KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009

dokumen-dokumen yang mirip
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

BERITA RESMI STATISTIK

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BERITA RESMI STATISTIK

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BERITA RESMI STATISTIK

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX. Nasser Atorf Direktur Eksekutif

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009

Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia: Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Medan: Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Medan: Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya. Kalender Publikasi Periode Publikasi KER Triwulan I KER Triwulan II KER Triwulan III KER Triwulan IV Publikasi Pertengahan Mei Pertengahan Agustus Pertengahan November Pertengahan Februari Penerbit: Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, 20111 Indonesia Telp : 061-4150500 psw. 1729, 1770 Fax : 061-4152777, 061-4534760 Homepage : www.bi.go.id www.d-bes.net Email : KBIMedan@bi.go.id

KATA PENGANTAR Pada triwulan III-2009 perekonomian Sumut diperkirakan tumbuh sebesar 4,17% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sumut tersebut terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga yang membentuk sekitar 65% PDRB Sumut. Masa persiapan pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri merupakan pendorong peningkatan konsumsi tersebut. Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan relatif sedikit membaik seiring dengan peningkatan produksi padi pada Angka Ramalan (aram) III-2009 yang diperkirakan menjadi 3,48 juta ton atau naik 3,85% dari aram II-2009 sebanyak 3,46 juta ton. Sementara itu, perkembangan inflasi di Sumut pada triwulan III-2009 menunjukkan kenaikan yang disebabkan oleh pola musiman menghadapi Idul Fitri. Harga beberapa barang kebutuhan pokok masyarakat, khususnya bahan makanan yang harganya berfluktuasi (volatile food) dan makanan jadi, mengalami peningkatan signifikan, sehingga mendorong peningkatan laju inflasi di Sumut. Tingkat inflasi Sumut pada triwulan III-2009 tercatat 3,31% (qtq) atau 4,56% (yoy), lebih tinggi daripada inflasi pada triwulan sebelumnya. Di sisi pembiayaan, perekonomian Sumut didukung oleh peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan yang lebih pesat baik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy), untuk beberapa indikator seperti aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit selama periode triwulan III-2009. Total aset pada triwulan III-2009 naik 0,97% (qtq) mencapai posisi Rp110,58 triliun pada September 2009, atau secara tahunan tumbuh sebesar 13,46% (yoy). Posisi kredit yang disalurkan meningkat 3,32% (qtq) atau 5,37% (yoy) menjadi Rp69,41 triliun. DPK yang dihimpun juga meningkat 0,84% (qtq) atau 15,83% (yoy) menjadi Rp90,31 triliun. Kenaikan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK mengakibatkan LDR naik dari 75,01% menjadi 76,86% pada triwulan III- 2009. Seiring dengan berlanjutnya proses pemulihan perekonomian dan membaiknya intermediasi perbankan, perekonomian Sumut pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sementara itu, sejalan dengan kuatnya komitmen Bank Indonesia Regional Sumut/NAD dan Pemerintah Provinsi Sumut untuk pengendalian inflasi, pada triwulan IV-2009 laju inflasi diperkirakan akan menurun. Demikian sekilas gambaran perekonomian Sumut triwulan III-2009 dan prospek triwulan IV-2009. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Medan, November 2009 BANK INDONESIA MEDAN Gatot Sugiono S. Pemimpin i

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI DAN PDRB INDIKATOR 2008 2009 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III MAKRO Indeks Harga Konsumen Medan 167,66 109,92 111,25 113,76 112,80 112,61 116,38 Pematangsiantar 161,40 110,11 111,62 113,11 112,88 112,99 116,67 Sibolga 166,68 109,68 113,04 115,55 114,95 114,94 118,91 Padangsidempuan 171,55 112,34 113,77 115,55 115,52 114,28 117,32 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) Medan 7,01 10,86 10,30 10,63 6,37 2,45 4,61 Pematangsiantar 8,48 11,09 10,27 10,16 6,89 2,62 4,52 Sibolga 8,37 10,10 12,03 12,36 7,88 4,80 5,19 Padangsidempuan 8,71 14,34 12,62 12,34 8,50 1,73 3,12 PDRB harga konstan (Rp miliar) Pertanian 6.398,93 6.248,74 6.410,88 6.242,09 6.660,22 6.479,26 6.674,70 Pertambangan & Penggalian 314,65 327,82 330,66 331,21 321,70 322,37 327,30 Industri Pengolahan 6.033,65 5.900,70 6.145,05 6.225,82 6.196,40 6.087,52 6.281,02 Listrik, Gas, dan Air Bersih 187,15 190,41 196,03 199,36 200,18 203,99 208,05 Bangunan 1.720,47 1.752,13 1.784,87 1.833,17 1.785,57 1.829,64 1.866,42 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4.818,59 4.718,62 4.960,52 5.017,79 5.053,84 4.931,48 5.090,27 Pengangkutan dan Komunikasi 2.428,92 2.421,32 2.495,44 2.537,56 2.574,99 2.555,95 2.591,87 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.838,20 1.841,99 1.885,12 1.914,53 1.941,29 1.968,18 2.676,00 Jasa Jasa 2.532,72 2.594,71 2.661,07 2.731,46 2.761,58 2.770,11 2.837,39 Pertumbuhan PDRB (yoy %) Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Ket.: Data Indeks Harga Konsumen September 2009 Data Ekspor Impor s.d Agustus 2009 5,35 5,51 7,73 6,97 4,63 4,74 4,17 2.333,02 2.406,09 2.417,65 1.769,72 1.274,36 1.449,29 1.093,57 2.102,33 1.906,94 2.076,85 2.214,16 1.753,54 1.835,80 1.356,42 635,70 708,26 843,66 666,59 419,43 505,38 435,55 1.346,56 1.358,95 1.371,47 1.086,02 878,93 1.022,86 769,47

PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) INDIKATOR TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PERBANKAN 2007 2008 2009 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III 87,49 90,20 92,87 97,46 108,08 114,55 109,52 110,58 71,30 72,08 75,72 77,97 84,29 88,82 89,56 90,31 DPK (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) 14,48 15,08 16,09 14,87 15,07 16,25 17,04 17,19 Tabungan (Rp Triliun) 26,41 27,18 28,73 28,58 30,58 31,08 31,97 33,10 Deposito (Rp Triliun) 30,42 29,82 30,90 34,52 38,64 41,49 40,55 40,02 Kredit (Rp Triliun) berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja 30,98 30,90 36,69 37,72 36,03 34,49 35,10 36,56 Konsumsi 11,17 10,74 11,17 12,16 14,38 16,48 17,14 17,55 Investasi 12,06 13,14 14,48 15,99 16,31 14,82 14,94 16,00 LDR 76,01% 76,01% 82,33% 84,48% 79,03% 73,94% 75,01% 76,86% Kredit UMKM (Rp Triliun) 22,43 24,72 27,69 30,42 30,17 30,02 31,36 33,07 Kredit Mikro 1,03 1,17 1,28 1,53 1,61 1,68 1,71 1,84 Kredit Modal Kerja 0,31 0,36 0,38 0,41 0,42 0,45 0,46 0,48 Kredit Investasi 0,10 0,10 0,12 0,15 0,16 0,16 0,19 0,21 Kredit Konsumsi 0,62 0,72 0,78 0,97 1,03 1,07 1,06 1,15 Kredit Kecil 7,46 8,17 9,23 10,57 10,46 10,63 10,98 11,72 Kredit Modal Kerja 3,42 3,69 4,03 4,40 4,52 4,58 4,25 4,53 Kredit Investasi 0,70 0,76 1,01 1,19 1,18 1,25 1,39 1,60 Kredit Konsumsi 3,34 3,72 4,19 4,98 4,76 4,80 5,34 5,59 Kredit Menengah 13,62 15,05 17,18 18,32 18,11 17,71 18,67 19,51 Kredit Modal Kerja 8,48 9,03 10,17 10,75 10,57 10,29 11,06 11,61 Kredit Investasi 1,54 1,73 2,06 2,33 2,37 2,39 2,58 2,70 Kredit Konsumsi 3,92 4,61 4,95 5,24 5,17 5,03 5,03 5,20 Total Kredit MKM (Rp Triliun) 22,43 24,72 27,69 30,42 30,17 30,02 31,36 33,07 NPL MKM gross (%) 3,88% 3,96% 3,57% 3,29% 2,85% 3,76% 4,05% 4,45% BPR: Total Aset (Rp Triliun) 0,42 0,45 0,43 0,49 0,53 0,51 0,53 0,55 DPK (Rp Triliun) 0,31 0,33 0,31 0,34 0,35 0,37 0,39 0,41 Tabungan (Rp Triliun) 0,13 0,15 0,13 0,14 0,14 0,16 0,17 0,18 Deposito (Rp Triliun) 0,18 0,18 0,18 0,20 0,21 0,21 0,22 0,23 Kredit (Rp Triliun) 0,32 0,33 0,33 0,38 0,38 0,39 0,40 0,43 Rasio NPL Gross (%) 8,49% 8,67% 7,88% 6,61% 7,26% 7,95% 7,75% 7,21% LDR 101,68% 100,00% 106,45% 111,76% 108,57% 105,41% 102,56% 104,88% Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF GAMBBARRAN UMUM Perekonomian Sumut triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh 4,17% (yoy). Pada triwulan III-2009, perekonomian Sumut menunjukkan perkembangan yang positif sebesar 4,17% (yoy) meskipun tumbuh lebih lambat dibanding periode triwulan sebelumnya sebesar 4,57% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sumut tersebut terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga yang membentuk sekitar 65% PDRB Sumut. Masa persiapan pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri merupakan pendorong peningkatan konsumsi tersebut. Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan relatif sedikit membaik seiring dengan peningkatan produksi padi pada Angka Ramalan (aram) III-2009 yang diperkirakan menjadi 3,48 juta ton atau naik 3,85% dari aram II-2009 sebanyak 3,46 juta ton. Namun demikian, terjadi penurunan kinerja ekspor Sumut seiring dengan menurunnya permintaan negara tujuan utama. Selain itu, investasi juga diperkirakan melambat seiring dengan kelesuan ekonomi global. Inflasi Sumut pada triwulan III-2009 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi Sumut tercatat sebesar 3,31% (qtq), jauh lebih tinggi baik dibandingkan dengan inflasi Sumut pada triwulan II-2009, yang mengalami deflasi sebesar 0,18%, maupun inflasi pada triwulan I-2009, deflasi 0,73%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada triwulan III-2009 sebesar 2,07%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Sumut September 2009 secara tahunan juga lebih tinggi dibandingkan inflasi pada Juni 2009 yakni dari 2,52% menjadi 4,56% (yoy) dan di atas inflasi nasional sebesar 2,83% (yoy). Perkembangan perbankan di Sumut pada triwulan III-2009 menunjukkan bahwa adanya peningkatan dalam hal fungsi intermediasi perbankan. Hal ini tercermin dari meningkatnya penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Sejalan dengan hal tersebut aset perbankan Sumut juga meningkat. Indikator lain, LDR yang menunjukkan perbandingan antara kredit yang disalurkan dengan DPK yang berhasil dihimpun perbankan juga menunjukkan peningkatan. Daya serap APBD 2009 hingga posisi akhir Juni berkisar Rp1,23 triliun (33,88%) dari total APBD Rp3,62 triliun, dengan masing-masing rincian belanja langsung Rp354,27 miliar dan belanja tidak langsung Rp743,16 miliar. Pemerintah Provinsi Sumut optimis pada akhir September 2009 daya serap APBD akan meningkat sampai 50%. Khusus belanja modal yang terkait dengan tender pengadaan barang dan jasa saat ini baru terserap sekitar 15,73% (Rp712,74 miliar) dan diperkirakan meningkat menjadi 35,57% pada akhir September viii

RINGKASAN EKSEKUTIF 2009. PPEE ERRKKEEMBBANGAN EEKKONOMII MAKKRRO Pada triwulan III-2009, perekonomian Sumut menunjukkan perkembangan yang positif sebesar 4,17% (yoy) meskipun tumbuh lebih lambat dibanding periode triwulan sebelumnya sebesar 4,57% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sumut tersebut terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga yang membentuk sekitar 65% PDRB Sumut. Kegiatan konsumsi rumah tangga, yang merupakan penggerak utama ekonomi, masih mampu tumbuh dan menjadi pendorong ekonomi di tengah tekanan inflasi yang meningkat menjelang perayaan hari raya Idul Fitri. Aktivitas konsumsi terutama adalah belanja rumah tangga dalam mempersiapkan kebutuhan Lebaran dan masa liburan. Penjualan barang durable goods seperti elektronik juga masih tumbuh seiring dengan membaiknya keyakinan konsumen di triwulan ini. Untuk membiayai konsumsi, masyarakat menggunakan tabungannya dan memanfaatkan pinjaman perbankan (kredit konsumsi). Kegiatan investasi swasta masih tumbuh meskipun mulai menunjukkan gejala perlambatan. Investasi pemerintah pada triwulan laporan masih belum menunjukkan perkembangan yang signifikan yang terlihat dari masih rendahnya realisasi anggaran. Pertumbuhan ekspor dan impor mengalami perlambatan seiring penurunan permintaan internasional dan domestik. Perlambatan ekspor khususnya disebabkan oleh tren pelemahan ekonomi global yang menyebabkan turunnya permintaan dari negara-negara partner dagang Sumut. Dari sisi penawaran, sektor pengangkutan dan komunikasi mampu tumbuh paling tinggi khususnya pada triwulan laporan. Sektor pengangkutan, menyumbang pertumbuhan yang tinggi pada triwulan ini seiring maraknya aktivitas mudik masyarakat di masa libur lebaran. Sementara itu sektor komunikasi tumbuh semakin pesat di Kota Medan, terbukti dari masuknya sepuluh dari sebelas operator jaringan selular yang ada di Indonesia ke kota Medan. Sektor pertanian diperkirakan relatif sedikit membaik seiring dengan peningkatan produksi padi pada Angka Ramalan (aram) III-2009 yang diperkirakan menjadi 3,48 juta ton atau naik 3,85% dari aram II- 2009 sebanyak 3,46 juta ton. PPEERRKKEEMBBANGAN INFFLLASSI I I Inflasi Sumut pada triwulan III-2009 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi Sumut tercatat sebesar 3,31% (qtq), jauh lebih tinggi baik dibandingkan dengan inflasi Sumut pada triwulan II-2009, yang mengalami deflasi sebesar 0,18%, maupun inflasi pada triwulan I-2009, deflasi 0,73%. ix

RINGKASAN EKSEKUTIF Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada triwulan III-2009 sebesar 2,07%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Sumut September 2009 secara tahunan juga lebih tinggi dibandingkan inflasi pada Juni 2009 yakni dari 2,52% menjadi 4,56% (yoy) dan di atas inflasi nasional sebesar 2,83% (yoy). Secara tahunan, inflasi pada akhir triwulan III-2009 mencapai 4,56% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,52%. Tekanan inflasi pada triwulan III-2009 terutama bersumber dari meningkatnya permintaan menjelang hari raya Idul Fitri dan pola tahunan kalender akademis. Meningkatnya tekanan faktor fundamental tidak terlepas dari meningkatnya ekspektasi inflasi menjelang hari raya Idul Fitri dan memasuki liburan, akan tetapi peningkatan ekspektasi ini masih dapat ditahan oleh meredanya tekanan eksternal seiring dengan penguatan rupiah, dan rendahnya inflasi impor. Sebagian besar inflasi kelompok pengeluaran masih menunjukkan tren menurun. Meskipun demikian, beberapa kelompok juga menunjukkan peningkatan seperti ditunjukkan oleh kelompok bahan makanan terkait dengan peningkatan permintaan sesuai dengan pola musimannya. Kelompok lain yang mengalami inflasi cukup tinggi adalah kelompok pendidikan terkait dengan pola tahunan kalender pendidikan. Namun, secara tahunan kelompok pendidikan masih menunjukkan kecenderungan yang menurun. PEERRKKEEMBBANGAN PP PPEERRBBANKKAN Perkembangan perbankan di Sumut pada triwulan III-2009 menunjukkan bahwa adanya peningkatan dalam hal fungsi intermediasi perbankan. Hal ini tercermin dari meningkatnya penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Sejalan dengan hal tersebut aset perbankan Sumut juga meningkat. Indikator lain, LDR yang menunjukkan perbandingan antara kredit yang disalurkan dengan DPK yang berhasil dihimpun perbankan juga menunjukkan peningkatan. Penghimpunan DPK Sumut hingga triwulan III-2009 mencapai Rp90,31 triliun, meningkat 0,84% dibandingkan triwulan sebelumnya atau meningkat 15,83% dibandingkan triwulan III-2008. Kredit Sumut triwulan III-2009 sebesar Rp69,41 triliun, mengalami peningkatan 3,32% dibandingkan triwulan II-2009 atau 5,37% dibandingkan triwulan III-2008. Penyaluran kredit UMKM pada triwulan III-2009 sebesar Rp33,07 triliun atau mengalami peningkatan 5,45% dibandingkan triwulan II-2009 atau 8,71% dibandingkan triwulan III-2008. PPEERRKKEEMBBANGAN KKEEUANGAN DAEERRAH Daya serap APBD 2009 hingga posisi akhir Juni berkisar Rp1,23 triliun (33,88%) dari total APBD Rp3,62 triliun, dengan masing-masing x

RINGKASAN EKSEKUTIF rincian belanja langsung Rp354,27 miliar dan belanja tidak langsung Rp743,16 miliar. Pemerintah Provinsi Sumut optimis pada akhir September 2009 daya serap APBD akan meningkat sampai 50%. Khusus belanja modal yang terkait dengan tender pengadaan barang dan jasa saat ini baru terserap sekitar 15,73% (Rp712,74 miliar) dan diperkirakan meningkat menjadi 35,57% pada akhir September 2009. Pemerintah propinsi Sumatera Utara mengajukan RP-APBD (Rancangan Perubahan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah) Propsu TA 2009 yang diproyeksikan menjadi Rp3,89 triliun lebih kepada DPRD Sumut. Pendapatan daerah pada P-APBD 2009 diproyeksikan Rp3,32 triliun atau naik sebesar Rp69 miliar dibanding dengan APBD 2009 sebesar Rp3,25 triliun. Perubahan pendapatan daerah itu terjadi akibat kenaikan PAD semula Rp2,10 triliun menjadi Rp2,11 triliun atau naik sekitar Rp4 miliar. Kenaikan ini bersumber dari retribusi daerah Rp10 juta, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp50 juta dan lain-lain PAD yang sah Rp4 miliar. PPEE ERRKKEEMBBANGAN SSI ISSTTEEM PPEEMBBAYYARRAN Pada triwulan III 2009 nilai transaksi pembayaran non tunai perbankan di wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan media transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mengalami peningkatan baik nilai transaksi maupun jumlah transaksi. Nilai transaksi BI-RTGS di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2009 tercatat sebesar Rp.117.985 milyar atau meningkat 5,04% bila dibanding periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.112.324 milyar, dengan jumlah transaksi BI-RTGS yang juga meningkat sebesar 1,15% dari 146.310 transaksi pada triwulan II 2009, menjadi 147.990 transaksi. Meningkatnya nilai transaksi dan jumlah transaksi pada triwulan III 2009 dipengaruhi oleh meningkatnya transfer dana non tunai masyarakat dan pelaku usaha melalui BI-RTGS seiring dengan meningkatnya transaksi pembayaran masyarakat pada bulan Ramadhan dan memenuhi kebutuhan dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Nilai transaksi kliring di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2009 tercatat sebesar Rp.27.147 milyar atau turun 0,18% bila dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.32.944 milyar, dengan jumlah transaksi kliring yang juga mengalami penurunan sebesar 0,11% dari 1.157.592 warkat (transaksi) pada triwulan III 2008, menjadi 1.068.663 warkat (transaksi). Penurunan nilai transaksi kliring pada triwulan III 2009 ditengarai adanya perlambatan pada kegiatan dunia usaha sebagai pengaruh dari imbas krisis keuangan global dan adanya alternatif pilihan masyarakat dalam transaksi non tunai antara lain melalui BI- RTGS yang memberikan waktu pelayanan yang lebih cepat dan aman. xi

RINGKASAN EKSEKUTIF PPEE ERRKKEEMBBANGAN KKEETTEENAGAKKEERRJJAAN DAN KKEESSEEJJAHTTEERRAAN Penduduk usia kerja Sumut yang bekerja sebanyak 5.800 ribu orang meningkat sebesar 8,13% dibandingkan Februari 2008. Penduduk usia kerja Sumut yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu) atau setengah penganggur pada Februari 2009 sebanyak 1.652 ribu orang. Ditinjau lebih lanjut, sekitar 713,33 ribu orang atau 43,18% di antaranya merupakan setengah penganggur terpaksa, yaitu bekerja di bawah jam kerja normal, masih mencari pekerjaan, dan masih bersedia menerima pekerjaan. Sedangkan jumlah setengah penganggur sukarela, yaitu bekerja di bawah jam kerja normal, tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain sebanyak 938,67 ribu orang atau 56,82% dari jumlah penduduk setengah penganggur. Jumlah penduduk miskin di Sumut menujukkan kecenderungan yang terus menurun sejak tahun 2006. Jumlah penduduk miskin per Maret 2009 sebesar 1.499,70 ribu jiwa. Jumlah ini menurun 7,07% bila dibandingkan Maret 2008 sebesar 1.613,80 ribu jiwa. Kondisi nilai tukar petani sepanjang triwulan III-2009 menunjukkan nilai yang relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada Agustus 2009, Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut sebesar 101,16 atau mengalami penurunan sebesar -0,74% dibandingkan bulan Juli 2009 sebesar 101,91. Nilai Tukar Petani per sub sektor masing-masing sebesar 96,22 untuk subsektor padi dan palawija (NTPP), 113,21 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 103,09 untuk subsektor perkebunan rakyat (NTPR), 100,23 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 99,84 untuk subsektor perikanan (NTN). PPRROSSPPEEKK PPEERREEKKONOMI IAN Perkiraan Ekonomi Seiring dengan berlanjutnya proses pemulihan perekonomian dan membaiknya intermediasi perbankan, perekonomian Sumut pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi meningkat ditopang oleh pendapatan ekspor yang meningkat, keyakinan konsumen yang lebih kuat, serta faktor musiman menjelang akhir tahun. Kinerja investasi diperkirakan sedikit membaik, meski masih tumbuh rendah. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan ekonomi negara mitra dagang yang semakin membaik, serta harga komoditas global yang meningkat. Sementara, pertumbuhan impor diperkirakan masih minimal. Di sisi penawaran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan perdagangan, hotel dan restoran tumbuh membaik pada triwulan IV- 2009. Sektor industri pengolahan diperkirakan masih tetap tumbuh. xii

RINGKASAN EKSEKUTIF Beberapa industri masih berproduksi normal untuk menyelesaikan kontrak pada tahun 2009. Sementara itu untuk sektor pertanian, sebagian besar lahan pertanian padi di Sumut mulai memasuki masa tanam 2009/2010 (minggu ketiga bulan Oktober sampai dengan minggu pertama bulan November) sehingga kinerja pada triwulan IV- 2009 tidak akan jauh berbeda dengan periode yang sama tahun 2008. Pada triwulan IV-2009, pertumbuhan ekonomi Sumut diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 4,50% - 4,70% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun 2009 diproyeksikan masih berada pada kisaran 5±1% (yoy). Perkiraan Inflasi Daerah Sejalan dengan kuatnya komitmen Bank Indonesia Regional Sumut/NAD dan Pemerintah Provinsi Sumut untuk pengendalian inflasi, pada triwulan IV-2009, laju inflasi diperkirakan akan menurun. Hal ini sejalan dengan terjadinya penurunan harga komoditas di pasar internasional dan kembali normalnya permintaan domestik pasca Idul Fitri. Secara triwulanan, inflasi IHK di Sumut pada triwulan IV-2009 diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dan memiliki potensi untuk kembali ke pola normalnya pada tahun 2010. Secara tahunan inflasi Sumut diperkirakan berkisar antara 3,20%-3,70% (yoy). Selain itu, menurunnya inflasi juga berasal dari cenderung menurunnya inflasi inti seiring dengan kecenderungan penurunan inflasi mitra dagang, dan membaiknya ekspektasi inflasi. Dari sisi volatile food, tekanan inflasi diprakirakan minimal karena dukungan kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi. xiii

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMII MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Sumut pada triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan dengan laju pertumbuhan diperkirakan sebesar 4,17% (yoy). Pertumbuhan positif ini terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga yang merupakan kontributor utama PDRB Sumut dari sisi permintaan (65%) terkait dengan adanya perayaan hari Idul Fitri. Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan relatif sedikit membaik seiring dengan peningkatan produksi padi pada Angka Ramalan (aram) III-2009 yang diperkirakan naik dari 3,46 juta ton pada triwulan II-2009 menjadi 3,48 juta ton atau naik 3,85%. Namun demikian, dampak krisis ekonomi global masih terasa yang terlihat dari penurunan kinerja ekspor seiring dengan menurunnya permintaan negara tujuan utama. Dampak di sisi penawaran terlihat dari penurunan kinerja sektor industri pengolahan yang berorientasi ekspor. Pada triwulan III-2009, perekonomian Sumut menunjukkan perkembangan yang positif sebesar 4,17% (yoy) meskipun tumbuh lebih lambat dibanding periode triwulan sebelumnya sebesar 4,57% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sumut didorong oleh konsumsi dan investasi, yang tumbuh 9,30% dan 3,85% (yoy). Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Grafik 1.2. Perkembangan Kegiatan Usaha di Sumut Kegiatan konsumsi rumah tangga, yang merupakan penggerak utama ekonomi, masih mampu tumbuh dan menjadi pendorong ekonomi di tengah tekanan inflasi yang meningkat menjelang perayaan hari raya Idul Fitri. Aktivitas konsumsi terutama adalah belanja rumah tangga dalam 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

mempersiapkan kebutuhan Lebaran dan masa liburan. Penjualan barang durable goods seperti elektronik juga masih tumbuh seiring dengan membaiknya keyakinan konsumen di triwulan ini. Untuk membiayai konsumsi, masyarakat menggunakan tabungannya dan memanfaatkan pinjaman perbankan (kredit konsumsi). Kegiatan investasi swasta masih tumbuh meskipun mulai menunjukkan gejala perlambatan. Investasi pemerintah pada triwulan laporan masih belum menunjukkan perkembangan yang signifikan yang terlihat dari masih rendahnya realisasi anggaran. Pertumbuhan ekspor dan impor mengalami perlambatan seiring penurunan permintaan internasional dan domestik. Perlambatan ekspor khususnya disebabkan oleh tren pelemahan ekonomi global yang menyebabkan turunnya permintaan dari negara-negara partner dagang Sumut. Dari sisi penawaran, sektor pengangkutan dan komunikasi mampu tumbuh paling tinggi khususnya pada triwulan laporan. Sektor pengangkutan, menyumbang pertumbuhan yang tinggi pada triwulan ini seiring maraknya aktivitas mudik masyarakat di masa libur lebaran. Sementara itu sektor komunikasi tumbuh semakin pesat di Kota Medan, terbukti dari masuknya sepuluh dari sebelas operator jaringan selular yang ada di Indonesia ke kota Medan. Sektor pertanian sebagai sektor unggulan juga mengalami pertumbuhan yang positif setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontaraksi, pertumbuhan sektor pertanian terutama meningkatnya produktivitas hasil pertanian akibat sangat baiknya cuaca. Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian tumbuh paling rendah pada triwulan ini seiring tidak adanya aktivitas yang menyumbang pertumbuhan. Tabel 1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%) BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 2

1.2. SISI PERMINTAAN Perekonomian Sumut pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sekitar 4,17%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (4,57%). Sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari peningkatan konsumsi, sementara investasi tumbuh melambat. Sementara itu, untuk kegiatan ekspor impor juga menunjukkan penurunan sehingga sumbangan net ekspor impor terhadap pertumbuhan PDRB relatif rendah. 1. Konsumsi Pada triwulan III-2009, konsumsi Sumut tumbuh 9,30%, sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 9,00%. Faktor yang mempengaruhi peningkatan pertumbuhan konsumsi antara lain adalah peningkatan permintaan masyarakat yang sangat tinggi dalam mempersiapkan kebutuhan lebaran dan keyakinan konsumen yang relatif optimistis. Sementara pembiayaan konsumsi dari bank tercatat masih tinggi. Realisasi konsumsi pemerintah daerah memasuki semester II-2009 diperkirakan masih seperti pola tahun sebelumnya. Indeks keyakinan konsumen masih berada pada level optimistis. Meningkatnya indeks tersebut didorong oleh keyakinan konsumen terhadap kondisi saat ini maupun ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan. Pertumbuhan indeks survei penjualan eceran menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan barang-barang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini Sementara itu, hasil Survei Konsumen menunjukkan indeks ekspektasi konsumen maupun indeks kondisi perekonomian meningkat dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. 3 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

Grafik 1.5. Komponen Indeks Ekspektasi Grafik 1.6. Pertumbuhan Penjualan Elektronik Konsumsi barang tahan lama (durable goods) seperti elektronik pada triwulan laporan mengalami sedikit penurunan. Hal ini diindikasikan oleh perkembangan penjualan elektronik di Sumut yang mulai menurun. Realisasi penjualan elektronik pada bulan September 2009 turun 0,85% dibandingkan dengan bulan Juni 2009. Grafik I.7. Pertumbuhan Penjualan BBM Grafik I.8. Penjualan Makanan&Tembakau Sementara itu, konsumsi non durable goods (makanan dan non makanan) menunjukkan peningkatan. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) di Kota Medan, penjualan kelompok makanan dan tembakau tumbuh 19,07% (qtq). Indikator konsumsi non makanan yang tercermin dari penjualan perlengkapan rumah tangga serta penjualan pakaian dan perlengkapannya tumbuh masing-masing sebesar 0,53% dan 33,46% (qtq) sementara itu penjualan BBM mengalami penurunan sebesar 5,73% (qtq). BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 4

Grafik I.9. Penjualan Perlengkapan RT Grafik I.10. Penjualan Pakaian&Perlengkapan Dari sisi sumber pembiayaan yang berasal dari bank umum di Sumut, penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan konsumsi pada triwulan III-2009 mencapai Rp888,50 miliar, atau turun sekitar 0,56% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp893,47 miliar. Grafik I.11. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut Grafik I.12. Penyaluran Kredit Baru untuk konsumsi oleh Bank Umum di Sumut 2. Investasi Total investasi pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh 3,85% (yoy), turun dibandingkan dengan triwulan II-2009 sebesar 6,28% (yoy). Berdasarkan data BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), dalam hal realisasi investasi dalam negeri sepanjang April 2009, Provinsi Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 5

Sumatera Utara menduduki peringkat ketiga dengan total Rp146,6 miliar. Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat pertama dengan total Rp615,1 miliar, disusul oleh Jawa Barat Rp215 miliar, Jawa Tengah Rp125 miliar dan Sumatera Barat Rp113,1 miliar. Sementara itu, dari data laporan Badan Penanaman Modal dan Promosi Provinsu Sumatera Utara, perkembangan jumlah realisasi investasi PMA (Penanam Modal Asing) tahun 2009 di Sumut mencapai USD409,65 juta. Jumlah tersebut berasal dari 3 perusahaan yang dimiliki investor Malaysia dan Belanda. Adapun daftar realisasi investasi negara asal berdasarkan izin usaha tetap PMA tahun 2009 itu, antara lain Malaysia dengan dua perusahaan dan nilai investasinya mencapai USD254,70 juta. Belanda satu perusahaan dengan nilai investasi USD154,95 juta yang masing-masing bergerak di bidang usaha industri dan jasa. Adapun jumlah tenaga kerja Indonesia yang diserap oleh tiga perusahaan tersebut mencapai 116 orang. Sementara rencana proyek perluasan PMA tahun 2009 berdasarkan bidang usaha tahun 2009 di Sumut total investasinya mencapai USD765,75 juta. Jumlah itu bersumber dari dua perusahaan yakni jasa dengan investasi USD531,25 juta dan pangan dengan nilai investasi USD234,50 juta. Ketiga perusahaan itu masing-masing dimiliki oleh Amerika Serikat dengan satu perusahaan dan jumlah nilai investasinya mencapai USD6,25 juta, Belanda satu perusahaan dengan jumlah investasi senilai USD234,50 juta dan Perancis satu perusahaan dengan jumlah nilai investasi USD525 juta. Sedangkan rencana proyek PMA berdasarkan negara asal tahun 2009 masing-masing dari Maroko satu perusahaan dengan nilai investasi USD40 juta, Australia satu perusahaan dengan nilai investasi USD180 juta, Inggris satu perusahaan dengan nilai investasi USD40 juta, Belanda satu perusahaan dengan nilai investasi USD50 juta dan Malaysia satu perusahaan dengan nilai investasi USD25 juta. Total jumlah investasi dari semua negara itu mencapai USD335 juta. Adapun bidang usaha yang dimiliki kelima negara itu, antara lain bidang jasa sebanyak 4 perusahaan dengan investasi USD1.55 juta dan peternakan dengan jumlah investasi USD180 juta. BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 6

Grafik I.13. Pengadaan Semen di Sumut Grafik I.14. Penjualan Bahan Konstruksi Indikator investasi pada sektor bangunan tercermin pada penjualan semen di Sumut selama triwulan III-2009 yang mencapai 152 ribu ton, atau menurun 7,37% (yoy), penurunan ini juga tercermin dari penurunan penjualan bahan konstruksi sebesar 11,15% (yoy). Grafik I.15. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut Sementara itu, di sisi pembiayaan, penyaluran kredit untuk jenis penggunaan investasi naik 3,31% (yoy) dengan nilai Rp12,56 triliun lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2008 dengan nilai Rp12,16 triliun. 3. Ekspor - Impor Di tengah perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dunia yang disebabkan oleh gejolak perekonomian global, perkembangan ekspor produk asal Sumut, diperkirakan mengalami 7 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

penurunan pertumbuhan. Kinerja ekspor Sumut triwulan III-2009 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 1,71% (yoy), setelah pada triwulan II-2009 terkontraksi sebesar 1,59%. Nilai ekspor selama periode Juli 2009 hingga Agustus 2009 tercatat sebesar USD1,09 miliar, sedangkan volume ekspor tumbuh 12,08% (yoy) mencapai 1,36 ribu ton. Ekspor terbesar disumbangkan oleh produk minyak hewan, nabati dan CPO, dengan nilai mencapai USD550,65 juta atau turun 21,95% (yoy), diikuti oleh ekspor karet Sumut yang mencapai USD174,34 juta atau mengalami penurunan pertumbuhan 42,97% (yoy). Faktor yang mempengaruhi perlambatan ekspor terutama adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional maupun pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya untuk produk manufaktur. Komoditi utama manufaktur Sumut antara lain adalah produk makanan dan minuman, barang kimia, logam dasar, produk karet serta produk tembakau. Impor Sumut diperkirakan tumbuh 5,60% (yoy), sejalan dengan meningkatnya permintaan dalam negeri, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan investasi. Dilihat berdasarkan nilai, impor Sumut triwulan III-2009 (Juli-Agustus 2009) mencapai USD435,55 juta, atau turun sebesar 24,55% (yoy). Impor Sumut didominasi oleh impor barang modal. Kegiatan ekspor-impor Provinsi Sumut masih memberi andil yang signifikan terhadap perekonomian Sumut. Sumut memang memiliki posisi strategis dalam perdagangan dalam negeri khususnya dengan daerah-daerah di Indonesia Barat. Aktivitas perdagangan antar daerah ini terlihat dari tingginya volume muat barang yang melalui Pelabuhan Belawan. Di sisi lain, impor Sumut terus meningkat pada triwulan laporan, khususnya impor dari luar negeri/antar negara. Peningkatan volume dan nilai impor ini terkait dengan struktur ekonomi Sumut yang masih banyak tergantung pada pasokan dari luar negeri baik untuk barang konsumsi akhir maupun barang setengah jadi. Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2009 yang relatif solid di kisaran 4-5% tidak hanya dicukupi oleh produksi maupun bahan baku yang berasal dari dalam negeri. BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 8

Grafik I.16. Perkembangan Nilai Ekspor & Impor Grafik I.17. Perkembangan Volume Ekspor & Impor Grafik I.18. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan Ekspor masih didominasi oleh produk manufaktur dengan pangsa hingga 79,22% dari total nilai ekspor. Komoditas ekspor produk manufaktur yang utama tetap berupa produk makanan dan minuman. 9 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

Grafik I.19. Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama Tabel I.2. Nilai Ekspor Triwulan III-2009* Di sisi lain, impor masih didominasi oleh bahan baku untuk mendukung kegiatan produksi terutama pada industri yang mengandung komponen impor tinggi (high import content) seperti industri kimia dan industri barang dari logam. Produk dari industri-industri ini kemudian menjadi komoditas ekspor yang dikirim kembali ke luar negeri, seperti tampak pada produk ekspor utama Sumut. Produk-produk yang mendominasi impor Sumut pada triwulan III-2009 ini yaitu Kimia dan Bahan dari Kimia, Logam Dasar dan Produk Makanan dan Minuman. Tabel I.3. Nilai Impor Triwulan III-2009* 1.3. SISI PENAWARAN Perekonomian Sumut triwulan III-2009 pada sisi penawaran terutama didukung oleh tiga sektor non primer yaitu sektor keuangan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa yang masing-masing tumbuh 7,58%, 7,24% dan 6,63 % (yoy). Sementara itu, sektor pertanian sebagai sektor unggulan pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 10

pertumbuhan sebesar 4,12% (yoy) dikarenakan meningkatnya produktivitas hasil panen akibat cuaca yang sangat bagus. Di sektor perdagangan, hotel dan restoran, mengalami pertumbuhan positif karena mulai naiknya permintaan menyusul meningkatnya kebutuhan pokok masyarakat menjelang Idul Fitri dan tingkat hunian hotel yang meningkat selama musim liburan. Sektor industri pengolahan, listrik dan bangunan masih mencatat pertumbuhan positif. Secara keseluruhan perekonomian Sumut di triwulan III-2009 sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Sektor yang tumbuh relatif tinggi merupakan sektor yang padat modal, sementara sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak tumbuh rendah. 1. Sektor Pertanian Setelah pada periode sebelumnya nilai tambah sektor pertanian mengalami penurunan pertumbuhan, pada triwulan ini sektor pertanian diperkirakan tumbuh meningkat yakni sebesar 4,12% (yoy). Sektor pertanian diperkirakan relatif sedikit membaik seiring dengan peningkatan produksi padi pada Angka Ramalan (aram) III-2009 yang diperkirakan menjadi 3,48 juta ton atau naik 3,85% dari aram II-2009 sebanyak 3,46 juta ton. Peningkatan sektor pertanian pada triwulan III-2009 sejalan dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan petani. Hal ini antara lain tercermin dari peningkatan nilai tukar petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Sumut terhadap perkembangan harga-harga di kabupaten/kota di Provinsi Sumut, NTP pada bulan Agustus 2009 sebesar 106,16, meningkat 4,25 poin dibandingkan angka NTP pada bulan Juli 2009 yang sebesar 97,42. Grafik I.20. Nilai Tukar Petani Sumut 11 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

Dinas Pertanian Sumatra Utara memprediksikan produksi padi meningkat sebesar 3,85% pada tahun 2009 karena cuaca yang sangat mendukung musim tanam. Tidak terjadinya musim kemarau berkepanjangan seperti yang diprediksikan terjadi di sepanjang tahun 2009 sangat menguntungkan upaya peningkatan produksi padi di Sumut. Sebaliknya, intensitas curah hujan yang turun juga cukup sehingga tidak menimbulkan puso atau gagal panen, sehingga angka ramalan (aram) III-2009 produksi padi Sumut mengalami kenaikan sebesar 3,85%. Intensitas curah hujan yang turun juga memenuhi kebutuhan padi, yakni sebesar 200 milimeter. Berdasarkan data Dinas Pertanian Sumut, produksi padi pada aram III-2009 diperkirakan menjadi 3,48 juta ton atau naik 3,85% dari aram II sebanyak 3,46 juta ton. Peningkatan produksi didorong oleh meningkatnya produktivitas padi pada aram III diperkirakan sebesar 45,46%, naik dibandingkan dengan aram II sebesar 44,89%. Akan tetapi, luas panen padi mengalami penurunan menjadi 767.575 hektar pada aram III dari aram II seluas 772.927 hektar. Selain curah hujan yang cukup kenaikan produksi didukung oleh tidak adanya keluhan kelangkaan pupuk urea bersubsidi di daerah sentra padi. Satu hektar lahan sawah membutuhkan 525 kg pupuk urea. Selain itu, program bantuan benih langsung unggul (BLBU) yang dicanangkan oleh pemerintah pusat mampu meningkatkan produktivitas padi. Berbagai program yang dicanangkan pemerintah tahun 2009 berjalan baik sehingga tidak mengganggu proses pertanaman. Tidak adanya masalah pada masa tanam hingga memasuki panen karena penyaluran pupuk bersubsidi, khususnya urea tidak mengalami masalah. Penyaluran pupuk oleh PT. Pupuk Sriwijaya dilakukan sesuai dengan masa tanam dan didistribusikan sesuai dengan waktunya. Produktivitas Tanaman Pangan Sumut Tahun 2009 Pada tahun 2009, produktivitas tanaman pangan padi diperkirakan sebesar 44,89 Ku/Ha dengan produksi 3,47 juta Ku dan luas panen sebesar 772,93 ribu hektar. Sementara itu produktivitas BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 12

tanaman jagung diperkirakan sebesar 45,69 Ku/Ha dengan produksi 119,08 ribu Ku dan luas panen sebesar 260,60 ribu hektar. Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit perbankan ke sektor ini yang meningkat 0,41% (qtq). Nilai kredit ke sektor pertanian mencapai Rp9,80 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar Rp9,76 triliun. Grafik I.21. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian 2. Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan III-2009, sektor industri tumbuh 2,21% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan II-2009 (3,17%). Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi penurunan pertumbuhan di sektor industri Sumut, antara lain adalah permintaan domestik dan internasional terhadap produk industri di Sumut yang menurun. Indikator menunjukkan bahwa impor bahan baku industri mengalami penurunan. Turunnya pertumbuhan sektor industri pengolahan terutama diakibatkan oleh subsektor industri kimia dan barang dari karet, industri semen dan barang galian bukan logam serta subsektor industri makanan, minuman dan tembakau. Hal ini dapat terlihat dari permintaan dunia terhadap produk makanan, minuman dan tembakau di Sumut yang mengalami penurunan pertumbuhan. Nilai ekspor produk ini Sumut selama Juli dan Agustus 2009 turun sebesar 23,78% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. 13 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

Grafik I.22. Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya Grafik I.23. Nilai dan Volume Ekspor Makanan, Minuman dan Tembakau Sementara itu, dalam rangka mengantisipasi krisis listrik yang terjadi, industri di Sumut telah melakukan penghematan melalui pengalihan waktu kerja. Kebijakan mengalihkan hari kerja industri ke hari Minggu sudah dilakukan banyak pengusaha Sumatera Utara khususnya Kota Medan sejak tiga tahun lalu. Keputusan yang dilakukan menyusul krisis listrik yang terjadi di Sumatera Utara itu dilakukan tanpa melalui ketentuan pemerintah namun konsensus antara pengusaha dan pekerja. Grafik I.24. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan Penurunan pertumbuhan sektor industri pengolahan sejalan pula dengan penyaluran kredit perbankan ke sektor industri pengolahan yang menurun sebesar 3,32% (yoy). Nilai kredit ke sektor industri pengolahan mencapai Rp16,91 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp17,49 triliun. Penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan masih didominasi oleh kredit subsektor tekstil, sandang, dan kulit. BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 14

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor PHR pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh 2,62% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 (4,51%). Namun bila dilihat secara triwulanan, sektor PHR mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,22% setelah pada triwulan II-2009 mengalami kontraksi 2,42% (qtq). Pertumbuhan sektor PHR terutama disumbang oleh subsektor perdagangan dan hotel. Meningkatnya pertumbuhan subsektor ini tidak terlepas dari tetap tingginya permintaan masyarakat khususnya tingkat hunian hotel memasuki liburan dan hari raya Idul Fitri. Hal ini diperkuat oleh data terakhir dari BPS, yang menunjukkan rata-rata tingkat hunian kamar (hotel bintang) di Sumut selama bulan Agustus 2009 mencapai 35,17%, lebih tinggi dibandingkan bulan Mei 2009 sebesar 31,77%. Beberapa prompt indikator pendukung pertumbuhan subsektor ini antara lain adalah perkembangan arus barang di pelabuhan Belawan. Tabel I.4. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%) Grafik I.25. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh 11,57% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009. Posisi kredit bank umum di Sumut ke 15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada September 2009 mencapai Rp17,36 triliun yang didominasi oleh kredit ke subsektor perdagangan eceran. Grafik I.26. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (Ton) 4. Sektor Keuangan Sektor keuangan tumbuh 7,58% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2009 (6,85%). Sektor ini merupakan sektor yang tumbuh paling tinggi dari seluruh sektor ekonomi Sumut. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan di sektor ini diperkirakan adalah nilai tambah sektor keuangan yang relatif meningkat karena peningkatan pendapatan kotor ( gross output). Sejalan dengan itu, kegiatan intermediasi perbankan relatif meningkat yang terlihat dari peningkatan LDR menjadi 76,86%. Tabel I.5. Perkembangan Kegiatan Bank Di tengah gejolak perekonomian dunia, stabilitas sistem keuangan di Sumut hingga triwulan III- 2009 masih tetap terkendali. Indikator kinerja perbankan masih menunjukkan perkembangan BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 16

yang cukup baik (secara lengkap dibahas pada Bab 3). Meskipun tekanan inflasi mengalami peningkatan, NPL bank umum di Sumut masih terjaga pada level yang cukup rendah. 5. Sektor Bangunan Sektor bangunan dan konstruksi pada triwulan III-2009 tumbuh 4,57% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan II-2009 sebesar 4,42%. Pertumbuhan ini terutama dikonfirmasi oleh masih meningkatnya konsumsi semen dan pertumbuhan tinggi penjualan bahan konstruksi hasil survei penjualan eceran. Faktor lain yang mempengaruhi ialah masih maraknya pembangunan properti komersial di Sumut, terutama di kota Medan. Indikator lainnya adalah peningkatan kegiatan pembangunan infrastruktur, dan lain-lain. Grafik I.27. Realisasi Pengadaan Semen Sumut % 40 35 30 25 20 15 10 5 Pengadaan Semen (kanan) Pertumbuhan (yoy) Ribu Ton 250 200 150 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5 2008 2009 10 Sumber : Asosiasi Semen Indonesia 50 0 Akan tetapi dari hasil Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia (SHPR) perkembangan properti komersial pada triwulan III-2009 diperkirakan mengalami penurunan yang signifikan, terutama untuk jenis perumahan tipe besar. 17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

Tabel I.6. Perkembangan Pembangunan Perumahan di Kota Medan Sejalan dengan perkembangan di atas, pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi tumbuh 14,08% (yoy)). Penyaluran kredit sektor ini mencapai Rp2,35 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp2,06 triliun. Sebagian besar kredit disalurkan ke subsektor konstruksi lainnya dan subsektor perumahan sederhana. Grafik I.28. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi 6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 7,24% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II-2009 sebesar 7,04% (yoy). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan di sub sektor ini antara lain adalah relatif tingginya peningkatan angkutan jalan raya (antar kota dalam dan luar propinsi) dan angkutan laut. Lonjakan tersebut bertepatan saat masa liburan sekolah. Sementara sub sektor komunikasi diperkirakan tetap tumbuh tinggi, antara lain dipengaruhi oleh perilaku BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 18

masyarakat yang sudah memasukkan sarana komunikasi sebagai kebutuhan pokok (gaya hidup), ditambah inovasi layanan sehingga mampu menjadikan harga lebih menarik dan terjangkau. Hal tersebut dapat menarik dan menjaring masyarakat mengkonsumsi sektor komunikasi menjadi lebih besar. Sementara itu, bersaingnya harga tiket maskapai penerbangan menyebabkan jumlah penumpang pesawat udara dengan tujuan domestik yang berangkat mengalami peningkatan. Sebaliknya, untuk rute international mengalami sedikit penurunan. Tabel I.7. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional Di Bandara Polonia Tabel I.8. Jumlah Penumpang Dalam Negeri Di Pelabuhan Belawan Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh signifikan yakni sebesar 19,00% (yoy). Nilai kredit sektor ini mencapai Rp1,19 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1 triliun. Penyaluran kredit terbesar diperkirakan terutama terjadi di subsektor komunikasi. 19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

Grafik I.29. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi 7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh 6,13% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009 (7,13%). Pertumbuhan kinerja sektor ini ditopang terutama oleh pertumbuhan subsektor gas kota dan listrik. Gejolak ekonomi dunia yang menyebabkan terguncangnya sektor industri tidak akan banyak berpengaruh pada permintaan gas di pasar domestik. Ini disebabkan anjloknya permintaan industri akan dikompensasi naiknya permintaan produsen listrik. Kondisi tersebut akan berdampak positif pada kinerja perusahaan distributor gas nasional PT.Perusahaan Gas Negara (PGN). Hasil sementara, belum ada pelanggan besar yang mengajukan pengurangan konsumsi gas di 2009. Jika kontrak baru penjualan gas ke sektor listrik sebesar 260 juta kaki kubik (MMScfd) terealisasi, maka minimal penjualan PGN di 2009 akan mencapai 700 MMScfd. Tahun 2008 subsidi PLN Sumut sekitar Rp8 triliun dan hingga posisi terakhir 2009 subsidi sudah mencapai Rp6 triliun. Kondisi kelistrikan di Sumut sudah berdaya sekitar 1300 MW, sedangkan kebutuhan sekira 1100 MW. Daya listrik akan bertambah dengan masuknya PLTA Asahan I sebesar 2 x 90 MW ke sistem awal Januari 2010. Kemudian PLTA Asahan III tiga tahun kemudian karena kini sedang proses. Kebutuhan listrik ibarat komoditi beras yang terus bertambah dikonsumsi masyarakat, jadi kalaupun tetap ada penambahan daya, kebutuhan listrik tak habishabisnya yang cenderung bertambah tiap tahun. BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 20

Secara nasional pemerintah menargetkan penambahan daya listrik 10.000 MW. Sumut akan merebut daya itu sebesar-besarnya. Kini PLN lebih mengutamakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) karena ramah lingkungan dan biayanya jauh lebih murah dibanding pembangkit lain. Dari 10.000 MW secara nasional maka Sumut mendapat 1000 MW. Kini sedang tahap persiapan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara 2 x 200 MW di Pangkalan Susu milik PLN yang diharapkan tiga tahun lagi atau tahun 2012 bisa masuk sistem. PLTA Asahan I masuk sistem Januari 2010. 8. Sektor Jasa-Jasa Sektor jasa-jasa pada triwulan III-2009 tumbuh 6,63% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009 (6,76%). Dilihat dari subsektornya, nilai tambah sektor ini masih didominasi oleh nilai tambah yang bersumber dari subsektor jasa pemerintahan dan subsektor jasa sosial dan kemasyarakatan. Faktor yang mempengaruhi masih tingginya pertumbuhan di sektor ini terutama adalah terkait dengan datangnya musim liburan, sehingga arus wisatawan yang ke Sumut relatif meningkat. Grafik I.30. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa Penyaluran kredit ke sektor jasa-jasa tumbuh 3,46%, meningkat dibandingkan triwulan II-2009. Nilai kredit sektor ini mencapai Rp4,19 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,05 triliun. 21 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1