BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Sentra Produksi Pisang di Lampung. Tanjung Karang merupakan Ibukota sekaligus pusat pemerintahan provinsi Lampung, sebagai salah satu provinsi sentra produksi utama penghasil buah-buahan di Sumatera, lokasi yang sangat strategis memberikan keuntungan komparative karena relatif dekat dengan Jakarta (jarak ± 225 km dengan waktu tempuh 8 12 jam) sebagai pasar bagi sebagian besar hasil pertanian khususnya buah seperti pisang, nenas, pepaya, rambutan, durian dan lain-lain. Pengembangan buah-buahan di provinsi Lampung didasarkan antara lain pada beberapa kriteria yaitu merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi, memiliki peluang pasar besar, baik untuk dalam dan luar negeri, potensi produksi tinggi dengan penerapan teknologi budidaya yang baik dan benar. Komoditas yang dikembangkan antara lain durian, pisang, jeruk, dan rambutan. Data tahun 2003 menunjukkan produksi buahbuahan di provinsi ini mencapai ton dengan luas panen mencapai hektar. Sedangkan untuk produksi pisang di Lampung mencapai ton atau 52,8% dari total produksi buah-buahan dengan luas panen hektar. Dengan topografi dan agroklimat yang mendukung usaha budidaya, maka pisang dapat tumbuh dengan baik di Lampung, pola pertanaman campuran dan tumpangsari masih mendominasi pola budidaya dengan perbanyakan tanaman berasal dari anakan yang mencapai hampir 100%. Sentra produksi tersebar di bagian selatan, timur sampai tengah. Sentra utama terdapat di 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Selatan,

2 Tanggamus, Lampung Tengah, dan Lampung Timur dengan potensi pengembangan yang berbeda-beda. Panen raya terjadi antara bulan Oktober sampai Februari sedangkan panen biasa terjadi antara bulan Maret sampai September. Varietas yang banyak dihasilkan adalah ambon sebesar 25 27%, kepok sebesar 25%, nangka sebesar 20%, pisang raja sebesar 10 20%, pisang Lampung antara 10 15% dan pisang tanduk sebesar 5%. Dengan pola pasar yang ada, maka kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan perlu disesuaikan untuk memenuhi permintaan pasar. Pengecer, Swalayan Pengecer, Pasar lokal Swalayan pisang Mutu baik Pengecer, Pasar lokal Pisang Mutu baik Sale Pisang pisang Industri sale JABAR Grosir, pengempos, distributor Sewu Segar Nusantara (SSN) Sale / Kripik Pisang Pisang Pembuatan Industri Pedagang Perusahaan Sale KTB Kripik pengumpul Pemasaran KTB Pisang Pisang Pisang Pisang (Prospektif permintaan besar) KTB Gambar 4.1 Jalur Pemasaran Pisang di Lampung (Sumber : M. Winarno, Winny DW, Irland, 2000)

3 4.2 Profil Pedagang Grosir Pisang Pasar Cengkareng. Objek penelitian ini adalah pedagang grosir pisang pasar Cengkareng, Jakarta Barat. Usaha ini merupakan mata pencaharian pokok bagi pedagang dengan modal sendiri antara juta rupiah, sedangkan pada saat permintaan meningkat diperlukan modal lebih dari 75 juta rupiah. Perdagangan dilakukan berdasarkan pengalaman usaha yang telah dilakukan puluhan tahun dengan dasar saling mempercayai antara petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer dan pembeli partai besar seperti untuk supermarket, toko buah, katering atau pesanan khusus. Varietas yang diperdagangkan antara lain adalah ambon antara 20 30%, kepok antara 15 20%, nangka antara 10 15%, tanduk antara 10 15%, pisang lampung antara 10 15% dan pisang raja sebesar 20%. Pisang yang diperdagangkan berbentuk tandanan sebagai upaya untuk memperpanjang masa simpan dan mempermudah penanganan. Pedagang grosir pisang Pasar Cengkareng memasok 6 8% kebutuhan pisang Kota Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan segmentasi konsumen : Kelas menengah-bawah antara 80 90% dan menengah-atas antara 10 20%. 4.3 Alur Proses Pisang di Grosir. Pisang yang sebagian besar berasal Lampung (60 70%), Sumatera Selatan (20 30%), Sumatera Utara (5 10%), Jambi dan Riau (Dit. Tanaman Buah, 2003).

4 Pasar Cengkareng merupakan salah satu pasar utama untuk pasokan pisang di Kota Jakarta dan sekitarnya. Kios untuk komoditas pisang berjumlah 50 unit dengan jumlah pedagang kecil 45 orang sedangkan untuk grosir berjumlah hanya 5 orang. Padagang di pasar ini menyewa tempat Rp ,- sampai Rp ,- per bulan. Proses transaksi berjalan menurut dua sistem yaitu pembayaran tunai dan pembayaran tunda. Pembayaran tunai ialah pembayaran langsung setelah transaksi sesuai dengan jumlah yang ada sedangkan pembayaran tunda ialah pembayaran dilakukan jika pisang telah laku terjual dalam jumlah tertentu atau menurut waktu yang telah disepakati. Kedua sistem pembayan ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan menuntut kompensasi. Untuk pembayaran tunai biasanya harga sedikit lebih rendah (insentif) dibandingkan dengan pembayaran tunda. Setiap truk yang masuk ke pasar akan dibongkar dengan memanfaatkan tenaga bongkar muat yang dibagi menurut hari aktive, biaya bongkar berkisar antara Rp ,- - Rp ,- per truk. Kapasitas truk antara 5-7 ton. Setelah itu pisang dipisahkan menurut varietas / jenis pisang kemudian ditimbang untuk mengetahui berat pisang pertandan dan berat muatan truk tersebut. Hasil penimbangan ini digunakan sebagai dasar pembayaran pisang ke pedagang yang telah mengirim pisang ke grosir tersebut. Pada saat penelitian ini dilakukan (bulan Oktober Desember 2004), harga untuk pisang ambon adalah Rp. 900,-/kg, pisang kepok Rp. 600,-/kg, pisang nangka Rp. 550,-, muli Rp. 600,-/kg, raja Rp. 900,- sampai Rp ,-/kg, pisang tanduk Rp. 700,- /buah. Setelah selesai penimbangan pisang ditempatkan diruang pengumpul untuk dilakukan pemeraman selama 12 jam untuk pisang segar (ambon, raja dan lampung),

5 sedangkan untuk pisang olahan (nangka, tanduk, muli) selama 24 jam. Untuk pisang segar selanjutnya dimaksukkan ke ruang pendingin untuk mempertahankan tingkat kesegaran dan daya simpan, sedangkan untuk pisang olahan diletakkan diruang pamer. Waktu transaksi terbanyak terjadi antara jam WIB. 4.4 Alur Informasi pada SCM pisang. Alur informasi pada SCM pisang ke dan dari pasar grosir Cengkareng antara lain adalah peramalan kebutuhan, penentuan jenis/varietas dan harga komoditas, mutu, jumlah dan waktu pasokan. Alur dan jenis informasi pada pasar grosir Cengkareng dapat digambarkan sebagai berikut : - Petani : menerima informasi dari pedagang pengumpul besar (grosir), pedagang pengumpul kecil, dan pencari seperti harga dari jenis pisang, waktu dan jumlah permintaan. - Pencari : menerima informasi dari pedagang pengumpul besar (grosir) dan pedagang pengumpul kecil seperti informasi tentang harga dari jenis pisang, kualitas / mutu, waktu dan jumlah permintaan. - Pedagang pengumpul Kecil / Kabupaten : menerima informasi dari pedagang pengumpul besar (grosir dan pedagang antar pulau), seperti harga dari jenis pisang, kualitas/mutu, waktu dan jumlah permintaan, daerah sentra produksi yang sedang panen, pesaing dan kondisi pasar pada umumnya.

6 - Pedagang pengumpul besar : merupakan sumber informasi dalam SCM pisang. Memberikan informasi perkembangan dan kondisi pasar kepada semua pemangku amanat ( stakeholder) seperti harga jual dan beli dari jenis pisang, kebutuhan terhadap jenis pisang tertentu, kualitas / mutu pisang yang dibutuhkan, waktu dan jumlah permintaan, daerah sentra produksi yang sedang panen, pesaing, prediksi permintaan dan kondisi pasar pada umumnya. Sedangkan informasi yang diterima berasal dari supermarket, toko buah dan pengecer. Informasi yang diterima berupa tingkat permintaan, harga jual, jenis dan mutu pisang, pesaing, daerah/kawasan penjualan dan pinjaman (kredit). - Pengecer kecil (Kios, Asongan, Toko/ kedai Buah) : menerima informasi dari pedagang pengumpul besar (grosir) berupa informasi tentang harga, jenis, kualitas/mutu, dan tingkat permintaan, ketersediaan pisang, pinjaman modal, konsumen, dan daerah / kawasan perdagangan. - Processing : menerima informasi dari pedagang pengumpul besar (grosir) berupa informasi tentang harga, jenis, kualitas/mutu, dan ketersediaan pisang. - Supplier (Supermarket, Toko Buah Besar dan Hyperstore) : menerima informasi dari pedagang pengumpul besar (grosir) berupa informasi tentang harga, jenis, kualitas/mutu, dan tingkat permintaan, ketersediaan pisang, pinjaman modal, konsumen, dan daerah / kawasan perdagangan. Sedangkan informasi yang diberikan berupa harga, jenis, kualitas/mutu, dan tingkat permintaan. - Konsumen : menerima informasi tentang harga, jenis, dan kualitas/mutu.

7 C O N S U M E R S Wholesaler (Pasar Pisang Cengkareng) Street vendor Processing (price sensitive buyers) Chain Store supplier PEDAGANG PENGUMPUL BESAR Pedagang pengumpul kecil Pencari Pencari PETANI PETANI PETANI PETANI PETANI Gambar 4.2. Aliran Informasi Sumber : Direktorat Tanaman Buah. Ditjen. BPH. Deptan.

8 4.5 Data Responden. Analisis pengolahan data dalam penelitian ini akan dipresentasikan dalam bentuk tabel. Data berasal dari kuesioner yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu pertanyaan tentang responden, pertanyaan tentang supply chain pisang dan pertanyaan tentang Data dan informasi pada SCM pisang. Data yang didapat dikompilasi menurut kelompok pertanyaan dan diolah berdasarkan jumlah responden yang memilih, bobot terhadap pertanyaan tersebut dan nilai terhadap pertanyaan tersebut, baru kemudian dihitung dan dibuat persentase terhadap pertanyaan tersebut Populasi dan Waktu Pengambilan Data. Data yang didapat dari penyebaran kuesioner berisikan tentang identitas responden, pendidikan, usaha pokok. Jumlah responden yang diwawancarai dan di berikan kuesioner dihitung berdasarkan rumus Slovin (Umar, 2000) didapatkan hasil dengan populasi (N) sebesar 5, dan estimasi ketidaktelitian (e) sebesar 5 %, maka sampel yang akan diambil sebanyak 4 sampel. Waktu wawancara antara bulan Oktober sampai Desember 2004 bertempat di kios-kios grosir pisang Data Supply Chain. Data supply chain merupakan data yang berkaitan dengan pasokan pisang secara langsung. Data tersebut adalah pengiriman (waktu dan cara), transaksi, harga, penanganan pisang, dan kerugian usaha. Dibawah ini disajikan data tersebut.

9 Tabel 4.1 Informasi pada Kegiatan Pengiriman Pisang. N0. Kegiatan/Jenis Jumlah responden yang memilih Bobot (Rs*Bs) Persentase (%) 1 Waktu Pengiriman Cara Pengiriman Alat Pengangkutan Biaya Pengangkutan Dari data ini didapatkan bahwa dalam pengiriman pisang waktu dan biaya pengangkutan (transportasi) sangat penting dalam SCM pisang dengan total skor 16 atau 36,4%, kemudian diikuti oleh cara pengiriman dan alat pengangkutan dengan total skor 6 atau 13,6%. Tabel 4.2 Informasi pada Kegiatan Transaksi N0. Kegiatan/Jenis Jumlah responden yang memilih Bobot (Rs*Bs) Persentase (%) 1 Jumlah Transaksi Waktu Pembayaran Dari data ini didapatkan bahwa waktu pembayaran sangat penting dalam SCM pisang dengan total skor 16 atau 64,0%, kemudian diikuti oleh jumlah transaksi dengan total skor 9 atau 36,0%.

10 Tabel 4.3 Informasi yang Berkaitan dengan Harga Pisang N0. Tingkat Pengaruh Jumlah responden yang memilih Bobot (Rs*Bs) Persentase (%) 1 Harga Jual Harga Beli Cara Pembayaran Dari data ini didapatkan bahwa harga pisang sangat penting karena terkait dengan tingkat keuntungan, total skor harga jual adalah sebesar 16 atau 57,1 %, kemudian diikuti oleh harga beli dan cara pembayaran dengan total skor masing-masing 6 atau 21,4%. Tabel 4.4 Informasi pada Kegiatan Penanganan Pisang. N0. Kegiatan/Jenis Jumlah responden yang memilih Bobot (Rs*Bs) Persentase (%) 1 Penimbangan Pemilahan Penyortiran Pemeraman Pendinginan Dari data ini didapatkan bahwa penimbangan dan pemeraman sangat penting dalam penanganan pisang dengan total skor masing-masing 16 atau 29,1%, kemudian diikuti oleh pemilahan dengan total skor 9 atau 16,4%, diikuti perlakuan pendinginan dengan total skor 8 atau 14,5% dan penyortiran dengan total skor 6 atau 10,9%.

11 Tabel 4.5 Informasi Kerugian Usaha N0. Kegiatan/Jenis Jumlah responden yang memilih Bobot (Rs*Bs) Persentase (%) 1 Pengangkutan Pembongkaran Waktu Tunggu Dari data ini didapatkan bahwa kerugian usaha yang sangat penting untuk diperhatikan adalah pada tahap pengangkutan dengan total skor 16 atau 55,2%, kemudian diikuti oleh waktu tunggu sebelum terjadi transaksi jual beli dengan total skor 9 atau 31,0% dan pembongkaran dengan total skor 4 atau 13,8% Informasi/ Data. Data/informasi merupakan bentuk data yang berkaitan dengan informasi yang penting dalam SCM pisang. Data tersebut terdiri dari modal usaha, jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, informasi dari pengumpul, informasi tentang konsumen, kehilangan hasil dan masalah yang banyak ditemui oleh pedagang grosir. Dibawah ini disajikan data tersebut. Tabel 4.6 Informasi Modal Usaha N0. Kegiatan/Jenis Jumlah responden yang memilih Bobot (Rs*Bs) Persentase (%) 1 Jumlah Modal Asal Modal Bunga modal

12 Dari data ini didapatkan bahwa jumlah modal sangat penting dalam menjalankan usaha dengan total skor 16 atau 59,3%, kemudian diikuti oleh asal modal dengan total skor 9 atau 33,3%, diikuti bunga modal dengan total skor 2 atau 7,4%. Tabel 4.7 Informasi Tenaga Kerja N0. Tingkat Pengaruh Jumlah responden yang memilih Bobot (Rs*Bs) Persentase (%) 1 Jumlah Tenaga Kerja Tingkat Upah Dari data ini didapatkan bahwa pada komponen tenaga kerja yang penting adalah tingkat upah tenaga kerja dengan total skor 12 atau 66,7%, diikuti oleh jumlah tenaga kerja dengan total skor 6 atau 33,3%. Tabel 4.8 Informasi dari Pengumpul Pisang N0. Kegiatan/Jenis Jumlah responden yang memilih Bobot (Rs*Bs) Persentase (%) 1 Harga Jual Jenis Pisang Mutu Pisang Waktu Pengiriman Komoditas Lain Dari data ini didapatkan bahwa informasi dari pengumpul yang sangat penting dibutuhkan adalah harga jual dan mutu pisang dengan total skor masing-masing 16 atau 28,6%, kemudian waktu pengiriman dan panen komoditas lain sebagai pesaing pisang

13 dengan total skor masing-masing 9 atau 16,1%, dan jenis pisang dengan total skor 6 atau 10,7%. Tabel 4.9 Informasi tentang Konsumen N0. Kegiatan/Jenis Jumlah responden yang memilih Bobot (Rs*Bs) Persentase (%) 1 Individu Ped. Eceran Supermarket Toko Buah Katering / Resto Dari data ini didapatkan bahwa informasi tentang konsumen yang penting adalah konsumen dari kelompok pedagang eceran dengan total skor 16 atau 30,8%, diikuti oleh katering / restoran / rumah makan dengan total skor 12 atau 23,1%, kemudian Toko buah dan supermarket dengan total skor 9 atau 17,3% dan individu dengan total skor 6 atau 11,5%. Tabel 4.10 Informasi tentang Kehilangan Hasil N0. Kegiatan/Jenis Jumlah responden yang memilih Bobot (Rs*Bs) Persentase (%) 1 Jumlah Buah Waktu tunggu

14 Dari data ini didapatkan bahwa kehilangan hasil (buah pisang) yang sangat penting berasal dari jumlah buah (stock) dengan total skor 16 atau 64,0%, kemudian waktu tunggu hingga buah pisang terjual dengan total skor 9 atau 36,0%. Tabel 4.11 Informasi tentang Masalah yang Banyak Ditemui N0. Kegiatan/Jenis Jumlah responden yang memilih Bobot (Rs*Bs) Persentase (%) 1 Tingkat penjualan Waktu Tunggu Pembayaran dari konsumen Keterlambatan Pengiriman Umur Panen Pisang Dari data ini didapatkan bahwa masalah yang banyak ditemui adalah tingkat penjualan dan pembayaran dari konsumen dengan total skor masing-masing 16 atau 28,6%, kemudian diikuti oleh keterlambatan pengiriman dan waktu tunggu dengan total skor masing-masing 9 atau 16,1%, diikuti oleh umur panen pisang dengan total skor 6 atau 10,7%. 4.6 Pembahasan. Data di atas diolah menurut metode PARETO sehingga didapatkan hasil kompilasi sebagai berikut : Pada kegiatan pengiriman pisang informasi sangat penting yang diperlukan adalah waktu pengiriman dan biaya pengakutan karena waktu pengiriman sangat berpengaruh pada harga jual dan mutu produk, sedangkan data / informasi yang sangat penting

15 mengenai harga adalah mengenai harga jual yang sangat terkait dengan tingkat keuntungan. Tabel 4.12 Kompilasi Informasi yang Sangat Penting pada SCM Pisang N0. Jenis Kegiatan Persentase 1 Waktu pengiriman 16 36,4 2 Biaya pengangkutan 16 36,4 3 Harga jual 16 57,1 4 Waktu pembayaran 16 64,0 5 Penimbangan 16 29,1 6 Pemeraman 16 29,1 7 Pengangkutan 16 55,2 Pada kegiatan transaksi yang sangat penting dan berperan strategis pada kegiatan SCM adalah jumlah transaksi, sedangkan dalam penanganan pisang titik kegiatan yang menentukan adalah penimbangan dan pemeraman, sedangkan yang mempengaruhi kerugian usaha adalah pengangkutan. Tabel 4.13 Kompilasi Informasi yang Sangat Penting bagi Pedagang Grosir N0. Jenis Kegiatan Persentase 1 Jumlah modal 16 59,3 2 Tingkat upah 12 66,7 3 Harga jual 16 28,6 4 Mutu pisang 16 28,6 5 Pedagang eceran 16 30,8 6 Jumlah buah (stock) 16 64,0 7 Tingkat penjualan 16 28,6 8 Pembayaran konsumen 16 28,6 Informasi / data yang sangat penting dan dibutuhkan oleh pedagang grosir pisang mengenai modal usaha adalah jumlah modal, sedangkan pada tenaga kerja yang berperan

16 sangat penting adalah data dan informasi mengenai tingkat upah tenaga kerja. Sedangkan informasi dari pengumpul, data dan informasi yang sangat penting berperan adalah mengenai harga jual dan mutu pisang. informasi dan data yang sangat penting mengenai konsumen adalah data dan informasi terhadap pedagang eceran karena waktu pembayaran yang tunai atau tenggang waktu sehari memberikan kontribusi keuntungan yang baik disamping jumlah pedagang eceran dan jumlah transaksi yang banyak. Kehilangan hasil yang sering dialami berasal dari jumlah buah yang ada (stock) karena sifat pisang yang mudah rusak (tidak tahan simpan), maka kerugian yang banyak dialami berasal dari stock buah pisang yang dimiliki. Masalah yang banyak ditemui berasal dari pengangkutan dan waktu tunggu. Data dan informasi pada kegiatan / jenis aktivitas yang sangat penting banyak ditemui dalam perdagangan ini adalah tingkat penjualan dan pembayaran dari konsumen karena tingkat penjualan sangat berpengaruh pada pendapatan pedagang sedangkan pembayaran konsumen berperan penting dalam hal waktu dan cara pembayarannya yang mempengaruhi operasional perdagangan secara keseluruhan. Dari pengolahan data di atas dibuat matrik berdasarkan analisa SWOT sehingga data dan informasi yang diolah tersebut dikelompokkan kedalam matrik SWOT yang selanjutnya diolah berdasarkan bobot dan rating. a. Kekuatan - Harga jual yang bersaing dengan pedagang lain - Pembayaran kepada pemasok berdasarkan penimbangan buah pisang - Hubungan usaha yang saling membutuhkan antara pedagang eceran dan pedagang grosir

17 Data di atas diolah berdasarkan kuesioner yang didapat sebagai berikut : Tabel Analisa Faktor Kekuatan N0. Kegiatan/Jenis Bobot Rating pembobotan 1 Harga jual Penimbangan Pedagang eceran Keterangan : Nilai rating 4,0 = sangat menonjol, 3,0 = menonjol, 2,0 = tidak menonjol, dan 1,0 = sangat tidak menonjol Hasil perhitungan dari tabel di atas, menunjukkan bahwa harga jual memiliki bobot yang paling besar yaitu 3,0 dibandingkan pedagang eceran 0,5 dan kegiatan penimbangan sebesar 0,2. Sedangkan total faktor kekuatan sebesar 3,7. b. Kelemahan - Jumlah modal yang dimiliki - Mutu pisang yang dijual - Kegiatan pengangkutan Data di atas diolah berdasarkan kuesioner yang didapat sebagai berikut : Tabel Analisa Faktor Kelemahan N0. Kegiatan/Jenis Bobot Rating pembobotan 1 Jumlah modal Mutu pisang Kegiatan pengangkutan Keterangan : Nilai rating 4,0 = sangat menonjol, 3,0 = menonjol, 2,0 = tidak menonjol, dan 1,0 = sangat tidak menonjol

18 Hasil perhitungan dari tabel di atas, menunjukkan bahwa pada analisa kelemahan jumlah modal memiliki bobot yang paling besar yaitu 1,8 dibandingkan kegiatan pengangkutan sebesar 0,8 dan mutu pisang sebesar 0,3. Sedangkan total faktor kelemahan sebesar 2,9. c. Peluang. - Waktu pembayaran dari konsumen yang mempengaruhi operasional usaha - Tingkat upah tenaga kerja yang lebih murah - Kegiatan pemeraman yang menentukan daya simpan dan mutu pisang yang dijual Data di atas diolah berdasarkan kuesioner yang didapat sebagai berikut : Tabel Analisa Faktor Peluang N0. Kegiatan/Jenis Bobot Rating pembobotan 1 Waktu pembayaran Tingkat upah Kegiatan pemeraman Keterangan : Nilai rating 4,0 = sangat menonjol, 3,0 = menonjol, 2,0 = tidak menonjol, dan 1,0 = sangat tidak menonjol Hasil perhitungan dari tabel di atas, menunjukkan pada anlisa faktor peluang bahwa waktu pembayaran memiliki bobot yang paling besar yaitu 2,0 dibandingkan kegiatan pemeraman sebesar 0,5 dan tingkat upah sebesar 0,5. Sedangkan total faktor peluang sebesar 3,0. d. Ancaman - Waktu pengiriman pisang dari pemasok ke grosir - Besarnya biaya pengakutan (transportasi) yang dibayarkan. - Jumlah buah yang dimiliki oleh grosir

19 - Tingkat penjualan yang dapat dicapai. - Pembayaran dari konsumen terhadap buah pisang yang dibeli. Data di atas diolah berdasarkan kuesioner yang didapat sebagai berikut : Tabel Analisa Faktor Ancaman N0. Kegiatan/Jenis Bobot Rating pembobotan 1 Waktu pengiriman Biaya pengangkutan Jumlah buah Tingkat penjualan Pembayaran konsumen Keterangan : Nilai rating 4,0 = sangat menonjol, 3,0 = menonjol, 2,0 = tidak menonjol, dan 1,0 = sangat tidak menonjol Hasil perhitungan dari tabel di atas, menunjukkan bahwa dari analisis ancaman, maka tingkat penjualan memiliki bobot yang paling besar yaitu 1,0 dibandingkan jumlah buah sebesar 0,8, kemudian waktu pengiriman dengan skor pembobotan sebesar 0,5, biaya pengangkutan sebesar 0,4 dan pembayaran konsumen sebesar 0,3. Sedangkan total faktor ancaman sebesar 2,9. Berdasarkan total skor yang didapat dari hasil pembobotan menunjukkan bahwa lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) bobot skornya lebih tinggi dibandingkan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman). Hal ini menunjukkan bahwa dukungan informasi pada SCM pisang masih mempunyai potensi untuk ditingkatkan dalam rangka peningkatan kegunaan (manfaat) dan nilai tambah (value added). Setelah melakukan analisis terhadap faktor internal dan eksternal, diperoleh beberapa asumsi sebagai berikut :

20 a. Harga jual yang ditetapkan oleh pedagang grosir dapat memberikan tingkat keuntungan bagi konsumen. b. Jumlah modal yang dimiliki oleh pedagang grosir belum mencukupi untuk dapat membiayai perdagangan pisang secara baik. c. Kegiatan pengangkutan memerlukan waktu yang panjang d. Pedagang eceran yang aktive melakukan perdagangan keliling. Dari data dan informasi di atas dilakukan pengolahan data lanjutan untuk dapat mengetahui tingkat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Setelah diketahui strategi S-O, S-T, W-O dan W-T, maka tahapan berikutnya adalah menetapkan faktor kunci keberhasilan (FKK) dengan menetapkan urutan prioritas terhadap informasi yang ada. Informasi yang ada tersebut diharapkan memiliki kegunaan dan nilai tambah yang tinggi untuk mendukung kegiatan SCM pisang. Untuk itu informasi di atas dianalisis dengan menetapkan faktor kunci keberhasilan terhadap strategi yang diambil tersebut. Dibawah ini disajikan kaitan antara strategi SWOT dengan kegunaan (manfaat) dan peningkatan nilai tambah dari informasi tersebut. Hasil matrik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Faktor Kunci Keberhasilan informasi pada SCM pisang berdasarkan kegunaan (manfaat) dan nilai tambah adalah : 1. Memberikan informasi tentang harga jual pisang secara berkesinambungan. 2. Menggunakan teknologi pemeraman yang lebih baik. 3. Memberikan informasi tentang tentang volume dan waktu kebutuhan pisang 4. Memberikan informasi tentang standar mutu pisang yang diinginkan kepada pemasok

21 5. Memberikan informasi mengenai jadwal pengiriman dan tingkat harga beli pisang yang menguntungkan. 6. Memberikan informasi tentang mutu pisang yang dijual 7. Memberikan informasi mengenai waktu pembayaran ke pemasok 8. Memberikan informasi mengenai insentif kepada pengecer berbentuk potongan harga atau lainnya Tabel Matriks Strategi SWOT pada SCM Pisang. Eksternal Internal Kekuatan (Strengths) 1. Harga jual yang bersaing. 2. Proses penimbangan yang lebih cepat 3. Pedagang eceran yang aktive Kelemahan (Weaknesses) 1. Jumlah modal belum mencukupi 2. Mutu pisang yang rendah 3. Kegiatan pengangkutan memerlukan waktu yang panjang. Peluang (Opportunities) Strategi S-O : Strategi W-O : 1. Waktu pembayaran 1. Memberikan informasi 1. Memberikan informasi yang lebih singkat tentang harga jual pisang mengenai waktu 2. Tingkat upah yang secara berkesinambungan. pembayaran ke pemasok. lebih murah 2. Penggunaan teknologi 2. Memberikan informasi 3. Kegiatan pemeraman pemeraman yang lebih tentang standar mutu pisang yang lebih baik. baik yang diinginkan kepada pemasok. Ancaman (Threats) Strategi S-T : Strategi W-T : 1. Waktu pengiriman yang lambat. 1. Memberikan informasi 1. Memberikan informasi 2. Biaya pengakutan yang tentang volume dan mengenai jadwal mahal waktu kebutuhan pisang. pengiriman pisang dan 3. Banyaknya jumlah 2. Memberikan informasi tingkat harga beli yang buah digudang mengenai insentif kepada menguntungkan. 4. Tingkat penjualan yang pengecer berbentuk 2. Memberikan informasi rendah potongan harga atau tentang mutu pisang yang 5. Banyaknya lainnya. dijual. pembayaran tunda.

22 Tabel Penetapan Faktor Kunci Keberhasilan Informasi pada SCM Pisang No. S T R A T E G I Keterkaitan dengan Nilai Kegunaan tambah FKK Strategi S-O 1 Memberikan informasi tentang harga jual pisang secara berkesinambungan Menggunakan teknologi pemeraman yang lebih baik Strategi W-O 1 Memberikan informasi mengenai waktu pembayaran ke pemasok Memberikan informasi tentang standar mutu pisang yang diinginkan dari pemasok Strategi S-T 1 Memberikan informasi tentang volume dan waktu kebutuhan pisang Memberikan informasi mengenai insentif kepada pengecer berbentuk potongan harga atau lainnya Strategi W-T 1 Memberikan informasi mengenai jadwal pengiriman pisang dan tingkat harga beli yang menguntungkan Memberikan informasi tentang mutu pisang yang dijual Urutan FKK

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan komoditas buah-buahan merupakan salah satu pilar perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan komoditas buah-buahan merupakan salah satu pilar perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan komoditas buah-buahan merupakan salah satu pilar perdagangan internasional. Pada tahun 2000, total produksi buah dunia tercatat sebesar 466,4 juta ton,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah beriklim tropis basah dengan keragaman

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah beriklim tropis basah dengan keragaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan daerah beriklim tropis basah dengan keragaman ekologis dan jenis komoditas, terutama komoditas hortikultura. Tanaman hortikultura yang banyak

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PISANG DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PISANG DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN SUMENEP CEMARA VOLUME 1 NOMOR 1 NOPEMBER 015 ISSN: 087-484 ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PISANG DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN SUMENEP Fatmawati 1, dan Henny Dianawati 1 Fakultas Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

. Lampiran 1. Perkembangan volume ekspor buah Volume Ekspor (Ton) 1 Nanas %

. Lampiran 1. Perkembangan volume ekspor buah Volume Ekspor (Ton) 1 Nanas % 48 . Lampiran 1. Perkembangan volume ekspor buah 2007-2011 NO KOMODITAS Volume Ekspor (Ton) 2007 2008 2009 2010 2011 Rata rata Pertumbuhan 2007 2011 1 Nanas 110.112 269.664 179.310 159.009 189.223 30%

Lebih terperinci

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya tersendiri. Karakteristik antara wilayah dengan satu wilayah lainnya memiliki perbedaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL.. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN.. x

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL.. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN.. x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL.. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN.. x I. PENDAHULUAN. 1 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Rumusan Masalah 4 1.3 Tujuan Penelitian.. 5 1.4

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Perdagangan Pisang Sesuai dengan Codex Sta 205 1997 standar mutu pisang yang diinginkan pasar dunia adalah sebagai berikut : - Utuh dengan mengacu pada kondisi buah. -

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

BAB V SOLUSI MENINGKATKAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN PENGEMBANGAN PASAR

BAB V SOLUSI MENINGKATKAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN PENGEMBANGAN PASAR BAB V SOLUSI MENINGKATKAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN PENGEMBANGAN PASAR 5.1 Satrategi Jaringan Distribusi di Kabupaten Serdang Bedagai Langkah berikutnya dalam memilih strategi distribusi adalah menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang tersebar luas di wilayahnya. Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris dan sebagian

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET DENAH LOKASI PEMBUATAN TEMPE Jalan Besar Belok kiri Jalan Lurus Lokasi Pembuatan Tempe Bagian Sebelah Kiri Lokasi LIMBAH CAIR PEMBUATAN TEMPE Tempat Limbah Mengalir PROSES SINGKAT

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus suatu rantai pasokan udang vaname. Penelitian ini dilaksanakan di berbagai tempat, yaitu pada produsen benih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal. 100 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian cukup besar saat Indonesia menghadapi tantangan krisis ekonomi yang berkepanjangan. UMKM dapat dikatakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DATA. kesengajaan karena kondisi keluarga yang pindah ke Babadan untuk

BAB IV HASIL ANALISIS DATA. kesengajaan karena kondisi keluarga yang pindah ke Babadan untuk 36 BAB IV HASIL ANALISIS DATA 4.. Gambaran Umum Perusahaan Bisnis Air Isi Ulang BERKAH merupakan salah satu UKM yang bergerak di bidang air minum isi ulang dan didirikan pada tanggal Mei 204 dengan pemilik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang dalam penerapannya mengandalkan sektor pertanian dalam menopang serta sumber mata pencaharian bagi masyarakat. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Salak Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 58 BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Faktor Internal-Eksternal Perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk dalam kegiatannya memiliki beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal yang dapat

Lebih terperinci

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU Boks 1 Komoditas Penyumbang Inflasi Ambon Triwulan I-2013 menjabarkan bahwa bawang putih, bawang merah, cakalang asap, dan pisang merupakan komoditas

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki urgensi penting karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, konsumsi buah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Sebuah perusahaan tidak terlepas dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal maupun lingkungan internal. Perubahan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan masalah Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian

Lebih terperinci

8.2. PENDEKATAN MASALAH

8.2. PENDEKATAN MASALAH jeruk impor di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah. Jeruk impor sudah sampai ke lokasi konsumen di sentra produksi jeruk nusantara dengan harga yang lebih murah daripada jeruk

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis, oleh karena itu Indonesia memiliki keanekaragaman buah-buahan tropis. Banyak buah yang dapat tumbuh di Indonesia namun tidak dapat tumbuh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. berkembang, sebagian besar penduduknya hidup bergantung pada bidang

PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. berkembang, sebagian besar penduduknya hidup bergantung pada bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang bercorak agraris, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan 144 BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari 110.804.042

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN AKHIR TA. 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAII EKONOMI TINGG GI Oleh: Henny Mayrowani Nur Khoiriyahh Agustin Dewa Ketut Sadra Swastika Miftahul Azis Erna Maria Lokollo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Sub Terminal Agribisnis (STA) merupakan sarana pusat informasi dan komoditi produksi unggulan pertanian dan tempat untuk mempertemukan pengusaha/pedagang dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pengembangan agribisnis yang dicanangkan pemerintah saat ini ditujukan dalam rangka untuk menempatkan sektor pertanian dengan wawasan agribisnis sebagai motor

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Batasan Operasional dan Jenis Data 1. Batasan Operasional Pedagang adalah seseorang yang berpotensi memasarkan barang atau jasa. Pedagang dalam penelitian ini adalah pedagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI 7.1 Analisis Lingkungan Perusahaan Hasil analisis lingkungan perusahaan dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan wawancara secara

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1. Kuesioner kajian. STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 18 3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maluku Tenggara dikhususkan pada desa percontohan budidaya rumput laut yakni Desa Sathean Kecamatan Kei

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Distribusi Perusahaan Untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, PT. ANUGERAH IDEALESTARI telah menunjuk PT. ANUGERAH CENTRAL AUTOMOTIVE sebagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

INDONESIA BERPOTENSI PRODUKSI DURIAN SEPANJANG TAHUN

INDONESIA BERPOTENSI PRODUKSI DURIAN SEPANJANG TAHUN INDONESIA BERPOTENSI PRODUKSI DURIAN SEPANJANG TAHUN Peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan perkapita tidak ayal lagi telah meningkatkan kebutuhan buah durian. Komoditas durian memang dikenal sebagai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Produksi buah alpukat menurut provinsi (ton) tahun 2010

Lampiran 1. Produksi buah alpukat menurut provinsi (ton) tahun 2010 48 Lampiran 1. Produksi buah alpukat menurut provinsi (ton) tahun 2010 Provinsi Alpukat Aceh 5,095 Sumatera Utara 7,644 Sumatera Barat 29,457 R i a u 535 J a m b i 2,379 Sumatera Selatan 3,382 Bengkulu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business Supply Chain Management Pengertian supply adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

PELUANG AGRIBISNIS BUAH

PELUANG AGRIBISNIS BUAH PELUANG AGRIBISNIS BUAH Berbahagialah masyarakat Thailand yang tergila-gila makan durian dan pemerintahnya mendukung kegilaan tersebut. Dari sekitar 200.000 ton hasil durian Thailand, sekitar 90% di antaranya

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KONVEKSI DI KAWASAN PIK PULOGADUNG

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KONVEKSI DI KAWASAN PIK PULOGADUNG STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KONVEKSI DI KAWASAN PIK PULOGADUNG Nama : Dwi Julianti Npm : 1221676 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Dra Peni Sawitri, MM LATAR BELAKANG MASALAH 1. Sektor

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman hortikultura khususnya buah-buahan mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan mengingat bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identitas Responden Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII (Dalam ribu rupiah)

Lampiran 1. Identitas Responden Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII (Dalam ribu rupiah) 86 LAMPIRAN Lampiran 1. Identitas Responden Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII (Dalam ribu rupiah) No. Nama Jenis Umur Pendidikan Tanggungan Jabatan Mulai Modal Nilai Omzet Jumlah karyawan

Lebih terperinci

PASAR. Oleh: Delima Hasri. Azahari

PASAR. Oleh: Delima Hasri. Azahari LAPORAN AKHIR TA. 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PASAR BUAH-BUAHAN Oleh: Bambang Sayaka Sahat M. Pasaribu Ening Ariningsih Sri Nuryanti Delima Hasri Azahari Edi A. Saubari Yuni Marisa PUSAT SOSIAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Kota Bandung terletak di antara 107 36 bujur timur dan 6 55 lintang selatan. Secara topografi, Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 m

Lebih terperinci

VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI

VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal Berdasarkan aspek-aspek yang ditinjau untuk mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan internal perusahaan antara lain: faktor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor I 1.1. PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, dan perikanan. Hortikultura sebagai salah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia adalah buah-buahan yaitu buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan barometer peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan barometer peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan barometer peningkatan perekonomian nasional dan faktor kunci dalam upaya meningkatkan penerimaan Negara dari sektor kehutanan. Praktek-praktek

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi buah-buahan di Indonesia seperti nanas, salak, pisang, dan pepaya cukup tinggi. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2009), produksi buah-buahan Indonesia

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RANTAI PASOK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA

PENGELOLAAN RANTAI PASOK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA Prof.Ir. Sumeru Ashari, M.Agr.Sc, PhD FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Surabaya, 13-14 Nopember 2007 PENGERTIAN 1. SC: adalah sebuah sistem yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dimana sebagian besar penduduknya bekerja dalam bidang pertanian. Keadaan usaha tani penduduk pada umumnya masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, distribusi dan logistik telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perdagangan dunia. Terlebih lagi persaingan

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #1

Pembahasan Materi #1 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Istilah Definisi SCM Ruang Lingkup SCM Model Umum SCM Dasar Pemikiran SCM Tingkat Kepentingan SCM Teknik Penerapan SCM Efektifitas SCM Keuntungan SCM 6623

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci