LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS PADA PEMBELAJARAN FAKTOR BILANGAN. Disusun oleh :

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR PADA PEMBELAJARAN FPB. Disusun oleh :

LAPORAN OBSERVASI KELAS LAMPU LALU LINTAS SEBAGAI KONTEKS DALAM PEMBELAJARAN KELIPATAN PERSEKUTUAN KECIL (KPK) Disusun oleh :

LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS DAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN OPERASI PENGURANGAN BILANGAN CACAH SAMPAI DENGAN 500

LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS DAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN CACAH SAMPAI DENGAN 500.

BELAJAR NILAI TEMPAT DENGAN RUMAH BILANGAN

RUMAH BILANGAN DAN KANTONG KACANG MERAH DALAM MENENTUKAN NILAI TEMPAT. Ambarsari Kusuma Wardani

AYO MENABUNG!! Oleh: Sylvana Novilia S. A. Pendahuluan

Desain Pembelajaran PMRI 4: "Jika Kamu Penjahit yang Pintar, Berapa cm Panjang Lingkar. Pinggang Pemesan Baju itu?"

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh:

MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh:

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :

PMRI DI SDN 179 PALEMBANG (4) Oleh: Sylvana Novilia Sumarto

Pemahaman Konsep FPB Dengan Pendekatan RME. Oleh: Lailatul Muniroh

KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGURANGAN BILANGAN BULAT DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SDN 05 BIRUGO

LAPORAN OBSERVASI 2. Proses Pembelajaran Matematika di kelas 5C di Sekolah Dasar Xaverius 1 Palembang dan SD IGM Palembang

Laporan Observasi 4 di SDN 117 Palembang pada Tanggal 7 Oktober 2010

Tujuan dari proses pembelajaran dengan pendekatan PMRI dan menggunakan media jam kertas yaitu:

JAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR. Oleh Shahibul Ahyan

PENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG

DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Perencanaan Pembelajaran. dipersiapkan diantaranya:

PROSES BERNALAR SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL-SOAL OPERASI BILANGAN DENGAN SOAL MATEMATIKA REALISTIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENEMUKAN KONSEP LUAS TRAPESIUM DENGAN PENDEKATAN PERSEGI PANJANG DAN SEGITIGA Oleh:

Naik Kereta Api dari Bandung ke Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas tentang peningkatan pemahaman materi jenisjenis

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

P 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MANAKAH YANG LEBIH BERAT? (Laporaan Observasi Ke-5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh: Ahmad Wachidul Kohar 1) Fanni Fatoni 2) Wisnu Siwi Satiti 3) I. Pendahuluan

BELAJAR SUDUT LEWAT GERAKAN TANGAN. (Laporan Observasi Ke-2)

Peran Penting Guru Matematika dalam Mencerdaskan Siswanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KONTEKS MEMBAGI ROTI DALAM MEMPELAJARI LUAS SEGITIGA. Navel O. Mangelep.

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK BERBASIS MEDIA BERKONTEKS LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

MENGHITUNG KELIPATAN SAMBIL MENABUNG. (Laporan Observasi Pertama)

Menghitung Kelipatan Sambil Menabung. (Observasi Pada Kelas IV A SD Negeri 21 Palembang)

MENEMUKAN RUMUS LUAS LAYANG - LAYANG MELALUI KONTEKS PERMAINAN LAYANG - LAYANG Oleh:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Menemukan Rumus Luas Lingkaran dengan Konteks Bundaran Air Mancur Palembang. Novita Sari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN. Sri Rejeki

MENYELESAIKAN PEMBAGIAN PECAHAN TANPA ALGORITMA

5 th Observation Report of Classroom Observation

PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

MAKALAH. Oleh: R. Rosnawati, dkk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengetahui proses pemberian scaffolding untuk mengatasi kesulitan belajar siswa

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dengan masing-masing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BELAJAR KONSEP PEMBAGIAN MELALUI PERMAINAN MEMBAGI PERMEN DENGAN DADU

BAB III METODE PENELITIAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

LAPORAN PRA OBSERVASI

Kata kunci: manik-manik, kontekstual, konvensional.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin penelitian dari

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN REMEDIAL YANG MENYENANGKAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Angie (Uno : 2009) menyatakan tanpa disadari

MENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan yang baku, akan tetapi pendidikan formal biasanya dilakukan di. dalam kegiatannya mempunyai acuan-acuan yang baku.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVA SD Negeri 69 Kota Bengkulu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah

Belajar Pengukuran Sudut Sambil Bermain Jam Analog. Novita Sari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MENDESAIN SENDIRI SOAL KONTEKSTUAL MATEMATIKA *

PENERAPAN ALAT PERAGA KARTU POSINEGA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS V SDN OLOBOJU

Pembelajaran Jarak, Waktu, dan Kecepatan Dengan Menggunakan Pendekatan PMRI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PENDEKATAN PMRI PADA MATA KULIAH METODE STATISTIKA I

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jesi Alexander Alim & Jalinus. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH 6 SD IGM PLUS PALEMBANG Selasa, 25 Oktober 2011

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PEMBELAJARAN PECAHAN DI SMP. Di sampaikan pada Pelatihan Nasional PMRI Untuk GuruSMP Di LPP Yogyakarta Juli 2008

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

PENERAPAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-H SMP NEGERI 7 MALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI. Makalah dipresentasikan pada. Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. berat. Salah satu tantangannya adalah menghadapi persaingan ekonomi global.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika. Melalui pemecahan masalah siswa dapat. memahami masalah dari soal yang ada dengan benar.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Oktober 2016 dan Selasa, 18 Oktober Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

Transkripsi:

LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS PADA PEMBELAJARAN FAKTOR BILANGAN Disusun oleh : Ambarsari Kusuma Wardani, Boni Fasius Hery dan Talisadika Maifa 1. PENDAHULUAN Pembelajaran faktor bilangan di sebagian besar sekolah di Indonesia selama ini terlalu berfokus dan dititik beratkan pada aspek kalkulasi semata. Seperti yang kita ketahui bahwa kemampun kalkulasi yang baik dapat sangat memudahkan siswa dalam mengerjakan soal-soal rutin, namun sayangnya mayoritas siswa kita yang memiliki kemampuan kalkulasi yang baik tidak diimbangi dengan pemahaman mendalam dari konsep Matematika yang membelakangi tiap kalkulasi yang mereka tangani. Untuk menjawab tantangan tersebut, beberapa pakar pendidikan Matematika di Indonesia mengadopsi suatu pendekatan pembelajaran yang banyak digunakan dinegara-negara maju, yaitu Realistic Mathematics Education (RME). Pendekatan ini dikembangkan di Belanda oleh Hans Freudental pada tahun 1977 dan di Indonesia dikenal sebagai Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). PMRI adalah pendekatan yang menekankan pada penggunaan konteks dalam proses pembelajaran untuk menanamkan pemahaman konsep matematika kepada siswa. Dimana pendekatan ini memiliki beberapa karakteristik yaitu (de Lange dalam Zulkardi, 2005:14); 1) Penggunaan masalah kontekstual 2) Penggunaan berbagai model 3) Kontribusi siswa 4) Interaktifitas 5) Keterkaitan Kelima karakteristik ini dinilai sangat sesuai untuk menyampaikan konsep-konsep Matematika khususnya pada anak usia sekolah dasar.

Konteks memainkan peran utama dalam RME, yang mana ia dipilih dengan hatihati dengan maksud membuat Matematika lebih mudah dipahami siswa. Konteks juga berperan sebagai model yang dapat secara rutin digunakan siswa sampai pada titik dimana mereka merasa mampu berkerja tanpa bantuan model. Konteks yang dipilih berperan sebagai jembatan penghubung antara masalah dengan kontribusi siswa, sehingga konteks yang tepat akan sangat menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Kelas yang menerapkan matematika realistik merupakan kelas yang penuh dengan interaksi dan dinamis sehingga situasi gaduh adalah normal, lebih jauh lagi Van den Heuvel-Panhuizen (2002) menerangkan kenapa ini dipandang penting, By listening to what others find out and discussing these findings, the students can get ideas for improving their strategies. Moreover the interaction can evoke reflection, which is necessary to reach a higher level of understanding. Kami telah menyusun suatu desain pembelajaran yang menekankan konteks pada materi faktor bilangan yang merupakan materi yang diajarkan kelas 4. Desain ini kami terapkan di kelas Ibu Astri pada tanggal 7 November 2012 pukul 12.15, tepatnya dikelas IVA SDN 21 Palembang, yang mana beliau telah mempelajari desain kami dan setuju untuk menerapkannya dikelas. 2. KERANGKA UMUM DESAIN PEMBELAJARAN Desain ini disusun dengan mengacu pada karakteristik-karakteristik utama dari PMRI. Adapun kerangka pembelajaran yang kami rencanakan dapat dijelaskan sebagai berikut: Konteks yang digunakan dalam pembelajaran faktor bilangan ini yaitu masalah-masalah situasional yang relatif nyata bagi siswa. Dalam hal ini digunakan cerita Pedagang Telur sebagai akses bagi siswa ke dalam inti permasalahan. Model yang digunakan berupa sketsa visual dari penyusunan telur pada raknya. Mengingat rata-rata kemampuan bahasa anak kelas 4 sudah mencukupi untuk memahami perintah sederhana dalam lembar kerjanya, kami berasumsi mereka dapat memahami persoalan dan mampu memunculkan jawaban.

Kontribusi dari siswa yang diharapkan muncul dalam pembelajaran yaitu siswa mencoba memecahkan masalah dengan cara dan gayanya sendiri untuk memperoleh jawaban, namun dengan tetap mempertahankan keabsahan dari logika yang mereka pilih. Kelas yang terdiri dari 40 siswa ini dibagi kedalam 10 kelompok kecil, hal ini dimaksud agar tiap siswa dapat saling berinteraksi dengan teman dalam kelompoknya, sehingga terjadi pertukaran informasi yang diharapkan memancing siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep dasar dari faktor bilangan. Pembelajaran faktor bilangan dikaitkan dengan materi yang telah siswa dipelajari, yaitu perkalian dan pembagian pada bilangan asli. Desain pembelajaran yang telah dibuat oleh tim observer diajukan kepada Guru, kemudian Guru memberikan komentar terhadap langkah-langkah pembelajaran yang tertulis di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru memperbaiki dari segi penggunaan kalimat pada cerita yang disampaikan pada apersepsi dan kegiatan inti. Selain itu, Guru juga bertanya kepada tim observer mengenai proses pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang kontekstual dan diakhiri dengan pemberian konsep. Guru membandingkan dengan proses pembelajaran yang selama ini ia terapkan, yaitu dimulai dengan pemberian konsep materi dan diakhiri dengan contohcontoh soal. Guru yang bersangkutan belum pernah menerapkan pendekatan PMRI pada saat pembelajaran di kelas. Sehingga tim observer menjelaskan kepada Guru bagaimana proses pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI. Kemudian Guru setuju untuk melaksanakan desain pembelajaran tersebut bersama tim observer. 3. PENERAPAN DESAIN PEMBELAJARAN DI KELAS Berikut laporan hasil kegiatan pembelajaran dikelas IVA SDN 21 Palembang, pada materi faktor bilangan:

Ibu Astri Membuka Pelajaran Setelah pelajaran dibuka, Ibu Astri menyampaikan apersepsi dalam bentuk cerita, yang menuntut siswa untuk melakukan pembagian berulang, adapun interaksi guru (G) dan siswa (S) yang berupa diskusi ringan dapat dilihat dalam cuplikan percakapan berikut: G : Pak Amir memiliki 1.125 butir telur yang akan dititipkan ke 9 pengecer. Apabila Pak Amir membagikanya secara merata, berapa banyak telur yang dimiliki seorang pengecer?, Ayo siapa yang tahu, tunjuk tangan? (Kelas hening sejenak) S 1 : Menggunakan pembagian ya Bu? G : Iya, tapi apa dibagi apa? (kelas hening sejenak, siswa sibuk menghitung, kemudian seorang anak mengacungkan jari dan menjawab)

Siswa sibuk mencari jawaban pertanyaan Ibu Astrid S1 : 129, Bu! G : (menuliskan jawaban siswa tersebut dipapan tulis lalu berkata) ada jawaban lain? S2 : 125, Bu! G : (menuliskan jawaban siswa tersebut dipapan tulis lalu berkata) ada jawaban lain? (mayoritas kelas meneriakan angka 125) G : bagaimana kalian menghitungnya?

Sebagian besar siswa menggunakan cara ini untuk menemukan jawaban S : bagi kebawah Bu. (kemudian guru melanjutkan dengan memberi pertanyaan berikut) G : Pak Ali merupakan mitra dagang Pak Amir, ia memutuskan untuk menyusun telur-telur dari Pak Amir kedalam 5 kotak berbeda. Berapakah isi dari tiap kotak Pak Ali? (kelas hening sejenak, dan kemudian satu per satu hingga secara koor meneriakan 25 sebagai jawaban) Pembelajaran memasuki kegiatan inti setelah kertas kerja siswa dibagikan ketiap kelompok, Ibu Astri menggiring siswa kedalam konsep faktor bilangan dengan menggunakan konteks berupa cara penyusunan sejumlah telur kedalam formasi yang rapi.

Pembagian kelompok dan distribusi kertas kerja G : Ibu punya cerita, dengarkan baik-baik ya! Suatu hari Pak Ali mengalami masalah saat hendak menyusun 21 telur pada rak dagangannya. Apabila disusun dalam 2 baris maka ada 1 telur yang keluar barisan, apabila disusun dalam 4 baris maka ada 1 telur yang keluar barisan. Disusun dalam berapa baris agar tidak ada telur yang keluar dari barisan? (gumaman tidak jelas dari jawaban memenuhi kelas, tidak lama kemudian) S1 : 3 baris rapi, Ibu! G : Alasannya? S1 : (dengan kurang percaya diri dan agak menahan suaranya ia menjawab) Karena tiap baris ada 7 telur Ibu jadinya rapi. G : Iya betul sekali!. Ada jawaban lain? S2 : 7 Ibu, karena tiap baris 3 telur. G : Iya betul sekali.

Jawaban dari salah satu kelompok Setelah dihantar dengan konteks tersebut siswa dipersilahkan untuk menyelesaikan persoalan dari lembar kerja mereka dalam kelompok masingmasing. Kami membantu Ibu Astri untuk mengarahkan jalannya kegiatan agar tetap tertib. Tersisa 15 menit menjelang jam pelajaran usai, Ibu Astri memutuskan untuk menghentikan aktifitas siswa. Ibu Astri menanyakan jawaban dari masingmasing kelompok dan mengecek apakah ada perbedaan dari kelompok lain. Secara umum siswa telah mampu mendaftar bilangan-bilangan yang mungkin memenuhi syarat sebagai baris, meskipun ada beberapa yang melewatkan 1 atau 2 bilangan.

Kelompok ini melewatkan susunan 1 baris telur Setelah semua jawaban benar terkumpul dipapan tulis, Ibu Astri mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar bilangan-bilangan yang didaftar dipapan tulis dengan maksud menghantar siswa pada kesimpulan bahwa jumlah telur yang memenuhi syarat barisan merupakan faktor dari jumlah keseluruhan telur yang hendak disusun. Kemudian pembelajaran ditutup dengan pemberian perkerjaan rumah kepada siswa, untuk mencari faktor dari 36 dan 40 dengan harapan siswa tidak bergantung pada model untuk menyelesaikannya.

4. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang bisa kami tarik dari kegiatan observasi kelas ini adalah: Siswa cenderung tertarik untuk menjawab persoalan matematika apabila mereka memahami konteks dari persoalan tersebut. Penggunaan dan pemilihan model dinilai sudah tepat, karena sebagian besar siswa mengandalkannya untuk menjawab masalah yang diajukan. Siswa dinilai kurang teliti dalam menjawab masalah matematika dengan melewatkan kemungkinan-kemungkinan lain dalam jawaban soal. Interaksi antar siswa dalam kelompok memancing perdebatan antar mereka terkait alasan dari jawaban mereka. Beberapa siswa belum begitu mampu berkerja dengan permasalahan yang serupa tanpa memanfaatkan model, khususnya yang pemahamannya kurang pada konsep perkalian dan pembagian.