Lukiyadi: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Memahami Tempat Jual Beli 42

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DALAM MENYAJIKAN DATA KE BENTUK GRAFIK MELALUI PENGGUNAAN METODE DISKUSI PADA PRODI BAHASA INGGRIS FKIP UNIRA PAMEKASAN

Oleh: Adrawi Zaini *)

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara efektif menurut Setiawan, dkk (2007: 111) adalah sebagai

DISUSUN OLEH: RAHMAT HIDAYAT NIM

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com

BAB I PENDAHULUAN. yang bagaimanakah yang paling tepat untuk anak-anak? Oleh karena struktur

Cara Melaksanakan. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KETERAMPILAN DASAR TUTORIAL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKN MELALUI PENGGUNAAN MULTI METODE PEMBELAJARAN DI KELAS VI SDN CEGUK II KECAMATAN TLANAKAN Oleh Mohammad Harijanto *)

KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETRAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN NO. 64 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

Keterampilan Dasar Memimpin dan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MATERI MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN METODE SIMULASI SOSIAL PADA SISWA KELAS V SDN LEBBEK II PAKONG PAMEKASAN

KETERAMPILAN GURU MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL DI SD NEGERI GAROT ACEH BESAR. Zulfanidar, Alfiati Syafrina, M. Yamin,

NICO SATYA YUNANDA A54F100019

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Soni

PENERAPAN METODE MOVING GROUPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII-H SMPN 1 BOYOLANGU. Oleh : Agus Sunaryo

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (dalam Udin S.Winataputra

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

DASAR-DASAR KOMUNIKASI DAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE DISKUSI DAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DI KELAS

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan

BAB II Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Siti Nurul Azimi, Edy Bambang Irawan Universitas Negeri Malang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

Konsep Dasar PKM. Bagian I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan belajar mengajar PAU-PPAI-UT 1

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

Keterampilan Dasar Mengajar (Generic Teaching Skill)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi suatu proses yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata kunci: RRB (Round Robin Brainstorming), Mind Mapping, Hasil belajar

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1


BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VA SDN 4 Metro Pusat. Kecamatan Metro Pusat Kota Metro.

PENERAPAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KOPERASI UNTUK MENGETAHUI KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS XII AK 3 DI SMK NEGERI 2 BLITAR

BAB IV HASIL PENELITIAN. Ada pun tahap-tahap yang dilakukan pada siklus I ini adalah sebagai berikut:

Transkripsi:

Lukiyadi: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Memahami Tempat Jual Beli 42 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Memahami Tempat Jual Beli Melalui Penggunaan Keterampilan Mengajar Membimbing Diskusi Kelompok Kecil di Kelas III SDN Bunder I Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Oleh Lukiyadi ABSTRAK Permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya peningkatan hasil belajar dalam memahami tempat jual beli melalui penggunaan keterampilan mengajar membimbing diskusi kelompok kecil di Kelas III SDN Bunder I Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Tujuannya adalah: Mendeskripsikan hasil belajar berupa nilai dalam memahami tempat jual beli siswa Kelas III SDN Bunder I, dan mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dalam memahami tempat jual beli di SDN Bunder I. Hasil yang dicapai adalah: penggunaan keterampilan mengajar diskusi kelompok kecil dalam hal memusatkan perhatian termasuk kategori muncul, dalam memperjelas masalah dan uraian pendapat termasuk kategori tidak muncul, menganalisis pandangan termasuk kategori muncul, peningkatan uraian termasuk kategori tidak muncul, penyebaran kesempatan berpartisipasi termasuk kategori tidak muncul, menutup diskusi termasuk kategori muncul. Peningkatan dari siklus satu ke siklus dua terlihat dalam hal memusatkan perhatian, memperjelas masalah dan uraian pendapat, menganalisis pandangan, meningkatkan uraian, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, semula tidak muncul, dalam hal menutup diskusi termasuk kategori muncul. Rata-rata hasil belajar siklus satu = 6,10, dan Rata-rata hasil belajar siklus dua = 7,00. Ada 20 siswa diantara 29 siswa pada siklus I berhasil dalam belajarnya. Ada 27 siswa diantara 29 siswa pada siklus II berhasil dalam belajarnya. Pada siklus satu sebanyak 9 siswa dari 29 siswa memperoleh nilai rendah. Pada siklus dua sebanyak 2 siswa diantara 29 siswa memperoleh nilai yang rendah. Saran yang diajukan adalah: bahwa dalam memusatkan perhatian hendaknya diarahkan pada pokok persoalan yang sedang didiskusikan. Dalam memperjelas masalah dan uraian pendapat hendaknya diarahkan pada materi esensial dari pokok persoalan yang sedang dibahas. Dalam menganalisis pandangan hendaknya diikuti dengan reinforcement atau penguatan tentang masalah yang sedang dibahas atau dipelajari. Hendaknya ditambah dengan bahan pengayaan. Dalam menyebarkan kesempatan berpartisipasi hendaknya diarahkan pada peserta yang jarang mengemukakan ide atau gagasan dan pendapat. Dalam menutup diskusi hendaknya diperkuat dengan kesimpulan.. PENDAHULUAN Jenis dan ranah tujuan pembelajaran menurut Udin S. Winataputra (2005:2.17) adalah sebagai berikut: Pertama Kognitif terdiri atas: (a) Pengetahuan, (b) Pemahaman, (c) Penerapan, (d) Analisis, (e) Sintesis, dan (f) Evaluasi. Kedua Afektif terdiri atas: (a) Penerimaan: peka,

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 43 menerima, (b) Partisipasi: turut serta dan kerelaan, (c) Penilaian dan penentuan sikap: menentukan sikap, (d) Organisasi: membentuk sistem nilai, dan (e) Pembentukan pola hidup: penghayatan dan pegangan hidup. Ketiga Psikomotor, terdiri atas: (a) Persepsi: kemampuan berpendapat (peka terhadap sesuatu), (b) Kesiapan: Kemampuan bersiap diri secara phisik, (c) Gerakan terbimbing: meniru contoh, (d) Gerakan terbiasa: berpegang pada pola, (e) Gerakan kompleks: Lincah, cepat, lancer, (f) Penyesuaian: Adaptasi, mengubah dan mengatur kembali, dan (g) Kreativitas: Menciptakan pola baru Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat kegiatan yang dilakukan guru yaitu mengajar. Menurut J.J. Hasibuan (2005:3) mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Selain itu terdapat kegiatan belajar, menurut Udin S. Winataputra (2005:2.3) belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman Atribut pokok adalah proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. Dilihat dari dimensi proses Udin S. Winataputra (2005:2.3) mengemukakan bahwa belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Demikian juga tentang hasil belajar menurut Djadja Badjuri (dalam Udin S. Winataputra, 2005:2.5) berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Peserta didik yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai dan sikap. Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar mengajar menurut J.J. Hasibuan (2005:3) mempunyai profil yang unik yang mengakibatkan tercapainya tujuan-tujuan belajar yang berbeda. Atas dasar pertimbangan pengaturan guru menurut Udin S. Winataputra (2005:2.30) dikenal jenis strategi belajar mengajar yaitu strategi belajar mengajar seorang guru dan strategi belajar mengajar pengajaran beregu. Strategi belajar mengajar seorang guru sudah biasa dilakukan di mana seorang guru mengajar sejumlah siswa dalam satu ruangan kelas. Penguasaan terhadap keterampilan dasar mengajar memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif. Menurut Udin S. Winataputra (2005:7.1) keterampilan dasar mengajar bersifat generik, yang berarti bahwa keterampilan dasar mengajar ini perlu dikuasai oleh semua guru. Dengan pemahaman dan penguasaan keterampilan dasar mengajar, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Menurut Udin S. Winataputra (2005:7.1) terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang dianggap menentukan keberhasilan pembelajaran. Keterampilan dasar mengajar yang dimaksud adalah sebagai berikut: (a) Keterampilan bertanya, (b) Keterampilan memberi penguatan, (c) Keterampilan mengadakan variasi, (d) Keterampilan menjelaskan, (e) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (f) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (g) Keterampilan mengelola kelas, dan (h)

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 44 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Di samping itu diharapkan mengetahui perbedaan individual sesuai dengan keadaan dari masingmasing peserta didik, sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terjadi suasana yang kondusif. Menurut J.J. Hasibuan (2005:88) sehari-hari dapat kita jumpai kehidupan kelas yang menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: (a) Aktivitas belajar mengajar bersifat klasikal, (b) Dengan berdiri di depan-tengah kelas, guru cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran, (c) Hubungan langsung antara guru dengan siswa sangat kecil, dan (d) Siswa cenderung untuk bertingkah laku pasif, yakni datang, dengar, baca, dan tulis. Kenyataan untuk sementara ini menunjukkan adanya indikasi yang teridentifikasi seperti berikut: 1. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil telah dilaksanakan guru dalam pembelajaran dalam memahami tempat jual beli di Kelas III Sekolah Dasar Negeri Bunder I Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan 2. Pada saat siswa berdiskusi ada sebagian siswa aktif dan menyelesaikan tugas-tugas diskusi dengan benar, dan setelah diberi tes akhir dalam memahami tempat jual beli hasil belajarnya lemah. 3. Pada saat siswa berdiskusi ada sebagian siswa kurang aktif dan tidak dapat menyelesaikan tugastugas diskusi dengan benar, dan setelah diberi tes akhir dalam memahami tempat jual beli hasil belajarnya baik. Atas dasar itulah maka timbul permasalahan disekitar pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana upaya peningkatan hasil belajar dalam memahami tempat jual beli melalui penggunaan keterampilan mengajar membimbing diskusi kelompok kecil di Kelas III Sekolah Dasar Negeri Bunder I Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Tujuan yang ingin dicapai adalah: (1) Mendeskripsikan hasil belajar berupa nilai dalam memahami tempat jual beli siswa Kelas III SDN Bunder I Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan, dan (2) Mendeskripsikan langkahlangkah penggunaan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dalam memahami tempat jual beli di SDN Bunder I Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Sedangkan manfaatnya adalah sebagai berikut: Bagi guru dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya dari satu siklus ke siklus berikutnya. Membuat guru lebih percaya diri untuk mengadakan refleksi terkait dengan perbaikan pembelajaran dari satu siklus ke siklus berikutnya. Selain itu guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Bagi pembelajaran atau siswa sebagai peserta didik adalah meningkatkan hasil belajar khususnya dalam dalam memahami tempat jual beli. Sikap kritis menjadi model bagi siswa untuk menyikapi kinerjanya yakni secara individual dapat menjadi peneliti bagi hasil belajarnya.

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 45 Bagi institusi mempunyai kesempatan untuk berkembang pesat atas persetujuan Kepala Sekolah dan atau atasan yang berwenang seperti halnya Pengawas TK/SD. Pengelolaan kegiatan sekolah secara keseluruhan khususnya dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah, karena guru perlu merencanakan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran Perbaikan proses dan hasil belajar, dan kondusifnya iklim pendidikan di sekolah. Dan dapat dijadikan bahan pustaka bagi peningkatan mutu lulusan atau mutu pembelajaran dalam setiap tingkatan kelas di SDN Bunder I Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. KAJIAN PUSTAKA Menurut J.J. Hasibuan (2005:88) sehari-hari dapat dijumpai kehidupan kelas yang menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: (a) Aktivitas belajar mengajar bersifat klasikal, (b) Dengan berdiri di depan-tengah kelas, guru cenderung mendominasi kegiatan dalam proses belajar mengajar, (c) Hubungan langsung antara guru dengan siswa sangat kecil, dan (d) Siswa cenderung untuk bertingkah laku pasif, yakni datang, dengar, baca, dan tulis. Agar proses musyawarah dan mufakat dapat berlangsung secara efektif diharapkan mampu menghasilkan keputusan yang bermanfaat, maka anggota-anggota musyawarah haruslah memiliki keterampilan bermusyawarah. Dari hal tersebut maka peranan guru menurut J.J. Hasibuan (2005:77) adalah: (a) Organisator kegiatan belajar mengajar, (b) Sumber informasi bagi siswa, (c) Pendorong bagi siswa untuk belajar, (d) Orang yang mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (d) Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa, (e) Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Untuk menguasai keterampilan berdiskusi diperlukan latihan secara sistematis karena keterampilan ini tidak dibawa sejak lahir. Oleh karena itu, guru diharapkan memberikan keterampilan kepada siswa untuk berlatih menguasai keterampilan ini dengan keterlibatan langsung dalam berbagai diskusi kelompok. Alasan pentingnya diskusi kelompok di dalam kelas berkaitan dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif yang menuntut keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan perkataan lain, dominasi guru di dalam kelas haruslah dikurangi sehingga tersedia kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi kelompok. Melalui diskusi kelompok diharapkan dapat berpikir secara lebih kritis serta mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan baik. Sebenarnya, tidak semua pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok kecil peserta didik dapat disebut sebagai diskusi. Agar dapat disebut sebagai diskusi kelompok kecil Udin S. Winataputra (2005:8.14) ada syarat-syarat berikut harus dipenuhi: (a) Melihat kelompok, yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang., (b) Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal, artinya semua anggota

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 46 kelompok berkesempatan saling melihat, mendengar, serta berkomunikasi secara bebas dan langsung, (c) Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya, (d) Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan kelompok. Diskusi kelompok kecil Menurut J.J. Hasibuan adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah. Agar guru dapat membimbing diskusi kelompok secara efektif, ada beberapa komponen keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru. Komponen tersebut menurut Udin S. Winataputra (2005:8.15) adalah sebagai berikut: (1) Memusatkan perhatian, (2) Memperjelas masalah dan uraian pendapat, (3) Menganalisis pandangan, (4) Meningkatkan uraian, (5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (6) Menutup diskusi Komponen tersebut diurutkan sesuai dengan kemunculannya dalam proses diskusi. Namun perlu dicatat bahwa setiap komponen keterampilan diperlukan pada setiap saat selama diskusi berlangsung. Ini berarti bahwa semua komponen tersebut harus dikuasai oleh guru secara utuh. a. Memusatkan Perhatian. Kegiatan memusatkan perhatian harus dilakukan guru sejak awal sampai akhir diskusi agar siswa tidak menyimpang dari topik yang dibahas/tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan memusatkan perhatian menurut Udin S. Winataputra (2005:8.16) dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut: (1) Merumuskan tujuan pada awal diskusi, disertai dengan mengemukakan tujuan yang ingin dicapai atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab melalui kegiatan diskusi, (2) Menyatakan dengan tegas masalah-masalah khusus yang sedang dibahas, dan menyatakannya kembali bila tejadi penyimpangan, (3) Menandai terjadinya perubahan yang tidak relevan yang dapat membawa diskusi ke arah yang menyimpang. Bila hal ini terjadi, guru hendaknya segera menghentikan penyimpangan tersebut dengan cara yang halus agar tidak menyinggung perasaan siswa. Misalnya dengan memberikan komentar yang membuat siswa menghentikan pembicaraan yang menyimpang atau mengajukan pertanyaan yang menyadarkan siswa akan terjadinya penyimpangan, (4) Membuat rangkuman tentang pembahasan yang disepakati pada tahap-tahap tertentu, sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Hal ini sangat penting untuk menyadarkan siswa akan hasil yang telah dicapai sehingga dapat menentukan target yang belum dicapai. Rangkuman dapat dibuat dengan berbagai cara berikut: (a) Mengakui gagasan siswa dengan cara mengulang bagian penting yang diucapkannya, (2) Bila gagasan siswa perlu dimodifikasi, diadakan modifikasi dengan cara

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 47 menguraikan kembali, (3) Gagasan siswa digunakan sebagai modal untuk mencapai kesimpulan atau beralih ke tahap berikutnya, (4) Membandingkan gagasan siswa dengan gagasan yang telah dikemukakan sebelumnya, dan (5) Merangkum hal-hal yang telah dibahas baik oleh perorangan, maupun kelompok. b. Memperjelas Masalah atau Uraian Pendapat.. Dalam suatu diskusi sering terjadi perdebatan sengit disebabkan oleh kurang jelasnya gagasan atu ide yang dikemukakan oleh anggota. Untuk itu guru sebagai pembimbing diskusi berkewajiban memperjelas pendapat yang diajukan oleh siswa, sehingga salah pengertian tidak terjadi. Tujuan utama memperjelas pendapat siswa menurut Udin S. Winataputra (2005:8.15) adalah agar semua anggota kelompok mempunyai persepsi atau gambaran yang sama terhadap gagasan yang diajukan. Memperjelas pendapat dapat dilakukan dengan: (1) Menguraikan atau merangkum gagasan yang dikemukakan sehingga menjadi lebih jelas; (2) Meminta komentar siswa tentag gagasan yang diajukan dengan mengajukan pernyataan; atau (3) Memberi informasi tambahan dan atau contoh yang dapat memperjelas gagasan yang diajukan. c. Mengalisis Pandangan. Dalam keadaan satu diskusi sengit karena terjadi perbedaan pendapat yang cukup tajam di antara para peserta diskusi, pemimpin diskusi hendaknya mencoba mengatasi situasi ini agar para anggota kelompok dapat berpartisipasi secara konstruktif dan kreatif. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan menganalisis pandangan peserta diskusi/siswa yang dapat dilakukan dengan a) Menganalisis pandangan siswa, dengan cara meminta siswa memberi alasan dan dasar pandangan yang diajukannya, dan (b) Memperjelas atau menguraikan inti gagasan siswa hal-hal yang sudah disepakati dan yang belum disepakati. d. Meningkatkan Uraian. Salah satu manfaat yang dapat dipetik dari diskusi adalah melatih siswa untuk berpikir kritis dan berpartisipasi secara aktif. Agar tujuan ini dapat tercapai, dalam arti bahwa uraian yang diberikan siswa lebih meningkat kualitasnya, guru sebagai pembimbing diskusi harus mampu mendorong siswa mempertajam uraian pendapatnya. Cara yang dapat ditempuh guru dalam mempertajam atau menyempurnakan uraian siswa antara lain sebagai berikut: (1) Mengajukan pertanyaanpertanyaan kunci yang mampu menantang siswa untuk berpikir, (2) Memberikan contoh-contoh pada saat yang tepat. Contoh dapat berbentuk verbal maupun non-verbal, (3) Mengajukan pertanyaan yang mengundang banyak pendapat atau jawaban, (4) Memberi waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu oleh komentar-komentar yang dapat mengurangi konsentrasi

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 48 siswa, (5) Memberikan dukungan terhadap uraian yang dikemukakan siswa dengan cara: (a) Mendengarkan dengan penuh perhatian, (b) Memberikan komentar yang positif, serta (c) Menunjukkan sikap yang bersahabat. Dengan cara-cara di atas, siswa diharapkan mendorong meningkatkan uraiannya karena merasa tertantang ataupun mendapat perhatian dari guru pada saat pembelajaran berlangsung. e. Menyebarkan Kesempatan Berpartisipasi. Pada saat diskusi kadangkala terjadi pembicaraan yang dimonopoli anggota tertentu sehingga selama diskusi berlangsung hanya beberapa orang yang aktif, sedangkan anggota lain hanya diam mendengarkan. Keadaan seperti ini juga mungkin terjadi di dalam kelas, diskusi didominasi oleh guru atau atau siswa tertentu sehingga siswa lain hanya berperan sebagai penonton. Jika situasi seperti ini terjadi, tentu kesimpulan yang didapat tidak dapat dikatakan milik atau hasil kelompok karena hanya dihasilkan oleh anggota tertentu. Oleh karena itu, guru sebagai pemimpin diskusi perlu berusaha mendorong dan menyebarkan kesempatan berpartisipasi sehingga setiap anggota kelompok mempunyai peran dalam menghasilkan keputusan atau kesimpulan. Hal ini akan lebih mudah dilakukan guru jika jumlah anggota kelompok tidak terlampau besar. Berbagai cara dapat ditempuh guru untuk menyebarkan kesempatan berpartisipasi dengan cara: (a) Memancing uraian siswa yang enggan berpartisipasi dengan cara menunjukkan pertanyaan secara halus kepada siswa tersebut, (b) Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan cara memberi giliran lebih dahulu kepada siswa yang jarang berbicara. Dengan cara ini, pembicaraan dapat didengarkan oleh semua anggota dan anggota yang jarang berbicara mendapat kesempatan untuk berpartisipasi. Dalam kaitan ini, guru harus tanggap terhadap terjadinya pembicaraan serentak yang mungkin disebabkan oleh semangat yang tinggi, sikap agresif, atau keinginan menonjol, (c) Mencegah secara bijaksana terjadinya monopoli oleh siswa tertentu. Dalam hal ini, guru harus berhati-hati sehingga murid tidak merasa tersinggung atau menarik diri, (d) Mendorong terjadinya interaksi antarsiswa dengan cara meminta siswa mengomentari pendapat temannya, (e) Meminta persetujuan siswa untuk melanjutkan diskusi dengan bertitik tolak dari salah satu pendapat jika diskusi menemui jalan buntu, atau mengambil jalan tengah. f. Menutup Diskusi. Keterampilan terakhir yang harus dimiliki guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil adalah menutup diskusi. Keterampilan ini perlu dimiliki oleh pemimpin diskusi/guru karena sering sekali terjadi diskusi berakhir tanpa hasil yang jelas. Untuk menutup diskusi, guru dapat melakukan

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 49 paling tidak tiga hal, yaitu: (a) Membuat rangkuman. Rangkuman sebaiknya merupakan hasil bersama, sehingga peran guru dalam hal ini adalah menuntun siswa dalam menghasilkan rangkuman, (b) Mengemukakan tindak lanjut. Guru dapat juga memberikan gambaran/bayangan tentang tindak lanjut dari diskusi ini. Misalnya : mungkin diperlakukan pembagian tugas untuk melaksanakan hasil diskusi, diperlukan pertemuan lebih lanjut tindakan yang perlu segera diambil, menetukan yang akan dibahas pada diskusi yang akan datang, (c) Menilai proses dan hasil diskusi. Pada akhir diskusi, para siswa dapat diajak menilai jalannya diskusi, hasil yang dicapai, dan tingkat partisipasi pada diskusi tersebut. Penilaian dapat dilakukan dengan observasi (yang dilakukan oleh satu orang anggota kelompok atau siswa lain), memberikan skala sikap, atau wawancara langsung dengan siswa. Hasil penilaian dapat digunakan meningkatkan proses diskusi yang akan datang. Dengan menerapkan keenam keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil seperti di atas, secara tepat waktu dan bermakna. Agar keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dapat diterapkan secara efektif, guru harus memperhatikan prinsip penggunaan diskusi, baik sebelum, maupun sesudah berlangsungnya diskusi. Prinsip-prinsip penggunaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Diskusi dapat dilaksanakan dalam semua pengajaran bidang studi di jenjang kelas yang siswanya sudah mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan. 2. Topik atau masalah yang didiskusikan haruslah topik/masalah yang memerlukan informasi/pendapat dari banyak orang untuk membahasnya atau memecahkannya. Di samping itu, topik diskusi haruslah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik siswa, serta bermanfaat dan bermakna bagi peningkatan kemampuan berpikir, dan cara pemecahan masalah. 3. Diskusi kelompok di Sekolah Dasar masih memerlukan bantuan guru untuk membimbingnya. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat memodelkan fungsi pimpinan diskusi kelompok, sehingga secara berangsur-angsur siswa dapat memimpin diskusi. 4. Diskusi harus berlangsung dalam iklim terbuka yang penuh persahabatan, sehingga memungkinkan terjadinya sikap saling menghargai. 5. Sebelum diskusi, guru hendaknya membuat perencanaan dan persiapan yang mencakup hal-hal berikut: (a) Pemilihan topik diskusi, (b) Perencanaan dan penyiapan informasi pendahuluan yang memungkinkan siswa mempunyai latar belakang yang sama terhadap topik diskusi. Informasi ini dapat berupa artikel, film singkat, observasi, atau wawancara. Sesuai dengan namanya informasi pendahuluan

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 50 disajikan atau dicari/dilakukan sebelum diskusi berlangsung, (c) Penyiapan diri sebagai pemimpin diskusi, yaitu siap sebagai sumber informasi, motivasi ataupun pelaksanaan fungsi yang lain, (d) Penetapan kelompok beserta anggota-anggotanya, (e) Pengaturan tempat duduk beserta tempat diskusi setiap kelompok. Hasil belajar menurut Djadja Badjuri (dalam Udin S. Winataputra, 2005:2.5) berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Pesertadidik yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah perubahan yangdihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), di mana proses mental dan emosional terjadi. Selanjutnya, Djadja Badjuri (dalam Udin S. Winataputra, 2005:2.6) mengemukakan bahwa belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisi8k maupun lingkungan sosial. Menurut Mulyani Sumantri (1998/1999) hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Menurut Nana Sudjana (2005:22) hasil balajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa ia menerima pengalaman belajar. Bentuk-bentuk hasil belajar siswa Sekolah Dasar dapat berupa kebiasaan, keterampilan, himpunan tanggapan, hafalan, kemapuan menganalisis, dan sikap serta rujukan nilai. Menurut Peter (dalam Udin S. Winataputra, 2005:2.6) proses dan hasil belajar siswa bergantung pada kompetensi guru dan keterampilan mengajarnya. Menurut pendapat Taba (dalam Udin S. Winataputra, 2005:2.6) bahwa keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik guru dan siswa, bahan pelajaran dan aspek lain yang berkenaan dengan situasi pembelajaran Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: a. Kompetensi Dasar b. Penguasaan kompetensi oleh guru c. Keterampilan guru dalam mengajar d. Karakteristik guru dan siswa e. Bahan pelajaran f. Situasi dan kondisi pembelajaran Tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor dalam diri peserta didik, dan faktor eksternal yakni faktor yang berasal dari luar diri peserta didik. Menurut Nana Sudjana (1989:8) hasil interaksi berupa perubahan tingkah laku dapat bermakna sesuai dengan hakikat belajar sebagai suatu proses. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Subjek Penelitian berkaitan dengan Lokasi penelitian yaitu di SDN Bunder I Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Deskripsi per siklus. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, kegiatan awal memiliki jatah waktu 5 menit, dimulai dengan membuka pelajaran dengan salam, menciptakan suasana

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 51 kelas yang kondusif, menyiapkan alat pelajaran dan alat peraga, menginformasikan tujuan yang ingin dicapai dan materi yang akan dibahas serta langkah-langkah kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa, memotivasi siswa yaitu melakukan apersepsi melalui proses tanya jawab materi pelajaran sebelumnya tentang jual beli. Kegiatan inti memiliki jatah waktu 25 menit, dengan rincian kegiatan sebagai berikut: (a) Dimulai dengan ceramah berupa penjelasan tentang cara dalam mengidentifikasi jenis sudut, dilanjutkan dengan tanya jawab tentang cara dalam mengidentifikasi jenis sudut, dan siswa mengerjakan tugas untuk menghitung cara-cara dalam mengidentifikasi jenis sudut pada lembaran kerja siswa. Kegiatan akhir. Kegiatan akhir memiliki jatah waktu 5 menit, dengan rincian kegiatan sebagai berikut: (a) Memberikan reinforcement/penguatan terhadap tugas-tugas yang dikerjakan siswa pada saat mengerjakan lembaran kerja, (b) Melaksanakan tes akhir, yang mencakup semua materi yang disajikan sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah dirumuskan, (c) Siswa diberi tugas pekerjaan rumah dalam mengidentifikasi jenis sudut, dan (d) Menutup pelajaran dengan bersamasama membaca hamdalah dan diakhiri dengan salam penutup. Pada saat pengamatan peneliti menggunakan instrumen observasi seperti berikut: TABEL I: HASIL OBSERVASI SIKLUS I PENGGUNAAN KETERAMPILAN MENGAJAR DISKUSI KELOMPOK KECIL DI KELAS III SDNBUNDER I KECAMATAN PADEMAWU PAMEKASAN No Aspek yang diobservasi Hasil Muncul 1 Memusatkan perhatian V 2 Memperjelas masalah dan uraian pendapat Tidak 3 Menganalisis pandangan V 4 Meningkatkan uraian V 5 Menyebarkan kesempatan berpartisipasi V 6 Menutup diskusi V Dari hasil pengamatan di atas maka: 1. Dalam hal memusatkan perhatian termasuk kategori muncul 2. Dalam hal memperjelas masalah dan uraian pendapat termasuk kategori tidak muncul 3. Dalam hal menganalisis pandangan termasuk kategori muncul 4. Dalam hal meningkatkan uraian termasuk kategori tidak muncul 5. Dalam hal menyebarkan kesempatan berpartisipasi termasuk kategori tidak muncul 6. Dalam hal menutup diskusi termasuk kategori muncul Sedangkan hasil observasi pada siklus dua dapat diperhatikan pada tabel berikut: TABEL II: HASIL OBSERVASI SIKLUS II PENGGUNAAN KETERAMPILAN MENGAJAR DISKUSI KELOMPOK KECIL DI KELAS III SD N BUNDER I KECAMATAN PADEMAWU PAMEKASAN No Aspek yang diobservasi Hasil Pengamatan Muncul Tidak 1 Memusatkan perhatian V 2 Memperjelas masalah dan V uraian pendapat 3 Menganalisis pandangan V 4 Meningkatkan uraian V 5 Menyebarkan kesempatan V berpartisipasi 6 Menutup diskusi V Dari tabel di atas maka terjadi peningkatan dari siklus satu ke siklus V

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 52 dua seperti terhadap pada penjabaran berikut: 1. Dalam hal memusatkan perhatian termasuk kategori muncul 2. Dalam hal memperjelas masalah dan uraian pendapat termasuk kategori muncul, semula cukup 3. Dalam hal menganalisis pandangan termasuk kategori muncul 4. Dalam hal meningkatkan uraian termasuk kategori muncul, semula cukup 5. Dalam hal menyebarkan kesempatan berpartisipasi termasuk kategori muncul, semula cukup 6. Dalam hal menutup diskusi termasuk kategori muncul. Hasil tes akhir mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam memahami tempat jual beli siklus satu dapat diperhatikan pada tabel berikut: TABEL III: HASIL TES AKHIR SIKLUS I KELAS IV SDN BUNDER I KECAMATAN PADEMAWU PAMEKASAN No. Res. Hasil Tes 1 7 2 5 3 5 4 8 5 7 6 6 7 8 8 7 9 5 10 6 11 6 12 6 13 5 14 7 15 5 16 7 17 5 18 6 19 6 20 7 21 6 22 5 23 6 24 5 25 5 26 6 27 6 28 6 29 6 177 Dari data tersebut maka ratarata hasil belajar pada siklus satu adalah sebagai berikut: X M = = = 6,10 N Hasil tes akhir mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam memahami tempat jual beli siklus dua dapat diperhatikan pada tabel berikut: TABEL IV: HASIL TES AKHIR SIKLUS II KELAS IV SDN BUNDER I KECAMATAN PADEMAWU PAMEKASAN No. Res. Hasil Tes 1 7 2 7 3 8 4 8 5 7 6 6 7 8 8 7 9 5 10 7 11 8

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 53 12 6 13 7 14 7 15 7 16 7 17 5 18 8 19 9 20 7 21 6 22 6 23 8 24 7 25 6 26 7 27 7 28 8 29 7 203 Dari data tersebut maka ratarata hasil belajar pada siklus dua adalah: X M = = 7,00 N = 7,00 Keberhasilan adalah ada 20 siswa diantara 29 siswa pada siklus satu berhasil dalam belajarnya, dan ada 27 siswa diantara 29 siswa pada siklus dua berhasil dalam belajarnya. Kegagalannya adalah pada siklus satu sebanyak 9 siswa dari 29 siswa memperoleh nilai rendah. Dan Pada siklus dua sebanyak 2 siswa diantara 29 siswa memperoleh nilai yang rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data tentang rencana perbaikan pembelajaran siklus satu dan siklus dua, hasil pembahasan dan hasil tes atau hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengamatan tentang penggunaan keterampilan mengajar diskusi kelompok kecil dalam hal memusatkan perhatian termasuk kategori muncul, dalam hal memperjelas masalah dan uraian pendapat termasuk kategori tidak muncul, dalam hal menganalisis pandangan termasuk kategori muncul, dalam hal meningkatkan uraian termasuk kategori tidak muncul, dalam hal menyebarkan kesempatan berpartisipasi termasuk kategori tidak muncul, dalam hal menutup diskusi termasuk kategori muncul. 2. Peningkatan dari siklus satu ke siklus dua terlihat dalam hal memusatkan perhatian termasuk kategori muncul, dalam hal memperjelas masalah dan uraian pendapat termasuk kategori muncul, semula tidak muncul, Dalam hal menganalisis pandangan termasuk dalam kategori muncul, Dalam hal meningkatkan uraian termasuk kategori muncul, semula tidak muncul, dalam hal menyebarkan kesempatan berpartisipasi termasuk kategori muncul, semula tidak muncul, dalam hal menutup diskusi termasuk kategori muncul. 3. Rata-rata hasil belajar siklus satu = 6,10, dan Rata-rata hasil belajar siklus dua = 7,00. 4. Ada 20 siswa diantara 29 siswa pada siklus I berhasil dalam belajarnya. 5. Ada 27 siswa diantara 29 siswa pada siklus II berhasil dalam belajarnya.

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 54 6. Pada siklus satu sebanyak 9 siswa dari 29 siswa memperoleh nilai rendah. 7. Pada siklus dua sebanyak 2 siswa diantara 29 siswa memperoleh nilai yang rendah. Saran yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Dalam memusatkan perhatian hendaknya peserta didik benarbenar diarahkan pada pokok persoalan yang sedang didiskusikan. 2. Dalam memperjelas masalah dan uraian pendapat hendaknya diarahkan pada materi esensial dari pokok persoalan yang sedang dibahas 3. Dalam menganalisis pandangan hendaknya diikuti dengan reinforcement atau penguatan tentang masalah yang sedang dibahas atau dipelajari 4. Dalam meningkatkan uraian hendaknya ditambah dan diperkuat dengan bahan pengayaan 5. Dalam menyebarkan kesempatan berpartisipasi hendaknya diarahkan pada peserta diskusi yang jarang dalam mengemukakan ide atau gagasan dan pendapat sehingga peserta didik yang jarang mengemukakan pendapat juga mempunyai peluang yang sama 6. Dalam menutup diskusi hendaknya diperkuat dengan kesimpulan dan jika memungkinkan dilengkapi dengan tindak lanjut dari pelaksanaan diskusi. DAFTAR PUSTAKA Abin Syamsudin dan Budiman Nandang. (2005). Profesi Keguruan 2. Jakarta: Universitas Terbuka. Andayani dkk. (2007) Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta:Universitas Terbuka. Arief Sadiman. 2005. Media Pendidikan. Jakarta:Rajawali Asmawi Zainul dan Agus Mulyana. (2005). Tes dan Asesmen di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Budiwati Yulia, dkk. (2003). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004. Jakarta:Depdiknas. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1996). Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas III tahun 1996, Jakarta. Denny Setiawan, dkk. (2005). Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Hadiyanto Umaedi. dan Siswantari. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka. H. Dinn Wayudin. (2004). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Herrhyanto, Nar dan Hamid, HM. Akib. (2005). Statistika

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Tahun 8 Nomor 18 Juni 2012 55 Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka. I. G. A. K. Wardani. (2004). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. J.J. Hasibuan, dan Moedjiono. (2004). Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remadja Rosdakarya. Udin S. Winata Putra (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Uniersitas Terbuka. Udin S Winatraputra, dkk. (2005). Materi dan Pembelajaran IPS. SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Mohammad Ali. (1992). Konsep dan Penerapan CBSA dalam Pengajaran. Bandung:Sarana Pancakarya. Mikarsa, Hera Lestari. Taufk, Agus dan Priyanto, Puji Lestari. (2005). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Mulyani Sumantri, dan Syaodih, Nana. (2005). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. Nana Sudjana. (1996). CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Oemar Hamalik. (1991). Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung:Sinar Baru Suciati dkk. (2005). Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka. Suprayekti dkk. (2005). Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.