PROPELAN DAN TEKNOLOGI PEMBUATANNYA

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES PRODUKSI PROPELAN RX 550 MENUJU TERWUJUDNYA ROKET PENGORBIT SATELIT (RPS)

IGNITER ROKET LAPAN. Heru Supriyatno Peneliti Bidang Propelan, LAPAN

POTENSI PABRIKASI PROPELAN HOMOGEN DI INDONESIA

RANCANG BANGUN ROKET LAPAN DAN KINERJANYA

UPAYA KEMANDIRIAN AMMONIUM PERKHLORAT DALAM RANGKA MENUNJANG ROKET PELUNCUR SATELIT

BAB II LANDASAN TEORI

KEMAJUAN UJI TERBANG ROKET JUNI 2007

Diterima 31 Mei 2016; Direvisi 21 Juni 2016; Disetujui 24 Juni 2016 ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI

RASIO UREA-METANOL DALAM PROSES METANOLISIS UREA SECARA VISUAL

Diterima 27 Mei 2015; Direvisi 20 Oktober 2015; Disetujui 30 Oktober 2015 ABSTRACT

H_43. PENINGKATAN Isp PROPELAN DENGAN PENGGUNAAN MATERIAL BARU DAN ADITIF

EVALUASI KINERJA SAMBUNGAN PROPELAN PADA MOTOR ROKET RX 550 [EVALUATION OF THE PROPELLANT JOINT PERFORMANCE IN ROCKET MOTOR RX 550]

SISTEM PIROTEKNIK PADA ROKET

PERANCANGAN IGNITER UNTUK MOTOR ROKET PADAT RX 420/4000 Sukandi Nasir Rohlll Peneliti Pusat Teknologi Wahana Dirgantara, LAPAN

KAJIAN TENTANG RANCANGAN MOTOR ROKET RX100 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAYA DORONG OPTIMAL

Peninjauan... (Luthfia Hajar Abdillah dan Retno Ardianingsih)

RANCANG BANGUN SISTEM PENAHAN PANAS PADA MOTOR ROKET CIGARETTE BURNING

PENENTUAN GAYA HAMBAT UDARA PADA PELUNCURAN ROKET DENGAN SUDUT ELEVASI 65º

MEMPELAJARI REAKSI DEKOMPOSISI TERMAL BAHAN EKSPLOSIF SEBAGAI DASAR PEMAHAMAN REAKSI TERMOLISIS TOLUEN DIKARBAMAT

LAPORAN KUNJUNGAN KE PT DAHANA TASIKMALAYA, 29 MARET 2012

PRODUKSI AMONIUM PERKLORAT (NH 4 ClO 4 ) SEBAGAI SIMBOL KEMAJUAN TEKNOLOGI ROKET DAN RUDAL

PENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320

EVALUASI UNJUK KERJA SISTEM PROPULSI MOTOR ROKET RX-150/1200 DENGAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK PRODUK LAPAN

PERANCANGAN ROKET PADAT BERPROPELAN KNO 3 C 6 H 12 O 6

Pengaruh Bentuk dan Kemurnian... (Kendra Hartaya et al.)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN

BERITA RESMI PATEN SEDERHANA SERI-A

BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN. 17 Ibnu Maulana Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena

ASPEK-ASPEK TERKAIT DALAM MENYIAPKAN UJI STATIK MOTOR ROKET BAHAN BAKAR CAIR PADA TAHAP AWAL

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

ANALISA AKUSTIK UJI STATIS MOTOR ROKET MENGGUNAKAN ALGORITMA FFT

PENELITIAN LAJU KENAIKAN VISKOSITAS DENGANIMPELLER BALING BALING DAN JANGKAR DALAM PENGEMBANGAN KOMPOSISI BINDER PROPELAN

Wiwiek Utami Dewi Perekayasa Bidang Propelan, Pusat Teknologi Roket, Lapan ABSTRACK

ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

PERANCANGAN SISTEM PROPULSI FFAR DENGAN NOSEL TUNGGAL

Kendra Hartaya 1, Luthfia Hajar Abdillah, Retno Ardianingsih Peneliti Bidang Teknologi Propelan, Pusat Teknologi Roket, LAPAN ABSTRACT

REDUKSI SEBAGAI METODE PROSES SINTESA TOLUEN DIAMIN MENGGANTIKAN HIDROGENASI

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pembuatan Nitroselulosa dari Kapas (Gossypium Sp.) dan Kapuk (Ceiba Pentandra) Melalui Reaksi Nitrasi

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

ASPAL BUTON (ASBUTON) SEBAGAI BAHAN BAKAR ROKET PADAT

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

Prarancangan Pabrik Isooktan dari Diisobutene dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

Diterima 22 Maret 2016; Direvisi 11 Mei 2016; 2015; Disetujui 17 Juni 2016 ABSTRACT

SQUIB SEBAGAI SUMBU PENYALA LISTRIK

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik,

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan.

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN SISTEM MUATAN VIDEO SURVEILLANCE & TELEMETRI RUM-70. Kata Kunci : rancang bangun, video surveillance, telemetri, roket.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

ANALISIS NOSEL BAHAN TUNGSTEN DIAMETER 200 mm HASIL PROSES PEMBENTUKAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2015 dengan tempat

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Temperatur Terhadap Penetrasi Aspal Pertamina Dan Aspal Shell

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

PENGARUH JUMLAH KATALISATOR, WAKTU REAKSI, DAN WAKTU ALIR GAS BITADIEN TERHADAP PEMBENTUKAN HYDROXYL TERMINATED POLYBUTADIENE (HTPB)

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

PENGARUH LINGKUNGAN PADA TEKNOLOGI WAHANA ANTARIKSA

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT

Uji Coba Peluncuran Motor Roket Tahun 2000

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh modifikasi diameter venturi dan pemasangan turbo cyclone terhadap daya mesin pada sepeda motor FIZR 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PEMBUATAN TOLUENDIAMIN SEBAGAI SALAH SATU TAHAP PEMBENTUK KOMPONEN TOLUENDIISOSIANAT

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan untuk proses pencampuran biodiesel dan minyak

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

SKRIPSI VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BAHAN BAKAR BATUBARA DAN JERAMI PADI PADA TEKNOLOGI CO-GASIFIKASI FLUIDIZED BED TERHADAP GAS HASIL GASIFIKASI

BAB 3 PERALATAN DAN PROSEDUR PENELITIAN

Transkripsi:

Berita Dirgantara Vol. 15 No. 2 Desember 2014:50-57 PROPELAN DAN TEKNOLOGI PEMBUATANNYA Arip Susanto *)1, Luthfia Hajar Abdillah **) *) Mahasiswa STT Adi Sucipto, Yogyakarta, **) Peneliti Pustekroket, Lapan 1e-mail: aripas@rocketmail.com RINGKASAN Propelan roket dibedakan menjadi dua jenis sesuai dengan misinya yaitu propelan padat dan propelan cair. Propelan padat komposit merupakan propelan yang banyak digunakan dengan bahan penyusun berupa oxidizer, fuel, binder dan curing agent. Proses pembuatannya berurutan mulai dari persiapan bahan, proses coating, spraying, mixing, casting, curing, decoring, uji kualitas, assembly hingga uji statik. Parameter utama yang digunakan untuk mengukur kinerja propelan padat komposit adalah impuls spesifik. Untuk mendapatkan impuls spesifik yang tinggi adalah dengan penggunaan kandungan solid content yang lebih tinggi, khususnya penggunaan fuel yang lebih banyak karena fuel yang berfungsi sebagai bahan bakar lebih berperan dalam peningkatan energi propelan dibandingkan dengan oxidizer. 1 PENDAHULUAN Propelan adalah material yang jika dibakar menghasilkan molekul gas dalam jumlah besar dan temperatur yang sangat tinggi selama pembakaran berlangsung. Material ini mempunyai energi besar, dan dapat meledak sehingga banyak digunakan untuk senjata api, bahan peledak dan roket. Pada teknologi antariksa, propelan digunakan sebagai bahan bakar dan salah satu sistem propulsi dari wahana antariksa. Dalam penerapannya, propelan lebih banyak digunakan dan dikenal pada teknologi roket, untuk keperluan militer yang membawa hulu ledak maupun roket pendorong satelit. Secara umum pada proses pembakaran diperlukan api, bahan bakar dan oksigen. Keberadaan propelan memberikan solusi akan kebutuhan sumber energi yang mampu digunakan pada ruang hampa udara karena tidak membutuhkan oksigen. Kebutuhan oksigen sebagai salah satu komponen pembakaran digantikan dengan oxidizer. Teknologi propelan merupakan salah satu teknologi tinggi dan hanya beberapa institusi yang diberikan ijin oleh pemerintah dalam melakukan penelitian dan 50 pengembangannya, misalnya LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). Melalui publikasi ini, penulis ingin memaparkan secara persuasif dan memperkenalkan kepada masyarakat secara umum mengenai propelan dan teknologi pembuatannnya. 2 PROPELAN ROKET Propelan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu propelan padat dan propelan cair (Sutton,2001). Propelan padat adalah propelan yang berbentuk padat atau propelan non fluida. Kelebihan propelan jenis ini adalah lebih mudah untuk disimpan, dan kekurangannya adalah unthrotlelable atau besar kecilnya thrust yang dihasilkan tidak mampu diatur, dan memiliki impuls spesifik lebih kecil dibanding propelan cair. Propelan cair atau propelan fluida adalah propelan berbentuk cair, perkembangan terakhir propelan ini banyak digunakan pada roket-roket terbaru. Keunggulan propelan cair adalah thrust yang dihasilkan dapat diatur atau throttleable dan memiliki impuls spesifik relatif besar. Beberapa kekurangan antara lain biaya produksi yang cukup mahal, resiko peledakan

Propelan dan... (Arip Susanto dan Luthfia Hajar Abdillah ) saat proses pembuatan dan cara penyimpanan yang lebih sulit. Propelan cair mengandung beberapa komposisi antara lain oxidizer dan fuel. Propelan roket cair pada hakekatnya sama seperti bahan bakar pesawat terbang, namun kebutuhan oksigen dipenuhi dari oxidizer sendiri yang dibawa dalam bentuk cair (Sutton, 2001). Pada propelan roket cair, dalam aplikasinya memiliki banyak jenis baik oxidizer maupun fuel-nya, seperti hidrogen cair (H 2), oksigen cair (O 2), avtur (C 12-C 14), hydrazine (N 2H 2), UDMH, metana (CH 4), flourine cair (F 2), nitrogen tetraoksida (NO 4), dan lainlain. Propelan jenis ini merupakan propelan terbaru pada generasi teknologi propelan, meskipun dalam penggunaan sejak awal propelan padat memang terlebih dahulu telah ditemukan dan digunakan sebelum propelan cair (Mattingly, 2006). Propelan padat memiliki komposisi yang berbeda-beda sesuai dengan penggunaannya dan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain single base,double base, triple base, komposit, komposit yang dimodifikasi double base (Sutton, 2001). Bahan pembuatan propelan padat komposit terdiri dari bahan padatan dan bahan cair antara lain fuel, oxidizer, binder, plasticizer, curing agent, dan additive. Yang termasuk dalam bahan padatan adalah fuel, oxidizer dan additive. Fuel pada propelan padat komposit antara lain Alumunium (Al), Beryllium (Be), Zirconium (Zr). Oxidizer adalah senyawa atau unsur yang mengoksidasi fuel ketika proses pembakaran terjadi, contohnya ammonium perklorat (NH 4ClO 4), ammonium nitrat, potassium perklorat, potassium nitrat, ammonium dinitramine, dan lain-lain. Additive adalah unsur atau senyawa yang dicampurkan pada komposisi propelan yang biasanya bersifat sebagai katalis pada setiap reaksi (Sutton, 2001). Yang termasuk dalam bahan cair adalah binder, plasticizer, dan curing agent. Binder adalah senyawa atau unsur yang digunakan sebagai pengikat seluruh komposisi yang ada pada propelan, contohnya Hidroxyterminated polybutadiene (HTPB), Carboxyl-terminated polybutadiene (CTPB), Polybutadiene acrylonitrile acrylic acid (PBAN), Polybutadiene acrylic acid (PBAA). Sedangkan plasticizer adalah senyawa atau unsur yang memberikan efek plastis pada propelan, contohnya Dioctyladipate (DOA), Dioctyl phthalate (DOP), Dioctylsebacate (DOS), Dimethyl phthalate (DMP), Isodecylpelargonate (IDP). Curing agent adalah senyawa atau unsur yang berfungsi untuk mematangkan propelan agar propelan mengeras, contohnya Isophorone diisocyanate (IPDI),Toluene-2,4- diisocyanate (TDI), Methyl aziridinyl phosphine oxide (MAPO),Hexamethylene diisocyanide (HMDI), Dimeryl diisocyanate (DDI),Trimethylol propane (TMP), Trimesoyl- 1 (2-ethyl)-aziridine (BITA) (Sutton, 2001). Parameter yang bisa digunakan untuk menentukan performa propelan (menghitung thrust yang dihasilkan) adalah laju bakar atau burning rate dan impuls spesifik (Isp). Laju bakar adalah panjang propelan yang terbakar per satuan waktu yang memiliki dimensi L/T (Mattingly, 2006) sedangkan impuls spesifik adalah gaya per laju aliran masa propelan dikali dengan gravitasi, dan memiliki dimensi T (Sutton, 2001). Setiap propelan padat memiliki impuls spesifik berbeda-beda, tergantung dari jenis, komposisi, dan grain yang digunakan. Propelan padat didesain dengan konfigurasi grain yang berbedabeda. Setiap konfigurasi grain pada propelan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat ditunjukkan dalam bentuk grafik gaya dan waktu. Luasan grafik tersebut adalah Isp. Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai propelan khususnya 51

Berita Dirgantara Vol. 15 No. 2 Desember 2014:50-57 jenis padat komposit yang dilakukan oleh LAPAN. Pembahasan yang dipaparkan mengenai jenis peralatan, bahan-bahan apa saja yang digunakan, dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan. Gambar 2-1: Beberapa Grain Propelan Padat (Mattingly, 2006) 3 METODE Pembuatan propelan terdiri dari beberapa langkah kerja mulai dari tahap persiapan alat dan bahan sampai dengan tahap pengujian statik. Pertamatama dilakukan persiapan alat dan bahan, beberapa contoh alat dan bahan yang digunakan ditampilkan dalam Gambar 3-1,,(c). Persiapan alat dan bahan dilakukan pertama kali saat memulai proses pembuatan propelan padat komposit. Alat yang digunakan antara lain mixer berkapasitas 5 liter dengan sistem batch, vacuum casting, oven, tabung cetakan, mandril dan alat pendukung lainnya. Bahan yang digunakan antara lain fuel, oxidizer, binder, plasticizer, curing agent, bonding agent, dan aditif. Selanjutnya dilakukan proses coating yaitu proses pelapisan tabung cetakan menggunakan plat alumunium sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3-2 dan. (c) Gambar 3-1: Vacuum casting; Mixer kap.5 liter; (c) Bahan Oksidator 52 Gambar 3-2: Tabung cetakan sebelum dilapis; Tabung cetakan setelah dilapis

Propelan dan... (Arip Susanto dan Luthfia Hajar Abdillah ) Tabung cetakan yang telah dilapis plat aluminium disemprot dengan release agent, begitu juga mandril yang akan digunakan. Proses ini disebut proses spraying yang bertujuan untuk mempermudah proses pelepasan propelan dari cetakan dan pelepasan mandril dari propelan. Proses ini ditampilkan pada Gambar 3-3 dan. dilakukan juga pengukuran viskositas adonan propelan sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3-4 dan. Setelah semua bahan diaduk dalam mixer, proses selanjutnya adalah proses casting yaitu proses pencetakan adonan propelan hasil dari proses mixing ke dalam tabung cetakan yang diletakkan di dalam vacuum casting chamber. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 3-5 dan. Gambar 3-3: Penyemprotan tabung cetakan; Penyemprotan mandril Setelah tabung cetakan dan mandril siap digunakan, maka selanjutnya dilakukan proses pembuatan propelan yaitu dengan proses mixing. Proses mixing adalah proses pencampuran bahan-bahan yang akan digunakan sebagai komposisi propelan, baik berupa cairan maupun padatan. Gambar 3-5: Tabung cetakan dalam vacuum casting chamber; Proses casting Pengkondisian vakum pada casting chamber bertujuan untuk menghilangkan udara yang kemungkinan terjebak di dalam propelan yang dapat menyebabkan propelan menjadi keropos atau porous. Setelah propelan dicetak dalam tabung, selanjutnya dilakukan proses curing yaitu proses pematangan propelan. Propelan yang telah dicetak dimasukkan ke dalam oven pada suhu 60ºC selama beberapa hari agar propelan mengeras. Pengovenan propelan dapat dilihat pada Gambar 3-6. Gambar 3-4: Pemasukan bahan; Pengukuran viskositas adonan propelan Pada proses ini, seluruh komposisi bahan propelan dicampur secara merata dengan mixer pada beberapa tahap pencampuran yang dilakukan pada suhu dan waktu tertentu. Setiap tahap pemasukan bahan ke dalam mixer Gambar 3-6: Proses pematangan propelan dalam oven 53

Berita Dirgantara Vol. 15 No. 2 Desember 2014:50-57 Proses selanjutnya adalah decoring yaitu proses pencabutan mandril dari propelan sehingga diperoleh propelan dengan bentuk grain yang diinginkan. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan hidrolik maupun secara manual sebagaimana Gambar 3-7. Gambar 3-7: Pencabutan mandril dari propelan Propelan yang sudah dilepas dari mandril selanjutnya dilakukan proses pengukuran dan pengujian kualitas propelan. Proses pengukuran sifat propelan terdiri dari pengukuran viskositas dan kekerasan seperti pada Gambar 3-8 dan. Sedangkan proses pengujian kualitas propelan meliputi pengujiian balistik (laju bakar) dan mekanik (elastisitas) seperti pada Gambar 3-8(c) dan (d). Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viskometer yang hasilnya dinyatakan dalam satuan poise. Pengukuran kekerasan dilakukan menggunakan durometer shore A pada beberapa titik dari silinder propelan kemudian dirata-rata. Pengujian balistik dilakukan dengan cara mengukur besarnya laju bakar propelan. Laju bakar diukur dalam satuan panjang per waktu. Laju bakar digunakan untuk menentukan besarnya thrust yang dihasilkan propelan. Pengujian mekanik dilakukan untuk mengetahui tingkat keuletan propelan berdasarkan nilai kuat tarik dan elongasinya. Selain itu propelan juga diuji menggunakan x-ray untuk melihat adanya porous atau tidak pada bagian dalam propelan yang tidak bisa terlihat dari luar. Proses selanjutnya adalah assembly atau proses perakitan propelan ke dalam motor roket. Setelah hasil dari pengujian kualitas propelan dinyatakan baik, maka propelan dirakit ke dalam motor roket dan diberi liner, insulator, dan inhibitor sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3-9 dan. Setelah proses assembly selesai, roket dipasang igniter sebagai penyala mula saat akan dilakukan uji statik. (c) (d) Gambar 3-8: Pengukuran viskositas akhir adonan propelan; Pengukuran kekerasan propelan; (c) Pengujian laju bakar propelan; (d) Pengujian elastisitas propelan 54 Gambar 3-9: Propelan setelah diberi liner; Motor roket siap di uji statik

Propelan dan... (Arip Susanto dan Luthfia Hajar Abdillah ) Motor roket yang telah siap selanjutnya akan dilakukan proses pengujian statik. Proses uji statik adalah proses pengujian dengan menyalakan roket secara statis atau diam. Pada proses ini, roket dinyalakan untuk diamati karakteristik secara visual dan diukur nilai impuls spesifik (Isp)nya. Proses pengujian dapat dilihat pada Gambar 3-10 dan. Gambar 3-10: Motor roket terpasang pada load cell; Proses pengujian statik Secara umum, proses pembuatan propelan hingga proses pengujian dapat dilihat pada Gambar 3-11. 4 PEMBAHASAN Penelitian propelan berujung pada tercapainya kinerja propelan yang maksimal, dalam hal ini pencapaian impuls spesifik (Isp) maksimal yang diharapkan. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam pencapaian target tersebut, diantaranya karakteristik propelan, misal kekerasan, viskositas, densitas, laju bakar, elongasi, dan kuat tariknya. Selain karakteristik tersebut, proses perangkaian propelan ke dalam motor roket juga bisa mempengaruhi performa dari propelan. Karena itulah setiap langkah perlu dilakukan dengan teliti. Sebagaimana disebutkan dalam literatur (Sutton, 2001), propelan yang dibuat di lab. komposisi dasar adalah propelan skala K-round (propelan dengan dimensi berupa diameter dalam, diameter luar dan panjang berturutturut sebesar 26 mm, 59 mm dan 200 mm) yang menggunakan ammonium perklorat (AP) sebagai oxidizer, aluminium (Al) sebagai fuel, HTPB sebagai binder dan TDI sebagai curing agent. Pada proses pembuatan propelan umumnya digunakan dua atau tiga macam ukuran AP yaitu ukuran 400, 200, dan 100 mikron. Sedangkan Al hanya satu ukuran saja yaitu 30 mikron. AP dan Al merupakan komponen padat yang memiliki peran yang lebih berarti atau signifikan dalam hal peningkatan nilai Isp dibandingkan dengan komponen cair (HTPB dan TDI). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang pernah dilakukan yang ditampilkan dalam Tabel 4-1. Gambar 3-11: Diagram Alir Proses dan Pengujian Propelan Tabel 4-1: NILAI Isp PROPELAN PADA BEBERAPA PERSENTASE SC DAN LC No. Kode % % % % Propelan Oxidizer Fuel SC LC Isp (s) 1. 12-P1 75 7.5 82.5 17.5 199.49 2. 12-S1 77.5 7.5 85 15 204.85 3. 12-Y1 72.5 12.5 85 15 214.90 55

Berita Dirgantara Vol. 15 No. 2 Desember 2014:50-57 Dari Tabel 4-1 dapat dilihat bahwa dengan dilakukannya penambahan persentase solid content (SC) terjadi peningkatan nilai Isp. Penambahan persentase SC pada propelan no. 2 dilakukan dengan penambahan persentase oxidizer sedangkan persentase fuel dibuat tetap. Oxidizer berfungsi sebagai penyuplai oksigen dalam reaksi pembakaran propelan. Dengan ditambahnya persentase oxidizer maka suplai oksigen menjadi lebih banyak, sehingga pembakaran fuel pada propelan lebih maksimal untuk menghasilkan energi yang lebih tinggi. Dengan energi yang lebih tinggi maka Isp yang dihasilkan juga semakin tinggi. Sedangkan propelan no. 3 dilakukan penambahan jumlah fuel dan pengurangan jumlah oxidizer. Hasil Isp yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan propelan no. 2. Hal ini berarti fuel yang berfungsi sebagai bahan bakar lebih berperan dalam peningkatan energi propelan dibandingkan dengan oxidizer. Berikut ditampilkan kenaikan Isp yang bisa dicapai seiring dengan kenaikan persentase fuel (William, 1989). Gambar 4-1: Pengaruh kandungan fuel (Al) terhadap beberapa parameter Pada Gambar 4-1 terlihat pengaruh penambahan persentase Al pada propelan AP-poliuretan (PU) pada fraksi massa PU 56 20%. Puncak Isp 260 detik pada rasio tekanan 70/1 dan terjadi pada fraksi massa Al sekitar 19%. Dengan persentase fuel 19%, maka persentase oxidizer adalah 61%. Berdasarkan literatur, untuk mendapatkan propelan komposit dengan Isp hingga 260 detik diperlukan fuel sebesar 19% dengan persentase binder mencapai 20%. Dengan demikian, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan yang melibatkan penggunaan fuel pada persentase yang lebih besar untuk mendapatkan Isp sebagaimana teoritis. Penelitian dan pengembangan propelan dalam hal komposisi masih terus dilakukan, termasuk dalam penggunaan bahan-bahan aditif yang dapat menaikkan Isp dan memungkinkan untuk diproses (bukan merupakan bahan beracun maupun sensitif meledak). Faktor-faktor lain yang dapat menunjang keberhasilan terus diupayakan, misal dalam hal pembaruan peralatan, pengkajian dan evaluasi metode, terutama dalam hal kemandirian bahan baku. Kemandirian bahan baku sangat penting karena dari sinilah titik awal penelitian dilakukan. Spesifikasi bahan baku yang berubahubah dapat menghambat penelitian yang sedang berjalan, hal ini menyebabkan propelan yang dihasilkan pun bisa mempunyai karakteristik yang berbeda walaupun dibuat pada komposisi yang sama. Selama ini bahan baku yang digunakan masih mengandalkan impor yang tidak bisa dijamin keberlangsungan pengadaannya (kontinuitas pengadaan), bisa saja bahan dengan spesifikasi yang dibutuhkan sudah tidak diproduksi lagi. Maka penelitian dalam pembuatan bahan baku propelan pun terus dilakukan agar ketergantungan pada impor dapat dihentikan secara perlahan sehingga kontinuitas bahan baku dapat dijamin. 5 PENUTUP Teknologi pembuatan propelan merupakan teknologi yang kompleks

Propelan dan... (Arip Susanto dan Luthfia Hajar Abdillah ) dimulai dari persiapan bahan baku, proses coating, spraying, mixing, casting, curing, uji kualitas, assembly, dan uji statik. Untuk mendapatkan kinerja propelan yang maksimal diperlukan kandungan solid content yang lebih tinggi, khususnya penggunaan fuel yang lebih banyak karena fuel yang berfungsi sebagai bahan bakar lebih berperan dalam peningkatan energi propelan dibandingkan dengan oxidizer. Maka kontinuitas bahan baku, khususnya solid content menjadi sangat penting dan merupakan salah satu industri strategis yang hanya dimiliki beberapa negara. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Kendra Hartaya, M.Si yang telah memberikan bimbingan atas tersusunnya karya tulis ilmiah ini. DAFTAR RUJUKAN Mattingly, J. D., 2006. Element of Propulsion : Gas Turbines and Rockets, Virginia: AIAA. Sutton, G. P., and Biblarz, O., 2001. Rocket Propulsion Elements, California: John Willey& Son. William, FA; Barrere, M; Huang, NC., 1989. Fundamental Aspects of Solid Propellant Rockets, England: Technivision Services Slough. 57