Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Boks 1. DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

PERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

BAB I PENDAHULUAN. beban pembangunan jika tidak dikelola dengan baik. Ekonom senior Indonesia

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

I. PENDAHULUAN. Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

8.1. Keuangan Daerah APBD

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai sumber daya manusianya. Standar dan kualitas tenaga. di pasar nasional, regional, maupun internasional.

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. hasil kerja pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Pertumbuhan ekonomi

Transkripsi:

Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi Program pendidikan merupakan suatu proses peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara bertahap, sistimatis dan sesuai kebutuhan pasar. Program pendidikan yang dikembangkan harus mampu menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dalam menerapkan, mengembangkan, dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, dan teknologi serta menyebarluaskan dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, peserta program pendidikan harus menguasai dasardasar keilmuan dan ketrampilan dalam bidang keahlian tertentu dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya dalam kegiatan produktif. Konsep dan pendekatan ideal tersebut jika mampu teraplikasikan secara komprehensif dalam program pendidikan di Provinsi Jambi, maka masalah pengangguran yang akan teratasi. Saat ini terdapat 78.000 orang pengangguran terbuka di Provinsi Jambi. 1 Jumlah pengangguran yang cukup besar tersebut mengindikasikan ada hal yang kurang tepat dalam pengembangan program sistem pendidikan di Provinsi Jambi. Hal ini dapat dipahami karena pengangguran merupakan hasil interaksi antara supply tenaga kerja dari institusi pendidikan dengan demand dari dunia usaha didalam pasar tenaga kerja. Dalam kerangka konsepsional ideal, yang seharusnya terjadi adalah adanya kesesuaian antara spesifikasi keahlian tenaga kerja yang masuk pasar dengan apa yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Ini berarti, bila terjadi pengangguran, salah satu penyebabnya adalah adanya kemungkinan ketidaksesuaian antara yang ditawarkan dengan yang diminta dalam pasar tenaga kerja. Perkembangan Ketenagakerjaan Kebutuhan tenaga kerja suatu daerah sangat terkait dengan karakteristik struktur perekonomian daerah yang bersangkutan. Perekonomian Jambi yang tumbuh 5,89% pada tahun 2006 masih didominasi oleh sektor pertanian (29,87%), perdagangan (16,83%), industri pengolahan (13,79%), pertambangan (11,87%) dan sektor jasa-jasa (9,79%). Kecuali untuk sektor pertambangan, sektor ekonomi tersebut diatas memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap tenaga kerja. Berdasarkan data dari tabel 1, sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebesar 47%, sektor perdagangan 22%, sektor jasa-jasa sebesar 13% dan sektor industri pengolahan sebesar 9%. Bila diasumsikan informasi dari data tersebut 1 Data s.d. bulan September 2007

sebagai cerminan respon pasar tenaga kerja pada sektor ekonomi, semestinya kebijakan pengembangan institusi pendidikan harus berorientasi pada kebutuhan tenaga kerja pada masing-masing sektor ekonomi potensial potensial tersebut. Tabel 1: Kontribusi dan Pertumbuhan PDRB serta Daya Serap Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomi SEKTOR EKONOMI Kontribusi Terhadap PDRB 1 Pertumbuhan PDRB 1 Kontribusi Daya Serap TK 2 1. PERTANIAN 29.87 4.71 0.47 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 11.87-0.13 0.01 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 13.79 4.13 0.09 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.77 5.41 0.01 5. B A N G U N A N 4.65 16.01 0.03 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 16.83 4.62 0.22 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8.33 8.92 0.04 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA 4.11 13.45 0.00 9. JASA-JASA 9.79 12.60 0.13 Sumber : Bank Indonesia dan Disnakertrans Prov.Jambi, 2006 (data diolah) Kemampuan suatu sektor ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jambi ternyata mempunyai hubungan terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja yang perlu dicermati. Data tabel 2 mempelihatkan bahwa sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa-jasa merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga besar dalam struktur perekonomian Jambi. Namun, ke-empat sektor tersebut memiliki tingkat produktivitas tenaga kerja yang rendah. Ada dua hal yang dapat menjelaskan fenomena tersebut. Pertama, hal ini mengindikasikan rendahnya nilai tambah produk yang diciptakan oleh keempat sektor ekonomi. Kedua, rendahnya tingkat keahlian tenaga kerja yang bekerja pada sektor ekonomi tersebut. Kondisi ini mengindikasikan masih belum maksimalnya kemampuan dunia pendidikan menghasilkan lulusannya untuk memasuki pasar tenaga kerja. Tabel berikut memperjelas deskripsi yang dimaksud. Tabel 2. Kontribusi Daya Serap Tenaga dan Produktivitas Tenaga Kerja Per Sektor Ekonomi SEKTOR EKONOMI KONTRIBUSI DAYA SERAP TK PRODUKTIVITAS TK (Jt/Org) 2004 2005 2006 2004 2005 2006 1. PERTANIAN 0.64 0.58 0.47 7.1 9.6 13.9 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0.01 0.01 0.01 250.9 346.2 319.3 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0.05 0.07 0.09 36.1 35.4 28.2 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.00 0.00 0.01 99.8 68.7 33.1 5. B A N G U N A N 0.03 0.03 0.03 19.3 28.8 43.9 6. PERDAGANGAN 0.11 0.15 0.22 21.5 21 16.7 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 0.04 0.04 0.04 24.8 33.5 40.8 8. KEUANGAN 0.01 0.01 0.00 114.1 145.9 209.7 9. JASA-JASA 0.10 0.11 0.13 19.5 20.6 20.3 Sumber : Disnakertrans Provinsi Jambi, 2006 (data diolah) Ketimpangan yang terjadi antara kualifikasi calon tenaga kerja yang tersedia dengan kebutuhan dalam pasar tenaga kerja semakin diperkuat dengan

kenyataan besarnya jumlah lowongan kerja yang belum terpenuhi. Menurut data (tabel 3), terdapat 1.358 lowongan kerja yang belum terpenuhi pada sektor ekonomi yang membutuhkan spesifikasi dalam bidang keahlian. Pada sektor pertambangan dan penggalian masih tersedia lowongan kerja sebanyak 542 orang, sektor industri pengolahan sebanyak 753 orang dan sektor bangunan 63 orang. Pada sisi lain, jumlah pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi didominasi oleh pencari kerja berpendidikan SLTA Umum sebanyak 9.324 orang (64,84%) dan berpendidikan Sarjana berjumlah 2.289 orang (15,92%). Hal ini mengindikasi kan adanya ketidak sesuaian antara tingkat pendidikan atau keahlian dengan yang dibutuhkan pasar tenaga kerja. Tabel 3. Lowongan Kerja Per Sektor ekonomi SEKTOR EKONOMI LOWONGAN KERJA PERSENTASE Pertambangan dan Penggalian 542 39,91 Industri Pengolahan 753 55,45 Bangunan 63 4,64 Jumlah 1.358 100,00 Sumber : Jambi Dalam Angka,2005 Kondisi ini sangat dapat kita pahami bila kita mencermati masih terbatasnya jumlah dan bidang keilmuan profesi yang dikembangkan di lembaga pendidikan yang bersifat kejuruan/spesialisasi di Provinsi Jambi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyesuaikan antara keahlian tenaga kerja yang akan memasuki pasar dengan kebutuhan pasar tenaga kerja adalah melalui Balai Latihan Kerja yang memberi keahlian kejuruan. Namun program ini hanya mampu memberi pelatihan pada calon tenaga kerja sebanyak 248 orang peserta atau sebesar 9,09% dari jumlah pencari kerja yang belum memiliki keahlian. Bila dibandingkan dengan jumlah pencari kerja yang belum memiliki keahlian, berarti masih sangat banyak pencari kerja yang tidak dapat ditingkatkan keahliannya sesuai dengan tuntutan pasar. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar Mencermati adanya indikasi ketidaksesuaian antara kualifikasi keahlian calon tenaga kerja lulusan institusi pendidikan dengan kualifikasi keahlian yang diminta pasar tenaga kerja maka menuntut kita untuk melakukan reorientasi sistim pendidikan di Provinsi Jambi. Ada empat hal yang dapat dilakukan. Pertama, reorientasi pada pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kompetensi merupakan faktor penunjang utama untuk terwujudnya keunggulan kompetitif dalam dunia usaha. Kompetensi akan terwujud bila terdapat kesesuaian antara ilmu pengetahuan yang spesifik dengan upaya yang spesifik. Dalam mengembangkan kompetensi, perlu dilakukan penyatuan ilmu pengetahuan yang bersifat mikro dengan yang makro. Keahlian spesifik merupakan hal pokok dalam kompetensi ilmu pengetahuan. Kompetensi membutuhan identifikasi yang jelas tentang jenis kegiatan yang akan dikerjakan.

Kompetensi sangat menentukan kinerja usaha karena menjadi dasar untuk pengembangan keunggulan kompetitif. Kompetensi merupakan unsur yang sangat strategis dalam membentuk keahlian managerial. Pengembangan kompetensi dengan pengembangan keunggulan kompetitif sangat berhubungan erat. Karena itu pengembangan kompetensi adalah hal yang sangat menjanjikan bagi strategy pengembangan dunia usaha melalui institusi pendidikan. Kedua, melakukan reorientasi bidang pendidikan, dari sekolah umum menjadi kejuruan atau politekhnik yang berorientasi pasar. Pola pikir demikian telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Kabupaten Musi Banyuasin telah mengembangkan Politeknik untuk bidang keperawatan dan akuntansi. Sedangkan untuk tekhnik komputer dan tekhnik mesin dalam tahap pengembangan. Politekhnik ini diselenggarakan dalam rangka merespon peluang pasar yang terbuka dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Malaysia. Politeknik ini mendapat dukungan penuh dari APBD sehingga peserta didik tidak dipungut biaya, dimana 80% peserta didiknya adalah putra daerah, sisanya direkrut dari luar daerah. Ketiga, adanya dukungan pendanaan penuh dari pemerintah dalam mensukseskan program pendidikan/ wajib belajar di daerah masing-masing melalui dana APBD. Kabupaten Tanjab Timur merupakan salah satu contoh kabupaten yang telah melaksanakan program pembebasan biaya pendidikan (SPP dan BP3) dari SD hingga SMA. Program yang dimulai tahun 2003 tersebut membebaskan biaya sekolah 7.993 murid SMP dan SMA dengan menggunakan aggaran APBD sebesar Rp 577,8 juta. Pada tahun 2004, pembebasan biaya juga dilakukan kepada seluruh siswa SD dengan menggunakan anggaran APBD sebesar Rp 1,1 milyar. Untuk tahun 2005, Pemerintah Kabupaten Tanjab Timur menganggarkan sebesar Rp 63,5 milyar atau sekitar 23% dari total anggaran untuk dana pendidikan. Kebijakan yang dilakukan oleh Kabupaten Tanjab Timur merupakan wujud komitmen dan kepedulian pemerintah daerah dalam merespon perubahan pasar tenaga kerja yang menuntut standar minimal jenjang pendidikan. Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Batanghari memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan pendidikan melalui penyediaan dana tambahan untuk menunjang dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Jika penggunaan dana BOS tidak mencukupi dalam menunjang kegiatan pendidikan, maka Pemkab Kabupaten Batanghari akan memenuhi kekurangan dana BOS sehingga kegiatan belajar mengajar tetap terlaksana dengan baik. Namun, dana yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Batanghari untuk mendukung BOS hanya mencakup 12 (dua belas) point biaya saja. Keempat, mendorong pihak swasta dan BUMN/BUMD untuk menyelenggarakan pendidikan keahlian yang terkait dengan aktivitas bisnisnya. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan bekerjasama dengan PT.Pertamina mengembangkan Politekhnik Migas. Politekhnik Migas tersebut diharapkan dapat

menghasilkan lulusan yang memiliki kualifikasi sesuai yang dibutuhkan industri pertambangan di Sumatera Selatan. Sedangkan PT. Telkom, mengembangkan institusi pendidikan STT Telkom guna memenuhi semakin meningkatnya kebutuhan tenaga kerja yang memiliki kemampuan dalam bidang tekhnologi informatika. Demikian juga dengan PT. Wira Karya Sakti (WKS), perusahaan yang bergerak di bidang hutan tanam industri yang ikut menunjukkan kepeduliannya dalam dunia pendidikan di Tanjab Timur. Rekomendasi Sudah merupakan suatu keharusan bagi penanggung jawab sistim pendidikan di Provinsi Jambi untuk dengan serius melakukan reorientasi strategi pendidikan yang berorientasi kebutuhan pasar. Pasar tenaga kerja saat ini lebih menekankan spesialisasi tingkat keahlian dan bukan pada lamanya jenjang pendidikan. Untuk itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah terkait dengan hal tersebut: 1. Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Jambi harus mengembangkan kurikulum sekolah yang sesuai dengan kompetensi masing-masing daerah sehingga setiap lulusan pada jenjang pendidikan tertentu memiliki kemampuan dan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan pasar tenaga kerja di Jambi. 2. Pemerintah daerah harus merancang program aksi segera untuk mengembangkan sekolah kejuruan/smk dan politekhnik melalui dukungan dana APBD yang bekerjasama dengan pihak swasta/bumn seperti yang telah dilakukan daerah lain. Politekhnik yang dapat segera dikembangkan adalah politekhnik pertambangan, tekhnik mesin, tekhnik industri dan politekhnik agribisnis. 3. Pemerintah daerah harus memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai target 20% alokasi anggaran untuk bidang pendidikan. Anggaran tersebut dialokasikan untuk membiayai sistim pendidikan yang murah bagi masyarakat. Khusus untuk jenjang pendidikan SD hingga SMA harus dilakukan subsidi baik secara penuh penuh/gratis maupun sebagian, seperti yang telah dilakukan oleh Kabupaten Tanjab Timur. 4. Pemerintah daerah harus mampu mendorong pihak swasta dan BUMN/BUMD di Provinsi Jambi untuk mengembangkan isntitusi pendidikan yang bersifat kejuruan/politekhnik. Sehingga, lulusan dari sekolah kejuruan atau politekhnik tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan pasar.