NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 103,21

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 101,64

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2013 SEBESAR 117,68

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara per Subsektor Maret-April 2012 (2007=100)

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Tabel1 Nilai Tukar Petani PerSubsektor dan Perubahannya November 2014 Desember 2014 (2012=100)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NTP Provinsi Aceh, September 2017 sebesar 94,18. Inflasi Pedesaan, September 2017 sebesar 0,46 persen.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN BERAS

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

BERITA RESMI STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

Transkripsi:

No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juni 2015, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 100,36 atau mengalami kenaikan sebesar 1,13 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 99,24. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 94,85, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 98,34, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 114,05, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 98,89 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 105,75. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada semua subsektor. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Juni 2015 secara umum mencapai 121,46 atau mengalami inflasi sebesar 0,88 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 120,39. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makananan sebesar 1,85 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,83 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,77 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,33 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,18 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,03 persen, dan terakhir kelompok transportasi dan komunikasi mengalami kenaikan indeks sebesar 0,01 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Juni 2015 terdapat 25 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 8 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jambi sebesar 1,33 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi DKI Jakarta sebesar 1,41 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 1

pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Juni 2015, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 1,13 persen dibanding NTP Mei 2015, yaitu dari 99,24 menjadi 100,36. Naiknya NTP Juni 2015 ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga produk pertanian yang diterima petani yang lebih besar dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Kenaikan angka NTP yang tercatat pada bulan Juni 2015 terjadi pada semua subsektor dimana subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan terbesar yaitu mencapai 2,86 persen, diikuti subsektor peternakan naik sebesar 1,22 persen, subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,80 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,56 persen dan subsektor hortikultura naik sebesar 0,12 persen. 2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Juni 2015, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 1,81 persen dibandingkan dengan It Mei 2015, yaitu dari 116,30 menjadi 118,41. Semua Subsektor mengalami kenaikan It dengan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan terbesar mencapai 3,46 persen. Kenaikan terbesar selanjutnya adalah subsektor peternakan yaitu mencapai 1,70 persen, diikuti subsektor tanaman pangan naik 1,67 persen, subsektor perikanan naik 1,13 persen dan terakhir subsektor hortikultura sebesar 0,88 persen. 3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Juni 2015 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,67 persen bila dibandingkan Mei 2015, yaitu dari 117,20 menjadi 117,98. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor dengan 2 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015

kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan yang mencapai 0,86 persen, diikuti oleh subsektor hortikultura naik sebesar 0,76 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,59 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,56 persen, dan terakhir subsektor peternakan naik sebesar 0,47 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti telur ayam ras, cabai hijau, kacang panjang, daging ayam ras, cabai merah dan gula pasir. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Juni 2015 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,80 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,67 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,86 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 0,85 persen dan subkelompok palawija naik sebesar 2,60 persen. Komoditas yang menyebabkan kenaikan It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga beberapa komoditi di antaranya ketela pohon, gabah dan jagung. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,96 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,21 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan nya Kelompok dan Sub kelompok a. Indeks Diterima Petani (It) 113,00 114,88 1,67 - Padi 107,36 108,27 0,85 - Palawija 120,20 123,32 2,60 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 120,08 121,11 0,86 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121,30 122,47 0,96 - Indeks BPPBM 112,74 112,98 0,21 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 94,10 94,85 0,80 d. Nilai Tukar Usaha Petanian 100,22 101,68 1,45 b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 3

Pada Juni 2015, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,88 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,76 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, salak, dan petai. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,87 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,23 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan nya Kelompok dan Sub kelompok a. Indeks Diterima Petani (It) 116,45 117,47 0,88 - Sayur-sayuran 113,38 115,33 1,72 - Buah-buahan 119,26 120,14 0,74 - Tanaman Obat 113,53 111,42-1,86 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 118,55 119,45 0,76 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120,62 121,68 0,87 - Indeks BPPBM 110,04 110,29 0,23 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 98,22 98,34 0,12 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 105,82 106,51 0,65 c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Juni 2015 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 2,86 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 3,46 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,59 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 128,20 menjadi 132,64. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga di antaranya adalah kakao, kelapa dan tebu. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,89 persen. Sedangkan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) relatif tidak berubah dibanding bulan sebelumnya. 4 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015

Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan nya Kelompok dan Sub kelompok a. Indeks Diterima Petani (It) 128,20 132,64 3,46 - Tanaman Perkebunan Rakyat 128,20 132,64 3,46 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 115,62 116,30 0,59 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,61 120,67 0,89 - Indeks BPPBM 108,72 108,73 0,00 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 110,89 114,05 2,86 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 117,92 121,99 3,45 d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan nya Kelompok dan Sub kelompok Mei Juni 2015 a. Indeks Diterima Petani (It) 111,93 113,83 1,70 - Ternak Besar 110,34 111,98 1,48 - Ternak Kecil 110,65 112,42 1,60 - Unggas 121,73 124,73 2,47 - Hasil Ternak 112,82 115,30 2,20 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 114,57 115,11 0,47 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,78 120,73 0,80 - Indeks BPPBM 109,44 109,58 0,12 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 97,70 98,89 1,22 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 102,27 103,88 1,58 Pada Juni 2015 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 1,22 persen. Naiknya NTPT terjadi karena kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,70 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,47 persen. Kenaikan harga beberapa komoditas seperti sapi potong, telur ayam ras, ayam ras pedaging adalah penyebab naiknya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,80 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,12 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 5

e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Juni 2015, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,13 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,56 persen. Kenaikan It subsektor ini disebabkan oleh kenaikan It subkelompok penangkapan dan subkelompok budidaya masing-masing sebesar 1,13 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,97 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,03 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan nya Kelompok dan Sub kelompok a. Indeks Diterima Petani 119,88 121,23 1,13 - Penangkapan 125,54 126,95 1,13 - Budidaya 119,57 120,91 1,13 b. Indeks Dibayar Petani 114,00 114,64 0,56 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120,57 121,74 0,97 - Indeks BPPBM 106,37 106,40 0,03 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 105,16 105,75 0,56 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 112,71 113,95 1,10 Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Juni 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 1,13 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) sebesar 0,53 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti pari, manyung, cakalang, kuwe/bebara dan gurita pada bulan ini. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,97 persen, meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,02 persen. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015

Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan nya Kelompok dan Sub kelompok a. Indeks Diterima Petani 125,54 126,95 1,13 - Penangkapan Perairan Umum 100,00 100,00 0,00 - Penangkapan Perairan Laut 125,56 126,98 1,13 b. Indeks Dibayar Petani 118,07 118,69 0,53 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120,41 121,58 0,97 - Indeks BPPBM 115,34 115,31-0,02 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 106,32 106,96 0,60 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 108,84 110,09 1,15 Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami kenaikan indeks sebesar 0,56 persen pada Juni 2015. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,13 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,57 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti gurame dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,97 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,03 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan nya Kelompok dan Sub kelompok a. Indeks Diterima Petani 119,57 120,91 1,13 - Budidaya Air Tawar 119,57 120,91 1,13 b. Indeks Dibayar Petani 113,77 114,41 0,57 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120,58 121,75 0,97 - Indeks BPPBM 105,87 105,90 0,03 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 105,10 105,68 0,56 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 112,94 114,18 1,09 5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 7

keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Juni 2015 mencapai 100,20 atau naik sebesar 1,15 persen dibanding bulan Mei 2015. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 1,83 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,68 persen. Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan nya Kelompok dan Sub kelompok Indeks Harga yang Diterima Petani 116,19 118,32 1,83 Indeks Harga yang Dibayar Petani 117,29 118,09 0,68 Konsumsi Rumah Tangga 120,39 121,45 0,88 BPPBM 110,40 110,57 0,15 Nilai Tukar Petani 99,06 100,20 1,15 Nilai Tukar Usaha Pertanian 105,25 107,01 1,68 6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Juni 2015 secara umum mencapai 121,46 atau mengalami inflasi sebesar 0,88 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 120,39. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makananan sebesar 1,85 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,83 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,77 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,33 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,18 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,03 persen, dan terakhir kelompok transportasi dan komunikasi mengalami kenaikan indeks sebesar 0,01 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan nya Kelompok Konsumsi Rumah Tangga 120,39 121,46 0,88 - Bahan Makanan 128,49 130,86 1,85 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 117,79 118,76 0,83 8 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015

- Perumahan 116,52 116,55 0,03 - Sandang 116,45 117,34 0,77 - Kesehatan 111,49 111,69 0,18 - Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga 107,23 107,59 0,33 - Transportasi dan Komunikasi 119,59 119,60 0,01 7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Juni 2015 ada sebanyak 25 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jambi yaitu sebesar 1,33 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,16 persen terjadi di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Provinsi Papua Barat. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Jambi terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama karet. Sebanyak 8 provinsi pada bulan Juni 2015 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,41 persen, sedangkan Provinsi Papua mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,09 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi DKI Jakarta banyak disebabkan oleh turunnya harga cumi-cumi dan tenggiri pada subkelompok perikanan tangkap subsektor perikanan. Tabel 10 NTP Provinsi dan nya Provinsi Nasional 100,02 100,52 0,50 NAD 95,60 95,76 0,16 Sumatera Utara 98,75 98,47-0,29 Sumatera Barat 96,83 97,54 0,73 Riau 95,24 96,24 1,05 Jambi 94,83 96,09 1,33 Sumatera Selatan 97,42 97,29-0,13 Bengkulu 93,62 94,43 0,87 Lampung 102,16 102,42 0,25 Bangka Belitung 104,82 106,00 1,12 Kepulauan Riau 99,15 98,93-0,22 DKI Jakarta 98,76 97,37-1,41 Jawa Barat 102,48 103,08 0,58 Jawa Tengah 97,93 98,49 0,57 D.I. Yogyakarta 99,24 100,36 1,13 Jawa Timur 102,50 103,05 0,53 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 9

Banten 102,30 103,22 0,90 Bali 103,05 103,93 0,86 Nusa Tenggara Barat 102,39 103,29 0,88 Nusa Tenggara Timur 100,89 101,71 0,82 Kalimantan Barat 96,18 96,68 0,52 Kalimantan Tengah 98,11 98,60 0,50 Kalimantan Selatan 99,68 100,60 0,93 Kalimantan Timur 98,66 97,66-1,01 Sulawesi Utara 95,79 94,70-1,14 Selawesi Tengah 96,70 97,62 0,94 Sulawesi Selatan 102,91 103,57 0,64 Sulawesi Tenggara 98,46 98,80 0,34 Gorontalo 101,09 101,38 0,29 Sulawesi Barat 103,79 104,76 0,93 Maluku 99,60 100,20 0,61 Maluku Utara 101,98 101,22-0,74 Papua Barat 101,19 101,35 0,16 Papua 97,07 96,98-0,09 10 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015

Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan nya Provinsi Nasional 99,94 100,44 0,50 NAD 95,56 95,71 0,15 Sumatera Utara 98,81 98,53-0,28 Sumatera Barat 96,38 97,11 0,76 Riau 94,71 95,76 1,10 Jambi 94,65 95,96 1,38 Sumatera Selatan 97,36 97,26-0,10 Bengkulu 93,46 94,29 0,89 Lampung 102,24 102,51 0,27 Bangka Belitung 105,30 106,68 1,32 Kepulauan Riau 96,25 96,52 0,29 Jawa Barat 102,71 103,31 0,58 Jawa Tengah 97,87 98,42 0,56 D.I. Yogyakarta 99,06 100,20 1,15 Jawa Timur 102,46 103,00 0,52 Banten 102,24 103,16 0,90 Bali 103,03 103,92 0,87 Nusa Tenggara Barat 102,45 103,35 0,88 Nusa Tenggara Timur 100,84 101,68 0,83 Kalimantan Barat 96,06 96,55 0,52 Kalimantan Tengah 97,68 98,26 0,59 Kalimantan Selatan 98,88 99,80 0,92 Kalimantan Timur 98,77 97,60-1,18 Sulawesi Utara 95,08 93,88-1,26 Selawesi Tengah 96,14 97,05 0,94 Sulawesi Selatan 102,86 103,49 0,61 Sulawesi Tenggara 98,08 98,41 0,33 Gorontalo 101,11 101,46 0,35 Sulawesi Barat 103,99 104,93 0,90 Maluku 98,82 99,52 0,71 Maluku Utara 101,95 101,25-0,69 Papua Barat 100,75 100,83 0,08 Papua 96,55 96,35-0,21 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 11

Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan nya Provinsi Nasional 105,28 105,89 0,57 NAD 98,22 99,68 1,49 Sumatera Utara 101,21 99,81-1,38 Sumatera Barat 101,88 101,50-0,37 Riau 107,12 108,16 0,97 Jambi 102,09 103,13 1,01 Sumatera Selatan 95,83 96,02 0,20 Bengkulu 99,37 99,55 0,18 Lampung 106,60 105,08-1,42 Bangka Belitung 100,74 99,73-1,01 Kepulauan Riau 106,46 104,61-1,73 DKI Jakarta 102,29 100,20-2,04 Jawa Barat 106,53 107,42 0,84 Jawa Tengah 105,40 105,11-0,28 D.I. Yogyakarta 106,32 106,96 0,60 Jawa Timur 105,47 107,52 1,94 Banten 115,74 117,37 1,41 Bali 112,52 113,10 0,52 Nusa Tenggara Barat 105,47 107,02 1,47 Nusa Tenggara Timur 104,95 105,19 0,23 Kalimantan Barat 98,72 99,94 1,23 Kalimantan Tengah 107,50 106,50-0,93 Kalimantan Selatan 111,11 112,76 1,49 Kalimantan Timur 104,54 104,47-0,07 Sulawesi Utara 110,61 111,30 0,62 Selawesi Tengah 109,08 110,53 1,33 Sulawesi Selatan 106,66 107,61 0,89 Sulawesi Tenggara 104,34 105,62 1,22 Gorontalo 102,97 102,07-0,88 Sulawesi Barat 99,57 101,66 2,10 Maluku 105,48 105,25-0,22 Maluku Utara 101,70 99,97-1,70 Papua Barat 106,49 107,55 1,00 Papua 108,58 110,79 2,03 12 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015

Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan nya Provinsi Nasional 99,27 99,66 0,40 NAD 95,17 94,48-0,73 Sumatera Utara 92,07 92,45 0,41 Sumatera Barat 108,25 108,81 0,51 Riau 102,69 101,41-1,24 Jambi 98,79 97,27-1,54 Sumatera Selatan 101,94 100,07-1,83 Bengkulu 99,37 99,59 0,22 Lampung 97,02 96,96-0,06 Bangka Belitung 94,26 93,45-0,86 Kepulauan Riau 107,55 107,64 0,09 DKI Jakarta 94,88 94,25-0,66 Jawa Barat 97,69 98,27 0,60 Jawa Tengah 98,82 99,94 1,14 D.I.Yogyakarta 105,10 105,68 0,56 Jawa Timur 104,20 104,67 0,46 Banten 95,98 96,24 0,27 Bali 91,92 91,61-0,34 Nusa Tenggara Barat 92,96 92,87-0,10 Nusa Tenggara Timur 99,21 100,05 0,84 Kalimantan Barat 100,12 100,04-0,08 Kalimantan Tengah 96,45 96,55 0,10 Kalimantan Selatan 102,72 102,48-0,23 Kalimantan Timur 89,99 90,41 0,47 Sulawesi Utara 96,06 95,69-0,39 Selawesi Tengah 93,93 93,94 0,01 Sulawesi Selatan 101,71 102,91 1,18 Sulawesi Tenggara 98,92 97,20-1,74 Gorontalo 94,06 93,62-0,47 Sulawesi Barat 100,13 100,53 0,40 Maluku 109,12 109,23 0,10 Maluku Utara 108,09 109,35 1,17 Papua Barat 92,26 90,91-1,47 Papua 91,83 91,22-0,66 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 13

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH JUNI 2015 Berdasarkan hasil observasi terhadap 57 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Juni 2015, sebanyak 50,88 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) sementara itu sisanya 49,12 persen Gabah Kualitas Rendah. Dibandingkan Mei 2015, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami kenaikan 4,35 persen menjadi Rp. 4.631,03 per kg di tingkat petani dan naik 4,30 persen menjadi Rp. 4.681,03 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 8,55 persen menjadi Rp. 4.057,14 per kg di tingkat petani dan naik 8,44 persen menjadi Rp. 4.107,14 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.000 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Galur (Kulonprogo). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.800,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Bantul dan Kecamatan Jetis (Bantul). Selama Juni 2015, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Pada Juni 2015, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 57 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 29 observasi dan kualitas rendah sebanyak 28 observasi. Kelompok Kualitas GKG GKP Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Juni 2015 Jumlah Observasi (%) Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih Harga Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 - - - - - - (0,00%) (penggilingan) Gabah Kualitas Rendah Total 29 (50,88%) 28 (49,12%) 57 (100,00%) 4.000,00 5.000,00 4.631,03 4.681,03 3.700,00 (petani) 3.750,00 (penggilingan) 931,03 25,16 931,03 24,83 3.800,00 4.900,00 4.057,14 4.107,14 - - - - - - - - - - Keterangan : GKG : kadar air 14% dan kadar hampa/kotoran 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air 14% an kadar hampa 3% Diluar kualitas : kadar air 25% atau kadar hampa/kotoran 10% * HPP berdasarkan INPRES nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah tgl.17 Maret 2015 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. 14 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015

1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 29 observasi atau 50,88 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Juni 2015. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 28 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 49,12 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Juni 2015, yang berpotensi mengalami kasus harga sebanyak 29,82 persen berasal dari Kabupaten Bantul, 15,79 persen berasal dari Kabupaten Kulonprogo dan 3,51 persen berasal dari Kabupaten Sleman. Kelompok Kualitas Tabel 15 Jumlah dan Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Juni 2015 Jumlah Observasi Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan (5) (6) (7) (8) GKG 0-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) GKP 29 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 29 (100,00 %) 29 (100,00 %) GKG dan GKP 29-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 29 (100,00 %) Kualitas Rendah 28 2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.000 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Galur (Kulonprogo). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.800,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Bantul dan Kecamatan Jetis (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, April-Juni 2015 Kelompok Kualitas Kadar Air (KA) Kadar Hampa/Kotoran (KH) Apr 2015 Mei 2015 Juni 2015 Apr 2015 Mei 2015 Juni 2015 (5) (6) (7) GKG - - - - - - GKP 15,06 13,47 13,08 6,45 7,34 6,82 KualitasRendah 25,46 23,80 24,85 11,71 14,14 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 9,46 15

Rp/Kg Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,08 persen dan 6,82 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Juni 2015 memiliki rata-rata KA dan KH masing-masing sebesar 24,85 persen dan 9,46 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas April-Juni 2015 Kelompok Kualitas Tingkat Petani (Rp / Kg) Apr 2015 Mei 2015 Juni 2015 Perub (4) thd (3) (%) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Apr 2015 Mei 2015 Juni 2015 Perub (4) thd (3) (%) (5) (6) (7) (8) (9) GKG - - - - - - - - GKP 4.225,76 4.437,88 4.631,03 4,35 4.278,03 4.487,88 4.681,03 4,30 Kualitas Rendah 3.654,48 3.737,50 4.057,14 8,55 3.704,48 3.787,50 4.107,14 8,44 Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 193,16 per kg (4,35 persen) menjadi Rp 4.631,03 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp. 193,16 per kg (4,30 persen) menjadi Rp. 4.681,03 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar Rp. 319,64 per kg (8,55 persen) menjadi Rp. 4.057,14 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan naik Rp. 319,64 per kg (8,44 persen) menjadi Rp. 4.107,14 per kg. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Juni 2014 - Juni 2015 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 16 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKG HPP GKP

Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 17