OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN GILLNET DI PPN PEKALONGAN JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
(EFFECS OF LENGTH TRIP AND TOTAL HAULING TO FISH CATCHES ON SMALL SCALE GILLNET FISHERIES IN PEKALONGAN, CENTRAL JAVA)

Oiterbitkan atas kerjasama : Masyarakat Sams Kelautan dan Perikanan Indonesia (MSKPI) dan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian

STRATEGI ADAPTASI NELAYAN CIREBON, JAWA BARAT Adaptation strategy of Cirebon s Fishermen, West Java

Ester Desi Susanti 1), Jonny Zain 2), Syaifuddin 2)

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN STRATEGI OPERASI PENANGKAPAN IKAN NELAYAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

PENGHITUNGAN TINGKAT EFISIENSI TEKNIS DAN PENGGUNAAN VARIABEL INPUT ALAT TANGKAP PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPP LAMPULO ACEH

C E =... 8 FPI =... 9 P

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

ABSTRACT. KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN GILLNET KAPAL MOTOR DAN MOTOR TEMPEL DI PPP TEGALSARI, KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

ELASTISITAS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP KOTA TEGAL PRODUCTION ELASTICITY OF TEGAL MARINE CATCHING FISHERIES

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL TANGKAPAN KAPAL MINI PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PEKALONGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

Analisis Faktor-Faktor Produksi Terhadap Hasil Tangkapan Purse Seine di TPI Ujong Baroh, Aceh Barat, Aceh

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL COPES PERIKANAN DEMERSAL PESISIR REMBANG. Bioeconomic Analitic Copes Mode Demersal Fish in Rembang Water

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH

Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian.

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

HUBUNGAN FREKUENSI KEBERANGKATAN KAPAL 3 GT DENGAN JUMLAH LOGISTIK MELAUTNYA DI PPI DUMAI PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR ABSTRAK

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) MUARA ANGKE JAKARTA

*) Penulis Penanggungjawab

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PANTURA JAWA TENGAH

Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

Erwin Tanjaya ABSTRAK

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

IV. METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

penangkapan (Berkes et a/., 2001 dalam Wiyono dan Wahju, 2006). Secara de

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

Budi Nugraha 1) dan Hufiadi 2) 1) Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa-Bali 2)

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SELEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE VENT) TERHADAP IKAN KUPAS-KUPAS (Cantherhines fronticinctus)

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

ANALISIS PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS USAHA PENANGKAPAN IKAN RAWAI DASAR (BOTTOM SET LONG LINE) DAN CANTRANG (BOAT SEINE) DI JUWANA KABUPATEN PATI

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

KEBIJAKAN PENGELOLAAN USAHA PERIKANAN TANGKAP NELAYAN SKALA KECIL DI PANTURA JAWA TENGAH. Suharno 1, Tri Widayati 2.

Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE 9 GT DAN 16 GT DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) MORODEMAK, DEMAK

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI

STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PAJEKO DI TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA

Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1

KAJIAN PERIKANAN TANGKAP Mene maculata Di TELUK BUYAT Fisheries Studies of Mene maculata In Buyat Bay

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

ANALISIS CPUE (CATCH PER UNIT EFFORT) DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT BALI

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pelaksanaan monitoring, controlling, surveillance kapal pengangkut ikan di atas 30 GT di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

ABSTRAK. Kata kunci: keramahan, produktivitas, alat tangkap. iii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

KAJIAN STOK IKAN PELAGIS KECIL DENGAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE DI PERAIRAN LEMPASING, LAMPUNG. Riena F. Telussa

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN JARING BOBO DI OHOI SATHEAN KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA. Jacomina Tahapary, Erwin Tanjaya

5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010)

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

Transkripsi:

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2014, hlm 1 8 ISSN 0126-4265 Vol. 42. No.1 OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN GILLNET DI PPN PEKALONGAN JAWA TENGAH Eko Sri Wiyono 1) Diterima : 2 Januari 2014 Disetujui : 11 Januari 2014 ABSTRACT Fishing activities is a high risk activity and contains high uncertainty. To manage the fisheries to be sustainable, we need a study on the factors that influence the success of fishing operations. To answer these problems, we have conduct research on gillnet fishing gear in Pekalongan Fishing Port. The results of this study showed that the long days at sea and number of hauling factors affecting total catches. Long days at sea have elasticity -0.854 while the number of hauling has elasticity 2,158. Overall, the rate of return to scale in the production function equation produces 1,304 value and categorized as increasing returns to scale. Keywords: eficiency, gillnet, factors of production, Pekalongan. PENDAHULUAN 1 Persaingan kegiatan penangkapan ikan semakin hari semakin tinggi. Untuk mampu bersaing, nelayan telah melakukan berbagai upaya, baik dari sisi teknologi upaya penangkapan ikan maupun dari sisi metode operasi penangkapan ikan. Salas et al. (2004) menyatakan bahwa upayaupaya antisipasi nelayan tersebut biasanya disesuaikan dengan berbagai macam faktor luar terutama iklim dan hasil tangkapan serta faktor internal utamanya modal dan sarana penangkapan ikannya. Penguasaan nelayan terhadap kondisi lingkungan (cuaca, gelombang serta arus) dan lokasi penangkapan ikan, serta keterampilan nelayan dalam pengoperasian alat tangkap dan alat bantu penangkapan ikan akan 1) Staf Pengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor menentukan keberhasilan kegiatan penangkapan ikan. Sebagai bentuk respon atas persaingan yang semakin tinggi diantara mereka, nelayan melakukan perubahan faktor produksi, baik itu menambah, memperbesar atau mengganti faktorfaktor produksi yang mereka anggap mempengaruhi keberhasilan produksi. Salah satu alat tangkap yang populer dioperasikan oleh nelayan adalah gillnet. Karena sederhana dalam mengoperasikannya dan rendah modal maka alat tangkap ini dioperasikan hampir di seluruh perairan Indonesia. Dengan ukuran perahu yang relatif kecil dan mesin penggerak yang kecil, gillnet biasanya dioperasikan di pantai dan daerah terumbu karang untuk menangkap jenis ikan pelagis atau demersal. Pertambahan gillnet di Indonesia relatif pesat, sehingga persaingan antar alat tangkap semakin tinggi. Dalam kondisi 1

sumberdaya yang terbatas, sementara upaya penangkapan semakin tinggi, maka akan menimbulkan pemborosan secara massal yang pada akhirnya akan menimbulkan overcapacity. Untuk mampu bersaing dengan alat tangkap yang lainnya, maka nelayan biasanya akan menambah faktor-faktor produksinya. Biasanya nelayan melakukan penambahan faktor produksi hanya berdasarkan naluri dan persaingan dalam penangkapan, bukan didasarkan atas analisis kebutuhan yang memadai. Penelitian tentang gillnet sudah banyak dilakukan (Purbayanto et al., 2000; Huse et al., 2000; and Reis, et al., 1999) di berbagai negara. Namun demikian, penelitian tentang efisiensi faktor produksi penangkapan ikan masih belum banyak dilakukan. Tanpa mempertimbangkan tingkat efektifitas dan efisiensi perubahan faktor produksi yang digunakan, secara umum nelayan berprinsip bahwa penambahan input produksi akan meningkatkan hasil tangkapannya. Padahal penambahan input produksi akan menambah upaya penangkapan yang kebutuhannya tidak tak terbatas, tetapi dibatasi oleh stok sumberdaya ikan yang tersedia. Atas dasar tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang efisiensi penggunaan faktor produksi sehingga menghindari persaingan yang tidak sehat dan mencegah terjadinya overcapacity (berlebihnya input produksi). Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengkaji faktor-faktor produksi gillnet yang mempengaruhi produksi ikan serta 2) mengkaji efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan di PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara) Pekalongan pada bulan Desember 2013 Januari 2014. Data diperoleh dari laporan tahunan sensus pendataan produktivitas perahu gillnet yang melakukan pendaratan ikannnya di PPN Pekalongan. Pada penelitian ini difokuskan pada perahu gillnet yang berukuran di bawah 10 GT (<10 GT). Jenis data yang dikumpulkan hasil tangkapan (Y), bobot perahu (X 1 ), jumlah trip perahu (X 2 ), lama hari di laut (X 3 ) dan jumlah hauling (alat tangkap) (X 4 ). Berdasarkan data yang ada kemudian dilakukan sortasi data dan pengolahan data di Laboratorium Manajemen dan Kebijakan Perikanan Laut, Bagian Sistem Perikanan Laut, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK IPB Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sampling jenuh yaitu seluruh populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2007). Sampel yang dipilih adalah perahu gillnet yang berukuran dibawah 10 GT (<10 GT). Untuk menjawab tujuan penelitian, maka langkah pertama yang telah dilakukan adalah melakukan analisis faktor produksi, yaitu analisis yang menjelaskan hubungan antara produksi dengan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Soekartawi (1994) menjelaskan bahwa untuk mengamati pengaruh faktor produksi terhadap output secara keseluruhan dalam keadaan sebenarnya adalah tidak mungkin, sehingga disederhanakan dalam suatu bentuk suatu model. Hubungan kuantitatif antara faktor-faktor produksi dengan 2

produksi dianalisis berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas (Soekartawi 1994) sebagai berikut: mengukur tingkat efisiensi teknis penggunaan input variabel, dimana: Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut di atas, maka diubah menjadi bentuk linier sebagai berikut: Keterangan: Y = Produksi X 1... X n = Faktor Produksi a 0 = Titik potong (intercept) b 1 s/d b n = Koefisien regresi dari parameter penduga e = Galat Agar model tersebut akurat, maka telah dilakukan uji kelinearan model dengan ANOVA, pengukuran besarnya koefisien determinasi (R 2 ), dan signifikansi masing-masing variabel (Sudjana, 2002). Untuk memudahkan penghitungan, data dioleh dengan menggunakan program linear berganda dengan bantuan software. Agar software secara otomatis menguji kenormalan variabel yang digunakan, linearitas model, serta ada atau tidaknya multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas penghitungan dilakukan dengan metode backward. Selanjutnya berdasarkan nilai koefisien-koefisien regresi dari fungsi produksi Cobb-Douglas diduga tingkat elastisitas produksi dari variabel input yang digunakan. Besarnya elastisitas produksi (Ep) kemudian digunakan untuk Dimana : Ep = elastisitas produksi Y = perubahan hasil produksi X i = perubahan faktor produksi ke-i Y = hasil produksi = jumlah faktor produksi ke-i X i HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a) Perkembangan produksi Berdasarkan sensus terhadap perahu nelayan yang mendaratkan ikan hasil tangkapan di PPN Pekalongan, dapat diketahui bahwa ikan hasil tangkapan utama PPN Pekalongan adalah ikan tongkol (64%), sedangkan ikan tangkapan lainnya adalah ikan bukan tangkapan utama seperti manyung (9,6%), cucut (5,5%), layaran (5,0%), lemang (3,1%) dan beberapa ikan lainnya yang persentasenya kecil. Ikan hasil tangkapan dihasilkan dari 4 alat tangkap utama yaitu purse seine (PS), mini purse seine (PSM), gillnet (GILLNET) dan arad (ARAD). Secara umum berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa produksi ikan oleh semua jenis alat tangkap kecuali mini purse seine dari tahun 2002 sampai 2011 terus mengalami penurunan. Khusus untuk perikanan gillnet, Gambar 1 menunjukkan bahwa produksi gillnet dari tahun 2002 sampai tahun 2011 terus mengalami penurunan yang sangat signifikan. Produksi tertinggi perikanan gillnet dicapai pada tahun 2006 sebesar 3597 ton dan terus 3

menurun mencapai produksi terendah pada tahun 2011 (953 ton). Bila ditinjau dari jumlah armada penangkapan ikannya, data dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan kecenderungan pola yang agak berbeda. Jumlah purse seine mengalami penurunan yang sangat drastis, sementara mini purse seine menunjukkan pola peningkatan. Khusus untuk alat tangkap gillnet, data tersebut menunjukkan bahwa jumlah gillnet yang dioperasikan oleh nelayan gillnet di Pekalongan tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 180 unit dan jumlah terkecil terjadi pada tahun 2011 sebesar 59 unit. 60000 50000 PS PSM GILL NET ARAD a n ik k s i u d ro P 40000 30000 20000 10000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 TAHUN Gambar 1. Perkembangan produksi ikan beberapa alat tangkap utama di PPN Pekalongan dari tahun 2002-2011. u h ra e P it n U 1 00 0 90 0 80 0 70 0 60 0 50 0 40 0 30 0 P S P S M GILL NET LONG LINE AR AD 20 0 10 0 0 2 00 2 20 03 200 4 2 00 5 20 06 2 00 7 2 008 20 09 2 01 0 20 11 TA H U N Gambar 2. Perkembangan unit alat tangkap ikan utama di PPN Pekalongan tahun 2002-2011 b) Efisiensi teknis 4

Penelitian ini telah mencoba untuk mempertimbangkan 4 faktor operasi penangkapan ikan yang mempengaruhi keberhasilan produksi total ikan (Y), yaitu bobot perahu (X 1 ), jumlah trip perahu (X 2 ), lama hari di laut (X 3 ) dan jumlah hauling (alat tangkap) (X 4 ). Sebanyak 33 sampel telah diolah dengan menggunakan regresi berganda setelah dilakukan transformasi log normal terlebih dahulu. Hasil dari perhitungan ini menunjukkan bahwa tidak semua faktor tersebut secara signifikan mempengaruhi produksi total gillnet. Hanya ada dua faktor yang secara signifikan mempengaruhi produksi total yaitu lama hari di lut (p<0,1) dan jumlah hauling (p<0,05). Kedua faktor tersebut mampu menerangkan 81,8% dari semua faktor yang mempengaruhi produksi total gillnet (R 2 =0,818). Hal ini berarti hanya 18,8% dari faktor lain yang belum dapat diterangkan dengan menggunakan kedua faktor tersebut (Tabel 1). Lama hari di laut, mempunyai nilai koefisien negatif (b = -0,854) yang berati bahwa peningkatan lama hari di laut sudah tidak mampu meningkatkan hasil tangkapan. Sedangkan faktor jumlah hauling mempunyai nilai koefisien positif (b = 2,158) yang berarti bahwa peningkatan jumlah hauling akan meningkatkan hasil tangkapan. Hasil penelitian ini juga mengindikansikan bahwa lama hari di laut mempunyai elastisitas -0,854 sedangkan jumlah hauling mempunyai elastisitas 2,158. Secara keseluruhan, tingkat pengembalian terhadap skala dalam persamaan fungsi produksi ini menghasilkan nilai 1,304 (εp > 1), yang berati masuk dalam kategori increasing returns to scale. Hal ini berarti bahwa jika kedua faktor tersebut dinaikkan secara proporsional akan mampu menghasilkan output lebih besar dibandingkan dengan input yang digunakan. Tabel 1. Nilai koefisien regresi (b i ) dan uji t faktor produksi unit penangkapan gillnet di PPN Pekalongan Model Sumber Koefisien Standar regresi error coef t hit P 1 (Constant) -0,342 2,478-0,138 0,891 X1 0,696 0,619 1,125 0,27 X2-0,53 0,339-1,563 0,129 X3-0,74 0,457-1,621 0,116 X4 2,524 0,507 4,976 0 2 (Constant) 2,291 0,818 2,802 0,009 X2-0,403 0,321-1,255 0,219 X3-0,757 0,458-1,652 0,109 X4 2,403 0,498 4,826 0 3 (Constant) 3,05 0,556 5,488 0 X3-0,854 0,456-1,872 0,071 X4 2,158 0,462 4,669 0 2. Pembahasan Persoalan tentang perikanan skala kecil akhir-akhir ini menjadi topik diskusi. Pada kasus tertentu, perikanan skala kecil ditengarai sebagai penyebab kerusakan 5

sumberdaya ikan sehingga perlu pembatasan dan pengaturan yang lebih serius. Disisi yang lain, perikanan skala kecil merupakan masalah sosial dan ekonomi karena perikanan skala kecil merupakan basis penggerak roda ekonomi yang penting bagi masyarakat kawasan pesisir. Secara umum, hampir perikanan di dunia umumnya dan di Indonesia khususnya didominasi oleh perikanan skala kecil (FAO, 2012). Jumlah nelayan skala kecil yang semakin meningkat, mengakibatkan kompetisi diantara mereka sangat tinggi. Jumlah ikan yang semakin berkurang, sementara jumlah perahu penangkap ikan yang semakin banyak, mengakibatkan pendapatan dan sumberdaya ikan semakin berkurang. Hal ini karena aktivitas perikanan skala kecil, mempunyai korelasi/pengaruh terhadap reduksi biomassa, kelimpahan sumberdaya ikan, ataupun ukuran individu dari target ikan Wiyono et al. (2006). Agar kegiatan penangkapan ikan tetap lestari baik dari sisi usaha ekonomi maupun dari sisi kelestarian biologi, maka perlu dicarikan alternatif penyelesaiannya. Pendekatan dari sisi ekonomi diharapkan akan mampu mengatasi berlebihnya faktor input penangkapan sehingga efisien dalam penggunaan faktor produksi dan tidak terjadi pemborosan yang mendorong terjadinya overcapacity. Seperti diketahui bahwa nelayan dalam persaingannya selalu mengembangkan input produksinya dan juga mengembangkan berbagai strategi/taktik operasi penangkapan ikan (Andersen dan Christensen, 2006; Cinner et al., 2008). Pendapat lebih lanjut diungkapkan oleh Salas et al. (2004), Bene dan Tewfik (2001), Salas dan Charles (2007), dan Daw et al. (2011) yang menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan respon yang berbeda-beda tergantung pemahaman mereka terhadap cuaca, pasar, sumberdaya ikan, kapal/alat tangkap dan keterampilan yang dimiliki. Dalam penelitian ini telah dikaji 4 faktor strategi/taktik yang diduga akan mempengaruhi hasil tangkapan. Berdasarkan hasil penelitian ini, ternyata hanya dua faktor yang berpengaruh yaitu lama hari di laut dan jumlah hauling (alat tangkap). Lama hari yang selama ini diterapkan oleh nelayan ternyata berdasarkan penelitian ini, telah melebihi jumlah yang dibutuhkan. Karena persaingan yang tinggi, diduga nelayan telah merespon perubahan hasil tangkapannya dengan cara memperpanjang operasi penangkapannya, yang ternyata telah melebihi jumlah yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, perlu ada penjelasan kepada nelayan agar dilakukan pengurangan lama operasi penangkapan di laut sehingga tidak terjadi pemborosan biaya perbekalan atau BBM. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa jumlah hauling mempunyai pengaruh positif terhadap hasil tangkapan. Penambahan jumlah hauling ternyata mampu meningkatkan hasil tangkapan sebanyak 2,158 kali dibandingkan jumlah input yang dialokasikan. Konsekuensi dari penelitian ini yang dapat diusulkan untuk perbaikan sistem penangkapan gillnet di PPN Pekalongan adalah nelayan disarankan agar melakukan optimalisasi jumlah hauling selama di daerah penangkapan sehingga hasil tangkapan total optimal. 6

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1) Lama hari di laut dan jumlah hauling merupakan faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan nelayan gillnet di PPN Pekalongan 2) Lama hari di laut mempunyai elastisitas -0,854 sedangkan jumlah hauling mempunyai elastisitas 2,158. Secara keseluruhan, tingkat pengembalian terhadap skala dalam persamaan fungsi produksi ini menghasilkan nilai 1,304 dan termasuk dalam kategori increasing returns to scale. Saran Selama ini pendekatan manajemen perikanan hanya didasarkan pada aspek biologi semata. Padahal manajemen perikanan sesungguhnya adalah manajemen manusia, nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan pengaturan lama trip di laut dan jumlah hauling selama operasi penangkapan ikan. Kepada instansi terkait perlu melakukan pengaturan sistem operasi penangkapan ikan dengan menerapkan sistem kontrol operasi penangkapan ikan pada masingmasing alat tangkap. DAFTAR PUSTAKA Andersen, B. S., and Christensen, A.S. 2006. Modelling shor-term choice behaviour of Danish Fishermen in a mixed fishery. In U. R. Sumaila, & A. D. Marsden (Ed.), 2005 North American Association Fisheries Economist Forum Proceedings. 14(1), pp. 13-26. Vancouver, Canada : Fisheries Centre, the University of British Columbia. Bene, C., and Tewfik, A. June 2001. Fishing Effort Allocation and Fishermen's Decision Making Process in a Multi-Species Small- Scale Fishery : Analysis of the Conch and Lobster Fishery in Turks and Caicos Islands. Human Ecology. No.29 (2): 157-186. Cinner, J., Daw, T., and McClanahan, T. 2008. Socioeconomic factors that affect artisanal fishers' readiness to exit a declining fishery. Conservation Biology. No 23 (1): 124-130. Daw, T., Maina, J., Cinner, J., Robinson, J., and Wamukota, A. December 2011. The Spatial behaviour of artisanal fishers: Implications for fisheries management and development (Fishers in space). School of Development Studies University of East Anglia. UK: Western Indian Ocean Marine Science Association (WIOMSCA). 7

Huse I., Løkkeborg, S and Aud Soldal V. 2000. Relative selectivity in trawl, longline and gillnet fisheries for cod and haddock. ICES Journal of Marine Science, 57: 1271 1282. Purbayanto, A, Akiyama, S, Tokai, T, and Arimoto, T. 2000. Mesh selectivity of a sweeping trammel net for Japanese whiting Sillago japonica. Fisheries Science. Volume 66, Issue 1, pages 97 103 Reis, E.G., and Pawson M.G. 1999. Fish morphology and estimating selectivity by gillnets fishery in Victoria, Australia. Fishery Research Vol. 39: 263-273. Salas, S., and Charles, A. November 5-9. 2007. Are smallscale fishers profit maximizers?: Exploring fishing performance of smallscale fishers and factors determining catch rates. Proceedings of the 60th Gulf and Caribbean Fisheries Institute. pp. 117-124. Punta Cana: GCFI. Salas, S., and Gaertner, D. 2004. The Behavioural Dynamics of Fishers : Management Implications. Fish and Fisheries. No. 5: 153-167. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung Sudjana. 2002. Metode Statistik. Tarsito. Bandung. Wiyono, E. S., Yamada, S., Tanaka, E., and Kitakado, T. (2006). Fishing strategy for target spesies of small-scale fisheries in Pelabuhanratu Bay, Indonesia. La Mer. No. 44: 85-93. 8