50,85 a B 50,98 b B. 53,32 b A

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(g/ kg gambut) D0(0) DI (10) D2 (20) D3 (30)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan tanaman

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar. Kadar air, ph, C-Organik, Bahan Organik, N total. Berikut data hasil analisis

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

BAB IV BASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

TINJAUAN PUSTAKA. dan akar udara. Akar seminal merupakan akar-akar radikal atau akar primer

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU Hp

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit yang berbeda nyata setelah diperlakukan dengan lama pengompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan volume media yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini. 4. 1. Tinggi Bibit (cm) Dari parameter tinggi bibit, perlakuan lama pengomposan dan volume media yang berbeda menghasilkan tinggi bibit kelapa sawit yang berbeda nyata seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata tinggi bibit kelapa sawit mnur 6 bulan setelah diberi berb^ai perlakuan (cm) Lama pengomposan Volume media (liter) (minggu) 8 7 6 2 4 6 50,38 a C 54,85 a B 57,55 a A 50,85 a B 50,98 b B 53,32 b A 50,65 a B 52,55 b A 50,98 c AB Angka-angka yang diikuti oleh hunif kecil yang berbeda pada baris yang sama dan huruf besar yang berbeda pada lajur yang sama, berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Dari Tabel 1 dapat dilihat, penggunaan kompos TKKS dengan lama pengomposan yang sama dan volume media yang berbeda berakibat pada tinggi bibit kelapa sawit yang berbeda nyata, kecuali untuk lama pengomposan 2 minggu, dimana tinggi bibit tidak berbeda nyata walaupun volimie medianya berbeda. Penggunaan volume media yang sama, lama pengomposan berbeda juga menghasilkan tinggi bibit yang berbeda nyata.

Semakin lama waktu pengomposan disertai dengan besamya volume media yang digunakan, maka bibit yang dihasilkan juga lebih tinggi. Bibit kelapa sawit yang tertinggi adalah 57,55 cm yang diperlakukan dengan lama pengomposan 6 minggu dengan volume media 8 liter berbeda nyata dengan perlakuan yang laiimya. Hal ini disebabkan karena kompos yang diberikan lebih baik dan media tanam yang lebih banyak, sehingga ketersediaan komponenkomponen untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bibit lebih baik seperti; ruang tumbuh, air, oksigen, unsur hara dan lain sebagainya. Tandan kosong kelapa sawit yang dikomposkan selama 6 minggu lebih baik dari yang dikomposkan selama 2 dan 4 minggu seperti terlihat pada Tabel 7 dimana C/N nya lebih rendah yaitu 12,96% ; ph, N, P, dan K relatif lebih baik secara berurutan 6,80 ; 2,39% ; 864,2 ppm ; 83,83 me/100 g tanah. Kompos dengan nilai C/N yang lebih rendah, mengindikasikan kompos sudah terdekomposisi lanjut, kondisi ini dapat meningkatkan daya pegang air dan ketersediaan unsur haranya lebih baik. Seperti yang dinyatakan oleh Iswandi Anas Chaniago dalam Rahaijo dan Duryatno (2011) bahwa pupuk/bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan air, karena setiap 1 gram bahan organik mampu menyerap 4 ml air. Penggunaan kompos sebagai pupuk organik dapat memperbaiki kesuburan tanah karena pupuk (bahan) organik merupakan bagian integral dari tanah yang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Perbaikan sifat fisik dan kimia tanah karena kompos dapat memperbaiki agregat tanah, dapat menyumbangkan hara setelah proses dekomposisi, asam organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat melarutkan unsur hara dari mineral tanah, dan juga dapat mencegah terjadinya leaching. Winarso (2005) 15

menyatakan bahwa pupuk (bahan) organik dapat membentuk kelat dengan unsur mikro sehingga dapat mencegah hilangannya akibat pencucian, dan dapat menurunkan sifat racun dari Al dan Fe. Perbaikan sifat biologi tanah karena pupuk (bahan) organik merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Didik Indradewa dalam Susanti (2011) menyatakan bahwa kelebihan pupuk organik, akar tanaman lebih mudah menyerap air dan hara karena pupuk orgamk sebagai SUmber energi mikroba tanab dan aktivitasnya membmt aemse dan porositas tanah menjadi lebih baik. 4.2. Jumlah Pelepah Daun Perlakuan kompos TKKS dengan lama pengomposan dan volume media berbeda menghasilkan jumlah daun bibit kelapa sav^rit yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata jirailah pelepah daun bibit kelapa sawit umur 6 bulan setelah diberi berbagai perlakuan Lama pengomposan Volume media (liter) (minggu) 8 7 6 2 7,17 a 6,83 a 6,83 a mm B B B A 7,50 a 7,17 ab 7,00 b AB B B 7,83 a 8,00 a 7,83 a 6 A A A Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama dan humf besar yang berbeda pada lajur yang sama, berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Jumlah pelepah daun bibit kelapa sawit (Tabel 2) yang diberi kompos TKKS dengan perlakuan lama pengomposan yang sama dan volume media 16

berbeda, tidak berbeda nyata, kecuali pada lama pengomposan 4 minggu dengan volume media yang berbeda. Dan untuk perlakuan volume media yang sama dengan lama pengomposan berbeda, jumlah daun bibit kelapa savvit juga berbeda nyata. Dari tabel mi dapat dilihat bahwa jumlah pelepah daim lebih dipengaruhi oleh lama pengomposan. Semakin lama waktu pengomposan, ketersediaan unsur N, P, dan K lebih baik, seperti terlihat pada Tabel 7 (N, P, dan K kompos yang dikomposkan selama 6 minggu lebih baik dari 2 dan 4 minggu), sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan bibit diantaranya jumlah pelepah daim. Nitrogen merupakan unsur esensial yang dibutuhkan oleh tanaman untuk sintesis asam amino, enzim, asam nukleat, dan klorofil. Kalivun walaupxm tidak membentuk senyawa organik di dalam tanaman, tetapi peranannya sangat penting dalam proses fotosintesis. Winarso (2005) menyatakan bahwa jika tanaman mengalami defisiensi (kekurangan) K maka laju fotosintesis menurun, akan tetapi laju respirasi meningkat. Hal ini tentu berakibat pada rendahnya laju penumpukan fotosintat yang dapat dunanfaatkan untuk pembentukan organ-organ bam seperti daim. Lakitan (2004) menyatakan bahwa K juga berperan dalam mengatur tekanan turgor sel kaitannya dengan membuka dan menutupnya stomata. Ketersediaan kalium dapat meningkatkan turgiditas sel, sehingga stomata membuka yang pada akhimya CO2 berdifiisi dengan baik dan disertai dengan tersedianya komponen-komponen lain seperti air, nitrogen untuk pembentukan klorofil pada akhimya dapat meningkatkan laju fotosintesis. Hasil dari fotosintesis (fotosintat) dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit, diantaranya jumlah pelepah daun. 17

4. 3. Diameter Bonggol (cm) Untuk parameter diameter bonggol, perlakuan lama pengomposan dan volume media yang berbeda menghasilkan diameter bonggol bibit kelapa sawit yang berbeda nyata seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata diameter bonggol bibit kelapa sawit umur 6 bulan setelah diberi berbagai perlakuan (cm) Lama pengomposan Volume media (liter) (minggu) 8 7 6 2,18 b 2,20 b 2,24 a C B A 2,38 a 2,00 c 2,18 b B C B 2,45 a 2,29 b 2,10 c A A C Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama dan humf besar yang berbeda pada lajur yang sama, berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Untuk diameter bonggol seperti terlihat pada Tabel 3, perlakuan lama pengomposan TKKS yang sama dengan volume media yang berbeda, menghasilkan diameter bonggol bibit yang berbeda nyata satu sama lainnya. Begitu juga dengan volume media yang sama dengan lama pengomposan TKKS yang berbeda menghasilkan bibit dengan diameter bonggol yang berbeda nyata satu sama lainnya. Bibit dengan diameter bonggol yang terbesar (2,45 cm) yang diberi perlakuan lama pengomposan 6 minggu dengan volume media 8 liter dan diikuti oleh perlakuan lama pengomposan 4 minggu dengan volume media 8 liter yaitu 2,38 cm. Dan yang paling kecil diameter bonggohiya adalah bibit yang diberi perlakuan TKKS yang dikomposkan selama 4 minggu dengan volume 7 liter yaitu 2,00 cm. 18

Lebih besamya diameter bonggol bibit yang diperlakukan dengan TKKS yang dikomposkan selama 6 minggu dengan volume media 8 liter, disebabkan karena kompos TKKS yang relatif lebih baik dimana C/N-nya (12,96) lebih rendah dari TKKS yang dikomposkan selama 2 minggu (17,93) dan 4 minggu (19,59). C/N yang lebih rendah mempakan indikator dari lebih baiknya dekomposisi dari bahan organik, sehingga unsur hara tersedia bagi tanaman diantaranya N, P, dan K. Nitrogen dunanfaatkan tanaman diantaranya untuk pembentuk protein, enzim, dan klorofil. Phosphor sebagai komponen penyusun asam nukleat dan kalium sebagai aktivator enzim pada sintesis karbohidrat Volume media yang lebih banyak, tentu ketersediaan unsur hara juga akan lebih dan ruang tumbuh yang juga lebih basar akan mendukung pertiraibuhan dan perkembangan bibit diantaranya bonggol. Marschner (1986) berpendapat bahwa N dan P mempakan nutrisi makro penyusun protein dan asam nukleat pada RNA dan DNA terdapat pada semua bagian sel hidup tanaman yang berfimgsi dalam pembelahan sel. Lingga (2003) menyatakan bahwa P berfimgsi dalam membantu proses asimilasi dan respirasi. Bhadal dan Malik (188S) dalam Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa kalium berfimgsi sebagai pengaktif enzim penting pada fotosintesis dan respirasi imtuk membentuk pati dan protein. Pati yang disintesis ditimipuk pada organ non fotosintetik, untuk bibit kelapa sawit dianatanyapada bonggol. Lebih kecilnya diameter bonggol bibit yang diberi perlakuan TKKS yang dikomposkan selama 4 minggu dengan voluma media 7 liter. Disebabkan karena kondisi media dimana C/N lebih tinggi yang mengindikasikan unsur hara diantaranya N dan P kurang tersedia dibandingkan dengan perlakuan lama 19

pengomposan 2 dan 6 minggu. Ditambah lagi dengan volume media yang lebih sedikit sehingga ruang tumbuh bibit menjadi terbatas. 4.4. Panjang Akar (cm) Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa perlakuan lama pengomposan TKKS dan volume media yang berbeda menghasilkan panjang akar bibit kelama sawit yang berbeda seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 4. Rata-rata panjang akar bibit kelapa sawit umur 6 bulan setelah diberi berbagai perlakuan (cm) Lama pengomposan Volume media (liter) (minggu) 8 7 6 40,55 c 46,27 a 43,68 b C B A 46,88 b 48,30 a 42,43 c A A B 43,43 b 44,60 a 38,60 c B C C Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama dan huruf besar yang berbeda pada lajur yang sama, berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Pada Tabel 4 (panjang akar bibit) dapat dilihat, perlakuan lama pengomposan yang sama dengan volimae media yang berbeda, menghasilkan panjang akar bibit yang berbeda nyata satu sama lainnya. Begitu juga dengan volimae media yang sama dengan lama pengomposan yang berbeda menghasilkan bibit dengan panjang akar yang berbeda nyata satu sama lainnya. Akar bibit yang terpanjang adalah 48,30 cm yang diberi perlakuan kompos TKKS yang dikomposkan selama 4 minggu dengan volume media 7 liter dan diikuti oleh perlakuan lama pengomposan 4 minggu dengan volxmie media 8 liter yaitu 46,88 cm. 20

Panjang akar bibit yang diberi perlakuan lama pengomposan 4 minggu dengan volume media 7 dan 8 liter lebih panjang. Hal ini disebabkan karena TKKS yang dikomposkan selama 4 minggu kandungan C-organiknya relatif lebih tinggi dari perlakuan TKKS yang dikomposkan selama 2 dan 6 minggu (dapat dilihat pada Tabel 7) dimana C/N kompos 4 minggu (19,59) lebih tinggi dari 2 minggu (17,93) dan 6 minggu (12,96). Rasio C-N kompos yang relatif lebih tinggi, mengindikasikan struktumya juga relatif lebih remah atau longgar sehingga akar bibit lebih cepat dan leluasa tumbuh dan berkembang, dan disertai lagi dengan jumlah voluma media yang banyak, sehingga perakaran bibit juga akan lebih panjang. Perakaran bibit yang terpendek terdapat pada perlakuan lama pengomposan 6 minggu dengan volume media 6 liter yaitu 38,60 cm. Hal ini disebabkan karena C/N kompos yang lebih rendah (C-organiknya juga rendah) sehingga struktumya relatif lebih kompak dibandingkan dengan C/N yang lebih tinggi dan juga volume media yang sedikit sehingga pertumbuhan akar menjadi terbatas, diantaranya panjang akar. 4. 5. Bobot Kering Bibit (gram) Dari hasil uji lanjut untuk parameter bobot kering bibit, perlakuan lama pengomposan dan volimie media yang berbeda menghasilkan bobot kering bibit kelapa sawit yang berbeda nyata seperti yang terlihat pada Tabel 5. 21

Tabel 5. Rata-rata bobot kering bibit kelapa sawit umur 6 bulan setelah diberi berbagai perlakuan (gram) Lama pengomposan Volume media (liter) (minggu) 8 7 6 19,15 a 16,69 c 18,92 b C B B 23,17 a 16,68 c 21,67 b B B A 27,16 a 22,65 b 17,76 c A A C Angka->angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama dan huruf besar yang berbeda pada lajur yang sama, berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% Berat kering bibit kelapa sawit berumur 6 bulan (Tabel 5) setelah diberi perlakuan TKKS yang dikomposkan dalam waktu yang berbeda dengan volume media yang juga berbeda menghasilkan bobot kering yang juga berbeda nyata satu sama lainnya. Bobot kering bibit yang terberat (27,16 gram) dihasilkan dari perlakuan lama pengomposan 6 minggu dengan voltmie media 8 liter. Lebih berataya bobot kering bibit yang diperlakukan dengan TKKS yang dikomposkan lebih lama (6 minggu) disertai dengan volume yang lebih banyak (8 liter) disebabkan karena kondisi kompos dan ruang tumbuh yang lebih baik. Kondisi kompos yang lebih baik maka struktur media lebih remah dan ketersediaan air serta unsur hara yang lebih baik, sehingga dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman. Hal ini terlihat dari hasil analisis jaringan tanaman (bibit kelapa sawit) seperti terlihat pada Tabel 8, kandungan K dalam jaringan bibit yang diperlakukan dengan pengomposan 6 minggu dan volume media 8 liter cukup tinggi (1,92%) dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Kalium berperan sebagai aktivator enzim dalam pembentukan protein dan karbohidrat 22

serta dapat memperkuat organ tanaman.tercukupinya kebutuhan nutrisi diantaranya kalium, tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Lebih berataya bobot kering bibit yang ditanam pada media yang lebih banyak volimienya (8 liter) dan diberi TKKS yang telah dikomposkan selama 6 minggu ada hubungaimya dengan tinggi tanaman (Tabel 1), jumlah pelepah daun (Tabel 2), diameter bonggol (Tabel 3). Bibit yang ditanam pada perlakuan tersebut, bibitaya lebih tinggi, jumlah pelepahnya lebih banyak, dan diameter bonggolnya lebih besar. Komponen-komponen ini merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan bibit yang tentu mengakibatkan bibit menjadi lebih berat. Secara keseluruhan pertumbuhan dan perkembangan bibit dari hasil penelitian memenuhi kriteria dari standar pertumbuhan bibit yang dikeluarkan oleh PPKS Medan, terutama untuk perlakuan TKKS yang dikomposkan selama 6 minggu yang digunakan sebagai campuran media dengan volume media 7 liter. Tabel 6. Perbandingan bibit hasil penelitian dengan standar bibit yang dikeluarkan PPKS (umur 6 bulan) Asal bibit Tinggi Jumlah Diameter bibit (cm) pelepah batang (cm) Hasil penelitian (kompos 6 minggu, 53,32 8,00 23 volume media 7 liter) Pusat Penelitian Kelapa 35 Sawit, Medan Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa bibit yang didapat dari hasil penelitian lebih tinggi dan diameter batangnya juga lebih besar dibandingkan dengan standar pertumbuhan bibit yang dikeluarkan oleh PPKS, walaupun jumlah pelepah lebih rendah. Hal mi menunjukkan bahwa bibit yang dihasilkan dari penelitian lebih 23

baik dengan menggunakan TKKS yang dapat dikomposkan sendiri sebagai campuran media tanam dan mengurangi penggunaan tanah lapisan atas yang ketersediaarmya semakin berkurang. Tabel 7. Analisis kompos tandan kosong kelapa pengomposan yang berbeda sawit dengan lama Perlakuan (lama pengomposan) ^ P(ppm) K (me/100 g tanah) C/N (%) 2 minggu 7,10 2,39 1.006,4 55,07 17,93 4 minggu 7,20 2,02 782,2 65,41 19,59 6 minggu 6,80 2,39 864,2 83,83 12,96 Tabel 8. Hasil analisis jaringan bibit kelapa sawit setelah diberi berbagai perlakuan Perlakuan (lama pengomposan, minggu dan volume media, liter) N (%) P (%) K(%) 2 minggu, 8 liter 2,53 0,52 1,51 2 minggu, 7 liter 2,65 0,67 1,62 2 minggu, 6 liter 2,55 0,55 1,51 4 minggu, 8 liter 2,70 0,71 1,72 4 minggu, 7 liter 2,36 0,60 1,51 4 minggu, 6 liter 2,28 0,69 1,82 6 minggu, 8 liter 2,40 0,66 1,92 6 minggu, 7 liter 2.21 0,73 1,92 6 minggu, 6 liter 2,33 0,70 1,82 24