Pemahaman Konsep FPB Dengan Pendekatan RME. Oleh: Lailatul Muniroh
|
|
- Herman Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pemahaman Konsep FPB Dengan Pendekatan RME Oleh: Lailatul Muniroh ABSTRAK Pembelajaran matematika dengan pendekatan RME memberi peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan atau mereinvent pengetahuan matematika. Dalam menyelesaikan suatu masalah, yang dimulai dari masalahmasalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, siswa diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara perlahan-lahan guru membimbing siswa menyelesaikan masalah secara matematis formal melalui matematisasi horizontal dan vertical. Untuk itu situasi pembelajaran sedapat mungkin dibuat menyenangkan dan begitu pentingnya guru dalam berkomunikasi dan berintraksi dengan siswa. Dalam pembelajaran ini akan dibahas pemahaman konsep bagaimana cara menyelesaikan persoalan FPB yang sesuai dalam masalah seharihari pada pendekatan RME. Katakunci: RME, pemahaman konsep, FPB. PENDAHULUAN Sebagai ilmu pasti, matematika tidak pernah lepas dari kegiatan sehari hari manusia, antara lain dalam perindustrian, perekonomian, pendidikan, bahkan dalam menentukan jatuhnya suatu hari tertentu, dapat dihitung menggunakan ilmu matematika. Oleh karena itu, penting sekali untuk menanamkan dasar dasar ilmu matematika sejak awal pada peserta didik, seperti penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Dengan demikian, diharapkan pada akhirnya dapat membantu mempermudah peserta didik dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan matematika dalam kehidupan sehari hari. Salah satu kesulitan yang dihadapi siswa kelas IV SD dalam mempelajari matematika adalah FPB dan KPK yang merupakan materi yang diajarkan dari tingkat SD sampai SMP dan banyak digunakan untuk memahami konsep matematika SMA. Hal ini dapat disebabkan pemahaman konsep siswa tentang FPB dan KPK masih kurang. Kebanyakan siswa hanya sekedar bisa mengerjakan FPB dan KPK dengan kalimat nominal. Namun, jika materi tersebut dikaitkan Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
2 dengan permasalahan sehari-hari maka siswa masih merasa kesulitan untuk menyelesaikannya. Siswa SD kebanyakan masih cenderung belajar matematika secara konkret. Mereka akan lebih senang jika apa yang mereka pelajari berhubungan dengan pengalaman mereka atau dapat dibuktikan secara nyata. Untuk itu, diperlukan suatu pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa SD. Seperti, pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, dimana proses belajar dimulai dengan masalah sehari-hari yang sesuai dengan konteks pembelajaran. Siswa mengkonstruksi sendiri konsep materi pembelajaran dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator (pembimbing). Pada artikel ini dibatasi tentang pemahaman konsep FPB dengan pendekatan RME REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) Realistic Mathematic Education (RME) telah lama dikembangkan di Nedherlands (Belanda). RME tersebut mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktifitas manusia. Ini berarti harus dekat dengan anak dan relevan dengan situasi seharihari. Matematika sebagai aktifitas manusia maksudnya manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika. Prinsip atau ide yang mendasari Realistic Mathematic Education (RME) adalah situasi dimana siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide matematika. Berdasarkan situasi realistik, siswa didorong untuk mengkontruksi sendiri masalah realistik, karena masalah yang dikontruksi oleh siswa akan menarik siswa lain untuk memecahkannya. Menurut Treffers (1991) ada dua jenis matematisasi yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Dalam matematika horizontal siswa menggunakan matematika untuk mengorganisasikan dan menyelesaikan masalah yang ada pada situasi nyata. Contoh matematisasi horizontal adalah : pengidentifikasian, perumusan dan pemvisualan masalah dalam cara-cara yang berbeda, merumuskan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk matematika. Sedangkan matematisasi vertikal berkaitan dengan proses Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
3 pengorganisasian kembali pengetahuan yang telah diperoleh dalam simbolsimbol matematika yang lebih abstrak. Contoh matematisasi vertikal adalah menghaluskan dan memperbaiki model, menggunakan model yang berbeda, memadukan dan mengkombinasikan beberapa model, membuktikan keteraturan, merumuskan konsep matematika yang baru dan penggeneralisasian. Menurut de Lange, ada 3 prinsip pokok dari RME yaitu, (a) Mathematics as a human activity, (b) Mathematics should be reinvented dan (c) Intelectual autonomy of the students, sedangkan Gravemeijer menyebutkan 3 prinsip pokok RME, yaitu (a) Guided reinvention and progressive mathematization, (b) Didactical phenomenology dan (c) From informal to formal mathematics; model plays in bridging the gap between informal knowledge and formal mathematics (Gravemeijer 1994, dalam Armanto, 2002, h ). Sedangkan van den Heuvel- Panhuizen (1996) merumuskannya sebagai berikut: 1. Prinsip aktivitas, yaitu bahwa matematika adalah aktivitas manusia. Si pebelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika. Si pebelajar bukan insan yang pasif menerima apa yang disampaikan oleh guru, tetapi aktif baik secara fisik, teristimewa secara mental mengolah dan menganalisis informasi, mengkonstruksi pengetahuan matematika. 2. Prinsip realitas, yaitu pembelajaran seyogianya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik bagi siswa, yaitu dapat dibayangkan oleh siswa. Masalah yang realistik lebih menarik bagi siswa dari masalahmasalah matematis formal tanpa makna. Jika pembelajaran dimulai dengan masalah yang bermakna bagi mereka, siswa akan tertarik untuk belajar. Secara gradual siswa kemudian dibimbing ke masalahmasalah matematis formal. 3. Prinsip berjenjang, artinya dalam belajar matematia siswa melewati berbagai jenjang pemahaman,yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal, melalui skematisasi memperoleh insight tentang hal-hal yang mendasar Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
4 sampai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal. Model bertindak sbagai jembatan antara yang informal dan yang formal. Model yang semula merupakan model suatu situasi berubah melalui abtraksi dan generalisasi menjadi model untuk semua masalah lain yang ekuivalen. 4. Prinsip jalinan, artinya berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secaa lebih baik. Konsep matematika adalah relasi-relasi. Secara psikologis, hal-hal yang berkaitan akan lebih mudah dipahami dan dipanggil kembali dari ingatan jangka panjang daripada hal-hal yang terpisah tanpa kaitan satu sama lain. 5. Prinsip interaksi, yaitu matematika dipandang sebagi aktifitas sosial. Kepada siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan strateginya menyelesai-kan suatu masalah kepada yang lain untuk ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan strateginya menemukan hal itu serta menanggapinya. Melalui diskusi, pemahaman siswa tentang suatu masalah atau konsep menjadi lebih mendalam dan siswa terdorong untuk melakukan refleksi yang memungkinkan dia menemukan insight untuk memperbaiki strateginya atau menemukan solusi suatu masalah. 6. Prinsip bimbingan, yaitu siswa perlu diberikan kesempatan terbimbing untuk menemukan kembali reinvent pengetahuan matematika. Guru menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa mengkonstruk pengetahuan matematika mereka, bukan mentransfer pengetahuan ke pikiran siswa. Guru perlu mengetahui karakteristik setiap siswanya, agar dia lebih mudah membantu mereka dalam proses pengkonstruksian pengetahuan. Berdasarkan prinsip dan karakteristik RME serta memperhatikan berbagai pendapat tentang proses pembelajaran matematika dengan pendekatan RME Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
5 di atas, maka disusun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan RME sebagai berikut: Langkah 1. Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah kontekstual sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Kemudian meminta siswa untuk memahami masalah yang diberikan tersebut. Jika terdapat hal-hal yang kurang dipahami oleh siswa, guru memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian yang belum dipahami siswa. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam pembelajaran, dan karakteristik keempat yaitu interaksi. Langkah 2. Menyelesaikan masalah kontekstual Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah. Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan model. Langkah 3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban Guru menyediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban mereka secara berkelompok, selanjutnya membandingkan dan mendiskusikan pada diskusi kelas. Pada tahap ini, dapat digunakan siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya meskipun pendapat tersebut berbeda dengan lainnya. Karakteristik pembelajaran matematika realistik yang tergolong dalam langkah ini adalah karakteristik ketiga yaitu menggunakan kontribusi siswa (students constribution) dan karakteristik keempat yaitu terdapat Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
6 interaksi (interactivity) antara siswa dengan siswa lainnya. Langkah 4. Menyimpulkan Berdasarkan hasil diskusi kelas, guru memberi kesempatan pada siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur yang terkait dengan masalah realistik yang diselesaikan. Karakteristik pembelajaran matematika realistik yang tergolong dalam langkah ini adalah adanya interaksi (interactivity) antara siswa dengan guru (pembimbing). PEMAHAMAN KONSEP FPB DENGAN PENDEKATAN RME Kompetensi guru yang diharapkan untuk pencapaian pemahaman ini: 1. Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik usia SD/MI. 2. Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik. 3. Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif. 4. Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan keduanya dalam konteks materi aritmetika, aljabar, geometri, trigonometri, pengukuran, statistika, dan logika matematika. 5. Mampu menggunakan matematisasi horizontal dan vertikal untuk menyelesaikan masalah matematika dan masalah dalam dunia nyata. 6. Mampu menggunakan pengetahuan konseptual, prosedural, dan keterkaitan keduanya dalam pemecahan masalah matematika, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan I. Pengenalan Konsep Masalah: Formasi marching band. Pemain-pemain musik dalam marching band dapat dimungkinkan membentuk berbagai formasi baris berbaris. Jika ada 18 pemain musik dalam marching band tersebut ada berapa formasi baris berbaris (tetap dalam parade) yang Kemampuan apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan soal tersebut? Untuk menyelesaikan soal tersebut diperlukan kemampuan Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
7 menerjemahkan situasi dunia nyata ke dalam pengalaman matematis. Kecuali itu juga diperlukan kemampuan mengoperasikan bilangan. Operasi hitung yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut adalah perkalian dan pembagian yang memunculkan pembagi atau faktor. Berikut ini adalah alternatif proses pembelajaran faktor suatu bilangan, yang diharapkan dapat memudahkan siswa dalam menjawab permasalahan di atas. Guru memperkenalkan pengerti an faktor tanpa menggunakan istilah faktor. Pengenalan dibantu dengan menggunakan media batu. Guru membagi kelompok yang beranggota kan 3-4 orang. Semua kelompok telah ditugasi untuk menyediakan media 18 batu. Guru membimbing siswa untuk melakukan pembagian batu-batu tersebut secara adil, mulai dari 12 batu dan 18 batu. Proses pembagiannya adalah sebagai berikut: 1. Guru meminta siswa untuk menggunakan 12 batu dan sisanya disisihkan terlebih dahulu. 2. Guru meminta siswa untuk mengelompokkan 12 batu secara adil, hingga habis atau tidak sisa, mulai dari 1 batu pada tiap kelompok hingga sebanyak jumlah media yang diketahui. (Kelompok disini adalah angkaangka yang habis membagi angka yang diketahui) 3. Guru membimbing siswa untuk memahami bahwa pada tiap kelompok, terkadang ada kelompok yang mendapatkan batu secara adil dan ada yang tidak mendapatkan batu secara adil, dalam hal ini dikatakan sisa. 4. Siswa sudah mulai faham, bahwa pada setiap batu-batu yang Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
8 digunakan, kemudian dikelompokkelompokkan, maka terdapat batu yang dapat dibagi secara adil dan terdapat batu yang tidak dapat dibagi secara adil pada kelompokkelompok tertentu. 5. Guru meminta siswa untuk mendata hasil yang diperoleh, untuk mengetahui pada kelompok mana saja, yang tidak memiliki sisa (sisanya 0 atau mereka berlaku adil), dan mencoba menuliskannya. Dalam kegiatan pendataan siswa biasanya masih kesulitan untuk menuliskan banyaknya kelompok, jumlah batu pada tiap kelompok, dan sisanya (jumlah batu pada kelompok yang belum mendapatkan batu secara adil dan yang adil atau sisa 0), untuk itu hasil tiap kelompok dapat dituliskan di depan kelas. 6. Guru membimbing siswa untuk mengamati hasil yang telah dituliskan, pada kelompok mana saja, yang tidak memiliki sisa (sisanya 0 atau mereka berlaku adil), dan mencoba menuliskannya. 7. Guru membimbing siswa untuk menamakan kelompok-kelompok tersebut yaitu faktor. 8. Guru meminta siswa untuk menuliskan faktor-faktor bilangan tersebut. Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
9 9. Guru meminta siswa untuk menjelaskan definisi faktor menurut konstruksi mereka berdasarkan hasil yang telah didiskusikan. 10. Guru mengarahkan siswa tentang pengertian faktor. Hasil pemfaktoran dari 12 batu Jumlah Jumlah Batu Sisa Kelompok Dalam Kelompok Dapat dilihat bahwa pembagian ada yang tidak bersisa 0. Dari hasil kegiatan tersebut, siswa ditanya hubungan apa yang diperoleh antara bentuk perkalian dan hasilnya? Ternyata jika 12 dibagi 1 ataupun 12 dibagi 12, maka tidak akan ada sisa atau sisa 0. Dapat dikatakan bahwa 12 terbagi habis oleh 1 dan 12. Maka 1 dan 12 disebut faktor dari : 12 = 1 sehingga 1 adalah faktor dari : 1 = 12 sehingga 12 adalah faktor dari 12 Jadi 12 dapat ditunjukkan sebagai bentuk perkalian dari dua bilangan dan keduanya merupakan faktor dari 12. Sebagai contoh 1 12 = 12, maka 1 dan 12 adalah faktor dari 12. Diharapkan siswa juga dapat menghubungkan hasil yang dengan pembagian atau perkalian. Untuk menentukan faktor dari 18 batu dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas. Setelah siswa mampu menerjemahkan situasi dunia nyata ke dalam pengalaman matematis, maka diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah kelompok baris berbaris di atas. Alternatif jawaban yang mungkin dari siswa antara lain adalah sebagai berikut: Pada kegiatan ini guru sebaiknya tidak hanya menanyakan kepada siswa tentang hasilnya saja, Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
10 namun juga menanyakan bagaimana cara memperoleh hasilnya. Dalam hal ini siswa bebas mengemukakan cara mereka masingmasing. Alternatif jawabannya adalah sebagai berikut. 18 = = = 3 6 Jadi formasi marching band yang dimungkinkan adalah 1 18, 2 9, dan 3 6. Berdasarkan hasil diskusi, diharapkan siswa dapat mengkonstruksi pengertian faktor. Faktor adalah pembagi dari suatu bilangan, yaitu bilangan yang membagi habis bilangan lain. Kegiatan 2: Faktor Persekutuan Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan suatu permasalahan sehari-hari. siswa bahwa ada kelompok yang dapat dibagi secara adil secara bersamaan dan ada yang tidak. Sehingga, siswa dapat mengurangi jumlah siswa yang dibagikan permen ketika jumlah permen tidak dapat dibagi secara adil. 2) Guru membimbing siswa hingga diperoleh kelompok mana saja Adapun solusi yang dilakukan oleh salah satu siswa itu dapat dibantu oleh temannya. Tahapan agar siswa dapat menyelesaikannya: 1) Guru meminta salah satu siswa sebagai Kipli untuk membagikan 12 permen rasa coklat dan 18 permen rasa buah secara adil kepada teman-temannya di kelas. Dalam hal ini, terjadi interaksi antar siswa ketika pembagian tidak adil. Peran guru membimbing yang dapat membagi habis secara adil untuk permen rasa coklat dan buah. 3) Guru menyuruh siswa berdiskusi untuk mendata kelompok mana saja yang dapat habis membagi secara adil untuk kedua permen tersebut secara bersamaan. Kipli mempunyai 12 permen rasa coklat dan 18 permen rasa buah. Kipli ingin membagi permen itu kepada temannya sedemikian hingga jumlah permen yang diperoleh temannya sama. Berapa banyaknya teman terbanyak yang memperoleh permen rasa coklat dan rasa buah? Berapa banyaknya permen rasa coklat dan buah pada masing-masing teman.? Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
11 1 2 Permen Permen Coklat Buah Coklat Buah A Jumlah Sisa 0 0 A 6 9 B 6 9 Jumlah Sisa Permen Permen Coklat Buah Coklat Buah A 4 6 B 4 6 C 4 6 Jumlah Sisa 0 0 A 3 4 B 3 4 C 3 4 D 3 4 Jumlah Sisa Permen Permen Coklat Buah Coklat Buah A 2 3 B 2 3 C 2 3 D 2 3 E 2 3 Jumlah Sisa 2 3 A 2 3 B 2 3 C 2 3 D 2 3 E 2 3 F 2 3 Jumlah Sisa 0 2 Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
12 7 9 Permen Coklat Buah A 1 2 B 1 2 C 1 2 D 1 2 E 1 2 F 1 2 G 1 2 Jumlah 7 14 Sisa 3 4 Permen Coklat Buah A 1 2 B 1 2 C 1 2 D 1 2 E 1 2 F 1 2 G 1 2 H 1 2 I 1 2 Jumlah 9 18 Sisa 3 0 Dilihat dari sisa nya, ada pembagian yang tidak memberikan sisa 0. Tugas guru mengarahkan siswa untuk menamakan faktor yang sama dari dua jenis permen atau dua bilangan dengan faktor persekutuan. Sehingga; Faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12 Faktor dari 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9, 18 Faktor persekutuan 12 dan 18 adalah 1, 2, 3, dan 6. Jika dari semua siswa belum ada yang mengemukakan tentang faktor persekutuan dua bilangan, maka guru hendaknya mengenalkan istilah tersebut berdasarkan pada jawaban siswa. Sehingga yang merupakan faktor dari kedua bilangan disebut sebagai faktor persekutuan dari dua bilangan. Bagaimanakah cara membelajarkan faktor persekutuan tiga bilangan? Guru dapat membelajarkan faktor persekutuan tiga bilangan dengan cara yang sama seperti cara membelajarkan faktor persekutuan dua bilangan. Dengan beberapa contoh lainnya diharapkan siswa dapat memahami bahwa: Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
13 Kegiatan 3: Faktor Persekutuan Besar Faktor persekutuan dua bilangan adalah bilanganbilangan yang merupakan faktor dari dua bilangan tersebut. Dari permasalahan yang sama, 1) Guru menyuruh siswa untuk mengamati pendataan dan membimbing siswa untuk menamakan faktor persekutuan yang terbesar adalah FPB. 2) Guru meminta siswa untuk menuliskan faktor persekutuan terbesar. 3) Guru meminta siswa untuk menjelaskan definisi faktor persekutuan dan FPB menurut konstruksi mereka masingmasing. 4) Guru mengarahkan siswa tentang definisi konsep FPB secara benar. 5) Guru memberikan evaluasi Selanjutnya siswa mendata semua pembagi yang dapat membagi habis 12 permen rasa coklat dan18 permen rasa buah, berdasarkan pada hasil pembagian di atas. Hasilnya adalah sebagai berikut: Bilangan Semua pembagi bilangan yang mungkin 12 1, 2, 3, 4, 6, dan , 2, 3, 6, 9, dan 18 Dari tabel tersebut ternyata pembagi yang dapat membagi habis sekaligus 12 dan 18 adalah: 1, 2, 3, dan 6. Karena yang ditanyakan adalah sebanyak mungkin teman yang memperoleh bagian yang adil dari 12 permen rasa coklat dan 18 permen rasa buah maka jawabnya pembagi yang terbesar yaitu 6. Jadi teman yang dapat dibagikan permen secara merata ada 6. Setiap teman akan memperoleh: Permen rasa coklat sebanyak 12 : 6 = 2 Permen rasa buah sebanyak 18 : 6 = 3. Jadi, banyaknya permen masingmasing teman adalah 2 permen rasa coklat dan 3 permen rasa buah. Dari hasil kegiatan, maka siswa diharapkan dapat mengkonstruksi pemahaman mereka tentang FPB. Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
14 Faktor Persekutuan Besar dari beberapa bilangan adalah faktor persekutuan yang paling besar diantara faktor-faktor persekutuan yang ada dari bilangan yang diketahui. KESIMPULAN Pembelajaran FPB dengan pendekatan RME diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep dari faktor, faktor persekutuan, dan faktor persekutuan terbesar. Siswa hendaknya dapat menemukan sendiri caranya dengan bantuan objek yang konkret maupun fasilitasi dari guru. Diharapkan siswa dapat menghubungkan antara kemampuan menerjemahkan situasi dunia nyata ke dalam pengalaman matematis, atau juga dapat menghubungkan antara operasi perkalian dan pembagian. Siswa tidak hanya mengerti matematisasi vertikal, namun juga matematisasi horizontal. Dengan mengkonstruksi sendiri pengetahuan nya diharapkan pemahaman mengenai FPB menjadi lebih bermakna. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian siswa adalah sebagai berikut. 1. Faktor adalah pembagi dari suatu bilangan, yaitu bilangan yang membagi habis bilangan tersebut, kecuali nol 2. Faktor persekutuan dari dua bilangan adalah faktor-faktor yang sama dari dua bilangan tersebut. Bilangan yang tepat mempunyai dua faktor disebut bilangan prima. Dengan kata lain, bilangan prima hanya mempunyai faktor 1 dan bilangan itu sendiri. Oleh karena itu 2 adalah satu-satunya bilangan prima genap, sedangkan yang lain bilangan ganjil. Namun, tidak semua bilangan ganjil adalah bilangan prima. 3. FPB dari beberapa bilangan adalah faktor persekutuan yang paling besar diantara faktor-faktor persekutuan yang ada dari bilangan yang diketahui. Jika dua bilangan tidak mempunyai faktor persekutuan lebih dari 1, maka FPB bilangan tersebut adalah FPB dapat dimanfaatkan untuk materi dalam pembelajaran matematika ketika menyederhanakan berbagai bentuk pecahan. Selain itu dapat dimanfaatkan pula untuk menyelesaikan masalah sehari-hari khususnya yang berkaitan dengan Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
15 membagi sama banyak dan maksimal/sebanyak mungkin kepada beberapa orang ataupun beberapa objek. DAFTAR PUSTAKA Armanto, D. (2002). Teaching Multiplication and Division Realistically in Indonesian Primary Schools: A Prototype of Local Instructional Theory (Diss.). De Lange, J. (1996). Using and Applying Mathematics in Education. In International Handbook of Mathematics Education, A.J. Bishop, et.al.(eds). Gravemijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematics Education, Utrecht: Freudenthal Institute. Treffers, A. (1991). Didactical Background of a Mathematics Program for Primary Education. In Realistic Mathematics Education in Primary School, L. Streefland, Utrecht: Freudenthal Institute. Van den Heuvel-Panhuizen, M. (1996). Assessment and Realistic Mathematics Education, Utrecht: Freudental Institute. Wardhani, Sri, Pembelajaran Matematika Kontekstual di SD, Yogyakarta: PPPG Matematika. Mustaqim, Burhan dan Ary, Astuty BSE: Ayo Belajar Matematika Untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN e-issn
BAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Matematika Realistik a. Pengertian matematika realistik Pembelajaran matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah sebuah pendekatan pembelajaran
Lebih terperinciKURIKULUM MATEMATIKA TAHUN 1984 DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK. Tatang Herman
KURIKULUM MATEMATIKA TAHUN 1984 DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK Tatang Herman 1. Pendahuluan Sejak Indonesia merdeka telah terjadi beberapa perubahan atau penyempurnaan kurikulum pendidikan formal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.
11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika,
Lebih terperinciPembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata
Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata oleh : Wahyudi (Dosen S1 PGSD Universitas Kristen Satya Wacana) A. PENDAHULUAN Salah satu karakteristik matematika
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK MANGARATUA M. SIMANJORANG Abstrak Konstruktivis memandang bahwa siswa harusnya diberi kebebasan dalam membangun sendiri pengetahuannya. Salah satu pendekatan pembelajaran
Lebih terperinciInfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013
InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol, No., Februari 0 PENDEKATAN ICEBERG DALAM PEMBELAJARAN PEMBAGIAN PECAHAN DI SEKOLAH DASAR Oleh: Saleh Haji Program Pascasarjana
Lebih terperinciPENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR
PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR Rini Setianingsih Jurusan Matematika, FMIPA, Unesa ABSTRAK. Salah satu pendekatan
Lebih terperinciKata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis
Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sungguminasa melalui pembelajaran matematika melalui
Lebih terperinciII. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan
II. KAJIAN TEORI A. Pendekatan Matematika Realistik Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dimulai sekitar tahun 1970-an. Yayasan yang diprakarsai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendekatan Matematika Realistik Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) Oleh : Iis Holisin Dosen FKIP UMSurabaya ABSTRAK Objek yang ada dalam matermatika bersifat abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, tidak jarang guru maupun siswa
Lebih terperinciKAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME
KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME 1. Teori Belajar dari Bruner Menurut Bruner (dalam Ruseffendi, 1988), terdapat empat dalil yang
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Yuniawatika Yuniawatika.fip@um.ac.id Dosen KSDP FIP Universitas Negeri Malang Abstrak: Ketika mendengar matematika,
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) A. Pendahuluan Oleh: Atmini Dhoruri, MS Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Realistic Mathematics Education (RME) yang di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Realistic Mathematics Education Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika Para ahli _naeaclefinisikan tentang matematika antara lain; Matematika adalah bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi (Sujono, 1988);
Lebih terperinciP 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii
P 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii Dian Septi Nur Afifah STKIP PGRI Sidoarjo email de4nz_c@yahoo.com ABSTRAK Objek matematika merupakan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciPEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR
PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR Martianty Nalole Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstract : Study of reduction through approach
Lebih terperinciVol. XI Jilid 1 No.74 Januari 2017
Vol. XI Jilid 1 No.74 Januari 2017 MENARA Ilmu ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA MATERI FPB DAN KPK UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
Lebih terperinciMAKALAH. Oleh: R. Rosnawati, dkk
MAKALAH PELATIHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) BAGI GURU-GURU SEKOLAH DASAR SELAIN MITRA TIM PMRI UNY Oleh: R. Rosnawati, dkk Dibiayai oleh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Minat Belajar 2.1.1.1. Pengertian Minat Belajar Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa,1997:370). Minat merupakan sumber motivasi
Lebih terperinciPemecahan. Masalah Kontekstual. Gambar 1. Pemecahan Masalah Realistik (Gravemeijer, 1994)
imagorganisir bahan ajar. Ketiga hal tersebut perlu diorganisir secara matematis linatematisasi). Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran.
Lebih terperinciMatematika Jurusan PMIPA FKIP UHO.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII 4 SMP NEGERI 10 KENDARI PADA MATERI PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) Abujale Abujina 1), Anwar Bey 2), Latief Sahidin
Lebih terperinciPENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK, KAITANNYA DENGAN PERFORMANSI PESERTA DIDIK Oleh: Ahmad Nizar Rangkuti 1
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik...Ahmad Nizar Rangkuti 96 PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK, KAITANNYA DENGAN PERFORMANSI PESERTA DIDIK Oleh: Ahmad Nizar Rangkuti 1 Abstract This research
Lebih terperinciBAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
11 BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Siswa Sekolah Dasar pada umumnya berusia 7 sampai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan
Lebih terperinciBagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka?
Bagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka? Fadjar Shadiq, M.App.Sc WI PPPPTK Matematika (fadjar_pg@yahoo.com & www.fadjarpg.wordpress.com) Latar
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI
MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI Carolin Olivia 1, Pinta Deniyanti 2, Meiliasari 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNJ 1 mariacarolineolivia@gmail.com,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi yang dapat diajarkan kepada peserta didik melalui pembelajaran matematika disebut komunikasi matematis. Komunikasi dalam matematika memang memiliki
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS. FMIPA UNP,
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS Vivi Utari 1), Ahmad Fauzan 2),Media Rosha 3) 1) FMIPA UNP, email: vee_oethary@yahoo.com 2,3) Staf Pengajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Kemampuan Komunikasi Matematika Ditinjau dari makna secara globalnya, komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Lebih terperinciPenguasaan dan pengembangan Ilmu
0 Jurnal Pendidikan Sains, Volume, Nomor, Desember 0, Halaman 0- Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Himpunan di SMP Taufik Pendidikan Matematika-Pascasarjana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematika 2.1.1.1 Kemampuan Kemampuan secara umum diasumsikan sebagai kesanggupan untuk melakukan atau menggerakkan segala potensi yang
Lebih terperinciPENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA
Pendidikan Matematika Realistik... PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA Siti Maslihah Abstrak Matematika sering dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit bagi siswa.
Lebih terperinciPengembangan Student Worksheet Berbasis Matematika Realistik untuk Pembelajaran Matematika Secara Bilingual di Sekolah Menengah Pertama
Pengembangan Student Worksheet Berbasis Matematika Realistik untuk Pembelajaran Matematika Secara Bilingual di Sekolah Menengah Pertama Atmini Dhoruri, R. Rosnawati, Ariyadi Wijaya Jurusan Pendidikan Matematika
Lebih terperinciKarakteritik PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia)
Karakteritik PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) Oleh Y. Marpaung Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki; Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, dia belajar berkelahi; Jika
Lebih terperinciUtami Murwaningsih Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
EKSPERIMENTASI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS VII SEMESTER GASAL SMP NEGERI SISWA 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciPERMAINAN ANAK UNTUK MATEMATIKA
PERMAINAN ANAK UNTUK MATEMATIKA P 88 Zuli Nuraeni, S.Pd PPs UNY Prodi Pendidikan Matematika zulinuraeni.wsb@gmail.com Abstrak Masalah umum dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya minat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Penggunaan Pendekatan dan Metode dalam Pembelajaran Pendeketan merupakan salah satu komponen dalam salah satu strategi belajar mengajar. Berhubungan dengan hal
Lebih terperinciPENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1. Oleh: Rahmah Johar 2
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1 Oleh: Rahmah Johar 2 PENDAHULUAN Di dalam latar belakang dokumen Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN RENDANG
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN RENDANG oleh Made Sri Yuli Astuti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK Didi Suhaedi P 20 Jurusan Matematika, Universitas Islam Bandung dsuhaedi@hotmail.com Abstrak Komunikasi
Lebih terperinciPembelajaran Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Melalui Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA
Hudzaifah, Pembelajaran Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers... 397 Pembelajaran Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Melalui Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Hudzaifah
Lebih terperinciOleh : Qomaria Amanah Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK SISWA KELAS VIII SEMESTER I Oleh : Qomaria Amanah Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII
ISSN 2502-5872 M A T H L I N E PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII Ikin Zaenal Mutaqin SMP Negeri
Lebih terperinciBAB I. Matematika dan perkembangan teknologi serta informasi tidak dapat dipisahkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika dan perkembangan teknologi serta informasi tidak dapat dipisahkan. Peranannya dalam berbagai disiplin ilmu dan pengembangan daya nalar manusia sangat mempengaruhi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada penjelasan berikut ini. 1. Efektifitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif.
Lebih terperinciINTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI. Makalah dipresentasikan pada. Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka
INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI Makalah dipresentasikan pada Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka Pengabdian Pada Masyarakat Pada tanggal 14 15 Agustus 2009 di FMIPA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia sehingga matematika mulai diberikan di tingkat pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakekat Matematika Istilah matematika berasal dari Bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata matematika juga diduga erat hubungannya
Lebih terperinciSIKLUS KEDUA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
SIKLUS KEDUA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK Hongki Julie, St. Suwarsono, dan Dwi Juniati Staf pengajar di Universitas Sanata Dharma,
Lebih terperinciPENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PEMBELAJARAN PECAHAN DI SMP. Di sampaikan pada Pelatihan Nasional PMRI Untuk GuruSMP Di LPP Yogyakarta Juli 2008
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PEMBELAJARAN PECAHAN DI SMP Di sampaikan pada Pelatihan Nasional PMRI Untuk GuruSMP Di LPP Yogyakarta Juli 2008 Oleh Dr. Marsigit Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA
Lebih terperinciEdisi Khusus No. 2, Agustus 2011
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR SISWA DI TINGKAT SEKOLAH DASAR Oleh: Evi Soviawati ABSTRAK Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
Lebih terperinciP2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.3, No.1, Mei 2016
ANALISIS PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PMRI PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG Masta Hutajulu STKIP Siliwangi Bandung masthahutajulu@yahoo.com Marchasan Lexbin E.J.R STKIP Siliwangi Bandung
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI KUADRAT BERBASIS RME UNTUK SISWA SMA/MA
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI KUADRAT BERBASIS RME UNTUK SISWA SMA/MA Agus Setiawan Institut Agama Islam Ma arif (IAIM) NU Metro Email: 4905as@gmail.com Abstrak This
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang mempunyai pemikiran kritis, kreatif, logis, dan sistematis serta mempunyai kemampuan bekerjasama secara efektif sangat diperlukan di
Lebih terperinciPENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK: SEJARAH, TEORI, DAN IMPLEMENTASINYA. Al Jupri Universitas Pendidikan Indonesia
PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK: SEJARAH, TEORI, DAN IMPLEMENTASINYA Al Jupri Universitas Pendidikan Indonesia e-mail: aljupri@upi.edu ABSTRAK Artikel ini menguraikan tiga hal pokok mengenai Pendidikan
Lebih terperinciP2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 3, No. 1, Mei 2016
ANALISIS PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PMRI PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG 1) Nelly Fitriani, 2) Anik Yuliani 1) Nhe.fitriani@gmail.com, 2) Anik.yuliani070886@yahoo.com 1, 2) Program Studi
Lebih terperinciPERMAINAN TEPUK BERGILIR YANG BERORIENTASI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KPK SISWA KELAS IV A DI SD N 21 PALEMBANG
PERMAINAN TEPUK BERGILIR YANG BERORIENTASI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KPK SISWA KELAS IV A DI SD N 21 PALEMBANG Rully Charitas Indra Prahmana Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciPEMBELAJARAN PMRI. Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang)
PEMBELAJARAN PMRI Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang) Pendahuluan Kebanyakan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas masih bersifat konvensional,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG
PENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG Hariyati 1, Indaryanti 2, Zulkardi 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan serta suatu alat untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Matematika Sekolah Dasar Matematika merupakan mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar. Menurut Wahyudi dan Inawati (2009:5) mengemukakan bahwa matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang wajib dipelajari oleh setiap siswa pada jenjang pendidikan manapun. Di Indonesia khususnya para
Lebih terperinciPembelajaran Materi Bangun Datar melalui Cerita menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Di Sekolah Dasar
234 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 18, NOMOR 2, OKTOBER 2011 Pembelajaran Materi Bangun Datar melalui Cerita menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Di Sekolah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (1991:22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Lebih terperinciDESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI
Lampiran B3 DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER GENAP UNTUK AHLI MATERI 1. Kelayakan Isi
Lebih terperinciUNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
TUGAS DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA (MEMBUAT RPP PENDEKATAN PMRI) Nama : Sicilia Firaisti (06111408020) Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Jurusan : MIPA Prodi : Pendidikan Matematika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar didapat satu pengertian yang utuh dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar didapat satu pengertian yang utuh dan tidak menimbulkan salah tafsir diantara pembaca. Oleh
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI MAHASISWA PRODI PGSD FKIP UNS KAMPUS KEBUMEN
Jurnal Paedagogia, Vol. 18 No. 2 Tahun 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Hal. 64-73 ISSN 1026-4109 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/paedagogia PENGEMBANGAN MODEL
Lebih terperinciPEMANFAATAN BUDAYA TRADISIONAL UNTUK MEMBANTU KEGIATAN INVESTIGASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
PEMANFAATAN BUDAYA TRADISIONAL UNTUK MEMBANTU KEGIATAN INVESTIGASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK Chairunisah Dosen Matematika FMIPA Unimed Medan Email: denisa0105@yahoo.com
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV
PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV Haniek Sri Pratini 1) Veronica Fitri Rianasari 2) Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berat. Salah satu tantangannya adalah menghadapi persaingan ekonomi global.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, tantangan yang dihadapi generasi muda semakin berat. Salah satu tantangannya adalah menghadapi persaingan ekonomi global. Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian hasil belajar Hamalik (2002: 146) mengemukakan bahwa hasil belajar itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
Lebih terperinciPESTA ULANG TAHUN DAN MODEL PERMEN BATU MEMBANTU MEMPERJELAS KONSEP IRISAN DUA HIMPUNAN. Taufik 1
PESTA ULANG TAHUN DAN MODEL PERMEN BATU MEMBANTU MEMPERJELAS KONSEP IRISAN DUA HIMPUNAN Taufik 1 Abstrak Pembelajaran matematika yang bermakna sudah banyak dilakukan guru. Tetapi masih banyak siswa yang
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA DI KELAS. Abstrak
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA DI KELAS Oleh: Sumaryanta, Staf PPPPTK Matematika Abstrak Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan
Lebih terperinciJesi Alexander Alim & Jalinus. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
19 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Realistik Matematika (RME) Pada Mata Kuliah Statistik Pendidikan Mahasiswa PGSD Semester V Tahun Akademis 2012/2013 Jesi Alexander
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika begitu penting dalam kehidupan manusia dan salah satu penentu penguasaan ilmu dan bidang lainnya, sehingga Matematika digunakan
Lebih terperinciJurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Oktober 2016, Vol. 1, No.1. ISSN:
PENGEMBANGAN MODUL MATERI STATISTIK BERBASIS PENDEKATAN PMR BAGI SISWA SMK KELAS XI Uki Suhendar Universitas Muhammadiyah Ponorogo uki.suhendar@yahoo.com Abstract This research kind is a research and development.
Lebih terperinciPEMANFAATAN VIDEO TAPE RECORDER (VTR) UNTUK PEGEMBANGAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP
PEMANFAATAN VIDEO TAPE RECORDER (VTR) UNTUK PEGEMBANGAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP Di sampaikan pada Workshop Nasional Pembelajaran PMRI Untuk SMP/MTs Di Hotel Inna Garuda Yogyakarta sd 5 Nopember 2009
Lebih terperinci2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Matematika merupakan salah satu dari mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa sekolah dasar. Mata Pelajaran
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar PENDAHULUAN Pembelajaran matematika di sekolah akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan akan pendekatan pembelajaran yang bernuansa konstruktifisme.
Lebih terperinciMINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh:
MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Dalam pembelajaran matematika, operasi penjumlahan dan
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR PADA PEMBELAJARAN FPB. Disusun oleh :
LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR PADA PEMBELAJARAN FPB Disusun oleh : Ambarsari Kusuma Wardani, Boni Fasius Hery dan Talisadika Maifa 1. PENDAHULUAN Pembelajaran faktor persekutuan terbesar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. membilang, menjumlahkan, mengurangi, menambah, memperbanyak,
17 BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berhitung Kemampuan berhitung terdiri dari dua kata yaitu kemampuan dan berhitung. Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, melakukan sesuatu, dapat. Sedangkan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA HUMANISTIK DAN KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) * Rahmah Johar
PEMBELAJARAN MATEMATIKA HUMANISTIK DAN KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) * Rahmah Johar PENDAHULUAN Suatu ungkapan dalam bahasa akan kehilangan makna yang sebenarnya atau
Lebih terperinciVol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGGUNAAN ICEBERG DALAM PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)
PENGGUNAAN ICEBERG DALAM PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Allen Marga Retta, M.Pd Universitas PGRI Palembang Email: allen_marga_retta@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciKEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP
KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP Effriyanti, Edy Tandililing, Agung Hartoyo Program studi Magister Pendidikan Matematika
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SD NEGERI 2 AMBON
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SD NEGERI 2 AMBON Wilmintjie Mataheru FKIP UNPATTI AMBON E-mail: wilmintjiemataheru@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Jurnal Ilmiah Edukasi Matematika (JIEM) 93 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) Khosmas Aditya 1, Rudi Santoso
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan jika pendidikan dalam negara tersebut
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU Nur Ain Hasan, Abas Kaluku, Perry Zakaria JURUSAN PENDIDIKSN
Lebih terperinciMENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM RANGKA MENUJU SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI)
1 MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM RANGKA MENUJU SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) Oleh: Isrok atun, S.Pd.Si., M.Pd Abstrak Penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pengertian belajar dalam kamus besar B. Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut fontana (Erman Suhaerman,
Lebih terperinciPENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) SEBAGAI BASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA
βeta p-issn: 2085-5893 e-issn: 2541-0458 Vol.4 No.1 (Mei) 2011, Hal. 1-13 βeta 2011 PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) SEBAGAI BASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA Hapipi 1 Abstrak: Pembelajaran matematika
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna (Kamus Umum Bahasa Indonesia). Efektivitas dapat dinyatakan sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada
Lebih terperinci