ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI NURI ANGGI NIRMALASARI

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut :

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

ANALISIS PENGARUH PERPINDAHAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN BATAS PADA PELAT DATAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Aliran Darah Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Tanpa Penyempitan Arteri Dan Dengan Penyempitan Arteri

Pengantar Oseanografi V

KECEPATAN ALIRAN FLUIDA SISKO PADA KEADAAN STEADY DALAM PIPA DENGAN POSISI MIRING SKRIPSI. Oleh Prisko Nur Hidayat NIM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MODEL MATEMATIKA DENGAN SYARAT BATAS DAN ANALISA ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS PADA PELAT HORIZONTAL. Leli Deswita 1)

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA

Kata Kunci :konveksi alir bebas; viskos-elastis; bola berpori 1. PENDAHULUAN

DINAMIKA FLUIDA II. Makalah Mekanika Fluida KELOMPOK 8: YONATHAN SUROSO RISKY MAHADJURA SWIT SIMBOLON

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Permukaan Peregangan dengan Kondisi Batas Konveksi di Titik-Stagnasi

MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013

ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

KAJIAN PEMODELAN FISIS, AUTOMATA GAS KISI, DAN ANALITIS ALIRAN GLISERIN TESIS. ADITYA SEBASTIAN ANDREAS NIM: Program Studi Fisika

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

MODEL ALIRAN KONVEKSI CAMPURAN YANG MELEWATI PERMUKAAN SEBUAH BOLA

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

RENCANA PEMBELAJARAN (RP) / GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) E-LEARNING MATA KULIAH FENOMENA TRANSPORT

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

FISIKA DASR MAKALAH HUKUM STOKES

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

Aplikasi Bilangan Kompleks pada Dinamika Fluida

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran

Analisis Model Fluida Casson untuk Aliran Darah dalam Stenosis Arteri

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

MODUL- 2. HIDRODINAMIKA Kode : IKK.365 Materi Belajar -2

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

Distribusi Air Bersih Pada Sistem Perpipaan Di Suatu Kawasan Perumahan

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

Aliran Fluida. Konsep Dasar

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

Macam Aliran : Berdasarkan Cara Bergerak Partikel zat cair :

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

MODEL MATEMATIKA ALIRAN FLUIDA VISKOELASTIS YANG MELEWATI SILINDER SIRKULAR

Pengaruh Temperatur terhadap Pembentukan Vorteks pada Aliran Minyak Mentah dengan Metode Beda Hingga

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Klasisifikasi Aliran:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

RESUME MATERI HIDRODINAMIKA

Transkripsi:

ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI Abstrak Nama Mahasiswa : Nuri Anggi Nirmalasari NRP : 1207 100 017 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Prof. DR. Basuki Widodo, M.Sc. Drs. Kamiran, M.Si. Fluida Sisko dikatakan sebagai fluida non-newtonian karena perilakunya yang menyimpang dari hukum Newton. Pada aliran fluida Sisko dalam pipa, hubungan antara besar tegangan geser dan regangan gesernya akan linear bila batas tegangan geser mulai terlampaui. Oleh sebab itu perlu diketahui bagaimana profil kecepatan dan perpindahan panas yang terjadi pada aliran fluida sisko di dalam pipa. Pada Tugas Akhir ini dikaji tentang model kecepatan aliran dan perpindahan panas fluida sisko yang mengalir dalam pipa untuk mengetahui bagaimana profil kecepatan dan perpindahan panasnya. Untuk itu dibuat asumsi dan batasan masalah serta digunakan hukum kekekalan massa, persamaan momentum linier, persamaan tekanan pada fluida bergerak dan persamaan konveksi panas. Model yang diperoleh merupakan sistem persamaan diferensial biasa (PDB). Model tersebut selanjutnya diselesaikan secara numerik menggunakan metode beda hingga dengan skema pusat dan divisualisasikan dengan bantuan program Matlab 7.10. Dari visualisasi hubungan antara jari-jari silinder dengan kecepatan aliran fluida yang ditunjukkan dalam bentuk grafik, kecepatan fluida Newtonian lebih besar daripada fuida sisko saat n=1 sebaliknya untuk n=0. Temperatur fluida sisko selalu lebih besar daripada fluida Newtonian. Dengan demikian terlihat bahwa profil kecepatan dan temperatur fluida sisko dipengaruhi oleh besarnya tekanan yang diberikan dan nilai parameter material b, selain itu distribusi panas juga dipengaruhi oleh bilangan Brinkman. Kata kunci: fluida sisko, kecepatan aliran, perpindahan panas, metode beda hingga. 1. PENDAHULUAN Seiring perkembangan jaman, maka sektor industri dan teknik berkembang dengan pesat. Dan fluida berbentuk cairan (liquid) banyak digunakan pada bidang industri dan teknik. Misalnya dalam bidang industri fluida digunakan sebagai bahan pembuatan plastik, cairan pelumas pada sistem pelumasan, pembuatan lilin lain sebagainya. Fluida sendiri pada dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu cair dan gas. Dan fluida fase cair dibagi lagi menjadi dua karakteristik yaitu fluida Newtonian dan fluida non-newtonian. Fluida Newtonian merupakan fluida yang perilakunya sesuai dengan hukum Newton, dalam hal ini contohnya adalah air, sedangkan fluida yang banyak digunakan pada bidang industri adalah fluida non- Newtonian. Dan salah satu fluida non-newtonian yang digunakan adalah fluida sisko. Akan tetapi perilaku fluida sisko yang menyimpang dari hukum Newton membuat fluida tersebut sulit mengalir dalam pipa. Dikatakan menyimpang karena fluida tersebut tidak dapat mengalir dalam pipa tanpa adanya energi panas atau kerja yang diberikan pada fluida sisko sebelum dialirkan dalam pipa. Masalah yang timbul akibat perilaku fluida sisko yang tidak wajar akan menjadi penghambat bagi kerja industri tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberikan energi panas pada fluida sisko sebelum fluida dialirkan ke dalam pipa, karena fluida sisko memiliki sifat unik yaitu dapat menahan tegangan geser tertentu tanpa dapat mengalir, namun bila tegangan luluhnya terlewati fluida tersebut akan mengalir seperti air. Hal ini menyebabkan sulitnya memprediksi bagaimana profil kecepatan aliran dan perpindahan panas dalam pipa. Bagaimanapun profil kecepatan aliran dan perpindahan panas sangat dibutuhkan guna mengetahui langkah-langkah yang efektif dalam mengatasi masalah yang timbul akibat perilaku fluida sisko yang tidak wajar. Oleh karena itu model matematika dibuat berdasarkan persamaan fluida sisko yang telah ditentukan persamaan yang berlaku terhadap fluida secara umum seperti hukum kekekalam massa, persamaan momentum linier, persamaan tekanan fluida bergerak dan persamaan konveksi panas. Diharapkan terbentuk model matematika yang dapat menjelaskan bagaimana hubungan antara parameterparameter yang berlaku dengan kecepatan aliran dan temperatur fluida sisko dalam pipa. Dibuat beberapa asumsi berdasarkan kondisi ideal sehingga memudahkan dalam pemodelan serta perhitungan numeriknya. Model matematika yang didapat 1

diselesaikan menggunakan metode beda hingga dengan skema pusat hasil penyelesaian dari model ini divisualisasikan menggunakan bantuan program Matlab 7.10. Pada penelitian ini diberikan batasan masalah dan asumsi sebagai berikut : 1. Tipe aliran fluida sisko yang mengalir dalam pipa adalah seragam stedi. 2. Diasumsikan pipa yang digunakan adalah pipa annulus dengan panjang (L). 3. Penampang pipa berupa silinder dengan diameter (D). 4. Luas penampang pipa adalah konstan. 2. DASAR TEORI 2.1 Fluida Zat yang tersebar di alam dibedakan dalam tiga fase, yaitu fase padat, cair dan gas. Karena fase cair dan gas memiliki karakter tidak mempertahankan bentuk yang tetap, maka keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir, dengan demikian keduanya disebut fluida. Fluida merupakan zat yang berubah bentuk secara kontinu (terus menerus) bila terkena tegangan geser, betapapun kecilnya tegangan geser itu. Perbedaan zat cair dan gas ialah zat cair merupakan zat yang tak mampu mampat (incosmpressible) sedangkan gas merupakan zat yang mampu mampat (compressible). Kemampatan sendiri adalah perubahan (pengecilan) volume karena adanya perubahan (penambahan) tekanan. Untuk fluida cair tekanan dapat diabaikan dan viskositasnya akan turun dengan cepat bila temperaturnya dinaikkan. Viskositas atau kekentalan adalah sifat dari fluida untuk melawan tegangan geser pada waktu bergerak atau mengalir. Contoh dari fluida kental, dimana mempunyai kekentalan besar adalah : minyak, oli, sirup dan sebagainya, sedangkan air merupakan contoh dari fluida encer, dimana mempunyai kekentalan kecil. Untuk fluida pada umumnya, tegangan dan laju regangan geser (gradient kecepatan) dapat dikaitkan dalam suatu hubungan dalam bentuk (Munson,2004): (2.1) Dimana : = tegangan geser = kekentalan (viskositas) = laju regangan geser 2.2 Fluida Sisko Fluida sisko merupakan salah satu fluida yang termasuk kedalam karakterikstik bingham plastic. Dimana seperti telah dijelaskan sebelumnya, fluida ini akan mengalir seperti air pada saat mencapai regangan geser tertentu. Fluida sisko merupakan fluida yang sangat langka sehingga untuk mendapatkannya pun sangat sulit. Pada beberapa kasus fluida ini digunakan untuk melapisi pipa dalam pada pipa annulus Dengan demikian untuk aliran fluida sisko dalam pipa annulus dengan gerakan yang dimulai dari luar pipa memiliki persamaan tensor tegangan sebagai berikut (M.khan, 2010): (2.2) Dimana p adalah tekanan, I tensor identitas dan S merupakan tensor tegangan extra (tegangan yang terjadi pada aliran fluida sisko) yang didefinisikan sebagai berikut : Dimana: dan [ ] (2.3) (2.4) (2.5) Pada persamaan diatas, V adalah kecepatan, A 1 merupakan tensor Rivlin-Erickson pertama, sedangkan n, a dan b merupakan beberapa parameter yang didefinisikan berbeda untuk beberapa fluida yang berbeda pula. Aliran fluida sisko yang akan dianalisis ialah kecepatan aliran dan temperatur fluida dalam keadaan steady, berikut persamaan dari kecepatan dan temperatur fluida terhadap jari-jari pipa: (2.6) (2.7) 2.3 Koordinat Polar Silinder Dalam beberapa persoalan hubungan diferensial dapat dijelaskan dalam koordinat polar silinder. Dengan koordinat silinder, tempat kedudukan sebuah titik ditunjukkan oleh koordinat-koordinat dan. Koordinat adalah jarak radial dari sumbu, adalah sudut yang diukur dari sebuah garis sejajar dengan sumbu- (dengan arah yang berlawanan perputaran jarum jam dianggap positif) adalah koordinat sepanjang sumbu-. Komponenkomponen kecepatan adalah kecepatan radial,, kecepatan tangensial, kecepatan aksial,. Jadi, kecepatan pada sebuah titik sembarang dapat dinyatakan sebagai : (2.8) Dimana, masing-masing adalah vektorvektor satuan dalam arah dan. Untuk fluida tak mampu-mampat aliran steady, kerapatan fluida,, konstan disuluruh medan aliran sehingga persamaan menjadi: (2.9) 2

2.4 Persamaan Dasar Aliran Fluida 2.4.1 Persamaan Kontinuitas (Hukum Kekekalan Massa) Massa fluida yang bergerak tidak berubah ketika mengalir. Dengan demikian persamaan kontinuitas adalah pernyataan bahwa massa adalah kekal, berikut persamaan kontinuitas: (2.10) 2.4.2 Persamaan Tekanan Fluida Bergerak Pada aliran fluida dalam suatu pipa, gradient tekanan aliran hanya terjadi sepanjang sumbu-, dengan demikian berlaku : (2.11) 2.4.3 Persamaaan Momentum Linier Persamaan Navier-Stokes (dinamakan dari Claude-Louis Navier dan George Gabriel Stokes) adalah serangkaian persamaan yang menjelaskan pergerakan dari suatu fluida baik cairan ataupun gas. Persamaan-persamaan ini menyatakan bahwa perubahan dalam momentum partikel-partikel fluida bergantung hanya kepadagaya viskos yang bekerja pada fluida. Oleh karena itu, persamaan Navier- Stokes menjelaskan kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Bentuk umum persamaan Navier-Stokes untuk momentum linier adalah: (2.12) Dimana: adalah densitas fluida, adalah vektor kecepatan, adalah tensor yang menyatakan gaya-gaya yang bekerja pada aliran fluida 2.5 Aliran di Dalam Pipa Annulus Aliran fluida tak mampu mampat melalui tabung bundar lurus dengan luas penampang konstan biasanya disebut sebagai aliran Hagen-Poiseulli, atau singkatannya aliran Poiseulli. Aliran tersebut dinamakan demikian untuk menghormati J.L. Poiseulli (1799-1869), seorang ahli fisiska Prancis, dan G.H.L Hagen (1797-1884), seorang insinyur hirolik Jerman. Poiseulli tertarik pada aliran darah melalui pembuluh-pembuluh kapiler dan mendeduksi secara eksperimental hukum hambatan untuk aliran laminar melalui tabung bundar. Penelitian Hagen mengenai aliran dalam tabung juga dilakukan dengan eksperimen. Pada aliran melalui pipa annulus yaitu pipa yang terdiri dari dua silinder tetap yang sepusat (Gambar ) koordinat yang digunakan adalah koordinat silinder karena akan lebih mudah untuk geometri yang silinder. Diasumsikan bahwa aliran sejajar dengan dinding sehingga dan, akibatnya. Dengan kondisi-kondisi ini, persamaan Navier-Stokes pada fluida Newtonian berubah menjadi: * + (2.13) Dengan kondisi batas pada dan pada, dimana adalah jari-jari silinder dalam dan dan merupakan kecepatan dan jari-jari silinder luar. Gambar 2.1 Aliran fluida melalui annulus 2.6 Persamaan Distribusi Panas Pada Fluida Pada aliran fluida, perpindahan panas termasuk salah satu faktor yang sangat penting. Berikut persamaan distribusi panas secara umum pada benda tiga dimensi (Lienhard, 2005): (2.14) Atau pada fluida sisko persamaan perpindahan panas dinyatakan dalam bentuk (M.Khan, 2010): (2.15) Dimana adalah densitas, adalah kapasitas panas pada tekanan konstan, adalah fluks panas yang persamaannya ditentukan (2.16) 2.7 Metode Beda Hingga Pusat Suatu fungsi dari suatu variabel bebas didiferensialkan kali di dalam interval [ ], dengan cukup kecil, dapat diuraikan dalam bentuk deret pangkat menurut deret Taylor + (2.17) - (2.18) Dengan mengurangkan persamaan (2.17) dan (2.18), diperoleh pendekatan turunan pertama : (2.19) (2.20) Dengan menambahkan persamaan (2.17) dan (2.18), diperoleh pendekatan turunan kedua r z 3

(2.21) (2.22) Pendekatan bentuk turunan fungsi dari fungsi variabel lebih dari dua dapat dilakukan dengan cara yang sama. 3. PROSEDUR KERJA 1. Studi literatur. 2. Pemodelan kecepatan aliran dan perpindahan panas fluida sisko. 3. Penyelesaian numerik. 4. Visualisasi hasil penyelesaian. 4. PEMODELAN DAN PENYELESAIAN NUMERIK 4.1.1 Pemodelan Matematika Kecepatan Aliran Persamaan kecepatan aliran fluida sisko dalam pipa diturunkan dari persamaan kontinuitas (Hukum Kekekalan Massa) dan persamaan tekanan fluida bergerak yang dibentuk kedalam koordinat polar silinder, sehingga didapat model kecepatan aliran dengan mensubtitusikan persamaan tekanan tensor fluida sisko pada persamaan yang telah didapat. Pada Tugas Akhir ini didasarkan pada model kecepatan aliran fluida tak mampu mampat steady dengan beberapa asumsi 1. Pipa lurus dan horizontal. 2. Luas penampang pipa konstan. 3. Pipa berbentuk annulus dengan pusat jari-jari sama. 4. Jenis alirannya merupakan aliran seragam stedi. 5. Variabel bebas yang berpengaruh hanya jari-jari pipa. 6. Fluida aliran adalah fluida sisko. Akan tetapi pada Tugas Akhir ini, fluida yang digunakan adalah fluida sisko, dimana meskipun fluida ini termasuk kedalam karakteristik fluida non-newtonian akan tetapi pada saat batas tegangan gesernya terlampaui aliran fluida mirip seperti air. Dengan demikian, berdasarkan asumsiasumsi yang telah dibuat, model matematika yang dikembangkan untuk menjelaskan profil kecepatan aliran fluida sisko dalam pipa annulus terdiri dari persamaan tekanan pada fluida bergerak dalam koordinat polar silinder pada bab 2. Karena fluida hanya bergerak sepanjang sumbu-, maka percepatan radial dan tangensialnya adalah nol, sehingga tekanan pada arah dan juga nol seperti pada persamaan (2.11). Dari persamaan Navier-Stokes (2.13), dapat ditulis kembali * + (4.1) Dimana, merupakan tegangan geser aliran fluida Newtonian. Karena pada tugas akhir ini yang digunakan adalah fluida sisko dengan tegangan geser, maka persamaan (4.1), menjadi: (4.2) Karena tekanan hanya terjadi sepanjang sumbudengan menggunakan aturan rantai, diferensial tekanan menjadi: (4.3) Dengan mensubtitusikan persamaan (2.11) pada (4.3), sehingga didapatkan: (4.4) Dengan demikian didapat persamaan diferensial kecepatan aliran fluida berdasarkan persamaan momentum linier adalah (4.5) merupakakn tegangan geser yang berlaku pada fluida sisko, mengacu pada persamaan sebelumnya didapat: [ ] (4.6) Dari persamaan (4.5) dan (4.6) didapat persamaan diferensial kecepatan aliran fluida sisko sebagai berikut: ( ( ) ) (4.7) Dari model kecepatan aliran fluida sisko dalam pipa yang ditunjukkan oleh persamaan (4.7), dapat disimpulkan bahwa profil kecepatan dipengaruhi oleh jari-jari penampang pipa,, tekanan aliran,, dan tegangan geser fluida sisko, selain itu terdapat parameter material, a dan b yang mana untuk setiap fluida memiliki parameter yang berbeda-beda. Untuk fluida Newtonian memiliki nilai b=0, sedangkan untuk fluida sisko yang merupakan fluida non- Newtonian nilai b 0. 4.1.2 Pemodelan Matematika Perpindahan Panas Telah dijelaskan sebelumnya persamaan perpindahan panas secara umum, sedangkan persamaan perpindahan panas untuk fluida sisko mengacu pada persamaan (2.15) yaitu dimana, sehingga persamaan (2.15) dapat ditulis menjadi: (4.8) Sehingga didapat persamaan distribusi panas sebagai berikut: [ ] (4.9) 4

4.2 Model Kecepatan Aliran dan Perpindahan Panas Non-dimensional Model kecepatan aliran dan perpindahan panas yang telah didapat masih tergantung pada satuan, sehingga belum bisa diterapkan pada berbagai kasus, supaya model matematika kecepatan aliran dan perpindahan panas tersebut dapat diterapkan pada berbagai kondisi dengan satuan yang bervariasi, maka persamaan (4.7) dan (4.9) akan dibentuk kedalam persamaan non-dimensional. Berikut variabel non-dimensional yang akan disubtitusikan pada persamaan (4.7) dan (4.9): ( ) Dimana merupakan bilangan Brinkman. Dengan demikian didapat model matematika kecepatan aliran fluida sisko non-dimensional (( ) ) ( ) (4.10) dan persamaan perpindahan panas ( ) (4.11) 4.3 Penyelesaian Numerik 4.3.1 Penyelesaian Numerik kecepatan Aliran Pada persamaan kecepatan aliran (4.10) terdapat nilai power index. Pada Tugas Akhir ini akan dibandingkan bagaimana profil kecepatan antara fluida sisko dan fluida non-newtonian pada saat dan. Dengan demikian saat persamaan (4.10) menjadi: Sedangkan untuk (4.12) persamaan (4.24) menjadi: (4.13) Pada persamaan tersebut, tiap kondisi dapat didekati dengan skema beda hingga. Dengan menerapkan pendekatan metode beda hingga pusat untuk model kecepatan aliran fluida sisko menjadi: (4.14) Karena aliran fluida sisko terjadi diluar silinder dalam, maka, dimana, untuk pendiskritan sebanyak. Dengan demikian persamaan (4.14) menjadi: ( ) ( ) (4.15) Maka selanjutnya didapatkan skema numerik untuk adalah: (4.16) Dengan dan diperoleh matriks tridiagonal secara umum sebagai berikut: [ [ ] [ ] ] [ ] (4.17) Dengan definisi dan cara yang sama didapat skema numerik untuk persamaan (4.13) ( ) ( ) (4.18) Dan selanjutnya didapatkan skema numerik untuk adalah: diperoleh matriks tridiagonal [ [ ] [] (4.19) ] [ ] (4.20) 4.3.2 Penyelesaian Numerik Perpindahan Panas persamaan perpindahan panas disini juga dipengaruhi oleh index power, sehingga akan dilakukan penyelesaian secara numerik pada persamaan (4.11) untuk dan. Dengan demikian untuk, persamaan (4.11), menjadi: (4.21) Sedangkan untuk, persamaan (4.11), menjadi: (4.22) didapat skema numerik untuk persamaan (4.21), 5

[ ( ) ( ) [ ] (4.23) Dan selanjutnya didapatkan skema numerik untuk adalah: [ ] (4.24) diperoleh matriks tridiagonal ( ) ( ) ( ) ( ) [( ) ] [ ] [] ] [ ] (4.25) Selanjutnya dilakukan pendiskritan pada persamaan (4.22), yaitu persamaan perpindahan panas fluida sisko dengan power index. Sehingga didapat skema numerik persamaan (4.22) ( ) ( 3. Memasukkan kondisi batas ke dalam skema numerik penyelesaian model matematika kecepatan aliran, yaitu persamaan (4.17). 4. Skema numerik yang berupa matrik tridiagonal diselesaikan, sehingga didapat nilai kecepatan pada titik-titik sepanjang jari-jari pipa. 5. Selanjutnya nilai kecepatan dimasukkan ke dalam skema numerik penyelesaian model matematika perpindahan panas yaitu persamaan (4.25) 6. Selanjutnya dihitung nilai error berdasarkan penyelesaian numerik dan penyelesaian eksak. Selanjutnya untuk persamaan kecepatan aliran dan perpindahan dengan power index, yang ditunjukkan oleh persamaan (4.20) dan (4.28) diselesaiakan dengan algoritma diatas. 5.2 Visualisasi Distribusi Kecepatan Aliran Dengan Power Index n=0 Diberikan tekanan. dengan variasi parameter material untuk fluida Newtonian, dan dan untuk fluida Sisko. Berdasarkan grafik akan dianalisis distribusi kecepatan untuk banyak pendiskritan dan jari-jari silinder luar yang berbeda-beda, ) (4.26) Dengan demikian didapatkan skema numerik untuk (4.27) Dari skema numerik diatas dibentuk suatu sistem persamaan perpindahan panas dalam bentuk matriks Gambar 5.1 Distribusi kecepatan aliran dengan power index [ ( ) ( ) ( ) ( ) [( ) ] [] ] [ ] (4.28) 5. VISUALISASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Algoritma Program Disusun algoritman penyelesaian 1. Mendefinisikan parameter-parameter yang dibutuhkan. 2. Mendefinisiskan kondisi batas yang telah ditentukan pada bab 4. Gambar 5.2 Distribusi kecepatan aliran dengan power index 6

Gambar 5.3 Distribusi kecepatan aliran dengan power index Pada gambar (5.1) sampai dengan (5.3) diberikan jumlah pendiskritan yang berbeda untuk pendefinisian parameter yang sama. Dari ketiga grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak dilakukan pendiskritan maka kelengkungan kurva semakin landai. Sedangkan pada gambar (5.3) diberikan panjang jari-jari silinder yang berbeda yaitu, terlihat perbedaan antara grafik dengan dan. Pada gambar (5.2) terlihat kecepatan disekitar jari-jari masih belum mendekati satu, sedangkan pada gambar (5.3) kecepatan mendekati 1 pada jari-jari dsekitar 20. Dengan demikian dapat disimpulkan kecepatan akan mencapai kondisi batas akhir pada jari-jari disekitar 20. Selain itu dengan power index sama dengan nol, kecepatan aliran pada fluida sisko lebih besar dibandingkan fluida Newtonian, dengan kata lain semakin besar nilai b maka kecepatan aliran fluida semakin besar. 5.3 Visualisasi Distribusi Kecepatan Aliran Dengan Power Index n=1 Diberikan tekanan. dengan variasi parameter material untuk fluida Newtonian, dan dan untuk fluida Sisko. Berdasarkan grafik akan dianalisis distribusi kecepatan untuk banyak pendiskritan dan jari-jari silinder luar yang berbeda-beda, Gambar 5.5 Distribusi kecepatan aliran dengan power index Gambar 5.6 Distribusi kecepatan aliran dengan power index Tidak jauh berbeda seperti distribusi kecepatan aliran fluida dengan power index, pada gambar (5.6) dapat diketahui kecepatan mendekati 1 pada jari-jari dsekitar 20. Dengan demikian dapat disimpulkan kecepatan akan mencapai kondisi batas akhir pada jari-jari disekitar 20. Akan tetapi beda kecepatan tiap nilan b disini sangat jauh. Berbeda dengan distribusi kecepatan dengan power index, dari grafik dapat disimpulkan bahwa untuk power index, kecepatan aliran pada fluida sisko lebih kecil dibandingkan fluida Newtonian, atau dengan kata lain semakin besar nilai b, maka kecepatan aliran semakin kecil. 5.4 Visualisasi Distribusi Panas Dengan Power Index n=0 Diberikan tekanan dan bilangan Brinkman 1, dengan variasi parameter material untuk fluida Newtonian dan untuk fluida Sisko. Berdasarkan grafik akan dianalisis distribusi panas untuk banyak pendiskritan dan jari-jari silinder luar yang berbeda-beda, sebagai berikut: Gambar 5.4 Distribusi kecepatan aliran dengan power index 7

Diberikan tekanan dan bilangan Brinkman 1, dengan variasi parameter material untuk fluida Newtonian dan untuk fluida Sisko. Berdasarkan grafik akan dianalisis distribusi panas untuk banyak pendiskritan dan jari-jari silinder luar yang berbeda-beda, sebagai berikut: Gambar 5.7 Distribusi panas dengan power index Gambar 5.10 Distribusi panas dengan power index Gambar 5.8 Distribusi panas dengan power index Gambar 5.11 Distribusi panas dengan power index Gambar 5.9 Distribusi panas dengan power index Dari grafik yang ditunjukkan pada gambar (5.7) sampai (5.9) terlihat bahwa kurva semakin landai dengan pendiskritan yang lebih banyak. Dengan demikian semakin banyak pendiskritan, hasil perhitungan secara numerik akan semakin mendekati hasil yang sebenarnya. Dengan memberikan nilai parameter material yang berbeda-beda terlihat bahwa semakin besar nilai b yang diberikan maka distribusi temparatur semakin besar, yang berarti pada distribusi panas, temperatur fluida sisko lebih besar dari temperatur fluida Newtonian. 5.5 Visualisasi Distribusi Panas Dengan Power Index n=1 8 Gambar 5.12 Distribusi panas dengan power index Dari grafik distribusi temperatur diatas terlihat bahwa gafik yang dihasilkan tidak berbeda dengan grafik distribusi temperatur untuk power index, berbeda dengan distribusi kecepatan aliran, untuk distribusi panas dengan power index dan power index, temperataur semakin tinggi untuk nilai parameter material b yang lebih besar.

Dengan demikian dapat disimpulkan temperatur fluida sisko selalu lebih tinggi dari fluida Newtonian. Selain itu akan dianalisis bagaimana pengaruh bilangan Brikman terhadap distribusi panas fluida. Karena dari grafik distribusi panas diatas tidak berbeda untuk pemberian power index, maka dapat diambil salah satu saja untuk menganalisis pengaruh bilangan Brinkman terhadap distribusi panas. Gambar 5.13 Distribusi panas dengan dengan variasi Bilangan Brikman Bilangan Brinkman merupakan bilangan yang mempengaruhi besarnya temperatur pada fluida. Dari grafik distribusi panas pada gambar (5.13) terlihat bahwa semakin besar bilangan Brinkman yang diberikan, maka temperatur fluida sisko semakin besar. Dengan membandingkan antara hasil penyelesaian numerik dan eksak untuk distribusi kecepatan aliran didapat error rata-rata 0.0534 dan distribusi panas didapat error 0.0697. Melihat nilai error rata-rata yang dihasilkan dari kecepatan aliran dan perpindahan panas fluida sisko, maka terlihat bahwa ketepatan perhitungan secara numerik dipengaruhi oleh banyaknya pendiskritan. Dari besarnya nilai error yang didapat maka metode beda hingga dengan skema pusat dapat digunakan untuk menyelesaiakan model matematika kecepatan aliran dan distribusi panas fluida sisko dalam pipa. 6. SIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Model matematika yang menggambarkan perilaku kecepatan aliran fluida sisko dalam pipa dapat dinyatakan *( ) + ( ) 2. Sedangkan model matematika yang menggambarkan perpindahan panas yang terjadi ketika fluida sisko mengalir dalam pipa dinyatakan ( ) 3. Dari penyelesaian numerik dan visualisinya dalam bentuk grafik dengan menggunakan bantuan program Matlab 7.10, terlihat bahwa: a. untuk power index, distribusi kecepatan fluida sisko lebih besar dibandingkan fluida Newtonian, atau dapat disimpulkan semakin besar nilai parameter material b, maka kecepatan aliran fluida semakin besar. Begitu juga dengan temperatur, semakin besar seiring kenaikan nilai b. b. Sebaliknya untuk power index, semakin besar nilai parameter b, maka kecepatan aliran fluida semakin kecil. Namun untuk temperatur semakin tinggi untuk nilai b yang semakin besar. c. Temperatur juga dipengaruhi oleh bilangan Brinkman, semakin besar bilangan Brinkman yang diberikan, maka temperatur semakin tinggi. Dengan demikian terlihat bahwa distribusi kecepatan aliran dan temperatur fluida Sisko dipengaruhi oleh nilai parameter-parameter yang diberikan. 6.2 Saran Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, disarankan: 1.Pada Tugas Akhir ini analisis yang dilakukan menggunakan asumsi bahwa aliran fluida sisko dalam pipa annulus dalam keadaan steady, selanjutnya dapat dikembangkan penelitian untuk menganalisis profil kecepatan aliran dan perpindahan panas fluida sisko dalam pipa dalam keadaan unsteady. 2.Tugas Akhir ini masih bersifat analitis pada tahap pemodelan dan numerik untuk penyelesaiannya, belum ada data laboraturium yang dipakai sebagai pembanding. Diharapkan kedepannya bisa dilakukan uji laboraturium sehingga model tersebut dapat diterapkan di lapangan. Daftar Pustaka Abdia, Gunaidi. 2006. Matlab Programming. Bandung: Informatika. Alfijar, Julian. Mekanika Fluida II. http://alfijar.files.wordpress.com/2008/01/pe rtemuan-iii-dan-iii.ppt-mirip. Diakses pada tanggal 1 Maret 2011 pukul 11.00 WIB. Arhami, Muhammad dan Desiani, Anita. 2005. Pemrograman Matlab. Yogyakarta: ANDI. Khan, M. et. al. 2010. Steady Flow and Heat Transfer of a Sisko Fluid In Annular Pipe. Journal of Heat and Mass Transfer. 53: 9

1290-1297. Departmen of Mathematics, Pakistan. Lienhard IV, John H dan Lienhard V, John H. 2005. A Heat Transfer Textbook. University of Houston. USA. Munson, Bruce R. et. al. 2004. Mekanika Fluida. Edisi Keempat Harinaldi dan Budiarso, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Fundamental of Fluid Mechanics. Sajid, M and Hayat, T. 2008. Wire Coating Analysis by Withdrawal From A Bath of Sisko Fluid. Journal of Applied Mathematics and Computation. 199: 13-22. Departmen of Mathematics, Pakistan. Saragi, Elfrida. Solusi Analitik dan Numerik Konduksi Panas Pada Pembangkit Energi. http://www.batan.go.id/ppin/lokakarya/lkst N_ 10/Elfrida-.pdf. Diakses pada tanggal 2 Maret 2011 pukul 12.00 WIB. Siddiq, A.m. et. al. 2009. On Taylor s Scraping Problem and Flow of A Sisko Fluid. Journal of Mathe matical Modelling and Analysis. 14: 515-529. Department of Mthematics, York Campus, York, PA 17403, USA. Streeter, Victor L and Wylie, E Benjamin. 1999. Mekanika Fluida. Edisi Delapan Arko Prijono, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Fluid Mechanics. Sweet, Erik. 2003. Analytical and Numerical Solutions of Differential Equations Arising In Fluid Flow and Heat Transfer Problems. University of Central Florida Orlando, Florida. Ruwanto, Bambang. 2003. Matematika Untuk Fisika dan Teknik. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. 10