Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN MODEL SUPPLY CHAIN PISANG MAS DI JAWA TIMUR

SIMULASI KOORDINASI SUPPLY CHAIN PISANG DI JAWA TIMUR: STUDI KASUS PISANG MAS DARI LUMAJANG

BAB IV PERANCANGAN MODEL

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

SIMULASI KOORDINASI SUPPLY CHAIN PISANG DI JAWA TIMUR: STUDI KASUS PISANG MAS DARI LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Lembar Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memaksa kinerja rantai pasok harus ditingkatkan. Terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN BARANG BERBASIS VENDOR MANAGED INVENTORY (VMI) Eric Alfonsius 1, Muhamad Rifai 2

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

Penetapan Harga pada Dual Channel Supply Chain untuk Mengatur Tingkat Proporsi Demand Antar Channel

IV. METODE PENELITIAN

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

PERMASALAHAN BULLWHIP EFFECT PADA SUPPLY CHAIN

BAB I PENDAHULUAN. menjamin tercapainya kepuasan konsumen akan produk akhir yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan

KAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

Perusahaan BIS adalah sebuah perusahaan yang menghasilkan dan mendistribusikan cat. Saat ini perusahaan BIS, punya 8 pabrik manufaktur terletak di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

Tugas Akhir KAJIAN PEMILIHAN STUKTUR DUA RANTAI PASOK YANG BERSAING UNTUK STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BIAYA KUALITAS MELALUI PENEDEKATAN SIMULASI (Studi Kasus di CV. SINAR BAJA ELEKTRIC)

Merancang Jaringan Supply Chain

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

ANALISIS PENETAPAN DISKON DALAM DUAL CHANNEL SUPPLY CHAIN (Studi Kasus PT. INDOPROM INDONESIA Cabang Surabaya)

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan merupakan salah satu anak. perusahaan dari The Coca-Cola Company yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

8.2. PENDEKATAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber:


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

PENERAPAN MODEL SISTEM DINAMIS UNTUK MENGANALISA KETERSEDIAAN PART DI PT KOMATSU REMAN INDONESIA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG

OPTIMALISASI SISTEM PERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PADA PUSAT DISTRIBUSI MINIMARKET BERJARINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. diera informasi ini, perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM dengan Model P Back Order

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK

PERSOALAN TRANSPORTASI

BAB II LANDASAN TEORI

Karakteristik Produk Hasil Pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Perancangan Gudang dan Sistem Manajemen Pergudangan di UD. Wirakarya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. target tersebut. Untuk menghasilkan Supply Chain yang efektif dan efisien

BAB IV. ANALISIS SISTEM

Penentuan Kebijakan Order dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory untuk Single Supplier, Multi Product

Aplikasi Simulasi Persediaan Teri Crispy Prisma Menggunakan Metode Monte Carlo

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

Jurnal Ilmiah Dunia Ilmu Vol.1 Nomor 2 April 2015

Transkripsi:

Gunawan, et al. / Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang / Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 183 Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang Gerry Anggian Gunawan 1, I Gede Agus Widyadana 2, Herry Christian Palit 3 Abstract: Pisang Mas (Musa acuminata colla) is one of important commodities in East Java. Previous study showed that there are two different supply chain models at Lumajang and at Malang. In these paper, we combine different supply chain models and considers the effect of price on customer demand. This model is simulated using Vensim PLE software. The result shows that demand is affected by price change. This model is sensitive to price with percentage of 12,4% in retail and 13,04% in traditional market. Keywords: Supply chain management, dynamic system, simulation, Musa Acuminata cola, Vensim PLE Pendahuluan Aliran suatu produk mulai produsen hingga konsumen pada saat ini dituntut untuk lebih cepat dalam pendistribusian, memiliki kualitas produk lebih baik, serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini akan berjalan dengan baik apabila didukung dengan pendistribusian barang yang baik melalui struktur rantai pasok yang baik pula. Perancangan jaringan rantai pasok dapat dilakukan untuk semua komoditas, termasuk buah pisang Mas (Musa acuminata colla). Pisang Mas termasuk ke dalam komoditas fresh fruits and vegetables atau buah segar merupkan produk yang menuntut kesegaran hingga ke tangan end customer. Menurut Setiawan, dkk [4], rantai pasok buah segar perlu ditangani secara khusus dalam pendistribusiannya karena termasuk ke dalam fresh product yang rentan terjadi kerusakan. Ray [2] menyatakan bahwa pendistribusian produk buah segar atau sayuran memiliki resiko kerusakan yang dampaknya akan ditanggung oleh pihak retailer atau tahap akhir dalam jaringan rantai pasok. Produk yang berupa fresh product berpeluang mengalami penurunan kualitas dalam setiap tahap dalam jaringan rantai pasok Jalur rantai pasok pisang Mas di Jawa Timur terbagi menjadi 2 jalur, yaitu berasal dari Lumajang dan Malang (Sanada, dkk [3]). Jalur rantai pasok pisang Mas yang pertama yaitu dimulai dari dan jalur rantai pasok berikutnya yaitu berasal dari besar. 1,2,3 Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto 121131, 60236. Email: gerryanggian@gmail.com, gedeaw@gmail.com, herry@peter.petra.ac.id Pisang Mas yang diproduksi oleh berlokasi di Lumajang, sedangkan besar yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara XII berlokasi di Malang, Jawa Timur. Hasil dari penelitian tersebut yaitu kedua model rantai pasok memberikan dampak yang berbeda terhadap setiap pelaku bisnis di masingmasing jalur rantai pasok. Perbandingan untuk kedua model rantai pasok pisang Mas di Jawa Timur dapat dilihat dari performance yang dihasilkan, yang meliputi pendapatan penjualan, lost sales, oversupply dan prosentase ketersediaan produk. Hasil penelitian Sanada, dkk [3] mengenai model rantai pasok pisang Mas sebelumnya, menyatakan bahwa di Lumajang lebih baik dalam hal pendapatan penjualan, lost sales dan tingkat ketersediaan. Hasil produksi besar di Malang tidak sebaik rantai pasok Lumajang karena pasokan yang dimiliki lebih rendah dari pasokan pisang Mas dari Lumajang. Penelitian tersebut juga diasumsikan bahwa harga beli end customer/masyarakat independen terhadap jumlah permintaan terhadap pisang Mas, yang artinya harga beli berapapun jumlahnya tidak akan mempengaruhi jumlah permintaan. Penelitian ini akan menggabungkan dua model rantai pasok pisang Mas sebelumya menjadi satu model baru. Model rantai pasok gabungan pisang Mas yang akan dibuat juga memperhitungkan variabel harga beli masyarakat terhadap kuantitas permintaan pisang Mas. Simulasi rantai pasok pada penelitian ini menggunakan software Vensim PLE yang merupakan simulator untuk sistem dinamis. Model rantai pasok yang dihasilkan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja setiap pelaku bisnis maupun secara kaseluruhan. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui 183

Gunawan., et al. / Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang / JTI, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 183 bagaimana sensitivitas harga jual terhadap jumlah permintaan pisang Mas. Penggambaran model rantai pasok ini terbatas pada wilayah Lumajang, Malang, dan. Metode Penelitian Pembahasan mengenai langkahlangkah dalam penyelesaian permasalahan serta metode apa saja yang digunakan pada penelitian ini dijabarkan dalam bab metode penelitian. Pengembagan model rantai pasok pisang Mas ini diawali dengan mempelajari model dan causal loop yang telah ada sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan causal loop baru untuk mempermudah pembuatan model rantai pasok pisang Mas. Penelitian dilanjutkan dengan membangun model rantai pasok berdasarkan causal loop yang telah dirancang sebelumnya. Causal loop ini merupakan pengembangan dari studi yang dilakukan sebelumnya mengenai pisang Mas. Langkah yang terakhir setelah menyusun model rantai pasok yaitu menganalisa hasil simulasi dan menarik kesimpulan. Sistem Dinamis dan Causal Loop Menurut Daellenbach & McNickle [1], sistem dinamis merupakan kondisi di mana perilaku dari sistem berubahubah secara kontinu/berkelanjutan dalam suatu waktu tertentu. Penggambaran sistem dinamis melalui bentuk diagram dapat dilakukan dengan menggunakan causal loop diagram untuk mengetahui perilaku dari suatu sistem yang kompleks. Causal loop diagram menggambarkan hubungan sebab akibat dari beberapa aspek, entiti, maupun variabel. Hubungan yang terjadi antar 2 entiti semisal A dan B saling berpengaruh dan merubah nilai dari salah satu entiti, maka diberi penghubung anak panah. Sistem dinamis dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (Setiawan, [4]). Pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan causal loop diagram dan pendekatan kuantitatif dilakukan melalui simulasi dengan bantuan komputer. Simulasi dalam riset operasi digunakan untuk mengeksplor perilaku dinamis dari operasi yang kompleks (Daellenbach & McNickle [1]). Penyusunan Model dengan VENSIM PLE Aktivitas yang dilakukan setelah memahami model dan causal loop pada tahap sebelumnya yaitu pembuatan model rantai pasok pisang Mas gabungan dari jalur dan besar. Jalur rantai pasok pisang mas yang berasal dari akan digabungkan dengan jalur rantai pasok pisang mas dari besar sehingga terbentuk 1 jaringan rantai pasok yang saling terkait. Hasil dan Pembahasan Bab hasil dan pembahasan berisi analisa model rantai pasok yang dibangun beserta output yang dihasilkan dari simulasi sistem dinamis. Berikut merupakan perancangan model rantai pasok pisang Mas di Lumajang dan Malang. Causal Loop Rantai Pasok Pisang Mas Causal loop diagram ditandai dengan adanya tanda dan untuk 2 variabel yang saling terhubung. Tanda menggambarkan hubungan yang berdampak positif jika salah satu variabel ditingkatkan nilainya dan sebaliknya akan berdampak negatif jika salah satu variabel ditingkatkan nilainya. Causal loop model rantai pasok pisang Mas Lumajang dan Malang dapat dilihat pada Gambar 1. Pelaku bisnis yang terlibat dalam di dalam rantai pasok secara keseluruhan meliputi di Lumajang dan di Malang,, pasar yang terdiri dari retail, grosir buah, serta pedagang buah eceran. Perusahaan yang berperan sebagai yaitu PT Sewu Segar Nusantara atau dikenal dengan PT SSN. Pemilihan Retail yang dipilih sebagai tempat untuk memasarkan pisang Mas kepada end customer yaitu PT Carrefour. Adanya mekanisme effecot of price and demand pada penelitian ini membutuhkan lebih dari 1 retail di samping PT Carrefour sebagai pembanding harga jual pisang Mas kepada end customer. Pasar selain retail yang dijadikan sebagai penjual pisang ke end customer yaitu grosir buah (toko buah) dan (pedagang buah di pasar tradisional). Performansi atau kinerja yang diukur dari rantai pasok, dimodelkan dengan variabel respon yang meliputi pendapatan penjualan, lost sales, oversupply serta ketersediaan terhadap pada setiap pelaku bisnis. Input Data Data yang digunakan dalam model mengacu pada studi pisang Mas sebelumnya dan juga hasil wawancara serta data sekunder yang berasal dari SUSENAS (Survey Sosial dan Ekonomi Nasional). Jumlah permintaan konsumen terhadap buah pisang untuk setiap minggu yaitu sebesar 12.230 kg hingga 13.000 kg (SUSENAS, [5]). Permintaan masyarakat terhadap pisang ini akan ditampung ke dalam dummy retail setelah 184

Gunawan, et al. / Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang / Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 183 retail, grosir & reject rate pasar demand riil pasar tingkat persediaan ketersediaan pasar pasar supply pasar ke konsumen lost sales pasar oversupply pasar selling price pasar supply ke pasar pendapatan penjualan pasar demand riil pasar ke ukuran order minimum pasar ke pemasok buying price pasar profit margin pasar Distributor (PT SSN) ketersediaan lost sales supply dari yang dapat dipenuhi untuk pasar tingkat persediaan siap kirim tingkat persediaan belum siap kirim reject rate tingkat oversupply selling price demand riil profit margin ke ke Petani dan kelompok penjualan supply ke tani, Buying price pedagang Perkebunan besar pengumpul ke kelompok pendapatan penjualan supply ke tani ke dari kel. tani lost sales Buying price profit margin kelompok selling price tani ke hasil panen pendapatan biaya produksi lost sales penjualan pisang per kg pendapatan Biaya produksi per kg pendapatan penjualan dari pasar lokal kapasitas produksi Supply ke hasil panen supply ke pasar lokal reject rate Gambar 1. Causal Loop Rantai Pasok Pisang Mas Lumajang dan Malang trigger 0 0 change 0 0 Demand elasticity 0 0 Pisang tak terserap retail retail 0 0 Effect demand price 0 0 Retail 0 0 ketersediaan retail 0 0 Supply retail ke konsumen 0 0 lost sales retail 0 0 retail 0 0 pendapatan retail 0 0 penjualan retail 0 0 retail trigger change Demand elasticity Effect demand price retail 0 0 Persediaan retail 0 0 retail 0 0 retail 0 0 retail 0 0 Supply untuk retail 0 0 retail 0 0 retail 0 0 Retail ketersediaan retail Supply retail ke konsumen lost sales retail retail pendapatan retail penjualan retail Persediaan Supply ke konsumen trigger retail ke APP Buying price retail 0 0 retail Persediaan retail retail retail retail Supply untuk retail retail retail grosir grosir grosir grosir Supply grosir ke change Demand elasticity Effect price demand APP APP APP APP Supply dari APP ke retail processing penjualan APP APP Persediaan APP retail ke Akumulasi ketersediaan ketersediaan pasar ke Ukuran order minimum pasar grosir ke Buying price retail Supply untuk grosir grosir Persediaan grosir grosir grosir penjualan grosir grosir penjualan grosir Buying price APP APP APP APP Supply dari yang dipenuhi Persediaan siap kirim Supply ke retail Akum. oversupply untuk retail selling price untuk retail Buying price grosir grosir grosir Buying price APP Persediaan belum siap kirim Supply ke grosir untuk grosir untuk grosir Penawaran harga lelang dari terhadap retail penjualan Buying price dari Buying Price Distributor Buying price dari lelang Akum. lost sales terhadap grosir ke Supply dari ke Harga lelang minimum dan APP ke kelompok tani Kel. tani kelompk tani kel. Tani Akum. ketersediaan Overupply Petani penjualan kel. Tani buying price Pisang tak Supply dari ke dan APP terserap kel.tani Konstanta harga kel. kel. tani Tani kelompok tani ke penjualan Biaya produksi per kg Supply dari ke Hasil panen Konstanta hasil Akum. lost sales panen ke pasar lokal Supply ke pasar lokal hasil panen Perkebunan Pisang tak terserap kebun kebun Hasil panen penjualan kebun Konstanta harga Konstanta hasil Hasil panen panen siap kirim Biaya produksi per kg kebun kebun Pisnag tak terserap ke pasar lokal dari penjualan ke pasar lokal Gambar 2. Model Rantai Pasok Pisang Mas Kombinasi Lumajang dan Malang 185

Gunawan., et al. / Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang / JTI, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 183 dikurangi dengan permintaan retail PT Carrefour di model rantai pasok. Jumlah permintaan pisang yang tertampung di dummy retail yaitu berkisar antara 9.430 kg hingga 9.500 kg per minggu untuk memenuhi jumlah konsumsi pisang masyarakat. Data untuk input model dapat dilihat pada Tabel 1 hingga Tabel 3. Tabel 1. Hasil Panen dan Demand Rill Perkebunan dan Petani Variabel Jenis Input (kg) Hasil panen retail Hasil panen retail dummy Nilai minimum: 1.000 Nilai maksimum: 2.000 Nilai minimum: 2.800 Nilai maksimum: 3.500 Nilai minimum: 1.200 Nilai maksimum: 1.500 Nilai minimum: 7.700 Nilai maksimum: 8.800 Nilai minimum: 9.430 Nilai maksimum: 9.500 Tabel 2. Reject Rate Rantai Pasok Variabel Jenis Input retail grosir processing Nilai minimum: 0,8% Nilai maksimum: 1,2% Nilai minimum: 1% Nilai maksimum: 3% Nilai minimum: 2% Nilai maksimum: 3% Nilai minimum: 5% Nilai maksimum: 7% Nilai minimum: 5% Nilai maksimum: 7% Nilai minimum: 3% Nilai maksimum: 5% Nilai minimum: 1% Nilai maksimum: 3% Tabel 3. Biaya Produksi dan Profit Margin Rantai Pasok Variabel Input Simulasi Biaya produksi per kg Rp 1.375,00 300% untuk 100% retail untuk 80% grosir Biaya produksi per kg Rp 1.250,00 ke pasar lokal 50% Tabel 3. Biaya Produksi dan Profit Margin Rantai Pasok (Sambungan) Variabel Input Simulasi 200% 20% APP 20% retail grosir Nilai minimum: 3% Nilai maksimum: 5% Nilai minimum: 18% Nilai maksimum: 22% Nilai minimum: 18% Nilai maksimum: 22% pada Tabel 2 merupakan variabel yang bersifat keputusan, sehingga besarnya reject rate berbedabeda dan ditentukan oleh kebijakan pelaku bisnis terkait. Data distribusi reject rate dari seluruh rantai pasok pada Tabel 2 menunjukkan perbedaan yang menandakan bahwa keputusan setiap pelaku bisnis mematok reject rate memang murni keputusan sendiri. Tabel 3 menunjukkan biaya produksi dari setiap produsen dan profit margin yang ditentukan oleh setiap pelaku bisnis. yang digunakan yaitu karena informasi yang didaptkan dari narasumber terbatas pada nilai maksimum dan minimum. Pengembangan Model Model rantai pasok pisang Mas ini telah digabungkan antara 2 produsen pisang Mas di Lumajang dan Malang dan juga telah ditambahkan pelaku bisnis baru dalam rantai pasok, yaitu APP sebagai. Alur pendistribusian rantai pasok ini dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Alur Pisang Mas Kombinasi Lumajang dan Malang Model rantai pasok pisang Mas yang telah dibangun berdasarkan causal loop yang telah dibuat, dapat dilihat pada Gambar 2. Pelaku bisnis yang terlibat di dalam rantai pasok pisang Mas memiliki perbedaan dibandingkan model rantai pasok pisang Mas 186

Gunawan, et al. / Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang / Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 183 yang pernah digambarkan pada penelitian sebelumnya. Adanya APP dalam rantai pasok, menjadikan PT SSN memiliki pesaing baru dalam hal pendistribusian pisang Mas. Perancangan model rantai pasok 1 ini menghubungkan APP selaku ke retail langsung di daerah. Pembagian supply dari kelompok tani dibagi menjadi 2, yaitu ke APP dan ke PT SSN. Proporsi pembagian supply pisang mas yaitu dilakukan sebanyak 2 truk yang masingmasing berbobot 4,4 ton untuk pengiriman pisang Mas ke PT SSN dan APP setiap minggunya. Perancangan model rantai pasok pisang Mas ini juga menggunakan mekanisme perubahan harga terhadap permintaan, sehingga dapat mengetahui seberapa besar perubahan kinerja rantai pasok jika harga jual dan demand berubah. Model ini menggunakan dummy retail untuk menampung jumlah permintaan pisang Mas. Hasil Simulasi Hasil dari simulasi dijabarkan sesuai dengan parameter pengukuran kinerja yang terdiri dari pendapatan, lost sales, oversupply, dan ketersediaan. Keuntungan terbesar pada pendapatan penjualan yang dihasilkan dari perancangan model ini didapatkan oleh PT SSN yang diikuti oleh dengan keuntungan terbesar kedua yang dihasilkan. Keuntungan besar yang dihasilkan oleh ini disebabkan oleh profit margin yang ditetapkan lebih besar daripada profit margin yang ditetapkan oleh APP. yang diterapkan oleh yaitu sebesar 80% untuk penjualan kepada grosir dan 100% kepada retail, sementara APP mematok profit margin 20%. Gambar 4 menunjukkan perbandingan pendapatan yang diterima oleh setiap pelaku bisnis. Petani dan PT SSN memiliki pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan semua pelaku bisnis yang terlibat. yang dihasilkan setiap pelaku bisnis dapat dilihat pada Gambar 5. PT SSN dan adalah pelaku bisnis yang memiliki kerugian terbesar akibat tidak dapat memenuhi semua permintaan yang ada. Petani dan PT SSN memiliki jumlah pasokan yang lebih kecil dari permintaan yang diterima, sehingga mengalami kerugian. Solusi untuk kedua pelaku bisnis ini yaitu menambah jumlah pasokan yang berasal dari pelaku bisnis sebelumnya. Gambar 5. Lost Sales Rantai Pasok Pisang Mas Gambar 6. Rantai Pasok Pisang Mas Kinerja rantai pasok pisang Mas jika dilihat dari sisi oversupply, didapatkan bahwa grosir dan APP seroja yang mengalami oversupply terbesar jika dibandingkan pelaku bisnis yan lain. Hal ini dikarenakan kedua pelaku bisnis tersebut memiliki supply yang besar dan juga reject rate yang tinggi. yang tinggi ini ada untuk mengakomodasi banyaknya pisang Mas yang rusak atau matang sebelum waktunya sehingga tidak dapat dijual ke end customer. dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 4. Penjualan Rantai Pasok Pisang Mas Gambar 7. Rantai Pasok Pisang Mas 187

Kg/Week Kg/Week Gunawan., et al. / Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang / JTI, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 183 Parameter pengukuran yang terakhir dari simulasi rantai pasok pisang Mas yang dijalankan yaitu tingkat ketersediaan. Tingkat ketersediaan dapat dilihat pada Gambar 7. Perkebunan memiliki ratarata ketersediaan pisang Mas yang terkecil, sebesar 48,8%. yang berada di bawah 50% ini terjadi karena pasokan di lebih kecil daripada permintaan yang diterimanya. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan di Malang terhadap pisang Mas masih kurang. Tingkat ketersediaan pelaku bisnis lain dikatakan cukup baik karena mendekati 100%. Dari keseluruhan kinerja rantai pasok pisang Mas, dapat dilihat bahwa pelaku bisnis yang paling besar keuntungannya yaitu PT SSN, sedangkan pelaku bisnis yang paling sedikit menderita kerugian akibat lost sales yaitu grosir. terkecil dari keseluruhan rantai pasok yaitu karena memiliki tingkat supply yang rendah dan juga reject rate paling rendah jika dibandingkan dengan reject rate pelaku bisnis lain. Model rantai pasok pisang Mas yang dirancang ini, didapatkan bahwa hanya PTPN XII di Malang saja yang memiliki ratarata tingkat ketersediaan paling rendah dan berada di bawah 50%. Solusi yang dapat diterapkan untuk yaitu mengurangi permintaan atau membatasi permintaan hingga pasokan yang dimiliki bertambah, mengingat PTPN XII baru 2 tahun merintis usaha. Rekapitulasi kinerja rantai pasok secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Kinerja Rantai Pasok Pisang Mas Pelaku Bisnis Penjualan (Rp) Parameter Pengukuran Lost Sales (Rp) (Rp) (%) Petani 3.353.630.000 942.442.000 123.916.000 0,779381 Kelompok 902.948.000 286.096.000 23.770.100 0,75939 Tani Perkebunan 321.584.000 337.524.000 2.905.760 0,487908 APP 746.461.000 14.326.500 322.750.000 0,981169 Dist. PT SSN 4.695.760.000 1.067.880.000 119.747.000 1 Grosir 137.838.000 9.352.990 364.886.000 0,936457 Pengecer 152.602.000 21.864.200 10.778.000 0,87468 Retail 973.139.000 20.590.800 20.590.800 0,979279 Supply Chain 11.283.962.00 0 2.700.076.490 989.343.660 0,849783 Pengujian Sensitivitas Model rantai pasok ini memiliki tingkat harga jual awal di retail yaitu sebesar Rp 16.750,00 dan harga jual di tingkat yaitu sebesar Rp 15.000,00. Konfigurasi harga sedemikian rupa telah menghasilkan supply pisang yang terserap di tahap dan. Tingkat serapan berubah menjadi tidak terserap di dan ketika perubahan harga jual di retail dinaikkan menjadi Rp 19.125,00 dan harga jual menjadi Rp 17.250,00. Prosentase perubahan harga di retail yaitu sebesar 12,42% dan 13,04% untuk perubahan harga di guna mencapai perubahan kondisi serapan pisang. Perubahan harga ini juga berdampak pada perubahan permintaan di retail dan. Perubahan permintaan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perubahan Permintaan Sebelum dan Sesudah Harga Dinaikkan 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Selected Variables 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 Time (Week) : run1 retail : run1 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Selected Variables 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 Time (Week) : run1 retail : run1 Hal yang sebaliknya juga dilakukan terhadap, di mana harga diubah untuk mengubah status pisang menjadi tidak terserap dari kondisi awalnya yang terserap. Hasil yang didapatkan setelah merubah harga jual di retail sebesar Rp 90.000,00 dan sebesar Rp 80.000,00 per kg tetap tidak mengubah kondisi pisang di akibat demand yang masih lebih tinggi dari supply. Upaya peningkatan harga tersebut bertujuan untuk mengurangi demand, sehingga dapat merubah tingkat serapan pisang di tahap produsen. Simpulan Model yang dirancang pada penelitian ini merupakan penggabungan jalur rantai pasok pisang Mas di Lumajang dan Malang serta penambahan APP sebagai. Parameter pengukuran kinerja rantai pasok yaitu pendapatan penjualan, lost sales, oversupply, dan ketersediaan. Pengukuran terhadap tingkat serapan pisang juga ditambahkan dalam simulasi, namun hanya ada di tahap produsen pisang untuk mengetahui tingkat serapan pisang setelah proses pemanenan. Pisang Mas pada,, dan terserap seluruhnya oleh pasar. Hasil pengujian sensitivitas perubahan harga jual terhadap permintaan yaitu permintaan akan berubah seiring peningkatan atau penurunan harga jual. Peningkatan permintaan dipicu oleh penurunan harga jual dan sebaliknya. Kebijakan pemilihan model yang paling optimal ditentukan oleh kepentingan dari setiap pelaku bisnis. Hal ini dikarenakan hasil 188

Gunawan, et al. / Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang / Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 183 rantai pasok keseluruhan merupakan akumulasi dari pengukuran kinerja dalam model tersebut. Daftar Pustaka 1. McNickle, Donald C. & Daellenbach, Hans G. 2005. Management Science: Decision Making Through System Thinking. New York: Palgrave Macmillan. 2. Ray, Rajesh. 2010. Supply Chain Management for Retailing. New Delhi: Tata McGrawHill Publishing Company Limited. 3. Sanada, Wilson, Widyadana, Gede Agus, & Palit, Herry Christian. Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Jawa Timur. Jurnal Titra Vol. 2, No. 1 (Januari 2014): 1724. 4. Setiawan, Thea Callista, Tjondrokusumo, Garry, Suseno, Valencia, Christnawan, Dandy Lonata, Purnomo, Monica, Budiman, Fenny Suryanita. 2013 Rantai Pasok Buah Pepaya di Jawa Timur. Unpublished research, Universitas Kristen Petra,. 5. Survey Sosial Ekonomi dan Nasional. 2010. Tingkat Konsumsi Pisang di Jawa Timur. Retrieved June 27, 2014 From Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 189

Gunawan., et al. / Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang / JTI, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 183