Pengaruh Gangguan pada Perubahan Prioritas dan Indeks Konsistensi Matriks Perbandingan Berpasangan dalam Analytical Hierarchy Process

dokumen-dokumen yang mirip
VEKTOR PRIORITAS DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DENGAN METODE NILAI EIGEN

BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an

APLIKASI METODE NILAI EIGEN DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MEMILIH TEMPAT KERJA

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

METODE MENENTUKAN PRIORITAS DALAM ANALYTIC HIERARCHY PROCESS MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PROYEK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peningkatan Rasio Konsistensi pada Metode AHP Menggunakan Relasi Preferensi Fuzzy

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

Bab II Analytic Hierarchy Process

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

APLIKASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN SISWA TELADAN

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

BAB 3 METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. PERSETUJUAN SKRIPSI... ii. PENGESAHANDEWAN PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

MancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

BAB III ANP DAN TOPSIS

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Al-Muhajirin Cibeurih

PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY

Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP

ANALISIS KONSISTENSI MATRIKS KEPUTUSAN : SUATU PERBANDINGAN NUMERIK. Farikhin Departemen Matematika FSM UNDIP

BAB II LANDASAN TEORI. negara, atau instansi. Sedangkan transportasi adalah pengangkutan atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi

Pengertian Metode AHP

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

Cynthia Hayat 1) Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

PENERAPAN MULTIMETODE BERBASIS MATRIKS PADA SELEKSI PENERIMAAN CALON ASISTEN LABOR.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Model. Representasi sistem atau masalah berdasarkan model dapat dilakukan dengan berbagai macam tingkat abstraksi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

Analytical hierarchy Process

III. METODE PENELITIAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

IV. PEMBOBOTAN PARAMETER DAN PENENTUAN KEPUTUSAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PENJUALAN MOBIL MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.

Analytic Hierarchy Process (AHP)

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

JURNAL LENTERA ICT Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

Transkripsi:

Pengaruh Gangguan pada Perubahan Prioritas Indeks Konsistensi atriks Perbandingan Berpasangan dalam Analytical Hierarchy Process Hanni Garminia, oh Hafiyusholeh Pudji Astuti Fakultas atematika Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Bandung e-mail:garminia@mathitbacid Diterima 30 September 00, diterima untuk dipublikasikan 8 November 00 Abstract A pairwise comparison matri (PC) is a matri arising in Analytical Hierarchy Process (AHP) The application of the AHP as a decision problem tool gives rise to pairwise comparison matrices (PC) In this work we investigate sufficient conditions on the disturbance which results in reversal of the rank order of the decision alternatives while the PC remains consistent Keywords: Pairwise comparison matri, Principal eigenvalue and eigenvector, Consistency inde, Ratio inde, Consistency ratio Abstrak atriks perbandingan berpasangan adalah matriks positif, resiprokal simetri yang muncul pada pengkajian pengambilan keputusan memanfaatkan Analytical Hierarchy Process Tulisan ini membahas sifat-sifat atriks perbandingan berpasangan terganggu Khususnya membahas syarat perlu cukup pada gangguan yang menyebabkan terjadinya perubahan dominasi dari alternatif pilihan Selain itu dibahas pula syarat cukup pada gangguan agar matriks perbandingan berpasangan masih dipang konsisten menurut kriteria Saaty Kata Kunci: atriks perbandingan berpasangan, Nilai karakteristik vektor karakteristik utama, Indeks konsistensi, Indeks rasio, Rasio konsistensi Pendahuluan Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas Saaty (980) merupakan suatu metode pembuat keputusan yang melibatkan banyak kriteria Dasar pemikiran dari metode AHP adalah memecah-mecah permasalahan yang kompleks tidak terstruktur menjadi sejumlah bagian-bagian yang sederhana lebih terstruktur, dalam bentuk tingkatan(hirarki) Dengan demikian, penyelesaiannya dapat dilakukan secara bertahap untuk masing-masing tingkatan Komponen utama dalam AHP adalah matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison matri, PC) yang merupakan matriks positif, resiprokal simetri Dalam AHP, nilai karakteristik terbesar dari PC beserta vektor karakteristik positif yang terkait dimanfaatkan untuk mengidentifikasi urutan prioritas berbagai alternatif keputusan, kriteria subkriteria yang seg ditelaah serta untuk menentukan indeks konsistensi dari penyelesaian yang dikembangkan Berbagai telaahan terkait sifat metode penaksiran nilai karakteristik terbesar beserta vektor karakteristik positif terkait suatu PC telah banyak dikembangkan, diantaranya oleh Gass Rapcsak (004) etode vektor karakteristik yang dikembangkan oleh Saaty (980) menyarankan agar vektor prioritas dari alternatif yang ditelaah sebagai vektor positif yang meminimumkan jarak, terhadap suatu norm, matriks PC matriks rasio yang dibentuk oleh vektor positif Untuk hal serupa, Chu (998) mengusulkan metode kuadrat terkecil (the east-squares method, S) kemudian diperumum menjadi metode kuadrat terkecil bobot (the Weighted east-squares method, WS) Di sisi lain, Gass and Rapcsák (004) mengusulkan pemanfaatan dekomposisi nilai singular untuk menaksirkan vektor prioritas Sehubungan hal tersebut, Astuti Garnadi (009) telah memanfaatkan struktur pemetaan linier untuk mendapatkan bentuk eksplisit vektor karakteristik positif PC terganggu di suatu baris Dalam tulisan ini, hasil tersebut akan ditelaah dimanfaatkan lebih lanjut untuk melihat pengaruh gangguan pada terjadinya perubahan prioritas alternatif serta indeks konsistensi Sifat-sifat PC terganggu isalkan R menyatakan lapangan bilangan real Suatu matriks A = (a ij ) berukuran n n komponen di R disebut transitif jika berlaku a ij = a ik a kj untuk semua semua i, j, k =,,, n Suatu matriks A = (a ij ) berukuran n n komponen di R-{0} disebut resipokal simetri (symmetrically reciprocal, SR) jika a ij a ji = untuk i j a ii = untuk semua i, j =,,, n udah ditunjukkan bahwa sebarang matriks tak nol transitif adalah SR 43

44 JURNA ATEATIKA DAN SAINS, DESEBER 00, VO 5 NOOR 3 Segkan kondisi sebaliknya tidak selalu terpenuhi atriks SR akan menjadi matriks transitif jika hanya jika matriks tersebut memiliki rank satu, seperti yang diketengahkan oleh Farkas (007) Gass Rapcsak (004) atriks SR yang positif disebut matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison matri, PC) Dalam AHP, matriks PC digunakan untuk merepresentasikan perbandingan prioritas pasangan alternatif kriteria, subkriteria, pun keputusan yang seg dibahas Khusunya komponen ke-ij dari suatu matriks PC, sebut A = (a ij ), menyatakan rasio relatif dominasi alternatif ke-i atas alternatif ke-j terhadap suatu kriteria tertentu Berdasarkan Teorema Perron, dalam Horn Johnson (985), matriks positif selalu memiliki nilai karakteristik terbesar bernilai positif yang merupakan nilai karakteristik sederhana, serta terdapat vektor karakteristik positif yang terkait nilai karakteristik tersebut Saaty (980) memanfaatkan nilai karakteristik terbesar tersebut untuk mengukur kekonsistenan matriks PC Unit vektor, terhadap norm-, vektor karakteristik yang positif sebagai vektor bobot prioritas dari semua alternatif yang direpresentasikan Penjelasan hal di atas untuk masalah yang ideal adalah sebagai berikut Untuk permasalahan yang ideal n alternatif keputusan, akan diperoleh PC berukuran n n yang transitif rank satu biasanya disebut PC khusus atriks tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk A c = uv T = n n n O n n n untuk suatu u = ( ), v = ( n ), n,,, n bilangan real positif Untuk kasus ini, vektor karakteristik yang merupakan vektor bobot vektor prioritas adalah vektor c - u sebut c = n- = 0 - u Komponen ke- dari vektor c - u, c menyatakan bobot dari alternative keputusan ke- jumlah bobot semua alternatif keputusan adalah satu PC khusus memiliki nilai karakteristik maksimal n Sebagai representasi masalah ideal hal tersebut dikatakan memiliki indeks konsistensi nol Pada kenyataannya, masalah pengambilan keputusan mengandung pangan pertimbangan yang subjektif sehingga menghasilkan PC yang tidak transitif, biasanya disebut PC terganggu isalkan A = (a ij ) menyatakan PC suatu masalah pengambilan keputusan n alternatif Artinya A merupakan matriks SR yang positif Berdasarkan Teorema Perron, matriks tersebut memiliki nilai karakteristik maksimal yang bernilai positif, bersifat sederhana, terkait suatu vektor karakteristik yang positif isalkan λ merupakan nilai karakteristik maksimal dari A u menyatakan unit vektor karakteristik bernilai positif (terhadap norm-) yang terkait nilai karakteristik λ Diperoleh bahwa λ n λ = n jika hanya jika A adalah PC transitif Untuk AHP, Satty mengusulkan bahwa komponen ke- dari vektor u merepresentasikan bobot alternatif keputusan ke- dari vektor u merepresentasikan prioritas alternatif keputusan ke- Indeks konsistensi dari matriks PC tersebut didefinisikan sebagai: λ n CI = n Rasio konsistensi didefinisikan sebagai CI CR = menyatakan indeks rasio yang merupakan nilai rata-rata indeks konsistensi yang telah diperoleh secara random seperti yang ditunjukkan pada Tabel ebih lanjut, pengambilan keputusan dipang masih konsisten jika rasio konsistensi tidak lebih dari 0% Tabel Indeks Rasio () N 3 4 5 6 7 8 9 0 0 0 058 090 4 3 4 45 49 5 Penjelasan tentang rumusan bobot alternatif maupun rasio konsistensi telah diketengahkan oleh Saaty (980) Tulisan ini akan menganalisis pengaruh gangguan pada matriks PC khusus yang menyebabkan perubahan dominasi alternatif keputusan serta pengaruh gangguan yang masih menjaga rasio konsistensi PC tidak melebihi 0% Gangguan yang menyebabkan perubahan dominasi alternatif berarti gangguan yang menyebabkan terjadinya perubahan keputusan yang diambil PC yang ditelaah dibatasi pada PC yang terganggu secara sederhana PC yang terganggu di baris pertama dapat direpresentasikan dalam bentuk A = δ δ n δ n δ n δ n O n δ n n n i, δ i bilangan real positif terdapat i < j n sehingga δ i δ j PC terganggu pada baris lainnya dapat ditransformasikan dalam bentuk A menggunakan matriks permutasi tertentu PC

Garminia dkk, Pengaruh Gangguan pada Perubahan Prioritas Indeks Konsistensi atriks 45 terganggu sederhana dapat direpresntasikan dalam bentuk A δ i =, i Terkait PC terganggu A, Farkas (007) serta Astuti Garnadi (009) telah memperoleh fakta-fakta berikut: Ruang R n dapat didekomposisi sebagai jumlah langsung dari dua buah subruang A-invarian sehingga R n = Im(A) Ker(A) Sukubanyak karakteristik PC terganggu A n 3 adalah p( λ ) = λ ( λ ( λ n) + b( n ) ac) a = n = ( δ ), b = n = ( δ ) n ( ), c = ( ) δ δ = Dengan demikian nilai karakteristik terbesar dari PC terganggu A adalah akar real dari suku banyak p( λ ) = λ ( λ n) + b( n ) ac) 3 isalkan r adalah akar real dari suku banyak p (λ)yang merupakan nilai karakteristik terbesar dari PC A Diperoleh vektor karakteristik positif terkait nilai karakteristik r tersebut adalah: w = ( r( r n) c) r+ c e + u + (+ r n) r+ c 0 e = 0, u = =, v 0 n n v 0 ) δ ( δ ( ) δ n () Fakta-fakta di atas akan dimanfaatkan untuk memperoleh hasil yang akan dibahas pada pasal selanjutnya 3 Perubahan Prioritas Seperti yang telah disampaikan pada sesi sebelumnya, pembahasan pada telaahan ini dibatasi untuk PC terganggu sederhana Pada sesi ini, PC terganggu sederhana dituliskan dalam bentuk: A δ = O n n n n n δ n g () i, δ bilangan real positif Dalam hal ini PC A g dapat dipang berasal dari PC khusus A c yang terganggu oleh δ Pada sesi ini akan ditelaah pengaruh δ terhadap perubahan bobot alternatif PC yang menyebabkan perubahan prioritas dari alternatif yang ditelaah Farkas (007) juga membahas perubahan prioritas Walaupun demikian, pada pembahasan pada sesi ini, akan ditunjukkan kondisi yang eksplisit pada δ yang menyebabkan terjadinya perubahan prioritas Sehubungan gangguan δ yang terkait alternatif ke- ke-, perubahan prioritas yang akan diperhatikan adalah alternatif ke- ke- Dengan tidak membatasi jumlah bobot untuk semua alternatif adalah, untuk PC khusus A c, diperoleh bobot untuk alternatif ke- ke- masing-masing adalah Di sisi lain untuk PC terganggu sederhana A g, diperoleh vektor karakteristik untuk nilai karakteristik terbesar r adalah vektor w dalam persamaan () Dengan demikian, bobot untuk alternatif ke- ke- adalah komponen ke- ke- dari vektor w, yaitu r( ) w = + r + c w = r ( n ) + δ r + c Dengan demikian gangguan δ menyebabkan terjadinya perubahan prioritas alternatif jika w < w untuk hubungan bobot PC Khususnya > sebaliknya Dengan demikian diperoleh teorema berikut Theorem 3 isalkan A g adalah PC terganggu seperti pada persamaan () Pembalikan dominasi alternatif ke- ke- terjadi ketika komponen ke- komponen ke- dari PC terganggu jika hanya jika ketaksamaan berikut terpenuhi: < δ < r( + ) n untuk < > δ > r ( + ) n untuk > Bukti isalkan w = ( w w w3 wn ) adalah vektor karakteristik utama dari A u = ( u u u3 un) adalah vektor karakteristik utama dari A g Dapat dipilih w = ; w = ; r( ) u = + r + c ;

46 JURNA ATEATIKA DAN SAINS, DESEBER 00, VO 5 NOOR 3 r ( n ) u = + δ r + c Jika <, akibatnya w < w Untuk kasus δ < diperoleh u < u, artinya tidak terjadi perubahan prioritas Untuk kasus δ >, diperoleh r ( ) r ( n ) + < + r + c δ r + c Akibatnya, δ < r( + ) n Jika >, akibatnya w > w Untuk kasus δ > diperoleh u > u, artinya tidak terjadi perubahan prioritas Untuk kasus δ <, cara yang serupa diperoleh r ( n ) r( ) + < + δ r + c r + c Akibatnya, δ > r( + ) n 4 Rasio Konsistensi Pada sesi ini akan diketengahkan syarat bagi δ agar matriks A g konsisten, yaitu nilai rasio konsistensinya tidak lebih dari 0, Rasio konsistensi terkait nilai karakteristik terbesar dari PC atriks A g tidak lain merupakan hal khusus dari A Karena itu PC terganggu sederhana A g, nilai karakteristik terbesarnya adalah akar real dari suku banyak p ( λ ) = λ ( λ n) ( n ) Q Q = δ + δ Grafik suku banyak p (t) seperti ditunjukkan pada Gambar, menunjukkan bahwa suku banyak p (t) hanya memiliki satu akar real Dengan memanfaatkan turunan dari p (t) diperoleh r > n untuk δ Selanjutnya, batas atas dari nilai karakteristik terbesar r dapat diperoleh dari titik perpotongan garis singgung grafik di titik (n, p (n)) sumbu- Jadi nilai karakteristik terbesar PC memenuhi ketaksamaan ( n ) Q n < r < n + n sehingga diperoleh ( n ) Q 0 < CI < n ( n ) Gambar Grafik y = ( n) ( n ) Q ( n ) Q CR < n ( n ) Untuk menjamin agar keputusan yang ditetapkan bersifat konsisten, rasio konsistensi harus kurang dari sama 0% Dengan demikian jika dibatasi Q < 0, n, gangguan δ masih menyebabkan rasio konsistensi dibatasi oleh 0, Dengan demikian diperoleh teorema berikut Theorem 4 PC terganggu sederhana A g pada persamaan () merupakan PC konsisten (rasio inkonsistensinya tidak lebih dari 0,) jika δ memenuhi ketaksamaan + 0n n (04 + 00n ) δ + 0n + n (04 + 00n ) δ Bukti isalkan r adalah nilai karakteristik terbesar dari A g Perhatikan bahwa CI = n n 0 < CI < ( δ ) n ( n ) δ Karena CI CR = diperoleh ( δ ) CI n ( ) δ < δ n ( n ) δ n

Garminia dkk, Pengaruh Gangguan pada Perubahan Prioritas Indeks Konsistensi atriks 47 Agar A g bersifat konsisten, rasio konsistensi harus kurang dari sama 0%, hal ini akan dicapai jika δ memenuhi ketaksamaan δ + = ( δ ) 0n δ δ Akibatnya δ ( + 0n ) δ + 0 Dengan demikian jika δ memenuhi ketaksamaan + 0n n (04 + 00n ) δ + 0n + n (04 + 00n ) δ maka PC A g konsisten Catatan: Tampak bahwa selang gangguan δ yang masih menghasilkan PC konsisten bergantung pada ukuran matriks, yaitu n, tidak dipengaruhi oleh komponen PC khusus yang terganggu Dari teorema di atas, diperoleh batas bawah batas atas δ untuk beberapa ukuran matrik yang disajikan dalam Tabel berikut Tabel Selang gangguan yang masih diijinkan 5 Penutup Dalam uraian di atas telah diperoleh syarat perlu cukup pada gangguan yang menghasilkan PC terganggu sederhana sehingga menghasilkan perubahan dominasi pada vektor prioritas Telah ditunjukkan pula bahwa selang gangguan yang tetap menjaga kekonsistenan PC hanya tergantung pada ukuran matriksnya Ucapan Terima Kasih Penelitian ini diai oleh Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia melalui Hibah Fundamental DIKTI Tahun 009 Daftar Pustaka Astuti, P and A D Garnadi, 009, On Eigenvalues and Eigenvectors of Perturbed, ITB Journal of Science, 4A:, 69-77 Chu, T, 998, On the Optimal Consistent Approimation to Pairwise Comparison atrices, inear Algebra and Its Applications, 7, 55-68 Farkas, A, 007, The Analysis of the Principal Eigenvector of Pairwise Comparison atrices, Acta Polytechnica Hungarica, 4() Gass, S I and T Rapcsák, 004, Singular Value Decomposition in AHP, European Journal of Operational Research, 54, 573-584 Horn, R A and C R Johnson, 985, atri Analysis, Cambridge University Press, Cambridge Saaty, T, 980, The Analytical Hierarchy Process, cgraw-hill, New York