Febby Mandira dan Yvonne M. Indrawani ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

PENGETAHUAN GIZI BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA REMAJA. Oleh : Fitriyani Arbie ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN DAN POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH REMAJA DI MAKASSAR

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR DITINGKAT RUMAH TANGGA DAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA SMA DI KABUPATEN GOWA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No.2, Desember 2016

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan perilaku makan dan gaya hidup yang salah. Kebiasaan


BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi dapat dilihat dari sudut pandang yang umum disebut sebagai

BAB 4 METODE PENELITIAN

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU, SIKAP IBU, DAN POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK PRASEKOLAH DI KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

GAMBARAN TENTANG PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK DALAM KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA SISWA KELAS 4 DI SDN 04 CIANGSANA KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN Remaja adalah anak yang berusia tahun. 1 Kondisi seseorang pada masa dewasa banyak ditentukan oleh keadaan gizi dan kesehatan pada

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. masyarakat pada saat tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

BAB V HASIL PENELITAN

DAFTAR PUSTAKA. Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Mahasiswa Akper Kuliah D-III Keperawatan di Kabupaten dan Kota Cirebon

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayur dan buah merupakan bagian dari pola makan yang sehat dan seimbang. Mengonsumsi sayur dan buah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan antara..., Noor Risqi Skriptiana, FKM UI, 2009

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB 5 HASIL PENELITIAN

PERBEDAAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA SISWA SMA (Survei pada Siswa Kelas XI SMAN 8 Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya)

GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM.

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan perilaku pencegahan DBD pada murid sekolah dasar di Kota Depok.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAN DAN POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH REMAJA DI KABUPATEN TORAJA UTARA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

BAB. 4 METODOLOGI PENELITIAN. dependen diambil secara bersamaan ketika penelitian dilaksanakan.

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Maria Dian Kusumaningrum, Yvonne Magdalena Indrawani. Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif

Keywords: Anemia, Social Economy

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

Kata Kunci : Konsumsi, Sayur dan Buah, Ibu Hamil, Riskesdas Kepustakaan : 65 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. menjaga dari penyakit kronik, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FREKUENSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMP N 5 KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN STATUS KESEHATAN LANSIA BINAAN PUSKESMAS PEKAYON JAYA KOTA BEKASI TAHUN 2008

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

ABSTRACT. Objective: To find out association between timelines in food distribution and food intake of patients on rice diet at Atambua Hospital.

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

Transkripsi:

Konsumsi Buah dan Sayur Menurut Karakteristik Responden, Pengaruh Teman Sebaya, Ketersediaan, dan Keterpaparan Media Massa pada Siswa di SMA Negeri 115 Jakarta Tahun 2013 Febby Mandira dan Yvonne M. Indrawani ABSTRAK Konsumsi buah dan sayur pada remaja masih banyak yang belum mencukupi gizi seimbang, yaitu konsumsi buah 2-3 porsi sehari dan sayur 3-5 porsi sehari. Konsumsi buah dan sayur rendah pada remaja dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif di masa dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja tengah di Jakarta. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional yang dilakukan pada Bulan Februari sampai Juni 2013 di SMA Negeri 115 Jakarta dengan 168 responden dari kelas X dan kelas XI. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan formulir FFQ yang diisi sendiri oleh responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42,3% responden yang mengonsumsi memenuhi anjuran gizi seimbang. Penelitian ini menggunakan uji chi square dan diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara sikap (OR=3,562; CI=1,137-9,256) dengan konsumsi buah dan sayur. Kata kunci: konsumsi buah, konsumsi sayur, sikap.

ABSTRACT Fruit and vegetables consumption in adolescents is still less than adequate nutrition balanced, the consumption of 2-3 servings of fruit and 3-5 servings of vegetables a day. Low fruit and vegetable consumption in adolescents can lead to various degenerative diseases in adulthood. This study aims to determine the factors associated with fruit and vegetable consumption among middle adolescents in Jakarta. This study uses cross-sectional design conducted in February until June 2013 in SMAN 115 Jakarta with 168 respondents from class X and class XI. Data were collected through the questionnaires and self-administered Food Frequency Questionnaire form by respondents. The results showed that 42.3% of respondents of fruit and vegetables consumption is good. This study used chi square, there was significant association between attitude (OR = 3.562; CI = 1.137 to 9.256) with fruit and vegetable consumption. Keywords: fruit consumption, vegetable consumption, attitudes.

Pendahuluan Perubahan pola konsumsi makanan merupakan salah satu perubahan gaya hidup yang terjadi pada remaja, baik remaja perempuan maupun laki-laki. Gaya hidup remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sikap dan pengetahuan serta preferensi (kesukaan) terhadap makanan (Worthington-Robert & Williams, 2000). Saat ini, remaja cenderung mengonsumsi makanan tidak sehat, yakni rendah serat, tinggi kalori, dan tinggi kandungan lemak, dibandingkan mengonsumsi buah dan sayur (Farida, 2010). Padahal kebiasaan makan semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan dewasa dan usia lanjut (Arisman, 2007). Kecenderungan remaja untuk mengonsumsi makanan tidak sehat tersebut mengurangi remaja untuk mengonsumsi buah dan sayur. Padahal buah dan sayur mengandung banyak vitamin dan mineral yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan remaja. Rendahnya konsumsi buah dan sayur juga diperkirakan menyebabkan 19% kanker gastroinstestinal, 31% penyakit jantung iskemik, dan 11% stroke di dunia. Konsumsi buah dan sayur dapat mencegah penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker terutama dari sistem pencernaan (WHO, 2002). Di Indonesia, rekomendasi konsumsi buah dan sayur menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang adalah 5-8 porsi dalam satu hari, terdiri dari konsumsi buah sebesar 2-3 porsi dan konsumsi sayur sebesar 3-5 porsi sehari. Kebiasaan dan pola makan remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang memengaruhi konsumsi buah dan sayur, diantaranya adalah preferensi (kesukaan) terhadap makanan. Sedangkan, faktor eksternal yaitu ketersediaan makanan, teman sebaya, dan media masa (Brown, 2005). Hal ini sejalan dengan penyataan Kristjansdottir et al. (2006) bahwa preferensi, sikap, pengetahuan dan ketersediaan buah dan sayur di rumah memengaruhi konsumsi buah dan sayur pada remaja usia 11 tahun di Islandia. Menurut Kristjandottir et al. (2006) dan Rajos (2001) jenis kelamin juga berpengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur. Selain beberapa faktor tersebut, paparan iklan televisi untuk buah dan sayur juga memengaruhi konsumsi buah dan sayur anak-anak di 9 Negara di Eropa (Klepp et al., 2007)

Prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur di dunia cenderung tinggi. Di Costa Rica, terdapat 94% remaja yang kurang konsumsi buah dan sayur sesuai rekomendasi Dietary Guidelines for Americans. Penelitian pada 5 Negara di Asia Tenggara menunjukkan sebesar 76,3% remaja kurang mengonsumsi buah dan sayur. Di Indonesia, prevalensi nasional kurang makan buah dan sayur sekitar 93,6% sedangkan prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur di DKI Jakarta sekitar 94,5% dan prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur di Jakarta Utara sekitar 96% pada penduduk 10 tahun ke atas (Riskesdas, 2007). Penelitian yang dilakukan pada remaja di 4 SMA terpilih di Jakarta Barat menunjukkan bahwa 92,1% remaja kurang mengonsumsi buah dan 77,1% remaja kurang mengonsumsi sayur (Bahria, 2009). Berdasarkan penelitian awal terhadap 40 siswa dan siswi pada Bulan Maret 2013, prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur di SMA Negeri 115 Jakarta sekitar 87,5%. Telah diketahui bahwa masa remaja merupakan masa saat pertumbuhan dan perkembangan terjadi dengan cepat. Berat tubuh bertambah sebanyak 50% saat remaja dan lebih dari 90% masa tulang telah terbentuk pada usia 18 tahun. Beberapa faktor memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ini, diantaranya adalah vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral banyak terkandung dalam buah dan sayur. Oleh karena itu, tingginya prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur tersebut mengindikasikan banyak remaja yang kurang mengonsumsi buah dan sayur sehingga dapat menimbulkan kurang gizi. Hal ini menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap konsumsi buah dan sayur pada remaja dan hubungannya dengan karakteristik responden (jenis kelamin, preferensi terhadap buah dan sayur, sikap dan pengetahuan gizi), pengaruh teman sebaya, ketersediaan buah dan sayur di rumah dan di sekolah, serta keterpaparan media massa.

Tinjauan Teoritis Faktor Predisposisi: -Internal Sikap Kepercayaan Preferensi makanan Citra tubuh Self efficacy - Eksternal Pengetahuan gizi Tingkat pendidikan Sosial ekonomi Faktor Individu Umur Jenis Kelamin Promosi Kesehatan dalam Bentuk Komunikasi Media Massa Faktor Penguat: - Contoh orang tua - Pola makan keluarga - Teman sebaya Gaya Hidup Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Status Gizi Faktor Pemungkin: Ketersediaan di rumah Ketersediaan di sekolah Gambar 3.1 Kerangka Teori Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur modifikasi dari Green (1980), Bloom (1974), Notoatmodjo (2007), Worthington-Roberts & Williams (2000), Krummel & Kris-Etherton (1996), Fibrihirzani (2012), dan Farisa (2012).

Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif analisis yang bersifat deskriptif. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional karena pengambilan data variabel Independen dan dependen dilakukan secara bersamaan. Variabel independen pada penelitian ini adalah karakteristik responden (jenis kelamin, preferensi terhadap buah dan sayur, sikap dan pengetahuan gizi), pengaruh teman sebaya, ketersediaan buah dan sayur di rumah dan di sekolah, serta keterpaparan media massa. Sedangkan, variabel dependen pada penelitian ini adalah konsumsi buah dan sayur. Responden yang diteliti sebanyak 168 responden, yaitu siswa kelas X dan kelas XI menggunakan teknik sampel random klaster. Setiap kelas pada kelas X dan XI diacak untuk menentukan kelas mana yang akan dijadikan sampel (Ariawan, 1998). Pemilihan kelas diambil secara proporsional. Instrumen penelitian menggunakan Kuesioner dan Form FFQ. Setelah data terkumpul, dilakukan manajemen data. Manajemen data dilakukan menggunakan perangkat lunak khusus untuk mengolah data penelitian. Beberapa tahap manajemen data yang dilakukan, yaitu penyuntingan (Editing) data, pengkodean (Coding) data, pemasukan (Entry) data, dan pembersihan (cleaning) data. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel penelitian (Hastono, 2006). Analisisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan bermakna antara variabel independen (jenis kelamin, preferensi terhadap buah dan sayur, sikap dan pengetahuan gizi, pengaruh teman sebaya, ketersediaan buah dan sayur di rumah dan disekolah, serta keterpaparan media massa) dengan variabel dependen (konsumsi buah dan sayur). Uji yang digunakan dalam analisis bivariat adalah uji chi square (X 2 ). Tujuan dari digunakan uji chi square ini adalah untuk menguji perbedaan proporsi atau persentase antara beberapa kelompok data. Prinsip dasar uji chi square adalah membandingkan antara frekuensi yang terjadi (Observasi) dengan frekuensi yang diharapkan (Ekspektasi). Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara data kategorik dengan kategorik (Hastono, 2006).

Dalam penelitian ini, digunakan ukuran rasio, yaitu Odds Ratio (OR). Odds adalah istilah untuk menunjukkan rasio antara dua nilai variabel dikotomi, salah satunya yaitu antara terpapar dan tidak terpapar (Murti, 1997). Hasil Penelitian Konsumsi Buah dan Sayur Total OR Kurang Baik (95% CI) n % n % n % Karakteristik Responden Jenis Kelamin Laki-laki 26 48.1 28 51.9 54 100 0.562 P- value 0.118 Preferensi Perempuan 71 62.3 43 37.7 114 100 (0.292-.082) kurang baik 16 80.0 4 20.0 20 100 3.309 0.057 baik 81 54.7 67 45.3 148 100 (1.056-.371) Sikap kurang baik 24 80.0 6 20.0 30 100 3.562 (1.371-0.012 baik 73 52.9 65 47.1 138 100.256) Pengetahuan Pengaruh Teman Sebaya Ketersediaan di Rumah Ketersediaan di Sekolah Keterpaparan Media Massa kurang baik baik kurang baik baik kurang baik baik kurang baik baik kurang baik baik 48 49 64.0 52.7 27 44 36.0 47.3 75 93 100 100 1.596 (0.856-2.976) 54 56.3 42 43.7 96 100 0.867 43 59.7 29 40.3 72 100 (0.466-.612) 13 72.2 5 27.8 18 100 2.043 84 56.0 66 44.0 150 100 (0.693-.019) 90 58.4 64 41.6 154 100 1.406 7 50.0 7 50.0 14 100 (0.470-4.206) 4 50.0 4 50.0 8 100 0.720 93 58.1 67 41.9 160 100 (0.174-.984) 0.187 0.769 0.287 0.742 0.723

Diskusi Pada penelitian ini, terdapat keterbatasan yaitu penggunaan metode untuk mengukur konsumsi buah dan sayur dalam bentuk porsi. Peneliti mengukur konsumsi buah dan sayur dengan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Hasil FFQ dimasukkan dalam persamaan (dapat dilihat pada lampiran 2) sehingga diperoleh data konsumsi buah dan sayur dalam bentuk porsi. Keterbatasan penggunaan metode ini karena persamaan yang digunakan peneliti merupakan persamaan yang digunakan terhadap responden di Amerika Serikat dan belum tentu dapat diaplikasikan di Indonesia. Hal ini karena terdapat perbedaan porsi dan standarisasi antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Selain itu, sebaiknya perhitungan tidak dilakukan secara kuantitatif untuk penilaian asupan gizi menggunakan cara ini. Di Indonesia, rekomendasi konsumsi buah dan sayur menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) adalah 5 sampai 8 porsi dalam satu hari, terdiri dari konsumsi buah sebesar 2 sampai 3 porsi dan konsumsi sayur sebesar 3 sampai 5 porsi sehari (Depkes, 2005). Konsumsi buah dan sayur kurang apabila tidak mencapai 5 porsi sehari (Riskesdas, 2007). Anjuran porsi sayuran dalam bentuk tercampur untuk orang dewasa dalam sehari sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2 mangkok. Sedangkan, anjuran porsi buah dalam sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lain (Almatsier, 2009). 1 porsi buah dan sayur adalah 1 satuan penukar, misalnya 50 gram untuk 1 porsi pisang dan 100 gram untuk 1 porsi sayur (Mihardja et al., 2008). Hanya 6,4% penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas yang cukup mengonsumsi buah dan sayur. Di Provinsi Jakarta, konsumsi buah dan sayur cukup pada kelompok umur 15-24 tahun hanya sebesar 3,8% (Riskesdas, 2007). Pada penelitian ini, konsumsi buah dan sayur pada responden di SMA Negeri 115 Jakarta menggunakan metode FFQ. Berdasarkan penelitian tersebut, terdapat 42,3% responden mengonsumsi buah dan sayur sesuai anjuran dan sebesar 57,7% responden tidak mengonsumsi buah dan sayur sesuai anjuran tersebut. Terlihat bahwa responden yang mengonsumsi buah dan sayur tidak sesuai anjuran gizi seimbang lebih banyak dibandingkan dengan responden yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai anjuran. Rata-rata konsumsi buah responden adalah 6,1 porsi per hari. Rata-rata konsumsi sayur responden adalah 5,1 porsi per hari. Terlihat bahwa rata-rata

konsumsi buah dan sayur mencukupi anjuran PUGS, yaitu konsumsi buah sebesar 2 sampai 3 porsi dan konsumsi sayur sebesar 3 sampai 5 porsi sehari. Hal ini juga menunjukkan bahwa responden lebih banyak mengonsumsi buah dibandingkan dengan sayur meskipun PUGS menganjurkan konsumsi sayur lebih banyak dibandingkan dengan konsumsi buah. Terdapat 168 responden dengan 54 responden laki-laki (32,1%) dan 114 responden perempuan (67,9%) pada penelitian ini. 28 responden laki-laki (51,9%) dengan konsumsi buah dan sayur baik. Sedangkan responden perempuan, ada 43 (37,7%) yang mengonsumsi buah dan sayur dengan baik. Responden perempuan cenderung mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak dibandingakan dengan responden laki-laki. Berdasarkan penelitian Pedersen et.al. (2012) di Denmark menunjukkan bahwa lebih banyak remaja perempuan yang mengonsumsi mengonsumsi buah dan sayur dibanding remaja laki-laki. Hal ini juga sesuai dengan penelitian di Islandia, perempuan cenderung lebih sering mengonsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan laki-laki (Kristjandottir et al., 2006). Krebs-Smith, et al. (dalam Brown, 2005) menemukan bahwa remaja laki-laki lebih sedikit mengonsumsi buah sesuai dengan Food Guide Pyramid daripada remaja perempuan di Amerika Serikat. Akan tetapi, dalam mengonsumsi sayuran, remaja laki-laki lebih banyak yang memenuhi rekomendasi Food Guide Pyramid. Berdasarkkan uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,118 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur. Hal ini sejalan dengan penelitian Bahria (2009) dan Farisa (2012) yang menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur tidak berhubungan dengan jenis kelamin. Preferensi makanan merupakan tindakan atau ukuran suka atau tidak sukanya terhadap suatu jenis makanan (Pilgrim dalam Suhardjo, 2003). Pada penelitian ini, terdapat 148 responden (88,1%) memiliki preferensi yang baik dan terdapat 20 responden (11,9%) memiliki preferensi yang kurang baik terhadap buah dan sayur. Hasil analisis hubungan antara preferensi dengan konsumsi buah dan sayur diperoleh bahwa terdapat 4 (20,0%) responden yang memiliki preferensi kurang baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Sedangkan terdapat 67 (45,3%) responden yang memiliki preferensi baik dengan konsumsi buah dan sayur baik.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,057 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara preferensi dengan konsumsi buah dan sayur. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Farisa (2012) tidak ada hubungan antara preferensi terhadap buah dan sayur dengan konsumsi buah dan sayur. Meskipun demikian, konsumsi buah dan sayur baik lebih banyak terdapat pada responden dengan preferensi baik. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara preferensi dengan sikap, diperoleh nilai p-value sebesar 0.000 dan Odds Ratio sebesar 8,298 dengan 95% CI antara 3,041 dan 22,647. Hal ini menunjukkan bahwa preferensi memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap. Responden yang memiliki preferensi baik memiliki peluang 8,298 kali lebih besar untuk memiliki sikap baik terhadap buah dan sayur dibanding dengan responden yang memiliki preferensi kurang baik Pada remaja saat ini, preferensi makanan cenderung terhadap makanan yang tinggi gula, tinggi lemak, rendah vitamin dan mineral. Hal ini akan berdampak buruk untuk kesehatannya di masa yang akan datang (Brown, 2005). Semua responden menyukai buah. Sebanyak 52 responden (31%) memilih mengonsumsi buah karena buah merupakan sumber vitamin. Sedangkan hanya 148 responden yang menyukai sayur. Alasan terbanyak yang dipilih oleh 69 responden (46,6%) untuk mengonsumsi sayur, yaitu untuk menjaga kesehatan. Terdapat 20 responden yang tidak menyukai sayur. Alasan tidak menyukai sayur terbanyak yang dipilih oleh 17 responden (15,5%) karena rasa sayur tidak enak. Terdapat 3 jenis buah yang paling disukai oleh responden pada penelitian ini, yaitu jeruk, apel, dan mangga. Ketiga jenis buah tersebut merupakan buah yang tersedia lebih banyak pada musim kemarau. Hal ini karena buah ini rata-rata berbunga pada awal musim kemarau atau akhir musim hujan (Soesono, 1985). Terdapat 3 jenis sayur yang paling disukai, yaitu bayam, kangkung, dan wortel. Bayam dan kangkung termasuk dalam jenis sayuran tangkai atau daun. Sedangkan wortel merupakan jenis sayuran akar atau umbi akar (AAK, 1995 & Tarwotjo, 1995). Ketiga jenis sayur ini merupakan sumber provitamin A (Yamaguchi, 1998). Bayam, kangkung dan wortel mengandung tinggi karotenoid yang memiliki khasiat sebagai antioksidan (Astawan, 2008).

Menurut Suhardjo (2003), sikap manusia terhadap makanan dipengaruhi oleh pengalaman dan respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak. Pengalaman tersebut ada yang dirasa menyenangkan dan tidak menyenangkan. Hal ini yang membentuk sikap suka dan tidak suka terhadap makanan pada setiap individu. Berdasarkan penelitian sebesar 82,1% responden memiliki sikap baik terhadap buah dan sayur serta 17,9% responden memiliki sikap kurang baik terhadap buah dan sayur. Hasil analisis hubungan antara sikap dengan konsumsi buah dan sayur diperoleh bahwa terdapat 6 responden (20 %) yang memiliki sikap kurang baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Sedangkan terdapat 65 responden (47,1%) yang memiliki sikap baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,012 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan konsumsi buah dan sayur. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio sebesar 3,562 dengan 95% CI antara 1,371-9,256, artinya responden yang memiliki sikap baik terhadap buah dan sayur mempunyai peluang 3,562 kali lebih besar untuk konsumsi buah dan sayur dengan baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Farisa (2012) diperoleh bahwa konsumsi buah dan sayur yang lebih banyak pada siswa-siswi yang memiliki sikap baik terhadap buah dan sayur dibandingkan dengan siswa-siswi yang memiliki sikap kurang. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara sikap dengan ketersediaan di rumah, diperoleh nilai p-value sebesar 0.000 dan Odds Ratio sebesar 8,125 dengan 95% CI antara 2,866 dan 23,035. Hal ini menunjukkan bahwa sikap memiliki hubungan yang bermakna dengan ketersediaan di rumah. Responden yang memiliki sikap baik memiliki peluang 8,125 kali lebih besar untuk memiliki ketersediaan di rumah baik terhadap buah dan sayur dibanding dengan responden yang memiliki sikap kurang baik Perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan tidak bertahan lama dibandingkan dengan perilaku yang didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007), Berdasarkan penelitian, terdapat 55,4% responden dengan pengetahuan baik dan 44,6%

responden dengan pengetahuan kurang baik. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan konsumsi buah dan sayur diperoleh bahwa terdapat 27 (36%) responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Sedangkan terdapat 44 (47,3%) responden yang memiliki pengetahuan baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,187 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan konsumsi buah dan sayur. Hal ini sejalan dengan penelitian Bahria (2009) bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan konsumsi buah dan sayur. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan preferensi, diperoleh nilai p-value sebesar 0.028 dan Odd Ratio sebesar 3,328 dengan 95% CI antara 1,211 dan 9,145. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan preferensi. Responden yang memiliki pengetahuan baik memiliki peluang 3,328 kali lebih besar untuk memiliki preferensi baik terhadap buah dan sayur dibanding dengan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik. Berdasarkan penelitian ini, pengaruh teman sebaya yang baik terhadap responden sebesar 42,9%. Sedangkan pengaruh teman sebaya yang kurang baik terhadap responden sebesar 57,1%. Hasil analisis hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan konsumsi buah dan sayur diperoleh bahwa terdapat 42 (43,7%) responden yang memiliki pengaruh teman sebaya kurang baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Sedangkan terdapat 29 (40,3%) responden yang memiliki pengaruh dari teman sebaya baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman dan aktifitas kelompok lain dibanding dengan keluarga. Oleh karena itu, teman sebaya menjadi lebih berpengaruh pada masa remaja tengah. Selain itu, remaja cenderung memilih dan menyeleksi makanan yang disetujui dari kelompoknya (Krummel & Kris- Etherthon,1996). Meskipun demikian, pada penelitiian ini, hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,769 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan konsumsi buah dan sayur. Hal ini sejalan dengan penelitian Bahria (2009) terhadap siswa dan siswi di 4 SMA di

Jakarta Barat tidak ditunjukkan adanya hubungan konsumsi buah dan sayur dengan pengaruh teman sebaya pada penelitian ini. Ketersediaan makanan adalah kemudahan untuk memperoleh makanan siap makan (Worthington-Roberts & Williams, 2000). Berdasarkan penelitian, 89,3% responden memiliki ketersediaan buah dan sayur yang baik di rumah. Sedangkan 10,7% responden memiliki ketersediaan buah dan sayur yang kurang baik di rumah. Hasil analisis hubungan antara ketersediaan di rumah dengan konsumsi buah dan sayur diperoleh bahwa terdapat 5 (27,8%) responden yang memiliki ketersediaan di rumah kurang baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Sedangkan terdapat 66 (44%) responden yang memiliki ketersediaan di rumah baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Kemudahan untuk memperoleh makanan ini juga memengaruhi kebiasaan makan remaja (Worthington-Roberts & Williams, 2000). Meskipun, pada penelitian in, hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,287 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan di rumah dengan konsumsi buah dan sayur. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara ketersediaan buah dan sayur di rumah dengan preferensi, diperoleh nilai p-value sebesar 0.001 dan Odd Ratio sebesar 6,706 dengan 95% CI antara 2,221 dan 20,253. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan di rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan preferensi. Responden yang memiliki ketersediaan di rumah kurang berisiko 6,706 kali lebih besar untuk memiliki preferensi kurang baik terhadap buah dan sayur dibandingkan dengan responden yang memiliki ketersediaan buah dan sayur yang baik di rumah. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara ketersediaan buah dan sayur di rumah dengan pengetahuan, diperoleh nilai p-value sebesar 0.006 dan Odds Ratio sebesar 5,107 dengan 95% CI antara 1,604 dan 16,257. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan di rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan. Responden yang memiliki ketersediaan di rumah kurang berisiko 5,107 kali lebih besar untuk memiliki pengetahuan kurang baik terhadap buah dan sayur dibandingkan dengan responden yang memiliki ketersediaan buah dan sayur yang baik di rumah.

Terdapat 8,3% responden yang memiliki ketersediaan di sekolah yang baik dan 91,7% responden memiliki ketersediaan di sekolah yang kurang baik. Hasil analisis hubungan antara ketersediaan di sekolah dengan konsumsi buah dan sayur diperoleh bahwa terdapat 7 (50%) responden yang memiliki ketersediaan di sekolah baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Sedangkan terdapat 64 (41,6%) responden yang memiliki ketersediaan di rumah kurang baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,742 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan di sekolah dengan konsumsi buah dan sayur. Hal ini sesuai dengan penelitian Farisa (2012) pada siswa-siswi di SMPN 8 Depok tidak ditemukan hubungan antara ketersediaan buah dan sayur di sekolah. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian pada anak sekolah usia 11 tahun di Islandia (Kristjansdottir et al., 2006). Media massa merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan yang bertujuan untuk menggugah kesadaran, meningkatakan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Terdapat 95,2% responden memiliki keterpaparan media massa yang baik dan 4,8% responden memiliki keterpaparan media massa yang kurang baik. Hasil analisis hubungan antara keterpaparan media massa dengan konsumsi buah dan sayur diperoleh bahwa terdapat 4 (50%) responden yang memiliki keterpaparan media massa kurang baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Sedangkan terdapat 67 (41,9%) responden yang memiliki keterpaparan media massa baik dengan konsumsi buah dan sayur baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,723 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara keterpaparan media massa dengan konsumsi buah dan sayur. Hal ini sejalan dengan penelitian Bahria (2009) pada siswa dan siswi di 4 SMA di Jakarta Barat bahwa tidak ada hubungan antara keeterpaparan media massa dengan konsumsi buah dan sayur. Responden memeroleh informasi mengenai buah dan kesehatan dari beberapa jenis media massa, diantaranya yaitu 125 responden memilih internet, 124 responden memilih acara televisi dan 82 responden memilih majalah. Sedangkan

responden memeroleh informasi sayur dan kesehatan dari beberapa jenis media massa, diantaranya yaitu 127 responden memilih acara televisi, 122 responden memilih internet dan 81 responden memilih majalah. Kesimpulan Konsumsi buah dan sayur baik terdapat sebanyak 42,3% siswa, yaitu konsumsi 2-3 porsi buah dan 3-5 porsi sayur dalam sehari. Perempuan dalam konsumsi buah dan sayur yang baik sebesar 67,9% daripada laki-laki sebesar 32,1%. Siswa yang memiliki preferensi baik, sikap baik, serta pengetahuan baik terhadap buah dan sayur, masing-masing berturut-turut sebesar 88,1% siswa, 82,1% siswa, 55,4% siswa. Pengaruh teman sebaya yang baik sebesar 42,9% siswa. Ketersediaan buah dan sayur di rumah baik sebesar 89,3% siswa. Ketersediaan di sekolah baik 8,3% siswa. Keterpaparan media massa baik sebesar 95,2% siswa. Sikap (p=0,012; OR=3,562) berhubungan secara bermakna dengan konsumsi buah dan sayur dengan konsumsi buah dan sayur, tetapi tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, preferensi terhadap buah dan sayur, pengetahuan gizi, pengaruh teman sebaya, ketersediaan di rumah, ketersediaan di sekolah, keterpaparan media massa dengan konsumsi buah dan sayur. Saran Pihak sekolah diharapkan meningkatkan dan mempertahankan penyediaan buah dan sayur di kantin sekolah, memberikan informasi mengenai penelitian ini kepada para siswa dan sisiwi untuk menambah pengetahuan siswa dan siswi tentang pentingnya konsumsi buah dan sayur, dan melakukan penyebaran informasi melalui media massa yang menarik mengenai pentingnya konsumsi buah dan sayur. Instansi kesehatan, terutama Puskesmas diharapkan melakukan edukasi ke sekolah menggunakan media massa yang menarik terkait pentingnya manfaat konsumsi buah dan sayur.. Orangtua diharapkan dapat memperkenalkan berbagai jenis buah dan sayur sejak dini, meningkatkan serta mempertahankan ketersediaan buah dan sayur di rumah sehingga jumlah konsumsi buah dan sayur pada remaja meningkat.

Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan media yang menarik untuk intervensi terkait manfaat konsumsi buah dan sayur pada remaja, dapat melakukan penelitian di sekolah swasta, penelitian lain dapat melakukan penelitian di pedesaan/kabupaten. Kepustakaan Aksi Agraris Kanisius. (1995). Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Ariawan, Iwan. (1998). Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Arisman. (2007). Gizi dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Bahria. (2009). Hubungan Antara Pengetahuan Gizi, Kesukaan, dan Faktor lain dengan Konsumsi Buah dan Syaur pada Remaja di 4 SMA di Jakarta Barat Tahun 2009. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Block, G., Gillespie, C., Rosenbaum, E.H., & Jenson, C. (2000). A Rapid Food Screener to Assess Fat and Fruit and Vegetable Intake. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Farida, Ida. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia Tahun 2007. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Farisa, Soraya. (2012). Hubungan Sikap, Pengetahuan, Ketersediaan dan Keterpaparan Media Massa dengan Konsumsi Buah dan Sayur pada Siswa SMPN 8 Depok Tahun 2012. Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat FKM UI. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Fibrihirzani, Hafsah. (2012). Hubungan antara Karakteristik Individu, Orang Tua dan Lingkungan dengan Konsumsi Buah dan Sayur pada Siswa SDN BEJI 5 dan Depok Tahun 2012. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Hastono, Sutanto Priyo. (2006). Analisis Data. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Kristjansdottir, A.G., Thorsdottir, I., Bourdeaudhuij, I.D., Due, Pernille., Wind, M., Klepp, K. (2006). Determinants of fruit and vegetable intake among 11-year-old schoolchildren in a country of traditionally low fruit and vegetable consumption. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity. 3: 41. Krummel, D.A., & Kris-Etherton, P.M. (1996). Nutrition in Women s Health. USA: Aspen Publication. Murti, Bhisma. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Rojas, M.R. (2001). Fruits and Vegetables Consumption Among Costa Rican adolescents. Costa Rican Institute for Research and Education on Nutrition and Health, Inciensa, Costa Rica. Soesono, Slamet. (1985). Buah-Buahan untuk Karang Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. Suhardjo. (2003). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. World Health Organization. (2002). World Health Report: Reducing Risks, Promoting, Healthy Life. Jenewa, Swiss. Worthington-Roberts, B.S., & Williams, R.S. (Eds.). (2000). Nutrition Throughout The Life Cycle (4 th ed.). USA: Mc Graw Hill.