RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
TATA KELOLA OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN TERPADU. Engko Sosialine M

L A P O R A N K I N E R J A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

UNIVERSITAS INDONESIA

TATA KELOLA OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN TERPADU. Engko Sosialine M

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 31 Januari 2013 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS,

KEBIJAKAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

PERAN APOTEKER DI DALAM PENGELOLAAN OBAT DAN ALKES DI INSTALASI FARMASI PROVINSI, KABUPATEN/ KOTA. Hardiah Djuliani

Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan. e-catalogue Obat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

KEBIJAKAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN dan JAMINAN KETERSEDIAAN OBAT melalui E-KATALOG

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA

Rencana Aksi Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RAKONAS PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TH ARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

PENGUATAN PROGRAM TATA KELOLA OBAT PUBLIK & PERBEKALAN KESEHATAN TAHUN 2016

Rencana Aksi Kegiatan

Jakarta, 8 Februari 2013 DIREKTUR JENDERAL, Dra. Maura Linda Sitanggang Ph.d NIP

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

Rencana Aksi Kegiatan Tahun

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.


2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

UNIVERSITAS INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014

UNIVERSITAS INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Ketersediaan Obat di Era JKN: e-catalogue Obat. Engko Sosialine M. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

KEBIJAKAN DITJEN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENDUKUNG DAN MENJAMIN AKSES SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 43 TAHUN 2016 TENTANG

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUATAN REGULASI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu

BAB 3 KERANGKA PIKIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, 5 Februari 2016 Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dra. Maura Linda S, Ph.D NIP

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGORGANISASIAN DINAS KESEHATAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA.

UNIVERSITAS INDONESIA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

KEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

LAPORAN AKUNTABILITAS

Transkripsi:

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya sehingga Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ini dapat diselesaikan dengan baik. RAK ini mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 205-209, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 205-209, Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) Tahun Anggaran 206, serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44/MENKES/PER/VIII/200 dan perubahannya dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 35 Tahun 203 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. RAK ini dibuat sebagai bentuk upaya dalam menjabarkan rencana pengembangan program dan kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. RAK ini berguna sebagai panduan dan acuan dalam manajemen Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, mulai dari perencanaan program dan kegiatan, pelaksanaan dan pengendalian, pengorganisasian, pembiayaan, serta monitoring dan evaluasi pencapaian program dan kegiatan. RAK merupakan salah satu komponen dalam penilaian akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah. Selain itu, RAK juga dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai kontribusi dan dukungan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan pada program-program Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan visi dan misi Presiden Republik Indonesia, yaitu Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Kami menyadari RAK Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ini belum sempurna. Untuk itu masukan berupa saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya penyusunan RAK ini di masa yang akan datang. Jakarta, 30 Januari 205 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 2

DAFTAR ISI Halaman Sampul... Kata Pengantar... 2 Daftar Isi. 3 Daftar Tabel... 4 Daftar Gambar.... 5 Daftar Lampiran..... 6 BAB I : PENDAHULUAN..... 7 A. Latar Belakang.. 7 B. Tujuan...... 8 C. Sistematika Penyajian.... 8 BAB II : PERKEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN. 0 A. Kondisi Umum, Potensi dan Permasalahan. 0 B. Keadaan Yang Ingin Dicapai. 7 BAB III : KEBIJAKAN DAN STRATEGI..... 8 BAB IV : RENCANA AKSI KEGIATAN...... 9 A. Pencapaian Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 200-204.. 9 B. Indikator Kinerja Kegiatan dan Target Tahun 205-209.. 9 C. Tata Laksana Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 205-209. 9 D. Kegiatan Pendukung Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 205-209.. 23 BAB V : PENUTUP. 24 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 3

DAFTAR TABEL Tabel Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Data Pemenang Tenaga Kefarmasian Pengelola Obat Berprestasi Tahun 20-204. 5 Sasaran dan Target Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan... 20 Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.. 20 Daftar Item Obat dan Vaksin Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas... 2 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 4

DAFTAR GAMBAR Gambar Komposisi Pegawai Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Berdasarkan Pendidikan.. Gambar 2 Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan... 2 Gambar 3 Realisasi e-purchasing Tahun 203-204... 3 Gambar 4 Desain Penyempurnaan e-logistik. 6 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 5

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Contoh Perhitungan dan Format Pelaporan Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas... 26 Lampiran 2 Bobot Penilaian, Contoh Perhitungan dan Formulir Pelaporan Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar... 27 Lampiran 3 Formulir Rekapitulasi Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Untuk Provinsi... 29 Lampiran 4 Matriks Rencana Kegiatan dan Kerangka Pendanaan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 205-209. 30 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 6

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 945 pasal 28. Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat dan memperoleh pelayanan kesehatan. Hal tersebut diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 202 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN), serta berbagai peraturan perundangundangan yang lain, baik sebagai kerangka regulasi maupun sebagai landasan dalam perencanaan program dan kegiatan. Pembangunan di bidang kesehatan selaras dengan misi Presiden Republik Indonesia yang keempat, yaitu Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera, karena hanya manusia yang sehatlah yang mampu untuk mandiri dan berdaulat. Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang tercantum di dalam SKN menjelaskan bahwa pemerintah menjamin keamanan, khasiat, manfaat, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan melalui pembinaan, pengawasan, dan pengendalian secara profesional, bertanggung jawab, independen, transparan, dan berbasis bukti ilmiah. Subsistem tersebut merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam pelayanan kesehatan, obat dapat menyelamatkan kehidupan dan meningkatkan kualitas kesehatan. Akses terhadap obat, terutama obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia, sehingga penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintahan di semua level, baik Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.02.02/MENKES/52/205 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 205-209 merupakan acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam kurun waktu lima tahun bagi seluruh stakeholders jajaran kesehatan baik di Pusat maupun Daerah, termasuk dukungan lintas sektor dan dunia usaha. Di dalam Renstra RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 7

Kementerian Kesehatan terdapat 2 sasaran strategis yang akan dicapai dalam periode 205-209. Sasaran yang terkait dengan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah sasaran keempat, yaitu meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan sasaran yang akan dicapai pada tahun 209 adalah:. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%; 2. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri sebanyak 35 jenis, dan 3. Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 83%. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut adalah peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan, dengan keluaran tersedianya obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah. Adapun indikator pencapaian keluaran tersebut pada tahun 209 adalah: a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%; b. Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melaksanakan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar sebesar 75%. Berdasarkan hal tersebut, maka disusun Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 205 209 yang merupakan suatu proses penyiapan infrastruktur di bidang pengendalian harga obat, penyediaan, pengelolaan, dan pemantauan serta evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan dalam rangka mewujudkan pelayanan prima di bidang kesehatan. B. TUJUAN RAK ini disusun dengan tujuan agar tersedianya dokumen perencanaan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam kurun waktu lima tahun, yaitu tahun 205-209, sehingga tercapai kinerja yang lebih baik sesuai dengan indikator kinerja yang sudah ditetapkan dengan target capaian yang diukur setiap tahun hingga akhir periode Renstra Kementerian Kesehatan. C. SISTEMATIKA PENYAJIAN RAK Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 205 209 disajikan dengan sistematika sebagai berikut: RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 8

BAB I. PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang, tujuan, serta sistematika penyajian. BAB II. PERKEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN, menguraikan kondisi umum, potensi dan permasalahan serta keadaan yang ingin dicapai. BAB III. KEBIJAKAN DAN STRATEGI, membahas kebijakan yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan selama lima tahun dan strategi yang digunakan dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan. BAB IV. RENCANA AKSI KEGIATAN, terdiri dari pencapaian RAK periode tahun 200-204, indikator kinerja kegiatan dan target 205-209 berikut tata laksananya, serta kegiatan pendukung indikator kinerja kegiatan. BAB V. PENUTUP, yang berisi rekomendasi pencapaian indikator kinerja kegiatan sesuai target. RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 9

BAB II PERKEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN A. KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN. Struktur Organisasi, Tugas Pokok, dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 44/MENKES/PER/VIII/200 dan perubahannya dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 35 Tahun 203 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut di atas, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; 2. Pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; 4. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Bagan struktur organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dapat dilihat pada gambar 2. 2. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan hingga akhir tahun 205 berjumlah 39 orang dengan rincian sebagai berikut: RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 0

a. Menurut Jabatan: Jabatan Struktural = 4 orang Jabatan Fungsional Umum = 25 orang b. Menurut Golongan: Golongan II = 3 orang Golongan III = 26 orang Golongan IV = 0 orang c. Menurut Pendidikan: S2 non apoteker = 2 orang S2 dan Apoteker = 6 orang Apoteker = 8 orang Dokter gigi = orang Sarjana Farmasi = orang Sarjana Ekonomi = 2 orang Sarjana Sosial = orang Sarjana Komputer = orang D3 Farmasi = 4 orang D3 Manajemen Informatika = orang SMA = 2 orang Gambar. Komposisi Pegawai Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Berdasarkan Pendidikan RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209

DIREKTUR BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN SUBBAGIAN TATA USAHA SUBDIT ANALISIS DAN STANDARDISASI HARGA OBAT SUBDIT PENYEDIAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN SUBDIT PENGELOLAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKKES SUBDIT PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM OBAT PUBLIK DAN PERBEKKES SEKSI ANALISIS HARGA OBAT SEKSI PERENCANAAN PENYEDIAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKKES SEKSI STANDARDISASI PENGELOLAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKKES SEKSI PEMANTAUAN PROGRAM OBAT PUBLIK DAN PERBEKKES SEKSI STANDARDISASI HARGA OBAT SEKSI PEMANTAUAN KETERSEDIAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKKES SEKSI BIMBINGAN DAN PENGENDALIAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKKES SEKSI EVALUASI PROGRAM OBAT PUBLIK DAN PERBEKKES KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 2

3. Kondisi umum, potensi dan permasalahan yang terjadi di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan pada akhir Tahun 204 adalah sebagai berikut : a. Penerapan e-katalog Obat Sesuai Peraturan Presiden RI Nomor 70 tahun 202 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sejak tahun 203 penetapan harga obat untuk pengadaan pemerintah dilaksanakan melalui lelang harga satuan (e-katalog), dengan harapan agar pengadaan obat lebih transparan, efektif, efisien dan akuntabel dalam rangka menjamin tersedianya obat yang aman, bermutu dan berkhasiat. Obat-obat yang masuk ke dalam e-katalog adalah obat-obat yang terdapat di dalam Formularium Nasional (Fornas). Dengan telah terbangunnya sistem e-katalog obat, maka Kementerian / Lembaga / Dinas / Instansi (K/L/D/I) dapat langsung memanfaatkan sistem e-katalog obat dalam pengadaan obat dengan prosedur e-purchasing. Pengadaan obat berdasarkan e- katalog telah dilaksanakan sejak tahun 203 untuk 96 item obat dalam 327 sediaan generik, dan melibatkan kurang lebih 29 industri farmasi. Tahun 204, Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai diberlakukan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 204 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam Fornas dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat. Oleh karena itu, e- katalog obat terus dikembangkan menyesuaikan dengan Fornas. Sampai dengan Oktober 204, sejumlah 724 sediaan obat telah ditayangkan dalam e-katalog obat dan melibatkan 77 industri farmasi. Gambar 3. Realisasi e-purchasing Tahun 203-204 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 3

b. Pengelolaan Obat di Provinsi dan Kabupaten/Kota Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan membutuhkan dukungan berbagai pihak, baik diselenggarakan oleh Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Wujud dari dukungan tersebut dapat berupa kegiatan, anggaran dan komitmen. Anggaran yang diperlukan dapat berasal dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota, APBN dan Dana DAK sub bidang pelayanan kefarmasian. Kebijakan Obat Nasional (KONAS) Tahun 2006 menyebutkan bahwa keberadaan gudang farmasi Kabupaten/Kota diubah namanya menjadi Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK). Kebijakan tersebut bersinergi dan mendukung langsung terhadap peningkatan kapasitas institusi pengelola obat di Kabupaten/Kota. Selain itu, terbitnya kebijakan mengenai pengelolaan obat terpadu (one gate policy) memberikan stimulasi kepada para pengelola program dan pengelola obat, untuk melakukan manajemen pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang baik dan benar. Pencapaian kinerja bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan tahun 200-204 diukur dengan indikator persentase IFK sesuai standar. Penilaian terhadap indikator tersebut mencakup unsur Sumber Daya Manusia (Porsi 40%), Sarana dan Prasarana (Porsi 40%), dan Anggaran Operasional (Porsi 20%) yang dioperasionalkan menjadi subkomponen dan pembobotan. Pengertian IFK yang sesuai standar adalah IFK yang mempunyai skor minimal 60% (passing grade) berdasarkan penilaian terhadap semua unsur di atas. Peningkatan kapasitas IFK menjadi salah satu tolak ukur kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mengingat pentingnya pemenuhan infrastruktur penyimpanan dan manajemen pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. Tenaga kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan. Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang cukup dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kemampuan tenaga kefarmasian pengelola obat di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota. Keberhasilan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan wujud dari kinerja tenaga kefarmasian pengelola obat, disamping ketersediaan sarana dan prasarana serta dukungan anggaran operasional. Selain itu, ditentukan dari kemampuan melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. Untuk meningkatkan kinerja pengelola obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota, perlu diberikan penghargaan (reward) atas prestasi kerjanya. Dalam memberikan penghargaan tersebut, maka dilakukan penilaian yang meliputi beberapa aspek antara lain penguasaan kompetensi termasuk RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 4

kepribadian, kemampuan pengelolaan obat, kesiapan institusi dan pengembangan diri pengelola obat. Pemberian penghargaan tersebut sudah dimulai sejak tahun 20 dan dilakukan saat acara puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN). Data pemenang tenaga kefarmasian pengelola obat berprestasi dari tahun 20 204 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tahun 20 202 203 Data Pemenang Tenaga Kefarmasian Pengelola Obat Berprestasi Nama Daerah Asal Nama Daerah Asal Nama Daerah Asal Gita Fitrahwati, SKM, M.Kes Dra. Lusia Ang, Apt Decky Ferdiansyah, S.Si., Apt IF Provinsi Sulawesi Tenggara IF Provinsi Papua IF Provinsi Lampung Endang Wisrowowati, S.Si, Apt Sri Winarni, S.Si, Apt, M.Kes Dra. Helmi Rahayu, Apt IF Kabupaten Lampung Utara IF Kabupaten Sleman IF Kota Semarang Drs. Hamonangan, Apt, M.Kes Arwis, S.Si, M.M.Kes, Apt Hj. Renny Haslinda, S.Si., Apt. IF Kabupaten Simalungun IF Kabupaten Bulukumba IF Kabupaten Tapin 204 Dra. Hj. Ida Widyani, SpFRS, Apt IF Provinsi Kalimantan Selatan Kurnia Yuliawati, S.Si., Apt IF Kab. Kapuas Hulu Suhelmi, S.Si., Apt, M.Kes IF Kab. Luwu Timur Tabel. Data Pemenang Tenaga Kefarmasian Pengelola Obat Berprestasi Tahun 20-204 c. Pelayanan dan Pengelolaan Obat Untuk Kesehatan Haji Penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan setiap tahun. Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, salah satu kewajiban pemerintah adalah melakukan pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh Jemaah Haji. Pembinaan dan pelayanan kesehatan ibadah haji, baik pada saat persiapan maupun pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan. Pengelolaan obat dan alat kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji dikoordinir oleh Kementerian Kesehatan, khususnya oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pengelolaan obat dan alat kesehatan haji yang diilaksanakan dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan, serta monitoring dan evaluasi. Petugas yang melaksanakan pengelolaan obat dan alat kesehatan haji yaitu tenaga farmasi yang bertugas sebagai Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) pada musim haji, baik yang bertugas di Depo Pusat, Daerah Kerja (Daker) Jeddah, Daker Mekkah, Daker Madinah, Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), maupun sektor. Sedangkan di kloter dikelola oleh tenaga kesehatan yang bertugas pada masing-masing kloter. RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 5

Dalam persiapan dan pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebagai unit teknis Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan turut berperan aktif memberikan pelatihan bagi petugas haji yang mengelola obat dan alat kesehatan haji, mengadakan vaksin haji dan umrah, obat dan perbekalan kesehatan, menerima obat dan perbekalan kesehatan di Arab Saudi, mengisi dan mendistribusikan tas kloter, mengkoordinir pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Arab Saudi, serta melaksanakan stock opname obat dan perbekalan kesehatan di Arab Saudi. d. Perkembangan e-logistik Informasi ketersediaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan baik di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Informasi yang tersedia hendaknya merupakan informasi yang akurat, tepat dan cepat sehingga dapat digunakan untuk semua pihak yang membutuhkan. Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan telah mengembangkan aplikasi ketersediaan obat di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang dinamakan Sistem e-logistik yang digunakan dalam manajemen pengelolaan dan pemantauan ketersediaan obat di Instalasi Farmasi. Sistem e-logistik adalah aplikasi pengelolaan obat dan BMHP di Instalasi Farmasi Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mendukung pelaporan, pencatatan, dan pengelolaan obat dan BMHP. Tujuan dari sistem e-logistik yaitu : a. Memastikan ketersediaan obat dan BMHP di daerah b. Meningkatkan efektifitas pemantauan ketersedian obat dan BMHP di daerah c. Mempermudah realokasi obat dari daerah yang berlebih ke daerah yang kekurangan sehingga obat dan BMHP dapat diserap dengan optimal. Gambar 4. Desain Penyempurnaan e-logistik RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 6

Modul e-logistik terdiri dari : ) Manajemen Profil Kabupaten/Kota 2) Manajemen Logistik 3) Laporan Rutin Pada tahun 204 telah dilakukan upaya untuk perbaikan dan pengembangan sistem e-logistik antara lain: ) Updating master data obat dan perbekalan kesehatan. Updating master data obat dan perbekalan kesehatan diperlukan untuk menjadi fondasi dalam pengembangan e-logistik. Sumber data obat dan perbekalan kesehatan dapat berasal dari beberapa sumber dengan variasi yang berbeda. 2) Penguatan Tim Pengelola e-logistik Pusat. Dalam tim pengelola e-logistik di pusat, dibutuhkan tim yang solid. Oleh karena itu penguatan level di pusat harus diutamakan terlebih dahulu agar sosialisasi di daerah dapat berjalan dengan baik. Selain itu, dibutuhkan administrator e-logistik yang mempunyai tugas untuk memantau data yang masuk ke bank data, serta help desk untuk membantu keluhan dan permasalahan yang terjadi di daerah. 3) Uji coba software baru e-logistik sistem di beberapa Provinsi.. Dengan melaksanakan uji coba, masukan dan diskusi terkait fungsi, manfaat dan kemudahan penggunaan dapat dilihat dan segera di follow up untuk penyempurnaan aplikasi e-logistik. B. KEADAAN YANG INGIN DICAPAI Tahun 209 adalah tahun akhir periode Renstra 205-209. Keadaan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah:. Tersedianya obat dan vaksin di Puskesmas mencapai minimal 90%. 2. Instalasi Farmasi Kabupaten Kota yang melaksanakan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar yang ditetapkan mencapai minimal 75%. RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 7

BAB III KEBIJAKAN DAN STRATEGI Kebijakan, strategi serta upaya yang akan dilakukan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk mencapai target indikator kinerja kegiatan antara lain:. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk meningkatkan alokasi anggaran obat, vaksin dan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerah. 2. Melakukan sosialisasi dan advokasi terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan dan penyedia obat (produsen dan distributor) mengenai kebijakan penyediaan obat dengan menggunakan e-katalog obat, sehingga proses pengadaan dapat berjalan dengan lancar. 3. Pengendalian harga obat, regulasi terkait jaminan ketersediaan dan keterjangkauan obat, pengadaan buffer stok serta obat dan vaksin program, penerapan kebijakan pengelolaan obat satu pintu, peningkatan kapasitas SDM Farmasi di Pusat dan Daerah, penerapan wilayah bebas korupsi, pengalokasian anggaran distribusi dan dekonsentrasi, pembekalan manajemen pengelolaan obat dan vaksin, penyusunan pedoman pengelolaan obat khusus untuk DTPK, pemberian bantuan pembangunan dan renovasi IFK dari DAK untuk meningkatkan mutu penyimpanan obat, serta peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor. 4. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memenuhi kebutuhan tenaga kefarmasian dan melakukan Training Of Trainer (TOT) tentang manajemen pengelolaan obat kepada tenaga pengelola obat di Provinsi. RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 8

BAB IV RENCANA AKSI KEGIATAN A. PENCAPAIAN RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN TAHUN 200 204 Pada periode tahun 200-204, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan telah meraih kemajuan dalam manajemen logistik obat dan perbekkes. Ketersediaan obat dan vaksin telah mencapai 00,5% di tahun 204 dari semula 82% di tahun 200. Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang memenuhi standar juga telah meningkat menjadi 87,53% di tahun 204 dari semula 32,8% di tahun 200. Persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah mencapai 85,90% di tahun 204 dari semula 8,59% di tahun 20. Hal ini menjadi pendukung bagi pelayanan kesehatan, untuk menjamin tersedianya obat, vaksin, dan perbekalan kesehatan dalam jumlah dan jenis sesuai kebutuhan. Tantangan yang harus diantisipasi dalam periode tahun 205-209 adalah disparitas ketersediaan obat antar wilayah, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah belum optimalnya pemanfaatan sistem informasi terkait manajemen logistik, misal. e-logistik, pemantauan e-purchasing, sampai dengan pengendalian harga obat. Ketersediaan obat dan vaksin akan dipantau sampai ke tingkat Puskesmas. Selain itu, kualitas manajemen logistik obat dan perbekalan kesehatan juga menjadi perhatian, mengingat semakin banyak pihak yang menyadari arti penting pengelolaan obat satu pintu (one gate policy). Dengan demikian, menjadi hal yang prioritas untuk meningkatkan manajemen logistik obat dan perbekalan kesehatan, terutama di sektor publik. B. INDIKATOR KINERJA KEGIATAN DAN TARGET TAHUN 205-209 Renstra Kementerian Kesehatan tahun 205-209 menjelaskan bahwa sasaran dari kegiatan peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah. Untuk dapat mencapai sasaran tersebut secara terarah maka ditetapkan indikator kinerja kegiatan (IKK) dan target yang dapat dilihat pada tabel dua. C. TATALAKSANA INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TAHUN 205-209. Definisi Operasional (DO) Untuk menyamakan persepsi dalam operasionalisasi pencapaian indikator kinerja kegiatan, maka dirumuskan Definisi Operasional (DO) dari masing-masing indikator yang dapat dilihat pada tabel tiga. RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 9

KEGIATAN SASARAN IKK Peningkatan Ketersediaa n Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tersedianya obat, vaksin, dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar TARGET 205 206 207 208 209 77% 80% 83% 86% 90% 55% 60% 65% 70% 75% Tabel 2. Sasaran dan Target Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan NO INDIKATOR KINERJA URAIAN Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas Definisi Operasional : Tersedianya obat dan vaksin indikator di Puskesmas untuk program pelayanan kesehatan dasar. Pemantauan dilaksanakan terhadap 20 item obat indikator. Perhitungan : Menghitung persentase ketersediaan obat/ vaksin Puskesmas dengan menggunakan rumus berikut: 2 Persentase instalasi farmasi Kabupaten/ Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas x 00% Jumlah (n) Puskesmas yang melapor X Jumlah total item obat indikator Definisi Operasional : Instalasi Farmasi Kab/Kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin atau manajemen pengelolaan obat sesuai standar dengan skor minimal 70. Perhitungan : Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin atau manajemen pengelolaan obat sesuai standar (S) dihitung dengan rumus sebagai berikut: Jumlah IF Kab/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar x 00% Jumlah IF Kab/Kota seluruh Indonesia Tabel 3. Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 20

2. Batasan dan Ketentuan a. Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas ) Dasar Pemilihan Puskesmas dan Kabupaten/Kota Puskesmas yang terpilih sebagai sampel berjumlah.328 Puskesmas dan tersebar di 34 Provinsi di Indonesia. Puskesmas tersebut ditetapkan berdasarkan metode proportional random sampling berbasis Provinsi sesuai jumlah dan rasio Puskesmas perawatan dan non perawatan. 2) Dasar Pemilihan Item Obat dan Vaksin Indikator Obat dan vaksin yang dipilih sebagai obat dan vaksin indikator merupakan obat dan vaksin pendukung program kesehatan ibu, kesehatan anak, penanggulangan penyakit, serta obat pelayanan kesehatan dasar yang banyak digunakan dan terdapat di dalam Formularium Nasional. Item obat dan vaksin indikator dapat dilihat pada tabel 4. NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAAN Albendazol Tablet 2 Amoxicillin 500 mg Tablet 3 Amoxicillin Syrup 4 Deksametason Tablet 5 Diazepam 5 mg/ml Injeksi 6 Epinefrin (Adrenalin) 0,% (sebagai HCL) Injeksi 7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 8 Furosemid 40 mg Tablet 9 Garam oralit Serbuk 0 Glibenklamid Tablet Kaptopril Tablet 2 Magnesium Sulfat 20 % injeksi 3 Metilergometrin Maleat 0,200 mg- ml injeksi 4 Obat Anti Tuberculosis dewasa Tablet 5 Oksitosin injeksi 6 Parasetamol 500 mg Tablet 7 Tablet Tambah Darah Tablet 8 Vaksin BCG injeksi 9 Vaksin TT injeksi 20 Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib injeksi Tabel 4. Daftar Item Obat dan Vaksin Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 2

3) Contoh Perhitungan dan Formulir Pelaporan Contoh perhitungan dan format pelaporan dapat dilihat pada lampiran satu. 4) Mekanisme Pelaporan Periode pencatatan data di Puskesmas dilakukan pada tanggal 25 setiap bulannya. Jika tanggal 25 jatuh pada hari libur, maka pencatatan dilakukan pada hari kerja berikutnya. Puskesmas melaporkan data ketersediaan obat dan vaksin indikator ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling lambat tanggal satu bulan berikutnya. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal lima bulan berjalan. Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan ke Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan paling lambat tanggal sepuluh bulan berjalan melalui email obat.publik@kemkes.go.id atau fax ke 02-52 4872 atau melalui surat. Pelaporan selain melalui email/fax/surat, dapat disampaikan melalui media komunikasi lainnya. b. Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar ) Kriteria Skor total minimal yang digunakan sebagai standar adalah 70. Penilaian meliputi porsi sumber daya (60%) dan porsi manajemen pengelolaan (40%). 2) Bobot Penilaian, Contoh Perhitungan dan Formulir Pelaporan lampiran dua. Bobot penilaian, contoh perhitungan dan formulir pelaporan dapat dilihat pada 3) Mekanisme Pelaporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi berupa hasil perhitungan Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar paling lambat tanggal Mei atau Oktober setiap tahun. Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan ke Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berupa data rekapitulasi IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar di wilayahnya paling lambat tanggal Juni atau November setiap tahun melalui email obat.publik@kemkes.go.id atau melalui fax ke 02-524872 atau melalui surat, dengan menggunakan formulir pada lampiran tiga. RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 22

Apabila ada perubahan data Instalasi Farmasi, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan laporan untuk periode berikutnya dan apabila tidak ada perubahan data Instalasi Farmasi maka Kabupaten/Kota tidak perlu mengirimkan laporan untuk periode berikutnya. Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan verifikasi atas penilaian dan skor yang diberikan oleh Kabupaten/Kota. D. KEGIATAN PENDUKUNG INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TAHUN 205-209 Kegiatan peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan didukung dengan lima keluaran yang dituangkan dalam dokumen Kertas Kerja Tahunan dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga sebagai berikut :. NSPK Bidang Obat Publik dan Perbekalan kesehatan 2. Paket Penyediaan Obat dan Vaksin Program Kesehatan 3. Tata Kelola Obat dan Perbekalan Kesehatan 4. Data dan Informasi Publik Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan 5. Layanan Umum Masing-masing keluaran tersebut memiliki komponen kegiatan beserta anggaran yang disusun untuk periode lima tahun ke depan yang dapat dilihat pada lampiran empat. RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 23

BAB V PENUTUP Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan periode 205-209 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk periode lima tahun. Dokumen perencanaan ini mengacu pada rencana strategis dan sasaran yang telah ditetapkan pada tingkat Kementerian Kesehatan. Keberhasilan pelaksanaan RAK ini sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya manusia dan ketersediaan anggaran, serta komitmen semua pimpinan dan staf Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Tidak kalah pentingnya bahwa keterlibatan para pemangku kepentingan utama baik dalam bentuk koordinasi, partisipasi maupun pemberdayaan juga sangat besar peranannya dalam keberhasilan pelaksanaan RAK ini. Selanjutnya untuk menjaga keselarasan dan konsistensi dalam pelaksanaannya, akan dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perbaikan/revisi penyesuaian muatan pada RAK ini, termasuk indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah peran dan fungsi yang optimal dalam pencapaian pelayanan kesehatan yang prima, merata dan terjangkau dengan mengacu kepada Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 205-209. * * * RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 24

LAMPIRAN CONTOH PERHITUNGAN DAN FORMAT PELAPORAN INDIKATOR PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI PUSKESMAS No. Nama Obat Satuan KetersediaanAda / Tidak Provinsi Aceh Provinsi Sulawesi Barat Provinsi Kalimantan Timur Kota Kab Kab Aceh Timur Kota Banda Aceh Kab Mamuju Kab Mamasa Kab Berau Sabang Majene Kota Bontang Pksms Simpang Ulim Puskesmas Madat Pksms Keude Gerobak Pksms Baiturrahman Pksms Kuta Alam Pksms Sukajaya Pksms Salissingan Pksms Dungkait Pksms Pksms Messawa Tawalian Pksms Malunda Pksms Teluk Bayur Pksms Gunung Tabur Pksms Bontang Barat Albendazol tab Tablet 0 0 2 Amoxicillin 500 mg tab Tablet 0 3 Amoxicillin syrup Botol 0 0 4 Deksametason tab Tablet 0 0 0 0 0 5 Diazepam injeksi 5 mg/ml Ampul 6 Epinefrin (Adrenalin) injeksi Ampul 0,% (sebagai HCL) 0 7 Fitomenadion (Vitamin K) injeksi Ampul 0 0 0 8 Furosemid tablet 40 mg Tablet 0 0 9 Garam oralit Kantong 0 Glibenklamid Tablet 0 0 0 Kaptopril tab Tablet 2 Magnesium Sulfat injeksi 20 % Vial 0 3 Metilergometrin Maleat inj Ampul 0,200 mg- ml 0 0 0 4 Obat Anti Tuberculosis dewasa Paket 0 5 Oksitosin injeksi Ampul 0 0 0 0 6 Parasetamol 500 mg tab Tablet 0 0 0 0 0 0 7 Tablet Tambah Darah Tablet 8 Vaksin BCG Vial 0 0 9 Vaksin TT Vial 0 20 Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib Vial 0 0 Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas Jumlah Puskesmas yang melapor 4 Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di Puskesmas 20 6 5 3 8 9 7 8 20 5 8 6 9 7 24 Persentase Ketersediaan Obat/Vaksin di Puskesmas = (24/(4*20))*00% = 86.07% RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 26

LAMPIRAN 2 BOBOT PENILAIAN, CONTOH PERHITUNGAN DAN FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERSENTASE INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA YANG MELAKUKAN MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT DAN VAKSIN SESUAI STANDAR KABUPATEN/KOTA :. No Komponen Subskor Perhitungan Skor Skor Sumber Daya (A) Struktur Organisasi (Bobot = 7,5) a. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) 5 b. Seksi Farmasi 3 3 c. Lain-lain/Selain a dan b Skor = subtotal skor x 7,5 5 =(3X7.5)/5 =4,5 2 Sumber Daya Manusia (Bobot = 5) 2.. Penanggung Jawab Instalasi Farmasi (Bobot = 7,5) - Apoteker 5 5 Tenaga Teknis Kefarmasian (Sarjana Farmasi, Ahli - Madya Farmasi, Analis Farmasi) 2 - Tenaga Lainnya Skor = subtotal skor x 7,5 5 =(5X7.5)/5= 7,5 2.2. Jumlah Sumber Daya Manusia (Bobot = 7,5) - > 7 Orang 4-4-7 Orang 3 3 - < 4 Orang Skor = subtotal skor x 7,5 4 =(3X7.5)/4 =5,63 3 Biaya Operasional (Bobot = 7,5) - Biaya Pemeliharaan - Biaya Distribusi - Biaya Lain-lain, contoh : biaya jaringan/modem a. Tersedia biaya untuk ketiganya 5 5 b. Tersedia dua jenis biaya operasional 4 c. Tersedia hanya satu jenis biaya operasional 3 Skor = subtotal skor x 7,5 5 =(5X7.5)/5= 7,5 4 Sarana dan Prasarana (Bobot = 30) 4.. Gedung a. Status Kepemilikan ) Milik sendiri 3 3 2) Sewa b. Luas Gudang ) Cukup ( Dapat menyimpan seluruh obat yang dike 3 3 2) Tidak Cukup 2 4.2. c. Tersedia ruang ) Administrasi 2) Penyimpanan Umum 3) Tempat Penyimpanan Khusus 4) Area Karantina 5) Area Distribusi/Penyerahan Administrasi dan Pengolah Data a. Komputer b. Printer c. Software e-logistik 2 d. Koneksi internet 4.3. Distribusi a. Kendaraan roda empat / Sarana transportasi air 2 2 b. Kendaraan roda dua 4.4. Pengaman a. Alarm b. Teralis c. Alat Pemadam Api Ringan/ Kebakaran d. Pagar e. Pintu ganda (non besi dan besi) Skor = Jumlah subtotal skor x 30 35 =(26X30)/35=2 2,29 4.5 Penyimpanan a. Rak b. Cold Chain c. Lemari Khusus Narkotika/ Psikotropika d. Lemari Es e. Handpallet (Pallet dorong dengan mesin) f. Pallet g. Air Conditioning h. Generator Set (Genset) i. Trolley/ Kereta Dorong j. Termometer ruangan k. Exhause Fan 26 Total Skor Sumber Daya (A) = Jumlah Skor No. s.d. Skor No. 4 (Komponen) =4,5+7,5+5,63 +7,5+22,29=47,42 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 27

a. Tersedia SOP Perencanaan Obat 2 2 b. Tersedia SK Tim Perencanaan Obat Terpadu (TPOT) c. TPOT mempunyai rencana kerja dan berfungsi 4 2 Penerimaan (Bobot = 5) 3 Perencanaan (Bobot = 5) a. Tersedia SOP Penerimaan Obat 2 2 b. Tersedia Buku Penerimaan Obat c. Tersedia petugas yang diberi tanggung jawab d. Petugas memeriksa kesesuaian antara obat yang diterima dengan item obat yang dikirim yang tercatat pada dokumen pengiriman e. Petugas memeriksa kondisi kemasan dan tanggal kadaluwarsanya 6 Penyimpanan (Bobot = 5) Pengelolaan (B) a. Tersedia SOP Penyimpanan Obat 2 2 b. Ruang penyimpanan terlihat bersih dan rapi c. Ruang penyimpanan bebas dari binatang pengerat dan serangga. d. Ventilasi, sirkulasi udara dan penerangan gudang cukup memadai. e. Obat rusak/expired disimpan terpisah f. Penataan stok memperhatikan tanggal kadaluwarsa g. Tersedia ruang yang cukup untuk bergerak h. Pengelompokan dilakukan secara jenis peruntukkan (program dan non program), bentuk sediaan dan alfabetis Skor = jumlah subskor x 5 4 Skor = jumlah subskor x 5 6 Skor = jumlah subskor x 5 0 =(4X5)/4= 5 =(6X5)/6= 5 =(8X5)/0 = 4 4 5 6 i. a. Tersedia SOP Distribusi Obat 2 2 b. Tersedia petugas distribusi c. Tersedia jadwal distribusi d. e. Dilakukan pengamatan mutu obat secara organoleptis dan dicatat dalam buku catatan penyimpanan obat Distribusi (Bobot = 5) Tersedia dokumen penyerahan/pengiriman obat dan perbekalan kesehatan Tersedia sarana untuk repacking obat seperti kardus, plastik obat dsb Pencatatan dan Pelaporan (Bobot = 5) a. Tersedia SOP Pencatatan dan Pelaporan 2 2 b. Tersedia kartu stok obat untuk setiap item obat dan diisi dengan benar c. Tersedia Dokumen Dinamika Logistik Obat/ Laporan Mutasi Obat setiap bulan d. Sistem E-logistik dilaksanakan dengan baik e. Stok opname dilakukan secara periodik f. Tersedia catatan tersendiri untuk obat rusak/ kadaluarsa g. Verifikasi data LPLPO Puskesmas dilakukan 6 Supervisi dan Evaluasi (Bobot = 5) a. Tersedia SOP Supervisi dan Evaluasi 2 2 b. Tersedia Laporan Evaluasi terhadap Obat c. Tersedia dokumen hasil supervisi periode sebelumnya. 4 8 6 Skor = jumlah subskor x 5 6 Skor = jumlah subskor x 5 8 Skor = subskor x 5 4 =(6X5)/6= 5 =(6X5)/8 = 3,75 =(4X5)/4 = 5 7 8 Pemusnahan (Bobot = 5) a. Tersedia SOP Pemusnahan 2 b. Tersedia SK Tim Pemusnahan Obat c. Terlaksananya pemusnahan obat rusak/kadaluarsa d. Tersedia Berita Acara Pemusnahan Obat. Pengembangan Kompetensi (Bobot = 5) a. Melaksanakan Peningkatan Kapasitas SDM Puskesmas b. Melaksanakan Bimbingan Teknis ke Puskesmas c. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi ke Puskesmas d. Melaksanakan Pertemuan Koordinasi dengan Puskesmas 4 Total Skor Pengelolaan (B) = Jumlah Skor No. s.d. Skor No. 8 (Komponen) 0 Skor = jumlah subskor x 5 5 Skor = jumlah subskor x 5 4 0 =(4X5)/4 = 5 =5+5+4+5+3,7 5+5+0+5 =32,75 Maka Persentase Indikator = Total Skor Sumber Daya (A) + Total Skor Pengelolaan (B) =47,42 + 32,75 = 80,7 Porsi Sumber Daya 60% Porsi Manajemen Pengelolaan 40% RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 28

Penanggung Jawab IF Jumlah SDM Struktur Organisasi Biaya Operasional Sarana dan Prasarana Perencanaan Penerimaan Penyimpanan Distribusi Sumber Daya Manusia Pencatatan dan Pelaporan Supervisi dan Evaluasi Pemusnahan Pengembangan Kompetensi Sesuai Standar ( Skor 70 ) Tidak Sesuai Standar ( Skor < 70 ) LAMPIRAN 3 FORMULIR REKAPITULASI INDIKATOR PERSENTASE INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA YANG MELAKUKAN MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT DAN VAKSIN SESUAI STANDAR UNTUK PROVINSI PROVINSI :... Sumber Daya (A) S K O R Pengelolaan (B) KETERANGAN (TULIS DENGAN ANGKA ) NO. NAMA KABUPATEN/KOTA SUBTOTAL SKOR SUMBER DAYA (A) SUBTOTAL SKOR PENGELOLA AN (B) TOTAL SKOR (A + B) 4 5 5 5 26 45 3 4 4 4 4 4 5 3 3 76 2 6 4 4 3 22 39 4 5 5 4 2 3 3 4 30 69 3 7 7 6 5 27 52 4 5 4 3 4 3 4 4 3 83 4 0 0 0 5 0 0 0 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 DST. JUMLAH RATA2 7 6 5 3 75 36 4 3 0 0 2 92 228 2 0 6 5.3 5 4.3 25 45.33 3.67 4.7 4.3 4 3 3.3 4 3.7 30.67 76 JUMLAH KABUPATEN/ KOTA 3 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 29

LAMPIRAN 4 MATRIKS RENCANA KEGIATAN DAN KERANGKA PENDANAAN DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN TAHUN 205-209 KINERJA ALOKASI ANGGARAN (dalam Juta Rupiah) 205 206 207 208 209 OUTPUT : NSPK Bidang Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Anggaran : 2,95.29 5,43.30 5,792.20 6,97.70 6,63.50 KOMPONEN : - Penyusunan dan Evaluasi Harga Obat 88. 565.6 605.2 647.6 692.9 - Evaluasi dan Perencanaan Monitoring Harga Obat - Monitoring Harga Obat di Apotek dan Rumah Sakit 340.4,7,94.8,278.4,367.9 32.5 759 82.2 869. 929.9 - Penerapan e-catalogue 652.5,887.0 2,09. 2,60.4 2,3.6 - Penetapan Harga Obat dalam Sistem e- 342.5 594.8 636.4 68.0 728.7 Catalogue - Penerapan Sistem e-monev e-catalogue,020. 206.8 22.3 236.8 253.3 - Evaluasi Pengadaan dan Penerimaan Obat, Perbekalan Kesehatan dan Vaksin 59. 283.4 303.2 324.5 347.2 OUTPUT 2: Paket Penyediaan Obat dan Vaksin Program Kesehatan Anggaran :,504,224.7 2,842,783.20 3,04,778.00 3,254,702.50 3,482,53.70 KOMPONEN : - Pengadaan Obat, Vaksin dan Perbekalan Kesehatan,498,524.8 2,828,50. 3,026,505.8 3,238,36.2 3,465,046.5 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 30

- Koordinasi Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Obat Bagi FKTP -,005.3,075.7,5.0,23.5 - Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Program Kesehatan Nasional - Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat dan Perbekkes Haji - Bimbingan Teknis Penerapan Aplikasi Sistem e- Logistik 66. 903.4 966.6,034.3,06.7 43.7 270. 289.0 309.2 330.9 300.0 54.7 579.6 620.2 663.6 - Penerapan Sistem e-logistik 306.6 844.3 903.4 966.6,034.3 - Evaluasi Ketersediaan Obat di FKTP - 85.3 98.3 22. 227.0 - Penerapan e-logistic & e-catalogue (DEKON) 77.0 3,7.6 3,335.8 3,569.3 3,89.2 - Monitoring Ketersediaan Obat dan Vaksin (DEKON) - Harmonisasi & Integrasi Perencanaan Kebutuhan Obat (RKO), Pengelolaan Obat Satu Pintu (One Gate Policy) (DEKON),276.3 3,9.9 3,338.3 3,572.0 3,822.0 2,890.3 4,285.5 4,585.5 4,906.5 5,249.9 OUTPUT 3: Tata Kelola Obat dan Perbekalan Kesehatan Anggaran :,780.64 8,456.60 9,748.60 2,3.00 22,60.0 KOMPONEN : - Bimbingan Teknis Manajemen Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Sektor Pemerintah 372.4 68.2 66.5 707.8 757.3 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 3

- Pedoman Pengelolaan Sediaan Farmasi, Vaksin dan BMHP di Puskesmas - 495.3 530.0 567. 606.8 - Operasional Instalasi Farmasi Pusat 32.8 37. 46.7 57.0 68.0 - Stock Opname Obat Buffer Stock Pusat 84.8 209.6 224.3 240.0 256.8 - Penerimaan dan Stok Opname Obat dan Perbekkes Haji di Arab Saudi,059.4,30.5,209.6,294.3,384.9 - Pemilihan Tenaga Kefarmasian Berprestasi dalam Pengelolaan Obat dan Perbekkes Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota 224. 279.7 299.3 320.2 342.6 - Pedoman Pengelolaan Obat Haji di Arab Saudi dan Embarkasi - Pedoman TOT Manajemen Pengelolaan Obat Terpadu di Kabupaten/Kota - 392.7 420.2 449.6 48. - 957.4,024.4,096.,72.9 - Advokasi Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Terpadu di Instalasi Farmasi kepada Mahasiswa Program Profesi Apoteker - 370.7 396.6 424.4 454. - Advokasi Peningkatan Kapasitas Institusi dalam Management Supply Chain Sediaan Farmasi, Vaksin dan BMHP - 949.5,06.0,087.,63.2 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 32

- Sosialisasi Standar Pengelolaan Sediaan Farmasi, Vaksin dan BMHP - Biaya Distribusi Obat dan Perbekalan Kesehatan - Pembekalan Tenaga Kefarmasian dalam Pengelolaan Obat dan Vaksin di IF Kab/Kota (DEKON) - Biaya Pengelolaan dan Pengemasan Kembali Obat Program di Provinsi (DEKON) - 560.7 600.0 64.9 686.9 2,69.9 3,63.4 3,866.3 4,37.0 4,426.6 500.7 2,40.3 2,569.4 2,749.3 2,94.7 6,606.6 6,340.5 6,784.3 7,259.3 7,767.4 OUTPUT 4: Data dan Informasi Publik Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan Anggaran :,526.4 8,05.60 8,576.70 9,77.0 9,89.50 KOMPONEN : - Penyusunan Program dan Rencana Kerja Dit. 89.0 84.2 97. 20.9 225.7 Bina Obat Publik dan Perbekkes - Penyusunan Laporan Tahunan 36.6 37.8 47.4 57.8 68.8 - Penyusunan Dokumen Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes dalam rangka mendukung Reformasi Birokrasi - 92.9 99.4 06.4 3.8 - Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan - Pemantauan dan Evaluasi Capaian Indikator Kinerja - Rapat Konsultasi Teknis Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 257.5 625.8 669.6 76.5 766.6 73.7 503.7 539.0 576.7 67. 63.8,03.9,084.9,60.8,242. RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 33

- Pemantauan Program Obat Publik dan perbekalan Kesehatan 393.4,047.7,2.0,99.5,283.5 - Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja 44.4 38.2 47.9 58.2 69.3 - Bimbingan Wilayah Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes - Evaluasi Kebijakan Pemenuhan Obat dan Perbekalan Kesehatan - Pemantauan Pasar Obat dan Perbekalan Kesehatan - Evaluasi Data Pasar Obat dan Perbekalan Kesehatan - 2,955.6 3,62.5 3,383.9 3,620.8-296.0 36.7 338.9 362.6-987.2,056.3,30.3,209.4-32.6 34.9 37.3 39.9 OUTPUT 5: Layanan Umum Anggaran : 3,982.9 6,636.80 7,0.40 7,598.50 8,30.40 KOMPONEN : - Operasional dan Pemeliharaan Kantor 2,08.3 2,43.3 2,60.5 2,783.6 2,978.5 - Peralatan dan Mesin 35.6 230. 246.2 263.4 28.9 - Penyusutan Berkas 5.7 46.4 49.6 53. 56.8 - Koordinasi Kerja Bidang Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 763.4,500.0,605.0,77.4,837.6 - Peningkatan Kinerja Pegawai Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes - Penyelesaian Administrasi Perbendaharaan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes 440.5 446.6 477.9 5.3 547. 63.8 97.2 04.0.3 9. - Penyusunan Laporan SAK dan SABMN 73.8 2. 29.6 38.6 48.4 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 34

- Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Luar Negeri - Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Dalam Negeri 222.,604.4,76.7,836.9,965.5 33.7 59.7 70.9 82.8 95.6 6,636.8 7,0.4 7,598.5 8,30.4 Total Anggaran :,524,430 2,88,305.50 3,082,996.90 3,298,806.80 3,529,723.20 RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 35

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 205-209 36