BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adalah cara individu merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. usaha bagi siapa saja yang terlibat didalamnya. Berbicara tentang pariwisata, hotel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wibowo (2011:501) kepuasan adalah sikap umum terhadap pekerjaan

PENGARUH STRES KERJA DAN PEMBERDAYAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI PRAMA HOTEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori pertukaran sosial menurut Staley dan Magner (2003) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Perusahaan dengan kualitas SDM yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

PENGARUH TINDAKAN SUPERVISI, KECERDASAN EMOSI DAN KONFLIK PERAN TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PT. ASURANSI KESEHATAN DI CABANG SURAKARTA SKRIPSI

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. individunya saling menunjang sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB I PENDAHULUAN. Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dengan penyebaran angket, serta pengujian analisis jalur (path analysis) yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

MAKALAH KEDISIPLINAN, STRES dan KEPUASAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI. baik usaha yang dilakukan oleh pemerintahan untuk waktu yang cukup lama tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif seperti sekarang ini, para pengusaha yang progresif akan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi saat ini, kompetisi antar perusahaan semakin ketat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif ini dapat diperoleh dengan memiliki sumber daya manusia. Perusahaan harus menyadari bahwa manusia pada dasarnya memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., hlm. 176

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, hal tersebut juga akan. Kondisi tersebut mendatangkan peluang-peluang bisnis yang dapat

Bisma, Vol 1, No. 12, April 2017 KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE CABANG PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perusahannya. Kendala tersebut dapat berupa faktor-faktor. memiliki strategi untuk menghadapi persaingan tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB 1 PENDAHULUAN. karyawan ini merupakan kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA KARYAWAN KANTOR PUSAT OPERASIONAL PT.

BAB II URAIAN TEORITIS. Imatama (2006) yang berjudul Pengaruh Stress Kerja Terhadap kinerja

BAB I PENDAHULUAN. dinamika organisasi. Perusahaan yang menyadari bahwa sumber daya manusia adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. raga yang tidak dapat dipisahkan, dalam hal ini kemampuan tanpa motivasi belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan dalam suatu organisasi merupakan aset terpenting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu instansi pemerintah, pemimpin yaitu seseorang yang. mempengaruhi para bawahannya untuk melakukan pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BABI PENDAHULUAN. Abad 21 telah mengantarkan pada sebuah lingkungan kerja yang. memuat baik ancaman maupun kesempatan bagi organisasi publik dan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kepuasan Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimaksud adalah orang-orang yang

B AB I I KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Pengertian Sumber Daya Manusia. kerja untuk mencapai tujuan organisasi (Bangun, 2012).

BAB II URAIAN TEORITIS. Rosita Dewi (2008) jurnal dengan judul PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA AKUNTAN PUBLIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana organisasi. mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia yang dilakukan sehari-hari untuk berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

MANAJEMEN OPERASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan kepuasan yang dirasakan seorang pekerja secara

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian kepuasan kerja karyawan Suwatno dan Priansa (2011: 263) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah cara individu merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu tersebut terhadap berbagai pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan (Hasibuan, 2014:203). Putra (2014) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap seseorang karyawan terhadap tugas yang didapat. Jika seseorang karyawan memiliki tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pekerjaannya, maka karyawan tersebut akan memiliki produktivitas kerja yang baik. Sebaliknya jika karyawan memiliki tingkat kepuasan yang rendah terhadap pekerjaannya, maka karyawan tersebut kemungkinan besar akan memiliki produktivitas yang rendah terhadap pekerjaannya dan akan memicu terjadinya kemangkiran serta tidak adanya komitmen dalam berorganisasi. Tunjungsari (2011) memberikan pengertian bahwa kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Sedangkan menurut Wibowo (2013:501) Kepuasan kerja akan mempengaruhi produktivitas yang sangat diharapkan oleh manajer, oleh sebab itu manejer perlu memahami apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawannya. 11

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa kepuasan kerja karyawan merupakan sikap umum karyawan terhadap berbagai aspek maupun pekerjaan yang dijalankannya. Jika seorang karyawan mendapatkan kepuasan kerja yang rendah maka karyawan tersebut akan menunjukan produktivitas yang tidak baik pada perusahaan, dan sebaliknya apabila karyawan mendapatkan kepuasan kerja yang tinggi pada pekerjaannya maka karyawan tersebut akan memiliki produktivitas kerja yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan. 2.1.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja Menurut Hasibuan (2014:203) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan antara lain balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang sesuai dengan keahlian, berat-ringannya pekerjaan, lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap pimpinan dalam memberdayakan karyawan, dan sifat pekerjaan yang menoton atau tidak Menurut Kreitner dan kinicki dalam Wibowo (2013:225) disebutkan bahwa, faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan kepuasan kerja karyawan diantaranya motivasi, pelibatan kerja, organizational citizenship behavior (OCB), kemangkiran, perputaran karyawan, stres kerja, prestasi kerja, komitmen organisasional, dan kepuasan hidup. Wijono (2012:130) menyatakan bahwa, terdapat pengaruh yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja yaitu: 1) Pengaruh utama secara khusus 12

Faktor utama yang mempengaruhi kepuasan kerja secara khusus yakni meliputi frustasi, persaingan kerja, penggunaan teknologi, sifat atasan, pekerjaan dan psikologis, ketidaksesuaian peran dan konflik. 2) Pengaruh utama yang lainnya Faktor pengaruh yang lainnya terhadap kepuasan kerja yakni meliputi organisasi kerja dan rencana kerja, karakteristik pekerjaan, kualitas kehidupan kerja, dan kualitas lingkungan kerja. 2.1.1.2 Indikator kepuasan kerja karyawan Hartono (2013) menyebutkan indikator yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah sebagai berikut. 1) Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, sarana bagi karyawan agar dapat menggunakan dan mengasah kemampuan mereka, dapat dikukur melalui indikator: (1) Kondisi pekerjaan dalam perusahaan membuat nyaman dalam karyawan bekerja. (2) Perusahaan menghadirkan kondisi pekerjaan yang menantang untuk menggunakan kemampuan dan keterampilan yang karyawan miliki. 2) Kepuasan terhadap rekan kerja dan atasan, yaitu orang-orang yang bekerja di lingkungan itu, dapat diukur melalui indikator: (1) Rekan kerja dapat saling membantu dan mendukung dalam bekerja. (2) Atasan menghargai dan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. 13

3) Kepuasan terhadap supervisor, yaitu orang yang diberikan kepercayaan oleh perusahaan untuk mengawasi karyawan, dapat diukur melalui indikator: (1) Supervisor memberitahu dan memberikan arahan kepada karyawan. (2) Supervisor mau mendengarkan keluhan karyawan dan dengan bijaksana tidak memaksakan kehendaknya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mandala (2014) disebutkan bahwa, indikator kepuasan kerja adalah sebagai berikut. 1) Prestasi. Perasaan karyawan terhadap kepuasan pribadi yang diraih dari prestasi serta kontribusi dalam bekerja sehingga dihargai oleh perusahaan. 2) Pengakuan. Perasaan karyawan terhadap penghargaan dan pengakuan dari penyelesaian tugas yang memadai di dalam pekerjaan dari rekan kerja, atasan, manajemen bahkan masyarakat umum. 3) Pekerjaan itu sendiri. Sebuah perasaan dari karyawan terhadap pekerjaan yang diambil, apakah pekerjaan itu mendebarkan atau membosankan, serta apakah pekerjaan itu menantang atau menarik. 4) Pertumbuhan. Perasaan karyawan terhadap pekerjaannya yang memungkinkan karyawan untuk tumbuh dan berkembang serta secara bersamaan dapat meningkatkan keterampilan dan performa kerja karyawan. 14

5) Kemajuan Perasaan karyawan terhadap pekerjaan yang mementingkan kemajuan karirnya dari pada insentif moneter dari perusahaan serta perasaan karyawan yang merasa bahwa melalui bekerja karyawan dapat mempelajari keterampilan baru demi kemajuan karir. 2.1.2 Pengertian Stres Kerja Menurut Handoko (2008:200) stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi proses berpikir, emosi, dan kondisi seseorang, hasilnya stres yang terlalu berlebihan dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan dan pada akhirnya akan mengganggu pelaksanaan tugastugasnya. Hasibuan (2014:204) menyatakan orang-orang yang mengalami stres menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis sehingga mereka sering menjadi marah-marah, agresif, tidak dapat relaks, atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif. Putra (2014) mendefinisikan stres kerja adalah suatu kondisi karyawan yang mengalami tekanan dalam pekerjaan baik dari tugas, pimpinan dan lingkungan kerja tempat karyawan tersebut bekerja. Rini (2010) stres kerja dapat dikaitkan dengan kendala dan tuntutan, kendala adalah kekuatan yang mencegah seseorang untuk mengerjakan apa yang diinginkan sedangkan tuntutan mengacu pada hilangnya sesuatu yang diinginkan, jadi karyawan akan mengalami stres karena menghadapi peluang, kendala, dan tuntutan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa, stres kerja adalah situasi yang dialami oleh seorang karyawan yang dapat memberikan tekanan 15

dalam menjalankan pekerjaan, sehingga mempengaruhi pola berpikir, kondisi seseorang, dan emosi. 2.1.2.1 Faktor-faktor penyebab stres kerja Menurut Hasibuan (2014:204) faktor-faktor penyebab stres karyawan, antara lain sebagai berikut. 1) Beban kerja yang sulit dan berlebihan. 2) Tekanan dan sikap pemimpin yang kurang adil dan wajar. 3) Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai. 4) Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja. 5) Balas jasa yang terlau rendah. 6) Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan lain-lain. Sedangkan menurut Ardana,dkk. (2013:25) sumber stres antara lain meliputi faktor-faktor yang melekat pada pekerjaan, peranan dalam organisasi, hubungan-hubungan dalam organisasi, perkembangan karir, struktur dan iklim organisasi, hubungan organisasi dengan pihak luar, faktor dari dalam individu yang bersangkutan, dan kepemimpinan. 2.1.2.2 Dampak dari stres kerja Pada penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2014) disebutkan bahwa, dampak dari stres kerja adalah sebagai berikut. 1) Stres kerja cenderung membuat kinerja karyawan akan menurun. 2) Kinerja karyawan tidak akan optimal jika mengalami tekanan yang berat dalam bekerja. 16

3) Stres kerja cenderung membuat karyawan malas bekerja sehingga sering absen 4) Karyawan sering meninggalkan pekerjaan tanpa izin karena kondisi kerja yang kurang nyaman. 5) Karyawan memiliki keinginan untuk keluar dari pekerjaan karena beban yang cukup berat. 2.1.2.3 Cara Menanggulangi Stres Menurut Rivai (2010:518) beberapa cara menanggulangi stres di tempat kerja adalah sebagai berikut. 1) Individu (1) Tenang, ambil napas panjang dan cobalah untuk santai dan tenangkan diri. (2) Kenali perusahaan, coba kenali akar permasalahn yang terjadi pada diri. (3) Terapi, ikutilah kegiatan sosial yang dapat mengjindari permasalahan secara sejenak. (4) Hadapilah, sebaiknya hadapi dan selesaikan agar tidak mengganggu. (5) Atur jadwal yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. (6) Diskusi masalah yang menyebabkan timbulnya stres dengan atasan. (7) Curhat, ceritakan masalah kepada keluarga dan pasangan. 17

(8) Buat keseimbangan, stres muncul karena terlalu fokus pada pekerjaan. Bagilah waktu antara pekerjaan dengan keluarga yang akan membuat kembali segar. (9) Pahami tugas dan kewajiban sebagai karyawan yang akan mengurangi stres di tempat kerja. 2) Organisasi (1) Desain kembali pekerjaan untuk menghilangkan stres. (2) Berikan rasa keterlibatan. (3) Berikan pelatihan lebih baik untuk pekerjaan khususnya promosi. (4) Berikan nasihat tentang masalah dan dukungan dari staf konseling. (5) Buat transfer dalam perusahaan atau pindah ke pekerjaan alternatif. (6) Berikan dukunngan untuk pekerjaan dan sumber daya yang memadai. (7) Berikan kursus manajemen stres, 2.1.3 Pengertian Pemberdayaan Karyawan Menurut Kadarisman (2013:249) pemberdayaan adalah upaya memberikan otonomi, kepercayaan atasan kepada bawahan, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin. Karyawan atau pegawai diberi keleluasaan untuk mengambil tindakan-tindakan yang dipandang tepat dalam rangka melayani pelanggan, termasuk menangani keluhan mereka. Menurut Styawahyuni (2014) pemberdayaan merupakan suatu proses untuk menjadikan orang menjadi lebih berdaya atau lebih berkemampuan 18

untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cara memberikan kepercayaan dan wewenang sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab. Srinadi (2014) menyatakan bahwa, pemberdayaan merupakan proses pemberian wewenang atau otonomi kepada karyawannya dalam hal mengambil keputusan, mengambil solusi terhadap masalah, dan menentukan sendiri cara mereka untuk menyelesaikan pekerjaannya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan karyawan merupakan upaya dari atasan terhadap bawahan untuk menjadikan karyawan lebih berdaya dengan cara memberikan wewenang dan kepercayaan dalam hal menjalankan pekerjaan maupun mengambil keputusan, sehingga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada karyawan dalam menjalankan perkerjaan. 2.1.3.1 Manfaat Pemberdayaan Karyawan Menurut Gaspersz dalam Kadarisman (2013:241) manfaat dari pemberdayaan pegawai ialah: pekerjaan mereka (karyawan) merupakan milik mereka, mereka bertanggung jawab, mereka mengetahui dimana mereka berada dan mereka memiliki beberapa kendali atas pekerjaan mereka. Menurut Soedarmayanti (2008:289) manfaat pemberdayaan sumber daya manusia adalah sebagai berikut. 1) Sebagai alat manajemen dalam rangka memberdayakan berbagai sumber untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2) Sebagai pembaru manajemen dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. 19

3) Sebagai inisiator terhadap organisasi dalam rangka memanfaatkan peluang guna meningkatkan dan mengembangkan organisasi. 4) Sebagai mediator terhadap pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. 5) Sebagai pemikir dalam rangka pengembangan organisasi. 2.1.3.2 Indikator Pemberdayaan Karyawan Kadarisman (2013:269) menyatakan bahwa, adapun model pemberdayaan yang menjadi indikator pemberdayaan karyawan adalah sebagai berikut: 1) Desire. Tahap pertama dalam empowerment adalah adanya keinginan dari manajemen untuk mendelegasikan dan melibatkan pekerja. 2) Trust. Setelah adanya keinginan dari manajemen untuk melakukan pemberdayaan, langkah selanjutnya adalah membangun kepercayaan antara manajemen dan karyawan. 3) Confident. Setelah adanya rasa saling percaya dapat menimbulkan rasa percaya diri karyawan dengan menghargai terhadap kemampuan yang dimiliki oleh karyawan. 4) Creadibility. Menjaga kredibilitas dengan penghargaan dan mengembangkan lingkungan kerja yang mendorong kompetisi yang sehat sehingga tercipta organisasi yang memiliki performance yang tinggi. 5) Accountability. Adalah pertanggungjawaban karyawan pada wewenang yang diberikan. 20

6) Communication. Adalah adanya komunikasi terbuka untuk menciptakan saling memahami antara karyawan dan manajeme Pada penelitian Parameswari (2014) disebutkan bahwa, indikator dari pemberdayaan karyawan adalah sebagai berikut. 1) Sense of meaning. Peran karyawan dalam bekerja yang ditunjukkan dengan keterlibatan mereka secara langsung pada setiap lini untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan. 2) Sense of competence. Dalam hal ini, para karyawan yakin dan percaya diri terhadap kemampuan maupun keahlian yang mereka miliki, sehingga dapat diwujudnyatakan dalam melaksanakan pekerjaan. 3) Sense of self-determination. Sikap yang ditunjukkan oleh karyawan untuk menentukan pilihan yang sesuai atau dianggap mewakili dirinya dalam bekerja di organisasi. 4) Sense of impact. Dampak yang dirasakan dari cara kerja seorang karyawan, yang dapat mempengaruhi hasil kerja rekan kerjanya maupun lingkungan kerja yang bersangkutan. 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Penelitian yang dilakukan oleh Edi (2009) pada Bank Internasional Indonesia menyatakan bahwa Stres kerja mempunyai hubungan negatif dengan kepuasan kerja. Dengan demikian semakin tinggi tingkat stres karyawan di tempat kerja maka akan semakin menurun tingkat kepuasan yang dimilikinya. Kerambut (2012) juga menyatakan bahwa, stres kerja berpengaruh secara negatif dan 21

signifikan terhadap kepuasan kerja perawat. Semakin tinggi stres yang dirasakan, kepuasan kerja akan semakin rendah dan sebaliknya apabila semakin rendah stres kerja yang dirasakan, maka kepuasan kerja akan semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Ismail et al. (2009) yang bertujuan untuk mengukur pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan menunjukan hasil bahwa tingkat stres fisiologis memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012) mengenai pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan negatif antara variabel stres kerja dengan kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Styawahyuni (2014) yang bertujuan untung mengetahui bagaimana pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada rumah makan Kampoeng seafood menemukan hasil bahwa stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, nilai negatif menandakan semakin karyawan merasa stres terhadap pekerjaannya maka kepuasan kerjanya akan menurun sedangkan bila stres kerja yang dialami oleh karyawan rendah maka kepuasan kerjanya akan semakin meningkat. Leung et al. (2012) melakukan penelitian mengenai hubungan stres terhadap kepuasan kerja karyawan pada Industri rekreasi di Hongkong, hasil dari penelitian menemukan bahwa stres kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut. H1: Stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. 22

2.2.2 Pengaruh Pemberdayaan Karyawan terhadap Kepuasan Kerja Armanu dan Mandayanti (2012) melakukan penelitian terhadap seluruh pegawai dinas tata kota dan pengawasan pembangunan kota Mataram yang menguji mengenai pengaruh pemberdayaan psikologis dan komitmen afektif terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai, hasil penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan psikologis memiliki pengaruh yang positif dan hubungan yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Pelit et al. (2011) menemukan hasil bahwa pemberdayaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, studi ini dilakukan terhadap 1.845 karyawan yang bekerja pada hotel bintang lima di Turki. Penelitian yang dilakukan oleh Mushipe (2011) menyatakan bahwa, terdapat hubungan positif antara pemberdayaan terhadap kepuasan kerja karyawan, semakin karyawan itu merasa diberdayakan maka tingkat kepuasan kerjanya meningkat dan begitu pula sebaliknya apabila karyawan kurang merasa diberdayakan maka kepuasan kerjanya akan menurun. Saeed (2013) pada penelitiannya yang menguji hubungan antara pemberdayaan karyawan dan kepuasan kerja juga menemukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pemberdayaan karyawan terhadap kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Akbar et al. (2011) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberdayaan karyawan dengan kepuasan kerja industri jasa Pakistan, hasil dari penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan karyawan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Indradevi (2012) pada penelitiannya menemukan hasil yang positif antara 23

pemberdayaan terhadap kepuasan kerja, penelitian ini meneliti mengenai dampak pemberdayaan terahadap kepuasan kerja karyawan pada perusahaan perangkat lunak di India. Diperkuat juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Al Swidi et al, (2012) menyebutkan bahwa, pemberdayaan psikologis karyawan ditemukan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja. Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut. H2: Pemberdayaan karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah dijelaskan, maka gambar kerangka berrfikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian Stres Kerja (X1) Pemberdayaan Karyawan (X2) H1 H2 Kepuasan Kerja (Y1) Sumber: H1. Edi (2009), Kerambut (2012), Ismail et al (2009), Iqbal (2012), Styawahyuni (2014), Leung et al (2012) H2. Armanu dan Mandayanti (2012), Pelit et al (2011), Mushipe (2011), Saeed (2013), Akbar et al (2011), Indradevi (2012), Al Swidi et al (2012). 24