Cininta (07/252820/TK/33188) 9

10 I. KERANGKA BERPIKIR 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Pendidikan non formal sebagai wadah aktifitas diluar sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Pendidikan non formal sebagai wadah aktifitas diluar sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Kota Yogyakarta dikenal dengan berbagai julukan. Salah satu julukan yang terkenal mengenai kota tersebut, yaitu kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yogyakarta dan Predikatnya Sebagai Kota Pelajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yogyakarta dan Predikatnya Sebagai Kota Pelajar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.1. Yogyakarta dan Predikatnya Sebagai Kota Pelajar Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan reputasinya sebagai Kota Pelajar di Indonesia 1. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Esensi Keberadaan Youth center di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Esensi Keberadaan Youth center di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1 Esensi Keberadaan Youth center di Yogyakarta Yogyakarta sebagai salah satu Kota Besar di Indonesia yang memiliki predikat baik sebagai Kota Pendidikan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengespresikan kegiatan positifnya. Jumlah pemuda kota medan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengespresikan kegiatan positifnya. Jumlah pemuda kota medan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuda sebagai generasi penerus bangsa, kurang memiliki sarana untuk mengespresikan kegiatan positifnya. Jumlah pemuda kota medan mencapai 40% dari jumlah keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang pengadaan proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang pengadaan proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar belakang pengadaan proyek Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting bagi keberhasilan hidup seseorang. Keberhasilan hidup seseorang, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagian besar remaja Semarang sangat antusias terhadap perkembangan dunia seni, hiburan dan rekreasi karena memang hiburan dan rekreasi selain dapat menghilangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN SASANA MUDA DI JOGJAKARTA PRESEDEN ZAHA HADID SEBAGAI ACUAN DESAIN BANGUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN SASANA MUDA DI JOGJAKARTA PRESEDEN ZAHA HADID SEBAGAI ACUAN DESAIN BANGUNAN BAB 1 PENDAHULUAN SASANA MUDA DI JOGJAKARTA PRESEDEN ZAHA HADID SEBAGAI ACUAN DESAIN BANGUNAN 1.1. Latar belakang Jogjakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Jogja, merupakan nama singkat dari Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2

BAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Pengertian Judul Berau : Suatu nama daerah daerah tingkat II berbentuk kabupaten yang ada di provinsi Kalimantan Timur. Youth 1 Center Pusat Sarana Sosialisasi

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara BAB 1

Universitas Sumatera Utara BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pemuda sebagai salah satu faktor pendukung untuk keberhasilan suatu konsep perancangan kawasan kurang mendapatkan tempat untuk mengekspresikan diri dalam hal-hal positif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip utama yang telah disepakati oleh pakar pendidikan adalah bahwa setiap warga negara seharusnya mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini yang begitu pesat membuat penduduk bumi seolah tak berjarak lagi. Melalui berbagai platform sosial media, seseorang dapat dengan

Lebih terperinci

GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA

GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA (PENEKANAN ARSITEKTUR HIGH-TECH PADA STRUKTUR DAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN KARAKTER REMAJA) Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (http://kbbi.web.id/rumah)

BAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (http://kbbi.web.id/rumah) BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Rumah Baca :Bangunan untuk tempat tinggal. (http://kbbi.web.id/rumah) : Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan salah satu penduduk terbesar di dunia. Pada data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Youth Center di Kudus Muhammad Budi Utomo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Youth Center di Kudus Muhammad Budi Utomo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kenakalan remaja kerap kali menjadi masalah yang sangat serius,di Indonesia sering kita jumpai masalah-masalah kenakalan remaja yang cukup serius bahkan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 2. Pemilihan Kasus Dalam proses pendewasaan dirinya, setiap manusia pasti mengalami sebuah masa yang disebut dengan masa remaja. Remaja berarti mulai dewasa,

Lebih terperinci

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI A. MASALAH-MASALAH KEPEMUDAAN Masalah pemuda merupakan masalah yang selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar belakang Pengadaan Proyek Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Perkembangan sebuah negara dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir KBA BAB I PENDAHULUAN

Seminar Tugas Akhir KBA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian. Pada latar belakang terdapat uraian alasan dan hal-hal yang mendasari penulisan

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti PEMUDA & SOSIALISASINYA Oleh Ratna Novita Punggeti REMAJA, PEMUDA DAN PERMASALAHANNYA 1. Pengertian Remaja, Pemuda Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam macam harapan, terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan berbagai komunitas otomotif khususnya komunitas mobil

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan berbagai komunitas otomotif khususnya komunitas mobil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Kemunculan berbagai komunitas otomotif khususnya komunitas mobil merupakan suatu hal yang beberapa tahun belakangan ini sedang marak diperbincangkan di kota-kota

Lebih terperinci

YOUTH CENTER DI KUDUS Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

YOUTH CENTER DI KUDUS Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR YOUTH CENTER DI KUDUS Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa

BAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang tercatat telah mencapai 237,6 juta jiwa, dimana 26,67% atau 63,4 juta diantaranya merupakan penduduk usia remaja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, [terhubung berkala]. [3 April 2009]. 2

PENDAHULUAN. Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, [terhubung berkala].  [3 April 2009]. 2 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus suatu bangsa dan merupakan ujung tombak yang akan berperan dalam pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, suatu bangsa membutuhkan remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Yogyakarta dikenal luas sebagai kota pendidikan, budaya dan seni. Hal tersebut menjadi salah satu tujuan bagi para pelajar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. I.1. Batasan Pengertian Judul

PENDAHULUAN. I.1. Batasan Pengertian Judul 1 PENDAHULUAN I.1. Batasan Pengertian Judul Kid s (bhs.inggris) : 1. Anak, 2. Kanak-kanak Golongan usia antara -12 tahun 1. Dalam konteks pembahasan pelayanan difokuskan untuk usia 1-5 tahun. Corner (bhs.inggris)

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1.1.1. Kajian Umum Seni itu sangat luas cakupannya. Dilihat dari eranya ada seni klasik, ada juga seni kontemporer. Seni klasik yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN JUDUL I. Judul : Rumah Sakit Ibu dan Anak dengan Konsep Friendly Hospital II. Pengertian judul Rumah Sakit : - Suatu kompleks / rumah / ruangan yang digunakan untuk menampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2030 (Sumber : Bappenas, BPS, UNPF, 2013) November 2014, pukul 13.

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2030 (Sumber : Bappenas, BPS, UNPF, 2013) November 2014, pukul 13. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Bonus Demografi dan Dampaknya Bagi Masa Depan Indonesia Istilah demografi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai studi ilmiah mengenai kependudukan (Kominfo,

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN LANJUT USIA DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan semakin luas bidang aplikasinya. Dalam dunia modern ini, baru dalam meningkatkan interaksi atau komunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan semakin luas bidang aplikasinya. Dalam dunia modern ini, baru dalam meningkatkan interaksi atau komunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia teknologi yang sangat pesat pada saat ini, membuat komputer sebagai pengolah dan pemroses data yang dapat diandalkan semakin luas bidang aplikasinya.

Lebih terperinci

Individu, Keluarga dan Masyarakat

Individu, Keluarga dan Masyarakat Individu, Keluarga dan Masyarakat Pertumbuhan Individu Individu berasal dari kata latin, individiuum artinya yang tak terbagi Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kehidupan yang sempurna, tapi jika kenyataan berbeda dengan harapan, bukan berarti tak ada jalan kesempurnaan. Tuhan menciptakan manusia

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Kalimantan merupakan pulau yang sangat kaya ankan flora dan fauna, namun, flora dan fauna endemik yang sangat beragam dan unik yang terancam punah karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu individu yang dinamis namun sudah. cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu individu yang dinamis namun sudah. cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan suatu individu yang dinamis namun sudah cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan intelektual dan emosional para remaja saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.1.1 Judul Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual 1.1.2 Pemahaman Esensi Judul Ruang komunal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Art Development Center di Banda Aceh sudah menjadi hal yang penting untuk dibahas. Terutama saat Tsunami membumihanguskan berbagai fasilitas yang ada, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu bangsa. Dari sejarah kita dapat mengetahui dan mengenal seperti apa bangsa itu tumbuh dan berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa Yogyakarta membutuhkan Perpustakaan Umum yang sepadan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa Yogyakarta membutuhkan Perpustakaan Umum yang sepadan dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Yogyakarta sebagai salah satu sentra dunia pendidikan di Indonesia, memiliki begitu banyak lembaga pendidikan formal. Tidak kurang dari 4.500 sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang membentuk Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR JAMBI, Menimbang a b c bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap 187 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap individu, khususnya di kalangan pelajar sebagai generasi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Merdikanto (2003) mendefinisikan partisipatif sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Merdikanto (2003) mendefinisikan partisipatif sebagai. berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Terbentuknya kepribadian yang partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat sudah menjadi suatu keharusan khususnya dikalangan pemuda belakangan ini. Harapan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rekreasi dan hiburan merupakan aktivitas yang positif dan merupakan suatu kegiatan yang bisa menyegarkan tubuh dan pikiran, untuk bisa memulihkan semangat bagi tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Judul Studi Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat ialah Rumah Kreatif Anak Jalanan di Surakarta. Berikut dipaparkan uraian pengertian maupun definisi dari masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sumber daya manusia berhubungan dengan upaya peningkatan disemua lembaga pendidikan. Untuk itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur pada dunia pendidikan

Lebih terperinci

N OMOR 13 TAHUN 20 14

N OMOR 13 TAHUN 20 14 1 GUBERNUR J AMBI P E RATURAN GUBERNUR JAMBI N OMOR 13 TAHUN 20 14 TENTANG K OMISI DAERAH LANJUT USIA PROVINSI JAMBI D ENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA G UBERNUR JAMBI, Menimbang a. bahwa Komisi Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti saat ini segala bentuk persaingan terjadi disegala bidang yang mewarnai dalam dunia kerja. Untuk dapat bertahan seseorang harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Remaja (Youth)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Remaja (Youth) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Remaja (Youth) Gunarso (1981) berpendapat bahwa kelompok individu yang sedang dalam masa transisi, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak menuju kehidupan dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masalah kenakalan remaja merupakan salah satu bagian dari masalahmasalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Kenakalan remaja dapat dikategorikan sebagai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Informasi yang dibutuhkan manusia begitu banyak dan tidak dapat dipisahkan dari keseharian kehidupan. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak semua masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan

I. PENDAHULUAN. Perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan Indonesia, pemuda berperan aktif sebagai ujung tombak dalam mengantarkan bangsa dan negara Indonesia

Lebih terperinci

1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive

1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perpustakaan, Pelajar, dan Masyarakat Perpustakaan merupakan suatu tempat yang mempunyai fungsi mengumpulkan, menyimpan,dan memelihara koleksi pustaka apapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Peserta didik merupakan pewaris bangsa,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I.1.1. Perkembangan Pos di Dunia. Pada Tahun 1505 munculah sebuah rute pengantar pos pertama di Eropa dan pada abad ke-19 lahirlah sebuah Kantor Pos yang melayani

Lebih terperinci

Pusat Rekreasi dan Pengenalan Profesi bagi Anak di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Pusat Rekreasi dan Pengenalan Profesi bagi Anak di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PROYEK Yogyakarta merupakan kota yang menjadi tujuan wisata atau rekreasi dan juga merupakan kota pendidikan yang dituju oleh para pelajar dari seluruh Indonesia maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak Iman Priambodo I.0202054 BAB I PENDAHULUAN I.1 Pengertian Judul Arti kata Pengembangan

Lebih terperinci

GELANGGANG REMAJA DI YOGYAKARTA

GELANGGANG REMAJA DI YOGYAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GELANGGANG REMAJA DI YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : MUTHIA PURNAMA

Lebih terperinci

2015 PERANAN KARANG TARUNA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP MENTAL GENERASI MUDA

2015 PERANAN KARANG TARUNA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP MENTAL GENERASI MUDA A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Para pendiri negara Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah menetapkan cita-cita bangsa yang hendak dicapai. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai ciri dan adat kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai ciri dan adat kebiasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai ciri dan adat kebiasaan yang disebut dengan kebudayaan, yang merupakan hasil karya dan pengetahuan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. kontrol sosial yang terdiri dari faktor-faktor eksternal, kelekatan ayah-anak,

BAB VI PENUTUP. kontrol sosial yang terdiri dari faktor-faktor eksternal, kelekatan ayah-anak, BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Pertanyaan penelitian dalam disertasi ini adalah Apakah model kontrol sosial yang terdiri dari faktor-faktor eksternal, kelekatan ayah-anak, kelekatan ibu-anak, komitmen sekolah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan % dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan % dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terpadat penduduknya di dunia. Dimana jumlah penduduk secara keseluruhan ditinjau dari hasil sensus penduduk 2000, telah mencapai

Lebih terperinci

2016 PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN DENGAN METODE FAST (FATHONAH,AMANAH,SHIDDIQ,TABLIGH) DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEPEMIMPINAN PEMUDA

2016 PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN DENGAN METODE FAST (FATHONAH,AMANAH,SHIDDIQ,TABLIGH) DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEPEMIMPINAN PEMUDA A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk menjadikannya khalifah (pemimpin), sehingga manusia tidak akan lepas dari peranannya sebagai seorang pemimpin baik pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada permasalahan kelanjutan hidup. Permasalahan anak di rumah dan diluar

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada permasalahan kelanjutan hidup. Permasalahan anak di rumah dan diluar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan anak-anak muda Kristen di Kota Bandung saat ini sangat beragam. Mulai dari permasalahan dalam keluarga, sekolah, pertemanan, komunitas sampai pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO YOUTH CENTER KUDUS DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK TUGAS AKHIR PERIODE JANUARI JULI 2015

UNIVERSITAS DIPONEGORO YOUTH CENTER KUDUS DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK TUGAS AKHIR PERIODE JANUARI JULI 2015 UNIVERSITAS DIPONEGORO YOUTH CENTER KUDUS DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK TUGAS AKHIR PERIODE JANUARI JULI 2015 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana MUHAMMAD BUDI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

UKDW. UU Reepublik Indonesia no.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan

UKDW. UU Reepublik Indonesia no.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan PENDAHULUAN SKEMA PEMIKIRAN LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu kota pendidikan di Indonesia. Berbagai tingkat jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak kanakkanak hingga institusi Perguruan

Lebih terperinci

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. BAB III. ELABORASI TEMA

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. BAB III. ELABORASI TEMA BAB III. ELABORASI TEMA III.1 pengertian tema Tema : EDUKASI dan REKREASI III.1.1 Edukasi Edukatif atau edukasi atau pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pendidikan diartikan sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar

Lebih terperinci

Fasilitas Pembinaan Pemuda Remaja Gereja Kristen Indonesia di Surabaya

Fasilitas Pembinaan Pemuda Remaja Gereja Kristen Indonesia di Surabaya JURNAL edimensi ARSITEKTUR PETRA Vol. 1, No. 2, (2013) 233-240 233 Fasilitas Pembinaan Pemuda Remaja Gereja Kristen Indonesia di Surabaya Cynthia D. Hadiwijaya dan Christine W. Wiradinata, ST., MASD. Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Generasi muda merupakan genarasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era teknologi maju ini, olahraga semakin penting, supaya manusia tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat menggunakan teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses BAB 3 METODE PERANCANGAN Pada perancangan Malang Indie Culture Center sebagai wadah kreatifitas, apresiasi dan pengenalan komunitas indie ini metode perancangan berisi sebuah paparan deskriptif mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk multidimensi. Untuk menghasilkan manusia yang sempurna pembangunan harus meliputi semua bidang, pembangunan fisik, pembangunan olaraga,

Lebih terperinci

City Bike Center Velodrome & Area Komersial T.A.37 BAB I PENDAHULUAN

City Bike Center Velodrome & Area Komersial T.A.37 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bersepeda sekarang tidak hanya menjadi hobi, tapi sudah merupakan gaya hidup bagi sebagian masyarakat kota. Tingkat polusi, pemanasan global dan kemacetan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia diliputi dengan kesibukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia diliputi dengan kesibukan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia diliputi dengan kesibukan berbagai aktivitas. Hal ini terbilang wajar mengingat Jakarta merupakan pusat pemerintahan, pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang >< BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak dipisahkan dari negara Indonesia yang terkenal akan keanekaragamannya. Keanekaragaman ini menjadi unsur perekat kesatuan dan persatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009 BB I PENDHULUN 1.1. LTR BELKNG, sebagai suatu bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni kreativ, maka seni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat. Kehadiran seorang anak ditengah-tengah keluarga merupakan harapan dan dambaan. Isak tangis kehadirannya

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan rekreasi bagi pemustaka. Salah satu perpustakaan umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan rekreasi bagi pemustaka. Salah satu perpustakaan umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Salah satu fungsi perpustakaan adalah rekreasi, dengan adanya fungsi tersebut perpustakaan bukan hanya sebagai tempat untuk membaca buku

Lebih terperinci