ANALISIS KESALAHAN DALAM SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

dokumen-dokumen yang mirip
SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

PENGENDALIAN MUTU METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DENGAN UJI

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

Tabel 1. Metode pengujian logam dalam air dan air limbah NO PARAMETER UJI METODE SNI SNI

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala)

SNI Standar Nasional Indonesia

3 Metodologi Penelitian

9. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 20 ml dengan pipet volumetri berukuran 20 ml, kemudian dilarutkan dengan

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS UNSUR PENGOTOR Fe, Cr, DAN Ni DALAM LARUTAN URANIL NITRAT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

PENGENDALIAN MUTU HASIL ANALISIS UNSUR Pb, Cd, DAN Cr DALAM CONTOH UJI AIR LIMBAH.

3 Metodologi Penelitian

VALIDASI PENGUJIAN Cr, Cu DAN Pb DENGAN METODE SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM

VALIDASI METODE F-AAS UNTUK MEMPEROLEH JAMINAN MUTU PADA ANALISIS UNSUR Cd, Cu, Cr, Pb, DAN Ni DALAM CONTOH UJI LIMBAH CAIR

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

UNSUR Pb, Fe, Cd, DAN Cu DALAM IKAN TUNA DENGAN METODE SPEKTROMETRI SERAP AN ATOM (SSA) UNTUK UJI PROFISIENSI.

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI

KIMIA ANALITIK (Kode : B-12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN

Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

3 Metodologi Penelitian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE)

KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE)

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Laporan Kimia Analitik KI-3121

IV. METODOLOGI PE ELITIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

Ditimbang 1,3609 gram padatan KH2PO4 dengan menggunakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

VALIDASI METODE PENENTUAN ARSENIK PADA SAMPEL AIR SUMUR BOR DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM DI PT. GEOSERVICES BALIKPAPAN

BAB IV METODE PENELITIAN

ARTI PENTING KALIBRASI PADA PROSES PENGUKURAN ANALITIK: APLIKASI PADA PENGGUNAAN phmeter DAN SPEKTROFOTOMETER UV-Vis. Iqmal Tahir ABSTRAK

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

V. HASIL DA PEMBAHASA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di

DAFTAR LAMPIRAN. 250 ml dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas. 100 ml dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas.

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Analisis Kimia Bijih Sulfida Cu, Pb, Zn, Ag, Dan Au

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC --- ABSORPTION SPECTROMETR Y (F-AAS) PASCA AKREDIT ASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

ABSTRAK ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep

Bab III Metodologi Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

VALIDASI METODE SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM PADA ANALISIS LOGAM BERAT Cr, Cu, Cd, Fe, Pb, Zn DAN Ni DALAM CONTOH UJI AIR LAUT

Transkripsi:

ANALISIS KESALAHAN DALAM SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) A. TUJUAN 1. Mengetahui kondisi optimum parameter operasi alat uji SSA milik STTN- BATAN dalam menganalisis unsur Fe. 2. Menentukan sensitivitas, limit deteksi, akurasi dan presisi alat uji SSA Solaar S Series. B. DASAR TEORI Suatu laboratorium perlu memiliki sertifikat penilaian hasil uji yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional atau BSN. Hasil uji suatu laboratorium dapat diakui kebenarannya jika laboratorium tersebut telah memiliki sertifikat penelitian hasil uji atau telah terakreditasi. Ketelitian hasil uji pada dasarnya didukung oleh sarana dan prasarana laboratorium yang terkalibrasi dan metode penelitian yang digunakan (Supriyanto dan Samin, 2005). Sertifikat sistem mutu laboratorium mempunyai tujuan untuk memberikan jaminan bahwa hasil uji yang dihasilkan mempunyai nilai ketepatan dan ketelitian yang baik. Berdasarkan SNI-19-17025-2000 data hasil uji dikatakan absah atau valid apabila data uji tersebut mempunyai presisi dan akurasi yang baik, serta mampu telusur. Untuk memperoleh keabsahan data hasil uji dengan metode nyala SSA, beberapa parameter yang perlu mendapatkan perhatian adalah validasi alat uji, dan validasi metode uji (Supriyanto dan Samin). Mengingat Sekolah Tinggi teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Yogyakarta mempunyai alat Spektrofotometer Serapan Atom 1 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

(SSA) Solaar S Series, maka perlu dilakukan penentuan kesalahankesalahan parameter analisis untuk menguji kebenaran pengukurannya. Jenis jenis Kesalahan 1. Kesalahan Random Kesalahan random terjadi apabila hasil yang berbeda diperoleh setiap kali pengukuran diulangi. Kesalahan random dapat dikurangi dengan mengambil rata-rata dari pembacaan rendah dan tinggi. 2. Kesalahan Sistematika Kesalahan sistematika dapat ditimbulkan pada saat melakukan kalibrasi atau penggunaan metodenya yang salah. Kesalahan sistematika menyebabkan perbedaan yang mencolok antara nilai pengukuran dan nilai sebenarnya. Kesalahan sistematika ini dapat dihindari dengan memodifikasikan kondisi percobaan (Eckschlager, 1972). Optimasi Parameter Operasi Parameter-parameter yang mempengaruhi ketelitian (presisi) dan sensitivitas antara lain bandpass, arus lampu, tinggi burner, aliran gas bakar, tipe nyala, dan impact bead adjustment. Sensitivitas analisis dapat diubah dengan cara alternative dan mengatur impact bead adjustment. Beberapa gangguan yang menghasilkan penurunan sensitvitas dapat diatasi dengan penggunaan buffer yang tepat (Steve, 2001). 1. Sensitivitas Unjuk kerja analisis SSA biasanya ditunjukkan dalam bentuk daftar parameter gabungan, yaitu sensitivitas dan limit deteksi. Dalam Spektrofotometer Serapan Atom, sensitivitas didefinisikan sebagai konsentrasi unsur dalam ppm ( g/ml atau mg/l), yang member absorbansi 0,0044 sebanding dengan penyerapan 1% radiasi yang diteruskan. Pengetahuan tentang besarnya nilai sensitivitas untuk partikel 2 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

tertentu sangat berguna, karena dari hal tersebut kisaran konsentrasi optimum unsur dapat dihitung (Steve, 2001). Dalam hal optimasi pembacaan alat, keakuratan analisis dibutuhkan kisaran absorbansi 0,1 0,8 A. pada pembacaan absorbansi rendah, keakuratan pembacaan terbatas. Namun pada absorbansi tinggi, faktor stary light (pembiasan cahaya) dapat menyebabkan penyimpangan yang besar dari hukum Beer. Sensitivitas dicek ulang dengan melakukan pembacaan absorbansi sekitar 0,1 (Steve, 2001). 2. Limit Deteksi Limit deteksi merupakan fungsi statistik yang diambil dalam hitungan, sensitivitas, dan perbandingan sinyal gangguan pada kondisi blanko. Limit deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi unsur dalam mg/l, yang memberikan pembacaan sebanding dengan 3 kali deviasi standar dari serapan yang diukur pada kondisi blanko. Dengan penggunaan fasilitas pelebaran skala dalam instrumen, sebuah sinyal kecil dapat diperbesar menjadi ukuran yang dapat terbaca. Limit deteksi merupakan pengukuran statistic konsentrasi. Efek ini akan terlihat meskipun instrumen mempunyai pengukur (meter) atau tampilan digital (Steve, 2001). 3. Akurasi dan Presisi Ketidakpastian hasil analisis suatu instrumen terkait langsung dengan akurasi dan presisi. Akurasi adalah ketepatan suatu hasil pengukuran atau seberapa dekat suatu pengukuran yang dihasilkan dengan nilai yang sebenarnya. Presisi (ketelitian) adalah pengukuran berulang kali yang memberi sejumlah rangkaian hasil, atau seberapa dekat hasilnya satu sama lain. 3 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

Validator rangkaian hasil tiruan serupa dapat diperoleh dengan pengukuran presisi atau satndar deviasi kelompok. Keterangan : a. Presisi dan akurasi tinggi b. Presisi rendah, akurasi tinggi c. Presisi tinggi, akurasi rendah d. Presisi dan akurasi rendah Presisi rendah dapat ditunjukkan dengan standar deviasi yang lebar dan berkurangnya tingkat kepercayaan dalam keakuratan standar. Perhitungan presisi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Nilai x dari serangkaian hasil serupa yang terdiri dari n pengukuran dari setiap nilai x. x = Σ x n b. Standar Deviasi diberikan dengan rumus sebagai berikut : δ s = Σ (x x ) 2 n 1 c. Deviasi standar relatif dihitung dengan persamaan sebagai berikut : 4 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

RSD = δ s x 100% 4. Rambatan Ralat Dalam pengolahan data sering digunakan 2 standar deviasi sebagai pengukuran presisi. Hal ini menunjukkan bahwa 95% dari hasil, akan menghasilkan nilai x 2s atau x + 2s, artinya dari 20 hasil pengukuran, hanya satu yang berada di luar keadaan presisi. Pengolahan data seperti itu sering disebut dengan tingkat kepercayaan 95% (Steve, 2001). Nilai presisi mengacu pada sejumlah angka signifikan yang digunakan dan sebaran bacaan berulang pada alat ukur. Nilai akurat atau akurasi mengacu pada dekatnya nilai pendekatan yang dihasilkan dengan nilai acuan atau nilai eksak. Dari keadaan akurat dan presisi ini, akan muncul kesalahan atau yang biasa disebut error (Basuki dan Ramadijanti, 2005). 5. Quality Assurance dan Quality Control Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC) sangat penting dalam rangkaian prinsip operasi selama pengumpulan sampel dan anlisis yang menghasilkan data. Hal ini dikenal sebagai jaminan mutu dan memungkinkan analisis memiliki tingkat keakuratan tinggi yang meyakinkan. Pengendalian kualitas dan penilaian kualitas merupakan aspek penting dari jaminan mutu (Steve, 2001). Pengalaman dari para analisis menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencapai program keandalan dan kesesuaian pada data pengukuran adalah dengan Program Jaminan mutu dan hasil pengujian yang absah. Oleh sebab itu, proses pengukuran harus didesain untuk dijalankan dengan kendali statistik (Louhenapessy, 1996). SRM-NIST (Standard Referance Material National Institute of Standards and Technology) merupakan pembanding ideal yang sering 5 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

digunakan, dan CRM (Certificated Standard Material) memungkinkan sebagai standar kontrol laboratorium (Steve, 2001). C. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan : 1. Unit Spektrometri Serapan Atom (SSA) 2. Neraca analitik 3. Labu takar 4. Pipet tetes 5. Pipet gondok 6. Bulbpet 7. Buret 8. Statif 9. Gelas beker 10. Kertas timbang 11. Sendok sungu 12. Botol plastik Bahan yang digunakan : 1. Aquadest 2. (NH 4 ) 2 Fe(SO 4 ) 2.6H 2 O D. LANGKAH KERJA 1. Dibuat larutan standar Fe 1000 ppm sebanyak 100 ml dengan cara menimbang (NH 4 ) 2 Fe(SO 4 ) 2.6H 2 O sebanyak 0,7006 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan dilarutkan dengan aquades serta ditandabataskan. 2. Larutan standar Fe 1000 ppm diencerkan menjadi 100 ppm sebanyak 250 ml. 6 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

3. Larutan standar Fe 100 ppm yang telah dibuat sebelumnya kemudian diencerkan kembali sehingga diperoleh 8 variasi konsentrasi larutan, yaitu 2 ppm, 4 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, dan 60 ppm. Masing-masing larutan dibuat sebanyak 50 ml. Larutan ini digunakan untuk membuat kurva kalibrasi. 4. Unit AAS diaktifkan kemudian dilakukan pengukuran absorbansi blanko dengan 3 kali penyedotan. 5. Langkah (4) diulangi untuk 8 variasi larutan standar yang ada pada langkah (3). 6. Data yang diperoleh disimpan sesuai dengan nama kelompok. 7. Dicatat ketelitian masing-masing alat yang digunakan. E. DATA PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar Massa (NH 4 ) 2 Fe(SO 4 ) 2.6H 2 O = 0,7006 gram Konsentrasi larutan awal Volume awal = 1000 ppm = 250 ml Tabel 1. Pengenceran Larutan Standar 1000 ppm Konsentrasi Volume Konsentrasi Volume Akhir Awal (ppm) Awal (ml) Akhir (ppm) (ml) 1000 25 100 250 Tabel 2. Pengenceran Larutan Standar 100 ppm No. Konsentrasi Volume Konsentrasi Volume Awal (ppm) Awal (ml) Akhir (ppm) Akhir (ml) 1 100 1 2 50 2 100 2 4 50 3 100 5 10 50 4 100 10 20 50 5 100 15 30 50 6 100 20 40 50 7 100 25 50 50 7 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

8 100 30 60 50 Spectrometer Parameters Element = Fe Wave length = 248,3 Bandpass = 0,2 Lamp Current = 75% Number of resamples = 3 Background correction = D 2 Measurements time Flame Parameters = 4 secs Flame Type = Air C 2 H 2 Fule Flow Burner Height = 0,9 L/min = 3 mm Tabel 3. Pengukuran Absorbansi Blanko Konsentrasi Larutan Absorbansi (A) Ā (ppm) 1 2 3 0 0.001 0 0 0 Tabel 4. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar No. Konsentrasi Larutan Absorbansi (A) (ppm) 1 2 3 Ā 1 2 0.022 0.022 0.023 0.022 2 4 0.044 0.044 0.006 0.031 3 10 0.113 0.113 0.113 0.113 4 20 0.224 0.224 0.224 0.224 5 30 0.301 0.299 0.299 0.3 6 40 0.376 0.376 0.376 0.376 7 50 0.452 0.453 0.451 0.452 8 60 0.503 0.501 0.5 0.501 Tabel 5. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Pembanding (Fe) Konsentrasi Larutan Absorbansi (A) Ā 8 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

(ppm) 1 2 3 10 0.097 0.095 0.095 0.096 Tabel 6. Nilai Koreksi atau Ralat (R) Alat yang Digunakan No. Nama Alat Volume (ml) Koreksi atau R 1 Buret 25 0,05 ml 2 Pipet gondok 25 0,03 ml 50 0,06 ml 3 Labu takar 100 0,1 ml 250 0,15 ml F. PERHITUNGAN 1. Pembuatan Larutan Standar Volume Larutan Konsentrasi larutan = 100 ml = 0,1 L = 1000 ppm = 1000 mg/l = 100 mg 0,1 L Mr (NH 4 ) 2 Fe(SO 4 ) 2. 6H 2 O Massa (NH 4 ) 2 Fe(SO 4 ) 2.6H 2 O = 100 mg Ar Fe = 392,14 gr/mol 56 gr/mol 100 mg = 700,25 mg = 0,70025 gram Untuk membuat larutan standar Fe 1000 ppm sebanyak 200 ml dibutuhkan (NH 4 ) 2 Fe(SO 4 ) 2.6H 2 O sebanyak 0,70025 gram, kemudian dilarutkan dan ditandabataskan hingga 100 ml. 2. Penentuan Limit Deteksi (S) Standar Deviasi Blanko (δ s ) 9 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

Tabel 7. Penentuan Standar Deviasi Blanko No. Absorbansi (A) Ā A - Ā (A - Ā) 2 1 0.001 0.001 10-6 2 0 0 0 0 3 0 0 0 JUMLAH (Σ) 10 6 δ s = Σ (A Ā) 2 n 1 = 10 6 3 1 = 5 10 7 = 0,0007 Standar Deviasi Blanko δ s adalah 0,0007 Limit Deteksi (S) S = 3 δ s S = 3 0,0007 = 0,0021 Limit deteksi atau S menunjukkan absorbansi minimum yang dapat dideteksi oleh alat SSA. Maka absorbansi minimum yang dapat dideteksi oleh SSA dalam percobaan ini adalah sebesar 0,0021. Pembuatan Kurva Kalibrasi Tabel 8. Penentuan Kurva Kalibrasi No. Konsentrasi Larutan Fe (ppm) Ā 1 0 0 2 2 0,022 3 4 0,031 10 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

Absorbansi (A) 4 10 0,113 5 20 0,224 6 30 0,3 7 40 0,376 8 50 0,452 9 60 0,501 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi (ppm) dengan Absorbansi (A) 0.6 Grafik Konsentrasi (ppm) vs Absobansi (A) 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 10 20 30 40 50 60 70 Konsentrasi (ppm) y = 0.008x + 0.016 R² = 0.986 Dari grafik tersebut diperoleh persamaan garisnya adalah : y = 0,008x + 0,016 dengan R 2 = 0,986 atau R = 0,993 dimana : x : konsentrasi larutan (ppm) y : absorbansi (A) 3. Penentuan Sensitivitas ( ) Sensitivitas ( ) Dari grafik hubungan antara Konsentrasi (ppm) dengan Absorbansi (A), dapat diketahui bahwa y = 0,008x + 0,016 11 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

Maka ; Slope atau gradient (m) = 0,008 Standar deviasi blanko (δ s ) = 0,0007 Jadi ; = m δ s = 0,008 0,0007 = 11,428 Sensitivitas ( ) untuk absorbansi (A) = 0,0044 Dari persamaan garis pada kurva kalibrasi diperoleh : y = 0,0044 y = 0,008x + 0,016 x = x = y 0,016 0.008 0,0044 0,016 0.008 x = 1,45 ppm Range Kerja SSA Dari hasil perhitungan sebelumnya, dapat diketahui bahwa SSA bekerja optimal pada range kerja (Absorbansi) antara 0,0021 sampai dengan 0,501. 4. Penentuan Akurasi Alat Dari data pada Tabel 5. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Pembanding (Fe), dengan Cp = 10 ppm. Konsentrasi Larutan Absorbansi (A) Ā (ppm) 1 2 3 10 0.097 0.095 0.095 0.096 12 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

Ā = 0,096 Dari persamaan garis pada kurva kalibrasi diperoleh : y = 0,096 y = 0,008x + 0,016 x = x = y 0,016 0.008 0,096 0,016 0.008 x = 10 ppm Dari perhitungan tersebut diketahui konsentrasi hasil perhitungan (Cs) adalah sebesar 10 ppm. Jadi, ketidak akuratan (error) adalah : Error = = Cs Cp Cp 10 10 10 100% 100% = 0 % Keakuratan = 100% 0% = 100% Dari hasil perhitungan diketahui bahwa error 1 %, maka SSA dapat dikatakan akurat. 5. Penentuan Presisi Alat (RSD) Tabel 11. Pengukuran Absorbansi pada Larutan Standar Fe 2 ppm. Konsentrasi Larutan Absorbansi (A) Ā (ppm) 1 2 3 2 0.022 0.022 0.023 0.022 Tabel 12. Penentuan Standar Deviasi (δ c ) 13 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

No. Absorbansi (A) Ā A - Ā (A - Ā) 2 1 0.022 0 0 2 0.022 0,022 0 0 3 0.023 0.001 10 6 JUMLAH 10 6 δ c = = Σ A A 2 10 6 3 1 n 1 = 0,0007 Jadi, RSD = δ c A Dengan cara yang sama untuk data yang berbeda, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 13. Hasil Penentuan RSD pada Larutan Standar Fe No. 100% = 0,0007 0,022 100% = 3,18 % Konsentrasi Larutan (ppm) Absorbansi (A) 1 2 3 Ā RSD (%) 1 2 0.022 0.022 0.023 0.022 3,18 2 4 0.044 0.044 0.006 0.031 70,78 3 10 0.113 0.113 0.113 0.113 0 4 20 0.224 0.224 0.224 0.224 0 5 30 0.301 0.299 0.299 0.3 0,41 6 40 0.376 0.376 0.376 0.376 0 7 50 0.452 0.453 0.451 0.452 0,22 8 60 0.503 0.501 0.5 0.501 0,31 Dari hasil perhitungan diketahui bahwa untuk data larutan standar no. 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 nilai RSD 5%, maka dapat dikatakan SSA yang 14 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

digunakan sangat presisi. Sedangkan untuk data larutan standar no. 2 nilai RSD 5%, maka dapat dikatakan SSA tidak presisi untuk pengukuran larutan standar no. 2. 6. Penentuan Rambatan Ralat (RR) Dari data pada Tabel 5. Nilai Ralat Koreksi atau Ralat (R) Alat yang digunakan, maka jika dibuat ke dalam prosentase menjadi : R % = R V 100% Tabel 14. Perhitungan R % pada Alat yang Digunakan No. Nama Alat Volume (ml) R (ml) R % (%) R 2 % = % 2 1 Pipet Gondok 25 0,03 0,12 0,0144 2 Buret 25 0,05 0,2 0,04 50 0,06 0,12 0,0144 3 Labu takar 100 0,1 0,1 0,01 250 0,15 0,06 0,0036 Jumlah (Σ) 0,0824 RR = Σ R 2 % = 0,0824 % 2 = 0,287 % Jadi, besarnya nilai Rambatan Ralat (RR) dari alat-alat yang digunakan adalah sebesar 0,287%. G. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum operasi uji alat Spektrometri Serapan Atom atau SSA milik STTN-BATAN dalam menganalisis unsure Fe serta menentukan sensitivitas, limit deteksi, akurasi, dan presisi alat uji SSA Solaar S Series. Inti dari praktikum ini adalah untuk 15 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

melakukan pengujian kelayakan alat SSA milik STTN-BATAN pada analisis suatu unsur logam, khususnya logam Fe. Pada pelaksanaannya, digunakan larutan standar Fe dengan konsentrasi awal 1000 ppm sebanyak 100 ml yang dibuat dari padatan (NH 4 ) 2 Fe(SO 4 ) 2.6H 2 O dengan cara menimbang padatan (NH 4 ) 2 Fe(SO 4 ) 2.6H 2 O sebanyak 0,7006 gram lalu melarutkannya dengan aquades sebanyak 100 ml di dalam labu takar. Akan tetapi, dalam praktikum ini larutan standar Fe yang telah dibuat dengan konsentrasi 1000 ppm perlu diencerkan terlebih dahulu menjadi 100 ppm sebelum digunakan. Kemudian dari larutan standar Fe 100 ppm ini diencerkan menjadi seri larutan standar Fe yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kurva kalibrasi. Pertama adalah penentuan limit deteksi alat SSA milik STTN-BATAN. Limit deteksi didefinisikan sebagai jumlah terkecil pengukuran yang masih terdeteksi oleh alat. Limit deteksi sama dengan sinyal yang dihasilkan oleh 3 kali standar deviasi blanko atau latar dari suatu sinyal. Dari hasil perhitungan diperoleh limit deteksi alat adalah sebesar 0,0021. Artinya, alat SSA memiliki batas pengukuran absorbansi terkecil sebesar 0,0021 dan untuk absorbansi di bawah nilai tersebut tidak dapat terdeteksi oleh alat. Limit deteksi ini merupakan batasan pengukuran terendah dari alat. Sedangkan untuk mengetahui batasan pengukuran tertinggi dapat diketahui dengan membuat kurva kalibrasi. Dari kurva kalibrasi tersebut diperoleh persamaan y = 0,008x + 0,016 dengan R = 0,993. Nilai R menunjukkan linieritas data yang diperoleh. Nilai R semakin mendekati 1, maka data tersebut akan semakin linier. Daerah yang linier ini menunjukkan daerah kerja atau range kerja. Dari hasil percobaan diperoleh range kerja SSA adalah pada absorbansi antara 0,0021 sampai dengan 0,501 dengan batasan pengukuran absorbansi tertinggi adalah sebesar 0,501 untuk konsentrasi larutan standar Fe 60 ppm. Selanjutnya adalah penentuan sensitivitas alat. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai sensitivitas alat adalah sebesar 11,428. Sensitivitas didefinisikan 16 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

sebagai konsentrasi unsur dalam larutan air yang dinyatakan dalam ppm yang memberi absorbansi sebesar 0,0044 sebanding dengan penyerapan 1% radiasi yang diteruskan sehingga untuk membuktikannya dilakukan perhitungan untuk mencari besarnya konsentrasi untuk nilai absorbansi tersebut. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa besarnya konsentrasi untuk absorbansi 0,0044 adalah sebesar -1,45 ppm. Tanda minus (-) menunjukkan bahwa untuk absorban sebesar 0,0044 tidak terdeteksi oleh alat. Setelah sensitivitas diketahui, kemudian penentuan akurasi alat. Dalam penentuannya digunakan larutan standar Fe 10 ppm sebagai pembanding. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa besarnya konsentrasi dalam praktek dengan konsentrasi hasil perhitungan memiliki nilai yang sama, yaitu 10 ppm. Dari hasil tersebut kemudian dapat diketahui bahwa besarnya error atau ketidakakuratan alat adalah 0% dan keakuratannya sebesar 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa alat SSA yang digunakan sangat akurat. Berikutnya adalah penentuan presisi alat. Presisi diartikan sebagai kedapatulangan dari sejumlah tertentu hasil pengukuran. Kepresisian hasil pengukuran dapat dilihat dari besarnya nilai deviasi standar relatif atau RSD yang dinyatakan dalam prosentase (%). Suatu hasil pengukuran dikatakan presisi apabila besarnya nilai RSD 5%. Dari hasil percobaan diketahui bahwa nilai RSD pada pengukuran absorbansi larutan standar 2, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 ppm adalah 5% sehingga hasil pengukuran tersebut sangat presisi. Sedangkan untuk pengukuran larutan standar 4 ppm memiliki nilai RSD 5%, yakni 70,78%. Karena nilai RSD 5%, maka hasil pengukuran pada larutan standar 4 ppm tidak presisi. Terakhir adalah pengukuran rambatan ralat (RR) dari alat-alat yang digunakan. Perhitungan ini digunakan untuk menganalisa seberapa besar kesalahan dari alat yang digunakan selama melakukan percobaan. Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya rambatan ralat dalam percobaan ini adalah sebesar 0,287%. Meskipun rambatan ralat yang ditimbulkan tidak terlalu besar, 17 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

akan tetapi untuk praktikum selanjutnya akan lebih baik lagi apabila dilakukan pemilihan alat gelas dengan nilai ralat yang sekecil-kecilnya sebelum digunakan untuk melakukan suatu analisa yang membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan besarnya rambatan ralat akan mempengaruhi keakuratan dan kepresisian alat SSA yang digunakan. H. KESIMPULAN 1. SSA di Laboratorium Instrumentasi Kimia STTN-BATAN bekerja optimal pada range kerja (absorbansi) antara 0,0021 sampai sengan 0,501. 2. Limit deteksi SSA di Laboratorium Instrumentasi Kimia STTN-BATAN adalah sebesar 0,0021. 3. Sensitivitas alat SSA di Laboratorium Instrumentasi Kimia STTN-BATAN adalah sebesar 11,428. 4. Ketidakakuratan (error) alat SSA di Laboratorium Instrumentasi Kimia STTN-BATAN adalah 0% dan keakuratannya sebesar 100%. 5. Keseluruhan hasil pengukuran absorbansi larutan standar sangat presisi, kecuali pada larutan standar dengan konsentrasi 4 ppm. 6. Besarnya rambatan ralat dari alat-alat yang digunakan adalah sebesar 0,287%. I. DAFTAR PUSTAKA Christina P, Maria. 2006. Instrumentasi Kimia I. Yogyakarta : STTN-BATAN. Christina P, Maria. 2006. Petunjuk Praktikum Instrumentasi Kimia Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom. Yogyakarta : STTN- BATAN. http://www.labdasar.ee.itb.ac.id/lab/el2193/0809/apendiks.pdf 18 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom

Asisten, Yogyakarta, 14 Januari 2009 Praktikan, Maria Christina P, S.ST Dyah Kumala Sari 19 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom