Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

3. METODOLOGI PENELITIAN

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PENDAHULUAN Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

RESPON PEMBERIAN ASPIRIN DAN KINETIN TERHADAP PEMBENTUKAN UMBI MIKRO KENTANG (Solanum tuberosum L.) SECARA IN VITRO.

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN DENGAN TEKNIK KULLTUR JARINGAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

RESPON REGENERASI EKSPLAN KALUS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN NAA SECARA IN VITRO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

INDUKSI AKAR SARANG SEMUT (Myrmecodia pendansmerr. & L.M.Perry)DENGAN PERLAKUAN ARANG AKTIF DAN IBA PADA MEDIUM MS SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Tugas Akhir - SB091358

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Respons Pemberian Coumarin Terhadap Produksi Mikro Tuber Planlet Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Granola

HASIL DAN PEMBAHASAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widdy Hardiyanti, 2013

INDUKSI TUNAS TIGA AKSESI Stevia rebaudiana Bertoni PADA MEDIA MS DENGAN PENAMBAHAN BAP DAN IAA SECARA IN VITRO

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

PENGARUH BEBERAPA MEDIA KULTUR JARINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK PHALAENOPSIS BELLINA

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

PENGUMBIAN IN VITRO KENTANG GRANOLA. In Vitro Propagation of Granola Potato (Solanum Tuberosum L.)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kentang di Indonesia semakin meningkat akibat pertambahan

OPTIMASI KOMBINASI NAA, BAP DAN GA 3 PADA PLANLET KENTANG SECARA IN VITRO

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

Staf pengajar PS Pemuliaan Tanaman, Jurusan BDP FP USU Medan

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

Perbanyakan Tunas Mikro Pisang Rajabulu (Musa AAB Group) dengan Eksplan Anakan dan Jantung

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

Gambar 4. A=N0K0; B=N0K1; C=N0K2

Transkripsi:

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro Endah Wahyurini, SP MSi Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Abstrak Krisis ketahanan pangan yang melanda di Indonesia saat ini memperlihatkan wajah yang sesungguhnya dari ketergantungan yang besar pada padi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sebagai sumber karbohidrat. Selain itu mulai terjadi pergeseran tanaman pangan sebagai bahan bakar /biofuel. Sumber karbohidrat lain, seperti umbi umbian kentang merupakan alternatif sumber bahan pangan selain sebagai tanaman sayuran. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan tanaman kentang dalam jumlah yang besar, waktu yang singkat dan memiliki genotip yang sama dengan induknya adalah perbanyakan tanaman secara in vitro. Keberhasilan menumbuhkan umbi mikro kentang dengan penambahan zat pengatur tumbuh dan vitamin secara in vitro mempunyai nilai yang berarti dalam mendukung perkembangan pertanian melalui perbaikan tanaman untuk menghasilkan varietas unggul baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penggunaan retardan (CCC) dan aspirin dalam menginduksi umbi mikro kentang. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Sel dan Molekuler Tumbuhan, PAU Bioteknologi, IPB Bogor pada bulan Maret sampai Juni 2000. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, terdiri dari l2 perlakuan dan l0 ulangan, dilanjutkan analisis regresinya. Bahan untuk pengumbian mikro berasal dari tunas satu buku, ditanam pada media MS cair, 30 g/l sukrosa dan air kelapa l5%. Media untuk induksi umbi mikro berupa media MS cair yang mengandung : air kelapa l5%, gula 90 g/l, CCC 2 aras yaitu 0 dan 600 mg/l, dan ditambahkan aspirin terdiri 6 aras yaitu 0, 5, l0, l5, 20 dan 25 mg/l. Peubah yang diamati adalah waktu pembentukan umbi, keserempakan pembentukan umbi, jumlah umbi, bobot segar umbi dan persentase bobot kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (l) penggunaan retardan (CCC) dan Aspirin dapat mempengaruhi pembentukan umbi mikro kentang secara in vitro, (2) kombinasi antara CCC 600 mg/l dan Aspirin 5 mg/l memberi hasil terbaik dalam menginduksi pembentukan umbi mikro kentang secara in vitro, (3) kombinasi antara perlakuan CCC 600 mg/l dan Aspirin 5, 20 dan 25 mg/l dapat meningkatkan hasil bobot segar umbi yang terbentuk Kata kunci : retardan, aspirin, kentang, in vitro.

A. Pendahuluan Di Indonesia kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu kelompok sepuluh komoditas bahan pangan unggulan di Indonesia yang penuh kalori, protein, vitamin dan mineral. Berbagai komoditas pangan seperti jagung, ubi kayu telah dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif (biofuel). Di berbagai negara dunia telah terjadi krisis ketahanan pangan, dengan harga yang melonjak di pasaran, sementara di daerah terjadi kekurangan gizi pada balita di masyarakat. Di Indonesia kebutuhan komoditas ini cenderung terus meningkat, sejalan dengan pertambahan penduduk, ketersediaan lahan yang terbatas, dan tuntutan perbaikan gizi. Kebutuhan kentang yang semakin meningkat tersebut sampai saat ini belum dapat diimbangi dengan peningkatan produksi karena masih terbatasnya penyediaan bibit berkualitas tinggi, sebagian besar masih didatangkan dari luar negri. Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan bibit kentang yang berkualitas yaitu dengan sistem kultur jaringan (in vitro). Kemajuan yang dicapai dalam meregenerasikan tanaman secara in vitro dari sel atau bagian tanaman berdampak luas bagi bidang pertanian. Teknologi in vitro pada umbi mikro kentang merupakan perbanyakan tanaman yang mampu menyediakan bibit yang seragam, bebas patogen, true to type dalam jumlah banyak (Yusnita, 2003). Masalah yang dihadapi dalam perbanyakan tanaman umbi mikro kentang secara in vitro adalah lamanya membentuk akar dan terbentuknya planlet yang kuat dan sehat. Gejala yang sering dijumpai jika tidak terbentuk planlet adalah kontaminasi atau browning akibat tidak sterilnya eksplan maupun komposisi media tanam yang tidak sesuai. Media tanam yang umum digunakan untuk perbanyakan umbi mikro kentang adalah media MS. Salah satu komponen media yang menentukan keberhasilan in vitro adalah jenis dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang digunakan (Yusnita, 2003). Jenis dan konsentrasi ZPT yang digunakan tergantung pada tujuan dan tahap pengulturan. Untuk menumbuhkan dan mempertinggi perakaran stek umbi mikro, membantu terbentuknya tunas, ZPT yang digunakan adalah kelompok Retardan, dalam penelitian ini jenis retardan yang digunakan adalah CCC (Chlormequat cycocel). Selain itu penggunaan air

kelapa yang mengandung ZPT sitokinin mampu menumbuhkan dan menggandakan tunas aksilar atau merangsang tumbuhnya tunas adventif. Penggunaan Aspirin yang mengandung asam amino sebagai kofaktor dalam pembentukan protein. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (l) melihat pengaruh penggunaan retardan (CCC) dan aspirin dalam menginduksi umbi mikro kentang, (2) Mengetahui perbandingan CCC dan Aspirin yang baik dalam mempengaruhi pembentukan umbi mikro kentang. B. Bahan dan Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Sel dan Molekuler Tumbuhan, PAU Bioteknologi, IPB Bogor pada bulan Maret sampai Juni 2000. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, terdiri dari l2 perlakuan dan l0 ulangan, dilanjutkan analisis regresinya. Data kuantitatif dianalisis keragaman 5%, bila ada pengaruh diuji lanjut dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Bahan untuk pengumbian mikro berasal dari tunas satu buku kentang varietas Granola, ditanam pada media MS cair, 30 g/l sukrosa dan air kelapa l5%. Media untuk induksi umbi mikro berupa media MS cair yang mengandung : air kelapa l5%, gula 90 g/l, CCC 2 aras yaitu 0 dan 600 mg/l, dan ditambahkan aspirin terdiri 6 aras yaitu 0, 5, l0, l5, 20 dan 25 mg/l. Adapun kombinasi perlakuan zat pengatur tumbuh seperti dicantumkan pada Tabel l. Peralatan yang digunakan adalah Laminair Air Flow (LAF), autoklaf, botol kultur, disecting set, timbangan analitik, lampu bunsen, dan oven. Tabel l. Komposisi media perlakuan dengan Retardan (CCC) dan Aspirin untuk induksi umbi mikro kentang. ZPT Perlakuan Mg/l l 2 3 4 5 6 7 8 9 l0 ll l2 CCC 0 CCC 600 Aspirin 0 Aspirin 5 Aspirin l0 Aspirin l5 Aspirin 20 Aspirin 25

Pelaksanaan penelitian sebagai berikut : Mensterilisasi botol kultur dalam autoklaf, dan membuat media untuk pertumbuhan tunas berupa media MS dan sukrosa 30 g/l, sedangkan media pengumbian terdiri dari media MS ditambahkan sukrosa 90 g/l dan kombinasi zat pengatur tumbuh sesuai perlakuan. Eksplan 1 buku dikulturkan pada media dasar MS dan sesudah berumur 4 mst disubkultur pada media pengumbian. Botol kultur untuk pengumbian diinkubasikan pada lingkungan tanpa cahaya, pada suhu l520 ºC. Setiap perlakuan diulang l0 kali (l0 botol), tiap botol berisi 7 eksplan. Peubah yang diamati adalah waktu pembentukan umbi, keserempakan pembentukan umbi pada 2, 4, 6 dan 8 mst, jumlah umbi pada 2, 4, 6 dan 8 mst, bobot segar umbi dan persentase bobot kering pada 8 mst. C. Hasil dan Pembahasan. Persentase keserempakan terbentuknya umbi diamati dengan menghitung jumlah umbi yang tumbuh pada 2,4,6 dan 8 mst. Berdasarkan data persentase terbentuknya umbi (Tabel 2). maka diperoleh bahwa l mst umbi sudah mulai terbentuk, pada 2 mst perlakuan CCC 600 + Asp 5, dan CCC 600 + Asp 25 menunjukkan kecepatan dan keserempakan umbi yang terbentuk dibandingkan perlakuan lain. Perlakuan CCC 600 + Asp l5 pada 4, 6 dan 8 mst menunjukkan keserempakan umbi l00%. Pada akhir pengamatan yaitu 8 mst semua perlakuan menunjukkan keserempakan terbentuknya umbi l00%. Penggunaan CCC bersama Aspirin memberikan pengaruh interaksi terhadap diferensiasi jaringan membentuk umbi mikro kentang. Selain itu penggunaan air kelapa yang mengandung sitokinin berperan dalam pengaturan pembelahan sel, poliferasi tunas ketiak, penghambatan pertumbuhan akar dan induksi umbi mikro pada kentang. (Wattimena, l986). Hal ini juga didukung pendapat Sumiati (l989) menyatakan bahwa dalam air kelapa terkandung auksin dan sitokinin, bila dalam jumlah yang cukup akan merespon pertumbuhan dan perkembangan sel membentuk tunas dan mempercepat pembentukan umbi mikro kentang. Pada Tabel 2 menunjukkan ada beberapa perlakuan yang justru mengalami sedikit penurunan persentase terbentuknyya umbi. Hal ini merupakan fenomena alami yang sering juga terjadi di alam, yaitu persaingan atau perebutan hasil asimilat diantara umbi,

sehingga umbi yang baru terinisiasi dapat kembali menjadi tunas, karena asimilat terserap umbi lain. Tabel 2. Persentase keserempakan terbentuknya umbi pada 2, 4, 6 dan 8 mst. Perlakuan (mg/l) Persentase terbentuknya umbi 2 mst 4 mst 6 mst 8 mst CCC 0 + Asp 0 CCC 0 + Asp 5 CCC 0 + Asp l0 CCC 0 + Asp l5 CCC 0 + Asp 20 CCC 0 + Asp 25 52,87 25,00 29,26 36,21 44,00 8,09 75,93 80,77 70,18 55,87 77,80 37,13 74,07 73,08 76,97 74,50 82,20 59,43 CCC 600 + Asp 0 CCC 600 + Asp 5 CCC 600 + Asp l0 CCC 600 + Asp l5 CCC 600 + Asp 20 CCC 600 + Asp 25 51,43 79,44 54,70 60,00 51,85 79.07 57, 14 85,35 78,80 61,11 95,35 57, 14 70, 16 89,00 85,19 95,35 Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan retardan dan CCC berbeda nyata terhadap jumlah umbi pada 2, 4, 6 dan 8 mst. Perlakuan tanpa CCC dan Aspirin dengan konsentrasi 5, l0, l5, 20 dan 25 mg/l pada 8 mst berbeda nyata dengan kontrol. Sedangkan perlakuan CCC 600 mg/l dengan Aspirin 0, 5, 20 dan 25 mg/l nyata lebih banyak jumlah umbinya dibandingkan perlakuan lain. Hal ini karena CCC mengandung asam amino yang dapat merombak Acetyl Co A yang berperan dalam proses respirasi sel menghasilkan energi (ATP), mengalami metabolisme sel untuk membentuk protein (Schneider, l996). Protein ini diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan umbi kentang. Penambahan asam amino dapat memperbaiki pertumbuhan dan morfogenesis (Gunawan, l988).

Tabel 3. Rerata jumlah umbi pada 2, 4, 6 dan 8 mst. Perlakuan (mg/l) Minggu ke (mst) 2 4 6 8 CCC 0 + Asp 0 CCC 0 + Asp 5 CCC 0 + Asp l0 CCC 0 + Asp l5 CCC 0 + Asp 20 CCC 0 + Asp 25 5,71 ab 3,25 ab 5,17 ab 7,00 a 6,60 a l,27 b 8,20 ab 10,50 ab 12,40 a 10,80 ab 11,67 a 5,83 a 8,00 b 9,50 ab 13,60 ab 14,40 a 12,33 ab 9,33 ab 10,80 b 13,00 ab 17,67 ab 19,33 a 15,00 ab l5,70 ab CCC 600 + Asp 0 CCC 600 + Asp 5 CCC 600 + Asp l0 CCC 600 + Asp l5 CCC 600 + Asp 20 CCC 600 + Asp 25 7,20 ab 9,00 a 3,00 b 3,00 b 7,00 ab 8,50 a 8,00 a 9,67 a 5,00 a 5,20 a 8,25 a 10,25 a 8,00 a 8,00 a 3,00 b 5,67 ab 11,5 a 10,25 a l4,00 a 11,33 ab 3,00 c 5,00 bc 13,50 ab 10,75 ab Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Gambar l. Umbi mikro kentang dengan perlakuan CCC 0 + Asp l5, CCC 0 + Asp 20, CCC 0 + Asp 25 mg/l (4, 5, 6) Gambar 2. perlakuan CCC 600 + Asp l5, CCC 600 + Asp 20 dan CCC 600 + Asp 25 mg/l (l0, 11dan l2) pada umur 8 mst. Ditinjau dari grafik regresi pada gambar 36 maka dapat diketahui adanya interaksi antara perlakuan CCC dan aspirin. Pada perlakuan tanpa CCC menunjukkan jumlah umbi maksimum terletak pada taraf aspirin antara 10,28 dan 12,73 mg/l. Pada perlakuan CCC 600 mg/l diperoleh jumlah umbi minimum terletak pada taraf aspirin antara 10,76 mg/l dan 16,63 mg/l

Jumlah umbi Jumlah umbi Jumlah umbi Jumlah umbi Grafik regresi jumlah umbi 4 MST Grafik regresi jumlah umbi 2 MST 14 12 10 CCC 0 mg/l 8 CCC 600 mg/l 6 4 2 0 0 5 10 15 20 25 Taraf aspirin (mg/l) 10 9 8 7 CCC 0 mg/l 6 CCC 600 mg/l 5 4 3 2 1 0 0 5 10 15 20 25 Taraf aspirin (mg/l) Gambar 3. Grafik regresi jumlah umbi dengan perlakuan CCC + Asp pada 2 MST 16 14 12 10 8 6 4 2 Grafik regresi jumlah umbi 6 MST 0 0 5 10 15 20 25 Taraf aspirin (mg/l) CCC 0 mg/l CCC 600 mg/l Gambar 4. Grafik regresi jumlah umbi dengan perlakuan CCC + Aspirin pada 4 MST 25 20 15 10 5 Grafik regresi jumlah umbi 8 MST 0 0 5 10 15 20 25 Taraf aspirin (mg/l) CCC 0 mg/l CCC 600 mg/l Gambar 5. Grafik regresi jumlah umbi dengan perlakuan CCC + Aspirin pada 6 MST Gambar 6. Grafik regresi jumlah umbi dengan perlakuan CCC + Aspirin pada 8 MST Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat beda nyata perlakuan CCC dan Aspirin terhadap parameter bobot segar. tetapi tidak berbeda nyata terhadap bobot kering. Pada parameter bobot segar tanaman perlakuan CCC 600 mg/l dan Aspirin 5, l5, 20 dan 25 mg/l dapat meningkatkan hasil bobot segar umbi yang terbentuk. Hal ini karena retardan (CCC) sebagai senyawa organik sintetik yang bila diberikan ke tanaman yang responsif menghambat perpanjangan sel pada meristem sub apical, mengurangi laju perpanjangan batang tanpa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun, memperbesar umbi dan meningkatkan pembuahan (Dicks, l979). Jika CCC dikombinasikan dengan Aspirin pada konsentrasi yang seimbang, akan merespon pembesaran umbi. Aspirin mengandung asam amino merupakan sumber N organik yang menurut Thom et al (1981 dalam George dan Sherington, 1984) lebih cepat diambil daripada N anorganik dalam media yang sama. Beberapa asam amino memang dibuktikan mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan in

vitro tanaman (Gunawan, l988). Penambahan Asparagin dan Alanin, Aspirin merangsang pembentukan pucuk dalam kultur kentang (Wattimena, l99l). Pada parameter bobot kering tanaman menunjukkan bahwa tidak beda nyata, artinya kandungan asimilat pada umbi antar perlakuan hampir sama sehingga respon dalam pertumbuhan umbi sama. Pemberian CCC maupun Aspirin dalam media MS belum merespon kandungan asimilat dalam umbi, diduga konsentrasi CCC dan Aspirin belum seimbang. Menurut Santosa dan Fatimah (2004) menyatakan bahwa terdapat 3 syarat dalam sistem respon tanaman terhadap pemberian ZPT yaitu : (1) ZPT harus ada dalam jumlah yang cukup dalam sel yang tepat, (2) ZPT harus dikenali dan diikat erat oleh setiap kelompok sel yang tanggap terhadap ZPT, (3) Protein penerima tersebut harus menyebabkan perubahan metabolik lain yang mengarah pada penguatan isyarat. Tabel 4. Rerata bobot segar dan bobot kering umbi mikro kentang pada 8 mst. Perlakuan (mg/l) Bobot segar (g) Bobot kering (g) Umbi Brangkas Umbi Brangkas CCC 0 + Asp 0 CCC 0 + Asp 5 CCC 0 + Asp l0 CCC 0 + Asp l5 CCC 0 + Asp 20 CCC 0 + Asp 25 0,83 a 0,91 a 0,80 a 0,56 b 0,89 a 0,55 b 2,57 a 1,49 b 2,45 a 1,89 a 1,30 b 2,32 a 0,13 a 0,28 a 0,25 a 0,10 a 0, 18 a 0,21 a 0, 15 a 0, 11 a 0, 12 a 0,23 a 0,09 a 0, 17 a CCC 600 + Asp 0 CCC 600 + Asp 5 CCC 600 + Asp l0 CCC 600 + Asp l5 CCC 600 + Asp 20 CCC 600 + Asp 25 0,73 bc 1,15 ab 0,26 d 0,67 cd 1,32 a 1,08 abc 1,77 bc 2,40 ab 1,06 c 1,58 c 2,60 a 2,77 a 0,24 a 0,24 a 0,03 a 0,18 a 0,33 a 0,22 a 0,14 a 0,15 a 0,07 a 0,13 a 0,14 a 0,15 a Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. D. Kesimpulan (l) penggunaan retardan (CCC) dan Aspirin dapat mempengaruhi pembentukan umbi mikro kentang secara in vitro, (2) kombinasi antara CCC 600 mg/l dan Aspirin 5 mg/l memberi hasil terbaik dalam menginduksi pembentukan umbi mikro kentang secara in

vitro, (3) kombinasi antara perlakuan CCC 600 mg/l dan Aspirin 5, 20 dan 25 mg/l dapat meningkatkan hasil bobot segar umbi yang terbentuk Daftar Pustaka George, E.F., and P.D. Sherrington. 1984. Plant propagation by tissue culture. Exegetics Ltd. England. Gunawan, L.V. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan, PAUBioteknologi IPB. Bogor. 303 hal. Santosa, U dan Fatimah, N. 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang 191 hal. Sumiati, E. l989. Teknik Kultur Jaringan untuk Perbanyakan Cepat Tanaman Kentang. Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Hal l95209. Schneider, N. l996. The Botanical World. Times Mirror Higher Education Group, Inc. All Righ Reserved. London. Hal 23l235. Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien. Agromedia Pustaka. Jakarta. 105 hal. Wattimena, G.A. l988. Zat Pengatur Tumbuh. PAU IPB. Bogor l45 hal. Wattimena, G.A. l99l. Kultur Jaringan Tanaman Kentang. Makalah pada Training Course on Potato Seed Technology. Dir Bina Prod. FAO.

KRISIS KETAHANAN PANGAN, BIOFUEL ALTERNATIF? KOMODITAS SAYURAN, BAHAN PANGAN KENTANG NILAI EKONOMIS, GIZI TINGGI, BIBIT YANG UNGGUL, LAHAN TERBATAS IN VITRO ZPT MEMACU PEMBENTUKAN UMBI MIKRO RETARDAN (CCC) DAN ASPIRIN KOMPOSISI MEDIA