Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

ANGGARAN PENDIDIKAN DAN PERMASALAHNNYA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA PENYESUAIAN

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014

2011, No.70 2 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5167); 3. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; 4. Peraturan Menteri Ke

KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014

Laporan Lengkap Konsultan Global Pusat Jakarta 2014

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI PENGELOLAAN DANA PENYESUAIAN INFRASTRUKTUR DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

RUANG FISKAL DALAM APBN

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2018

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

2017, No melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu membentuk Undang-Undang tent

Laporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus)

POKOK-POKOK PERUBAHAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam APBN ISBN:

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

KEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN 2010

KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN ALOKASI DAN PENYALURAN DAK TAHUN 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014

TABEL MEKANISME ALUR DATA DJPK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2018

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara. Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

2017, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017; c. bahwa untuk mengamankan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Neg

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017)

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

TRANSFER DANA DESENTRALISASI LAMPAUI RP500 TRILIUN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEBIJAKAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016

ANALISIS PERMASALAHAN BELANJA PEGAWAI DALAM APBN. Grafik 1. Perkembangan Belanja Pegawai dalam APBN

SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah (sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

DANA ALOKASI KHUSUS DALAM PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PELAPORAN DATA REALISASI PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN YANG BERSUMBER DARI DANA TRANSFER

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

Analisis Hubungan Dana Perimbangan dengan Kinerja Pelayanan Dasar Publik di Indonesia

I. UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN

pengawasan, pengendalian, dan evaluasi.

PEMERINTAH KOTA BENGKULU RENCANA KERJA ANGGARAN PERUBAHAN PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH ( RKAP PPKD ) TAHUN ANGGARAN 2014 PENDAPATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013) Belanja Modal adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

Perbaikan Kualitas Belanja Bidang Pendidikan Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas SDM

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2015

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III GAMBARAN UMUM DANA PERIMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 -

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 Belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 diarahkan untuk: (1) meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah serta antardaerah; (2) menyelaraskan kebutuhan pendanaan di daerah sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan; (3) meningkatkan kualitas pelayananan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah; (4) mendukung kesinambungan fiskal nasional; (5) meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah; (6) meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional; dan (7) meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah. Transfer ke daerah disepakati sebesar Rp 392,980 triliun yang mencakup dana perimbangan sebesar Rp 334,324 triliun dan dana otonomi khusus serta dana penyesuaian sebesar Rp 58,656 triliun. Besaran transfer ke daerah naik sebesar Rp 14,561 triliun dari usulan pemerintah sebesar Rp 378,419 triliun. Dana perimbangan sebesar Rp 334,324 triliun terdiri atas: pertama, Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp 83,558 triliun; kedua, Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 225,532 triliun; dan ketiga, dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 25,233 triliun. Alokasi Dasar (AD) dalam DAU tahun 2011 dihitung berdasarkan Belanja Pegawai PNS Daerah dengan memperhatikan kebijakan-kebijakan perbaikan penghasilan PNS antara lain kenaikan gaji pokok sebesar 10%, pemberian gaji ke-13 bagi PNS Daerah, dan mempertimbangkan formasi CPNS Daerah tahun 2010 (termasuk Sekretaris Desa). Untuk lebih mengoptimalkan peran formula celah fiskal (CF) dalam menghitung DAU, maka disepakati untuk membatasi porsi AD terhadap DAU secara nasional yaitu sebesar 48% untuk DAU pemerintah provinsi dan 45% untuk DAU pemerintah kabupaten/kota. Komponen alokasi dasar dalam DAU tidak dimaksudkan untuk menutup seluruh kebutuhan belanja gaji PNSD khususnya untuk daerah yang memiliki kapasitas fiskal tinggi. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 36

Sementara dana otonomi khusus dan penyesuaian tahun 2011 disepakati sebesar Rp 58,656 triliun atau naik sebesar Rp 9,336 triliun dari usulan pemerintah sebesar Rp 49,319 triliun. Dana otonomi khusus terdiri atas: (1) dana otonomi khusus untuk Provinsi Papua sebesar Rp 3,157 triliun; (2) dana otonomi khusus untuk Provinsi Papua Barat sebesar Rp 1,353 triliun; dan (3) dana otonomi khusus untuk Provinsi Aceh sebesar Rp 4,510 triliun. Selain itu, Provinsi Papua juga mendapat tambahan dana infrastruktur sebesar Rp 800 miliar dan Provinsi Papua Barat mendapat tambahan dana infrastruktur sebesar Rp 600 miliar. Dana penyesuaian adalah sebesar Rp 48,235 triliun atau naik sebesar Rp 9,190 triliun dari usulan pemerintah sebesar Rp 39,045 triliun. Dana penyesuaian untuk daerah terdiri atas: (1) tunjangan profesi guru PNSD sebesar Rp 18,538 triliun; (2) dana tambahan penghasilan guru PNSD sebesar Rp 3,696 triliun; (3) dana insentif daerah untuk program pendidikan sebesar Rp 1,388 triliun; (4) kurang bayar dana sarana dan prasarana infrastruktur Provinsi Papua Barat sebesar Rp 100,5 miliar; (5) bantuan operasional sekolah (BOS) sebesar Rp 16, 812 triliun; dan (6) dana penyesuaian infrastruktur daerah (DPID) sebesar Rp 7,7 triliun. Dana tambahan penghasilan guru PNSD diberikan kepada guru yang belum memperoleh tunjangan profesi yaitu sebesar Rp 250.000 perbulan selama 12 bulan. Dana BOS yang dialokasikan ke daerah terdiri atas dana BOS untuk sekolah (SD dan SMP) sebesar Rp 16,266 triliun dan dana cadangan sebesar Rp 545,966 miliar guna mengantisipasi penambahan data siswa yang ada di kabupaten/kota. Dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp 25,233 triliun dialokasikan untuk: (1) DAK Pendidikan Rp 10,041 triliun; (2) DAK Kesehatan Rp 3,0 triliun; (3) DAK Infrastruktur Jalan Rp 3,9 triliun; (4) DAK Infrastruktur Irigasi Rp 1,312 triliun; (5) DAK Infrastruktur Air Minum Rp 419,6 miliar; (6) DAK Infrastruktur Sanitasi Rp 419,6 miliar; (7) DAK Prasarana Pemerintahan Daerah Rp 400,0 miliar; (8) DAK Kelautan dan Perikanan Rp 1,500 triliun; (9) DAK Pertanian Rp 1,806 triliun; (10) DAK Lingkungan Hidup Rp 400,0 miliar; (11) DAK Keluarga Berencana Rp 368,1 miliar; (12) DAK Kehutanan Rp 400,0 miliar; (13) DAK Sarana Perdagangan Rp 300 miliar; (14) DAK Sarana dan Prasarana Perdesaan Rp 315,5 miliar; (15) DAK Listrik Perdesaan Rp 150 miliar; (16) DAK Perumahan dan Pemukiman Rp 150,0 miliar; (17) DAK Transportasi Darat Rp 100 miliar; (18) DAK Transportasi Perdesaan Rp 150 miliar; dan (19) DAK Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan sebesar Rp 100 miliar. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 37

Demikian halnya Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) sebesar Rp 7,7 triliun juga digunakan untuk mendanai 19 kegiatan seperti rincian jenis-jenis DAK tersebut di atas dan tidak dapat digunakan untuk mendanai kegiatan di luar bidang tersebut. Akan tetapi alokasi DPID tidak diberikan kepada daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan daerah tinggi (kapasitas fiskal tinggi), dikecualikan untuk daerah tertinggal. Kebijakan pengalokasian DPID ke daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan mengurangi kesenjangan fiskal antardaerah, serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah. Kebijakan pengalokasian DPID ke daerah merupakan usulan Badan Anggaran DPR-RI, yang semula pemerintah keberatan dengan kebijakan tersebut, tetapi akhirnya bisa disepakati. Catatan terhadap Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 Besaran Transfer ke Daerah dan Belanja Modal Kebijakan transfer ke daerah sudah cukup besar selama beberapa tahun terakhir. Tahun 2005 transfer ke daerah masih Rp 150 triliun, sedangkan di tahun 2011 sudah sampai Rp 393 triliun. Namun, kualitas belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di daerahdaerah masih belum terjaga. Banyak belanja daerah yang tidak digunakan untuk pembangunan infrastruktur, malah lebih digunakan untuk belanja pegawai. Empat tahun terakhir, ternyata alokasi belanja modal menurun dari Rp 105 triliun menjadi Rp 96 triliun. Bahkan alokasi belanja pegawai malah naik dari Rp 123 triliun, meningkat menjadi Rp 198 triliun. Belanja pegawai di daerah pada tahun 2010 sebesar Rp 198 triliun, naik Rp 75 triliun dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan belanja modal justru turun Rp 8 triliun menjadi Rp 96 triliun. Nomenklatur Dana Penyesuaian Sejak 2005 hingga 2011 nomenklatur Dana penyesuaian berubah-ubah setiap tahun tergantung pada kesepakatan antara Pemerintah dengan DPR. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 38

Perkembangan Dana Penyesuaian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Perkembangan Nomenklatur Dana Penyesuaian 2005 2011 No. Nomenklatur 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1. Dana Penyesuaian Murni 2. Dana Penyesuaian DAU 3. Dana Penyeimbang DAU 4. Dana Tunjangan Kependidikan 5. Dana Tambahan DAU 6. Dana Penyesuaian Ad Hoc 7. Dana Penyesuaian Infrastruktur Jalan 8. Dana Penyesuaian Infrastruktur Sarana dan Prasarana (DISP) 9. Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal & Percepatan Pembangunan Daerah (DPDF& PPD) 10. Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah (DPIPD) 11. Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan (DPPIP) 12. Dana Insentif Daerah 13. Dana Tambahan Penghasilan Guru 14. Kurang Bayar DAK dan DISP 15. Dana Tambahan Profesi Guru 16. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 39

Ketersediaan dana APBN untuk infrastruktur sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi. Pada Tahun 2011 dan tahun-tahun selanjutnya, pemerintah sebaiknya mematok persentase minimal bagi dana infrastruktur dalam APBN. Hal ini akan menjamin ketersediaan dana bagi pembangunan infrastruktur. Saat ini pertumbuhan ekonomi kurang berdampak pada pengurangan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan hanya turun dari 14,5 persen ke 13 persen (2008-2010). Ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi hanya ditopang sektor nontradable, seperti telekomunikasi dan transportasi. Adapun sektor-sektor yang menjadi konsentrasi penduduk miskin seperti pertanian hanya tumbuh 2,9 persen pada tahun 2010. Padahal sektor pertanian menyerap sekitar 41,8 persen tenaga kerja. Data sektor transportasi yang tumbuh 13,5 persen, tetapi hanya mampu menyerap tenaga kerja yang lebih sedikit. Untuk itu dukungan pendanaan APBN untuk alokasi pembangunan infrastruktur pertanian menjadi sangat penting. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 40