Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

UKDW BAB I PENDAHULUAN

1 BAB I PENDAHULUAN. kegiatan peribadatan, gereja juga diharapkan menjadi tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

TATA GEREJA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25

UKDW. Bab I. Pendahuluan

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Bab I PENDAHULUAN UKDW. Pergaulan bebas ini dapat disaksikan di kota-kota besar, yang mengarah pada perilaku seksual yang bebas. 4

ORGANISASI DAN TATA LAKSANA GKJW JEMAAT WARU

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN I. Latar Belakang Permasalahan

RABU ABU SEBAGAI MOMENTUM AWAL MENGGANTUNGI DOA BAPA KAMI Oleh: Nurcahyo Teguh Prasetyo

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKKAN KELAS SEMESTER GENAP ( II ) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik

PENGANTAR DAFTAR BACAAN 2017

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tata dan Pranata Greja Kristen Jawi Wetan dan Peraturan Majelis Agung Tentang Badan-badan Pembantu

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I Pendahuluan UKDW

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia!

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB V MEMBERDAYAKAN SUAMI ISTRI MEREALISASIKAN DIRI SEBAGAI KELUARGA HARMONIS GKJW

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

1. LATAR BELAKANG MASALAH

TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX TATA GEREJA. Gereja Kristen Immanuel. Edisi SR XX. Sinode Gereja Kristen Immanuel

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

Makna Pekan Suci Bagi Umat Katolik (oleh: Lastiko Runtuwene, S.Ag, M.Pd)

PELAYANAN PASTORAL GEREJA TERHADAP REMAJA BERPERILAKU KONSUMTIF MELALUI PROGRAM PENANGANAN KELUARGA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS, KELASVIII TAHUN PELAJARAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Selama ini di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dilakukan Perjamuan Kudus sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pelayanan sebanyak empat kali ini dihubungkan dengan peristiwaperistiwa gerejawi yang ada di GKJW. Peristiwa-peristiwa gerejawi tersebut ialah hari raya Paskah, yaitu hari peringatan kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, hari Kebangunan GKJW, yaitu hari yang telah ditetapkan oleh Majelis Agung (sinode) untuk memperingati peristiwa yang terjadi pada jaman Jepang (dimana pada saat itu terjadi konflik yang mengakibatkan perpecahan dalam tubuh GKJW, kebangunan GKJW adalah penyatuan kembali GKJW, tahun1946) dan peringatan tersebut biasanya dilaksanakan pada bulan Agustus, peringatan hari Perjamuan Kudus Sedunia, yang biasanya dilayankan pada bulan Oktober, dan yang terakhir adalah hari perayaan Natal, yang biasanya dilayankan pada kurun waktu dari masa Advent sampai dengan Natal. 1 Pelayanan Perjamuan Kudus di GKJW tersebut diperuntukkan bagi warga jemaat dewasa (yaitu mereka yang sudah menerima baptisan dan sidi didalam Jemaat GKJW, atau gereja lain dan yang telah diterima menjadi warga di suatu Jemaat 2 ) yang tidak sedang terkena penggembalaan khusus, warga dewasa dari Jemaat/gereja lain yang tidak berhalangan mengikuti Perjamuan Kudus, yang dinyatakan secara tertulis oleh Majelis Jemaat gereja asal. Sedangkan untuk orang yang sakit keras fisik atau mental, tamu mendadak, orang yang suami atau istrinya belum kristen harus melalui persetujuan Majelis Jemaat yang bersangkutan. 3 Perjamuan Kudus di GKJW sampai saat ini dilayankan di gereja dan di rumah. Pelayanan Perjamuan Kudus di gereja dilaksanankan pada hari Minggu, bersamaan dengan ibadah Minggu dan hari Jumat ketika memperingati hari Jumat Agung. Pelayanan Perjamuan Kudus yang dilaksanakan di gereja tersebut diikuti oleh warga gereja yang dalam kondisi sehat. 1 Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm. 169-170. 2 Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm. 162. 3 Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm. 162, 168-169. 1

Selain Perjamuan Kudus dirayakan di gereja, Perjamuan Kudus juga dirayakan di rumah. Perjamuan Kudus yang dilaksanakan di rumah, biasanya diikuti oleh orang jompo atau orang sakit. Pelayanan Perjamuan Kudus di rumah biasanya dilakukan setelah pelayanan Perjamuan Kudus di gereja, bisa langsung seusai pelayanan Perjamuan Kudus di gereja, bisa juga satu hari setelah pelayanan Perjamuan Kudus di gereja. Semua itu tergantung dari kesepakatan Majelis dengan orang yang akan dilayani. Selama ini bentuk pelayanan Perjamuan Kudus (dalam hal ini liturgi yang dipakai) yang dilaksanakan di rumah tidak dibedakan, baik untuk orang jompo ataupun untuk orang sakit. Karena memang selama ini tidak ada bentuk liturgi yang khusus untuk orang jompo ataupun untuk orang sakit. Sehingga pelayanan Perjamuan Kudus untuk orang jompo maupun untuk orang sakit dibuat sama. Dari bentuk pelayanan seperti di atas, dimana pelayanan Perjamuan Kudus kepada orang sakit dan orang jompo tidak dipisahkan, lalu muncul pertanyaan dalam diri penyusun, apakah ada makna khusus bagi orang sakit yang mengikuti Perjamuan Kudus? Pertanyaan ini muncul karena melihat keadaan atau kondisi orang yang sedang sakit itu. Orang sakit adalah orang yang sedang mengalami suatu krisis pada tubuhnya. Hal ini disebabkan karena keadaan tubuh mereka tidak dapat berfungsi dengan baik. 4 Jangan-jangan hanya oleh karena krisis pada tubuh mereka itulah yang menjadi sebab diadakannya Perjamuan Kudus oleh gereja bagi orang sakit selama ini. 1. 2. Permasalahan Berdasarkan uraian diatas muncul permasalahan, yaitu: 1. Mengapa harus diadakan Perjamuan Kudus khusus untuk orang sakit? 2. Adakah landasan pemikiran teologis, sehingga perlu Perjamuan Kudus sendiri bagi orang sakit? 3. Apa manfaat Perjamuan Kudus bagi orang sakit? 4. Bagaimana cara diadakannya Perjamuan Kudus untuk orang sakit? 4 Totok Soemarta WS dan Aart M. van Beek, Mendampingi Orang Sakit, (Yogyakarta: RS. Bethesda, 1984), hlm. 10. 2

1. 3. Batasan Permasalahan Agar tulisan ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penyusun membatasi permasalahan hanya pada Perjamuan Kudus dan hubungannya dengan tindakan pastoral bagi orang sakit. 1. 4. Judul dan Alasan Pemilihan Judul Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun menetapkan judul skripsi ini sebagai berikut: PERJAMUAN KUDUS SEBAGAI SEBUAH TINDAKAN PASTORAL UNTUK ORANG SAKIT Penyusun menetapkan judul seperti di atas dengan alasan bahwa: Manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang lemah, sehingga setiap saat manusia itu dapat jatuh sakit. Oleh karena itu, manusia yang sakit itu perlu mendapatkan perhatian. Perhatian kepada orang sakit tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan pelayanan secara khusus kepadanya. Dan pelayanan kepada orang sakit itu dapat diwujudkan dengan berbagai cara, yang salah satunya adalah memberikan pelayanan Perjamuan Kudus yang diadakan khusus untuk mereka yang sakit, agar mereka dapat dengan mudah menghayati makna Perjamuan Kudus tersebut, sehingga iman mereka dapat semakin dikuatkan. Menurut pengetahuan penyusun, selama ini masalah ini kurang mendapatkan perhatian yang serius dari gereja, khususnya di GKJW. Hal ini ditandai dengan tidak adanya pelayanan secara khusus (liturgi Perjamuan Kudus) untuk mereka yang sakit. Sehingga penyusun menganggap permasalahan ini sangat menarik. 1. 5. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk: 1. Menjelaskan pentingnya tindakan pastoral terhadap orang sakit dengan mengadakan Perjamuan Kudus. 2. Menjelaskan landasan teologis tindakan pastoral terhadap orang sakit melalui Perjamuan Kudus. 3. Memberikan usulan Perjamuan Kudus sebagai tindakan pastoral untuk orang sakit. 3

1. 6. Metode penulisan Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun menggunakan metode penulisan deskriptif analitis, yaitu dengan menggambarkan permasalahan yang ada, kemudian dianalisa berdasarkan bahanbahan yang ada. Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data, penyusun menggunakan metode studi literer, yakni dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku referensi, dan studi lapangan berupa wawancara dengan pendeta untuk mengetahui pelaksanaan Perjamuan Kudus untuk orang sakit selama ini. 1. 7. Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan Dalam bagian ini penyusun berusaha mendeskripsikan latar belakang permasalahan, merumuskan permasalahan, batasan permasalahan, judul dan alasan pemilihan judul, alasan penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II. Perjamuan Kudus: Kehadiran Allah Di tengah Umat dan Gereja Dalam bagian ini penyusun akan memaparkan mengenai Perjamuan Kudus dan juga konteksnya. Dalam pemaparan mengenai konteks Perjamuan Kudus tersebut, akan dijelaskan mengenai hubungan Perjamuan Kudus dengan Perjamuan Paskah orang Yahudi, Perjamuan Malam yang dilakukan Tuhan Yesus beserta dengan para murid-nya, dan peristiwa yang terjadi setelah Perjamuan Malam dirayakan. Juga akan dijelaskan mengenai makna-makna teologis dari Perjamuan Kudus yang selama ini dirayakan gereja, pelaksanaan Perjamuan Kudus, perayaan Perjamuan Kudus di gereja saat ini, hubungan antara Perjamuan Kudus dengan sakramen, liturgi sebagai konteks hidup sakramen, dan kesimpulan. Semua ini untuk melihat dasar-dasar biblika dari pengadaan Perjamuan Kudus bagi orang sakit sebagai tindakan pastoral. Bab III. Orang Sakit: Bagian Umat dan Gereja Pada bagian ini penyusun akan memperlihatkan bahwa orang sakit itu merupakan bagian dari umat dan gereja, juga akan diuraikan mengenai kebutuhan orang sakit, situasi orang sakit, bagaimana orang memahami sakit yang menderita, sehingga sebagian orang memahami sakit sebagai akibat atau hukuman dari dosa. Setelah mengetahui kondisi orang sakit dan kebutuhannya, berikutnya akan dipaparkan mengenai pelayanan gereja kepada orang sakit 4

tersebut, juga akan dipaparkan mengenai alasan mengapa gereja perlu memberikan pelayanan kepada orang sakit tersebut, cara pendekatan kepada orang sakit, pelayanan yang sesuai dengan orang sakit, yaitu pendampingan pastoral, fungsi pastoral dalam pendampingan itu, dan tahaptahap dalam melakukan pendampingan. Setelah itu penyusun akan menguraikan kira-kira bagaimana suasana pelayanan Perjamuan Kudus untuk orang sakit itu, dan terakhir penyusun akan menyimpulkan uraian dalam bab III tersebut. Bab IV: Perjamuan Kudus Sebagai Tindakan Pastoral Untuk Orang Sakit Dalam bagian ini penyusun pertama akan memperlihatkan aspek pastoral dalam Perjamuan Kudus yang dirayakan oleh gereja selama ini, kemudian penyusun akan menguraikan mengenai fungsi pastoral dalam Perjamuan Kudus tersebut, dan penggunaan Perjamuan Kudus sebagai tindakan Pastoral di GKJW dimana tindakan pastoral itu dapat dilakukan melalui liturgi Perjamuan Kudus dan juga melalui persiapan dalam menghadapi Perjamuan Kudus, kemudian yang terakhir penyusun akan menyimpulkannya. Bab V: Penutup Di sini penyusun akan menyimpulkan seluruh tulisan ini dan akan memberikan saran kepada gereja (khususnya GKJW). 5