BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi

BAB II LANDASAN TEORI. infertil adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal:

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

: Asuhan Kebidanan IV (PATOLOGI GSR) ENDOMETRIOSIS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. ANAMNESIS Anamnesis tanggal : 10 November 2015 Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah saat menstruasi

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

TINJAUAN PUSTAKA. terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena itu dari pengalaman dan

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan tumbuhnya jaringan endometrium (stroma dan kelenjar) di luar

BAB I PENDAHULUAN. endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

Gangguan Hormon Pada wanita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan

Ovarian Cysts: A Review

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH DIOXIN TERHADAP ENDOMETRIOSIS Oleh : Dr Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG(K)

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dismenore didefinisikan sebagai nyeri perut bagian bawah ketika menstruasi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur

DEPARTMENT OF OBSTETRICS & GYNECOLOGY FACULTY OF MEDICINE, THE UNIV. OF NORTH SUMATRA MEDAN INDONESIA

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

2015 PERBED AAN TINGKAT D ISMENORE PAD A AKTIVITAS RINGAN, SED ANG, D AN BERAT ATLET WANITA KBB

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal

ENDOMETRIOSIS. DR.Dr. Tedja Danudja O, SpOG

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. imunitas, gangguan sensasi kornea, riwayat operasi kornea, abnormalitas

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya nyeri saat haid atau dysmenorrhea dan disebut juga menstrual

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu

SATUAN ACARA PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

menyerupai mioma, dimana kondisi ini disebut adenomioma. e. Fundus uteri merupakan tepat yang paling umum dari

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI MENSTRUASI (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI DI BEBERAPA SMA DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2013

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS DISMENORE MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES

HUBUNGAN CADANGAN OVARIUM, AFC,AMH PADA KASUS ENDOMETRIOSIS

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. menjadi lansia, yang masing-masing mempunyai kekhususan (Noorkasiani,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

Transkripsi:

4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Endometriosis Endometriosis merupakan penyakit yang terjadi pada masa belasan tahun sampai mencapai usia menopause, yang berarti dapat diderita sepanjang kehidupan wanita (Oepomo, 2007). Definisi yang sekarang dianut ialah endometriosis merupakan sebukan jaringan (selsel kelenjar dan stroma) tidak normal mirip endometrium (endometrium like tissue) yang tumbuh di sisi luar kavum uterus, dan memicu reaksi peradangan menahun (Jacoeb dan Hadisaputra, 2009). Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, dan bila di luar uterus disebut endometriosis (Prabowo, 2007). Secara histologis ditemukan kelenjar, stroma mirip endometrium atau keduanya, dengan atau tanpa makrofag termuat hemosiderin, dan dapat berubah mengikuti siklus menstruasi. Sebukan endometriosis bereaksi terhadap hormon steroid yang sama dengan jaringan endometrium normal. Hormon esterogen merangsang pertumbuhan jaringan endometriosis dan endometrium ektopik. Jaringan mirip endometrium ini memberikan fenomena khas karena

5 dapat memunculkan aneka tampilan visual, meski dapat pula ditemukan pada peritoneum yang kelihatannya normal (Jacoeb, 2009). Endometriosis pada dasarnya bersifat jinak, tetapi dapat menginvasi organ-organ dalam tubuh. Ada tiga bentuk utama yang saling berbeda, yaitu: a) endometriosis peritoneal, b) kista endometriosis ovarium (endometrioma), dan c) endometriosis rektovaginal atau adenomiosis (endometriosis interna). Secara anatomis, lokasi paling umum terkena endometriosis adalah ovarium dan tuba fallopii. Lokasi lain yang umum didapatkan endometriosis adalah cul-de-sac anterior dan posterior, ligamentum sakrouterina, rotundum, latum, dan septum rektovaginal. Lokasi yang kurang umum didapatkan endometriosis adalah kandung kemih, ginjal, serosa kolon sigmoid, rektum, serviks, vagina, vulva, umbilikus, dan kantong hernia inguinal. Sedangkan lokasi yang jarang didapatkan endometriosis adalah lokasi ekstrapelvis, yaitu: a) pleura, b) paru, c) payudara, d) extremitas, e) parut abdominal, dan e) daerah perianal (Oepomo, 2012). Etiopatogenesis dari endometriosis sendiri belum diketahui secara pasti. Beberapa teori mengenai mekanisme endometriosis dikemukakan, tetapi tidak satupun dari mekanisme tersebut dapat menjelaskan secara terpadu dan menyeluruh dari kasus-kasus endometriosis (Oepomo, 2012). Dewasa ini terdapat beberapa teori mekanisme dari terbentuknya endometriosis. Teori pertama

6 diungkapkan oleh Sampson, yaitu regurgitasi dan implantasi menstruasi. Menurut Sampson, endometriosis terjadi karena darah menstruasi mengalir kembali (regurgitasi) melalui tuba fallopii ke kavum peritonii. Dalam darah menstruasi ditemukan sel-sel endometrium yang masih hidup, sel ini kemudian mengadakan implantasi di permukaan organ pelvis (Prabowo, 2007). Teori kedua diungkapkan oleh Robert Meyer, yaitu metaplasia. Menurut Robert Meyer, endometriosis terjadi karena rangsangan sel-sel epitel yang berasal dari selom yang dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis. Rangsangan ini akan menyebabkan metaplasia dari sel-sel epitel sehingga terbentuk jaringan endometrium (Prabowo, 2007). Teori ketiga mengenai kemungkinan pengaruh induksi, di mana darah menstruasi memicu sel-sel peritoneum sehingga terjadi perubahan selsel asal yang tidak berdiferensiasi dan mempunyai kemampuan untuk berimplantasi (Baziad, 2003). Teori keempat diungkapkan oleh Dmowski mengenai kemungkinan pengaruh faktor imunologik, yaitu ditemukannya penurunan imunitas seluler pada jaringan endometrium wanita yang menderita endometriosis. Pada jaringan peritoneum, ditemukan aktivitas makrofag yang meningkat, penurunan aktivitas natural killer cells dan penurunan aktivitas sel-sel limfosit. Makrofag akan mengaktifkan jaringan-jaringan endometriosis dan penurunan sistem imunologik tubuh akan menyebabkan endometriosis tumbuh tanpa hambatan. Makin banyak regurgitasi darah menstruasi, makin

7 banyak pula sistem pertahanan tubuh yang terpakai (Baziad, 2003). Teori kelima mengenai kemungkinan pengaruh faktor genetik, di mana wanita dengan riwayat keluarga menderita endometriosis lebih mungkin terkena penyakit ini yang mempunyai risiko 7 kali lipat pada penderita endometriosis. Ketika diturunkan, maka penyakit ini cenderung menjadi lebih buruk pada generasi berikutnya. Teori keenam mengenai kemungkinan pengaruh lingkungan kavum douglasi, yaitu terjadinya terjadi perubahan seluler maupun humoral di kavum douglasi. Nyeri menstruasi yang muncul akibat endometriosis disebabkan oleh prostaglandin. Cairan peritoneum juga mengandung sitokin dan IL serta TNF- α (Wood, 2008). Teori ketujuh diungkapkan oleh Halban mengenai kemungkinan penyebaran jaringan endometrium secara limfogen. Jaringan endometrium tersebut menyebar melalui saluran limfatik yang mendrainase rahim dan kemudian diangkut ke berbagai tempat pelvis di mana jaringan tersebut tumbuh secara ektopik. Jaringan endometrium ditemukan dalam limfatik pada pelvis sampai 20% pada penderita endometriosis (Moore, 2001). 2. Dismenore Dismenore didefinisikan sebagai sensasi nyeri yang hebat di perut bagian bawah dan disertai gejala biologis lain seperti berkeringat, frekuensi nadi tinggi, sakit kepala, mual, muntah, diare,

8 dan merinding, yang terjadi sebelum atau selama siklus menstruasi (Katz et al., 2007). Secara garis besar, dismenore dikelompokkan menjadi dua jenis. Pertama, dismenore tanpa kelainan ginekologi pada alat-alat genital atau yang disebut sebagai dismenore primer. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Oleh karena siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anvulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Simanjuntak, 2007). Nyeri tersebut timbul sebagai akibat dari pelepasan prostaglandin ketika terjadi peluruhan sel-sel endometrium. Pelepasan prostaglandin tersebut menyebabkan uterus mengalami iskemik melalui kontraksi miometrium dan vasokontriksi (Holder et al., 2011). Kedua, dismenore dengan kelainan ginekologi pada alat-alat genital atau yang disebut sebagai dismenore sekunder. Menurut Simanjuntak dalam Prawirohardjo (2007), dismenore sekunder pada mulanya sering dikira dismenore primer apabila tidak diperiksa lebih lanjut.

9 Hal ini karena munculnya gejala akibat kelainan ginekologinya tidak menentu kapan terjadi. Penyebab dismenore sekunder antara lain: a) endometriosis, b) adenomiosis uteri, c) salpingitis, d) stenosis serviks uteri, dan e) lain-lain (Simanjuntak, 2007). Oleh karena itu, nyeri yang timbul akan semakin hebat dan tidak menentu dikarenakan pelepasan prostaglandin menjadi tidak terkontrol sebagai efek inflamasi dari kelainan ginekologi yang diderita. Penyebab tersering dismenore sekunder adalah endometriosis, leiomioma, adenomiosis, PID, dan IUD (Holder et al., 2011). Derajat nyeri yang dialami wanita saat menstruasi berbeda-beda satu sama lain. Terdapat wanita dengan nyeri ringan tanpa gejala sistemik, jarang membutuhkan pengobatan, dan jarang mengganggu pekerjaan saat menstruasi. Wanita tersebut tergolong masuk kategori dismenore derajat ringan. Kemudian, terdapat wanita dengan nyeri sedang diikuti beberapa gejala sistemik, membutuhkan pengobatan, dan mengganggu pekerjaan saat menstruasi. Wanita tersebut tergolong masuk kategori dismenore derajat sedang. Terakhir, terdapat wanita dengan nyeri hebat diikuti banyak gejala sistemik, respon buruk terhadap pengobatan, dan sangat menghalangi pekerjaan saat menstruasi. Wanita tersebut tergolong masuk kategori dismenore derajat berat (Katz et al., 2007). Dismenore yang dialami wanita saat menstruai sering kali mengganggu bahkan sangat menghalangi aktivitasnya. Beberapa cara

10 dilakukan untuk mengurangi dan atau menghilangkan kondisi dismenore tersebut. Penanganan dismenore sendiri harus tepat berdasarkan jenis dan derajatnya. Adapun penanganan dismenore primer hanya ditujukan untuk mengurangi atau menghentikan pelepasan prostaglandin, sedangkan penanganan dismenore sekunder selain ditujukan untuk mengurangi atau menghentikan pelepasan prostaglandin juga lebih didasarkan pada penyakit penyebabnya itu sendiri. Sering kali dipilih penanganan hingga tahap pembedahan, baik konservatif atau radikal (Chudnoff, 2005). Beberapa bentuk penanganan yang dapat diterapkan pada pasien dismenore, khususnya sekunder antara lain: a) edukasi, b) pemberian analgesik, c) terapi hormonal, d) terapi obat nonsteroid anti prostaglandin, e) dilatasi canalis servicalis, f) pemberian kontrasepsi kombinasi, g) pemberian guaifenesin, h) akupuntur, dan i) pembedahan konservatif atau radikal (Chudnoff, 2005; Iorno et al., 2008; Marsden et al., 2004; Simanjuntak, 2007). 3. Hubungan Endometriosis dengan Dismenore Endometriosis menimbulkan gangguan fungsi biologis yang cukup serius dan berpusat pada organ reproduksi dan daerah pelvis (Utari, 2010). Meskipun keluhan pada penderita bervariasi dari tanpa gejala hingga adanya benjolan pada pelvis, sebagian besar

11 mengeluhkan gejala terutama nyeri atau dismenore (Widiantara, 2011). Nyeri adalah gejala yang sering dihubungkan dengan endometriosis. Mekanisme keluhan nyeri sulit ditentukan. Lingkungan hormon mempengaruhi persepsi nyeri. Nyeri pelvis kronik ada kecenderungan meliputi sistem organ. Persepsi dan toleransi nyeri berbeda pada setiap orang (Oepomo, 2012). Selama menstruasi, sejumlah darah menstruasi ada yang berbalik masuk melalui tuba fallopii atau saluran telur mengalir ke dalam rongga panggul dan selaput rongga perut (peritoneum). Di dalam darah menstruasi tersebut terbawa serta debris dan sel endometrium yang masuk ke dalam rongga perut (Utari, 2010). Akibat dari keadaan tersebut terjadi peningkatan enzim aromatase dan cyclooxygenase (COX) (Giudice et al., 2004). Peningkatan COX secara drastis akan mengkatalisis produksi prostaglandin H 2 (PGH 2 ) pada miometrium, endometrium, dan jaringan endometriotik. COX sendiri mempunyai dua isoform, yaitu COX-1 yang mengerakkan sintesa basal prostaglandin dan COX-2 yang berperan pada inflamasi. PGH 2 yang tebentuk akan dimetabolisme menjadi PGF 2 α dan PGE 2. PGF 2 α akan memicu vasokontriksi dan kontraksi miometrium sehingga menghasilkan nyeri. Sedangkan PGE 2 akan meningkatkan produksi sitokin, metalloprotein, dan chemokin. Peningkatan sitokin, seperti: a) Interleukin-1β (IL-1β), b) Interleukin-6 (IL-6), dan c)

12 Tumor Necrosis Factors-α (TNF-α) akan memicu adhesi jaringan endometrium pada permukaan peritoneum. Membran proteolitik metalloprotein akan menyebabkan implantasi. Kenaikan kadar chemokin (Monocyte chemoattractant protein 1, Interleukin-8, dan Regulated on Activation Normal T-cell Expressed and Secreted) menarik granulosit, natural killer cells, dan makrofag (Bedaiwy et al., 2002; Oepomo, 2002; Rizk, 2003; Weiser et al., 2002; Speroff, 2011). Pertumbuhan lesi endometriosis ini dapat menekan inervasi saraf di sekitar lesi (Berkley, 2005) dan meningkatkan produksi enzim aromatase serta COX berkali-kali lipat (Oepomo, 2012). Berdasarkan uraian di atas, nyeri yang berhubungan dengan endometriosis terdiri dari tiga faktor penyebab utama, yaitu: a) efek langsung dan tidak langsung dari perdarahan lokal implantasi endometriotik, b) peran sitokin inflamasi dalam zalir peritoneum, dan c) iritasi atau infiltrasi langsung saraf pada dasar pelvis (Oepomo, 2012).

13 B. Kerangka Pemikiran Menstruasi Darah menstruasi berbalik Darah menstruasi keluar Sel endometrium berada di kavum peritonii COX PGH 2 PGE 2 Inflamasi PGF 2 α Vasokontriksi dan kontraksi miometrium IL-1β IL-6 TNF-α Metalloprotein Chemokin : 1. Monocyte chemoattractant protein 1 2. IL-8 3. RANTES Adhesi Implantasi Granulosit Sel NK Makrofag Keterangan Endometriosis Iritasi atau infiltrasi langsung saraf dasar pelvis Nyeri atau dismenore : Meningkat : Tidak diteliti : Diteliti Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Hubungan Endometriosis dengan Dismenore. Dikutip dari Oepomo TD, 2012.

14 C. Kerangka Konsep Menstruasi Darah menstruasi berbalik Darah menstruasi keluar Sel endometrium berada di kavum peritonii Metabolisme Prostaglandin Endoperksidase Inflamasi dan defek imunologis Pertumbuhan dan perkembangan endometriosis Menekan inervasi dasar pelvis Vasokontriksi dan kontraksi miometrium Menekan inervasi dasr pelvis Nyeri atau dismenore Keterangan : Meningkat : Tidak diteliti : Diteliti Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Endometriosis dengan Dismenore. D. Hipotesis Terdapat hubungan antara endometriosis dengan dismenore pada Pasien Poliklinik Obstetri dan Ginekologi di RSUD Dr. Moewardi.