Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) Ekstrak Daun Kelakai (Stenochlaena palustris)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS SERTA ANTIOKSIDAN EKSTRAK PROPOLIS PEMBUNGKUS MADU LEBAH Trigona Incisa DENGAN METODE 2,2-diphenyl-1- picrylhidrazyl (DPPH)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ALAMI DAUN TUMBUHAN KELAKAI (Stenochlaena palustris) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus Website :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

SKRINING AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI BEBERAPA JENIS SPON LAUT ASAL PULAU MANDEH SUMATERA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

3. METODOLOGI. Gambar 5 Lokasi koleksi contoh lamun di Pulau Pramuka, DKI Jakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BATANG KERSEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

Musyarrifah, Asriani Ilyas, dan Maswati Baharuddin Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

3 METODOLOGI PENELITIAN

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

KAJIAN FITOKIMIA DAN TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN PINANG YAKI Areca Vestiaria Giseke

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

UJI TOKSISITAS (Brine Shrimp Lethality Test) EKSTRAK DAN ISOLAT FRAKSI KLOROFORM DARI DAUN KEREHAU (Callicarpa longifolia Lamk.)

Jurnal Kimia Mulawarman Volume 12 Nomor 1 November 2014 ISSN Kimia FMIPA Unmul

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

3. METODOLOGI PENELITIAN

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DARI DAUN TURI (Sesbania grandiflora Pers)

Transkripsi:

Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) Ekstrak Daun Kelakai (Stenochlaena palustris) Devi Anggraeni S. 1,* dan Erwin 1 1 Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mulawarman *Email: ipingdepi@gmail.com Abstract Has conducted research with the title "Phytochemicals and Toxicity Test Test (Brine Shrimp Lethality Test) Leaf Extract Kelakai (Stenochlaena palustris). This study aims to determine the leaf extract kelakai (Stenochlaena palustris) had secondary metabolites and determine toxicity with LC50 values after addition of kelakai leaf extract (Stenochlaena palustris). The concentration required to kill shrimp larvae do the manufacture of crude extract, fraction of n-hexane and ethyl acetate fraction with some degree of concentration which is then inserted into the plate containing the larval shrimp, then counted the dead shrimp larvae. The test results of secondary metabolites kelakai leaf extracts showed that ethanol, n-hexane fraction and ethyl acetate containing alkaloids, steroids and flavonoids. The test results showed that kelakai leaf BSLT most active fraction is the fraction of ethyl acetate with LC50 values of 92.6451 ppm. Keywords phytochemicals, toxicity, LC50, artemia salina. Pendahuluan Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak potensi keanekaragaman, baik habitat, maupun flora dan fauna yang dimilikinya. Keanekaragaman ini pula membuat Indonesia memiliki banyak keanekaragaman hayati terutama dalam tanaman herbal. Namun pada kenyataannya, pemanfaatan yang dilakukan saat ini masih belum optimal, karena sebagian besar kekayaan herbal Indonesia masih belum tergali dengan baik, sehingga banyak tanaman herbal yang belum dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri obat tradisional. Pemanfaatan tanaman herbal untuk pengobatan tradisional telah menyatu dimasyarakat. Hal ini dikarenakan tanaman herbal memiliki beberapa keuntungan, salah satunya yaitu memiliki efek samping yang rendah apabila dibandingkan dengan obat yang terbuat dari bahan sintetik. Selain itu, tanaman herbal juga mudah di produksi, mudah diperoleh, dan murah dibandingkan dengan obat sintetik. Pada penggunaan bahan baku obat baik terbuat secara alami maupun sintetis, bahan baku obat tersebut harus dilakukan uji toksistas terlebih dahulu, sehingga dalam penerapan bisa dinyatakna aman dan diketahui seberapa besar jumah toksisitas yang terkandung di dalam bahan obat tersebut. Uji toksisitas merupakan salah satu uji aktivitas biologi terhadap ekstrak atau fraksi isolat tanaman dengan mengamati respon kematian pada hewan percobaan. Hewan percobaan untuk uji toksisitas biasanya menggunakan ikan, larva nyamuk dan larva udang. Kematian dari hewan percobaan dianggap sebagai respon terhadap pengaruh senyawa tertentu. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Meyer, senyawa kimia yang mempunyai nilai LC 50 kurang dari 1000 ppm dikatakan mememiliki potensi toksik [1]. Hasil skrining fitokimia menjelaskan bahwa daun kelakai memiliki senyawa aktif seperti alkaloid dan steroid yang diduga berperan terkait dengan kulit. Selain diduga adanya flavonoid terkait dugaan keberadaan senyawa antioksidan seperti vitamin A dan C, informasi ilmiah lainnya adalah terdapatnya potongan metabolit primer (lemak, protein) dan metabolit sekunder (flavonoid, steroid dan alkaloid) didalam jaringan komponen tumbuhan kelakai [2]. Penelitian mengenai salah satu tumbuhan paku yaitu daun kelakai telah ada yang menguji mengenai antioksidan dari ekstrak metanol daun kelakai. Oleh karena itu penelitian ini untuk mengetahui ketoksisitasan dari tumbuhan daun kelakai sebelum dilakukan uji lanjut dalam pengujian pembuatan bahan obat. Metodologi Alat Alat-alat yang digunakan ialah blender, seperangkat alat gelas laboratorium, seperangkat alat maserasi ekstrak daun 71

kelakai, rotary evapor, corong pisah, pipet tetes, erlenmeyer 25 ml, Lampu, tiang statif, botol semprot, rak tabung, tabung reaksi, tanki biakan larva udang, pipet mikro, timbangan neraca dan vial. Bahan Daun kelakai (Strenochlaena Palustris), etanol, n-heksana, etil asetat, kertas saring, H 2 SO 4 2M, HCl pekat, CHCl 3, CH 3 COOH anhidrat, H 2 SO 4 pekat, FeCl 3 1%, serbuk Mg, reagen dragendorrf, DMSO, air laut, alumunium foil, kertas saring dan telur udang. Prosedur Penelitian Ekstraksi Daun Kelakai Simplisia kering yang dihaluskan diekstraksi dengan maserasi ke dalam wadah kaca, kemudian direndam dengan pelarut etanol. Ekstraksi dilakukan hingga ekstrak tidak berwarna lagi, kemudian dilanjutkan dengan proses penyaringan. Dilakukan penguapan pelarut etanol ekstrak daun kelakai menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak total daun yang kemudian difraksinasi berdasarkan perbedaan kepolaran pelarut-pelarut organik. Dilakukan fraksinasi ekstrak total daun kelakai dengan n-heksana (1:1) sehingga diperoleh 2 fraksi yaitu etanol dan fraksi n- heksana. Fraksi n-heksana dipekatkan dengan rotary evaporator dan disebut sebagai ekstrak fraksi n-heksana. Selanjutnya fraksi etanol difraksinasi dengan penambahan etil asetat. Dari fraksinasi kedua diperoleh 2 fraksi, yaitu fraksi etil asetat dan fraksi etanol. Kemudian kedua fraksi tersebut dipekatkan dengan rotary evaporator dan hasilnya masing-masing disebut sebagai ekstrak fraksi etil asetat dan ekstrak fraksi etanol. Pada ekstrak kasar etanol daun kelakai, fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui jenis senyawa kimia metabolit sekunder yang dikandung setiap fraksi dan ekstrak total. Selanjutnya dilakukan uji Fitokimia dan uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Uji Metabolit Sekunder Uji Alkaloid, Ekstrak kasar daun kelakai dan fraksi-fraksinya ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendroff (campuran Bi(NO3)2.5H2O dalam asam nitrat dan larutan KI). Adanya alkaloid ditunjukan dengan terbentuknya endapan jingga sampai merah coklat dengan peraksi Dragendorff [3]. Uji Terpenoid dan Steroid (Uji Lieberman Burchard), Ekstrak kasar daun kelakai dan fraksi- fraksinya ditambahkan CHCl3 lalu ditambah 3 tetes pereaksi Lieberman- Burchard (CH3COOH unhidrat: H2SO4 pekat = 19:1). Uji poditif triterpenoid memberikan warna merah atau ungu dan uji positif steroid memberikan warna hijau atau biru [4]. Uji Fenolik, Ekstrak kasar kelakai dan fraksi- fraksinya ditambahkan air panas lalu ditambahkan beberapa tetes FeCl 3 1%. Uji positif ditunjukan oleh terbentuknya larutan berwarna hijau, merah, ungu atau biru sampai hitam pekat [4]. Uji Flavonoid, Ekstrak kasar kelakai dan fraksi-fraksinya dilarutkan dengan air panas lalu ditambah 2 mg serbuk Mg dan 3 tetes HCl pekat. Uji positif ditunjukan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga [4]. Uji Saponin, Ekstrak kasar daun kelakai dan fraksi-fraksinya ditambahkan sedikit air panas lalu dikocok kuat-kuat, jika timbul busa ditambah 1 tetes HCL pekat. Ekstrak poitif mengandung saponin jika timbul busa dengan ketinggian 1-3 cm yang bertahan selama 15 menit [4]. Uji Toksisitas Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Dalam persiapan larutan sampel 1 mg ektrak total, fraksi n- heksan dan fraksi etil asetat masing-masing dilarutkan dalam 100 ml DMSO sambil diaduk. Diencerkan dengan 150 μl akuades sehingga volume total menjadi 250 μl. Selanjutnya, diambil 200 μl larutan ini lalu diencerkan dengan 600 μl sehingga volume total menjadi 800 μl dan konsentrasi menjadi: Larutan kontrol dibuat sama dengan prosedur diatas tanpa penggunaan sampel. Penetasan larva udang ditetaskan dalam 100 ml air laut. Selanjutnya diberi pencahayaan TL agar menetes sempurna. Setelah 24 jam telur udang menetas dan siap untuk diujicobakan. Pengujian toksisitas. Disiapkan 2 plat mikro standar masing-masing untuk plat uji dan plat kontrol. Pada baris 1 dan 2 masing-masing tiga kolom dimasukkan 100 μl larutan sampel pada plat uji dan 100 μl larutan kontrol pada plat kontrol. Larutan baris 2 diencerkan dengan 100 μl akuades dan diaduk. Kemudian dipipet kembali 100 μl dimasukkan kedalam baris 3 diencerkan kembali 100 μl akuades sambil diaduk dan 72

seterusnya dengan cara yang sama sampai baris terakhir. Sehingga konsentrasi larutan untuk masing-masing baris sebagai berikut, baris 1 = 1000 ppm, baris 2 = 50% dari baris 1, baris 3 = 50% dari baris kedua dan seterusnya. Selanjutnya larutan sampel pada plat uji dan larutan kontrol ditambah 100 μl air laut yang mengandung 8-15 larva udang, kemudian dibiarkan selama 24 jam. Dihitung jumlah rata-rata larva udang yang mati dan hidup untuk setiap baris dari plat uji. Analisa harga LC 50 senyawa ditentukan dengan menggunakan analisis probit [3]. Hasil dan Pembahasan Ekstraksi Daun Kelakai Berat kering serbuk daun yang dihasilkan dari tumbuhan kelakai (Stenolachlaena Palutris) halus yang digunakan dalam penelitian ini adalah seberat 512 gr. Tabel 1. Berat dari Ekstrak Kasar dan Masing- Masing Fraksi No. Jenis Ekstrak Berat (gram) 1. Ekstrak kasar etanol 31 2. Ekstrak Fraksi n- heksana 3. Ekstrak Fraksi eti asetat Sampel yang telah terkumpul dicuci bersih yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang beupa debu, jamur dan cendawan yang terdapat pada sampel. Sampel yang sudah dicuci bersih sampel dikering anginkan dan penghindaran dari cahaya matahari langsung yang bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung didalam sampel, mencegah kerja enzim dan hilangnya metabolit sekunder pada sampel yang disebabkan oleh peningkatan suhu (menguap) ataupun reaksi yang terjadi karena sinar UV dari matahari. Setelah itu sampel yang sudah kering dipotong- potong dan dihaluskan, penghalusan sampel daun kelakai bertujuan untuk memaksimalkan interaksi etanol (pelarut) dengan sampel daun kelakai sehingga diharapkan keseluruhan metabolit sekunder dapat terekstrak, setelah sampel dihaluskan kemudian sampel yang telah halus ditimbang. Proses penghalusan ukuran sampel tidak boleh terlalu halus karena apabila sampel tersebut berbentuk serbuk yang sangat halus akan mempersulit penyaringan karena butir-butir halus membentuk suatu suspensi yang sangat sulit 7 5 dipisahkan dengan hasil penyaringan yang akan mengakibatkan hasil penyaringan tersebut tidak murni lagi tetapi tercampur dengan pertikel-partikel halus sehingga dapat menyulitkan proses penyarian metabolit sekunder yang terkandung didalam sampel. Dengan penyerbukan yang terlalu halus menyebabkan bayak dinding sel yang pecah, sehingga zat yang tidak diinginkan ikut ke dalam hasil penyarian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986). Setelah sampel halus dimaserasi degan etanol didalam boto gelap yang tertutup rapat agar etanol yang digunakan sebagai pelarut tidak menguap ke udara. Maserasi adalah proses perendaman sampel denga pelarut organik, pada penelitian ini pelarut yang digunakan adalah etanol yang ditempatkan pada suhu ruangan. Proses maserasi diakukan pada suhu kamar sambil beberapa kali dikocok. Pada proses perendaman sampel akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam sel dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang terkandung didalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstrak senyawa akan sempurna karena perendaman dapat diatur [5]. Maserasi memiliki beberapa keuntungan yaitu cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan tidak mengunakan pemanasan karena pemanasan dapat merusak metabolit sekunder yang terkandung didalam sampel. Proses maserasi dilakukan 3 kali hingga warna dari filtratnya menjadi agak bening. Pelarut yang digunakan adalah etanol karena etanol dapat lebih cepat efektif, kapang dan jamur sulit tumbuh dalam etanol, absorpsinya baik, etanol dapat berampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatannya lebih sedikit. Setelah proses maserasi selesai, dilakukan penyaringan dan filtrat yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40ºC [4]. Hingga diperoleh ekstrak kental etanol. Pada proses ini penggunaan temperatur dapat dihindari dengan memanfaatkan adanya pompa vakum dengan pengaliran air sehingga dalam alat akan terjadi pengurangan tekanan dan pelarut akan menguap pada temperatur di bawah titik didihnya. Penggunaan kondisi vakum bertujuan untuk menghindari tergedegrasinya senyawa metabolit sekunder selama proses pemekatan atau pengurangan pelarut karena tidak menggunakan panas [5]. Selanjutnya 73

ekstrak kasar etanol difraksinasi berdasarkan pada perbedaan kepolaran pelarut-pelarut organik. Kemudian ekstrak kasar etanol yang telah bebas etanol dilarutkan kembali dengan etanol lalu difraksinasi dengan n-heksana dengan perbandingan 2:1 ( terlebih dahulu yang bertujuan agar seluruh senyawa metabolit sekunder yang bersifat nonpolar akan terlarut atau tertarik ke dalam pelarut n- heksana. Fraksinasi dengan n-heksana dilakukan berulang-ulang hingga larutan hasil fraksinasi menjadi bening dari warna larutan semula. Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan corong pisah sehingga diperoleh fraksi n-hekasana dan ekstrak etanol. Selanjutnya dilanjutkan fraksinasi ekstrak etanol dengan etil asetat. Fraksinasi dengan etil asetat ini juga dilakukan berulang kali hingga larutan hasil fraksinasi menjadi bening. Tujuan diakukan fraksinasi berulang kali yaitu senyawa meabolit sekunder yang terkandung didalam ekstrak etanol terpisah dan terlarut kedalam masing-masing pelarutnya. Diperoleh fraksi etil asetat, setelah itu kedua fraksi tersebut diuapkan ke dalam sloci yang sudah diketahui berat kosongnya lalu ditutup dengan alumunium foil dengan diberi lubang-lubang kecil setelah itu dimasukan kedalam desikator dan ditunggu hingga sampel kering. Setelah kering ditimbang ekstrak yang didapat. Dari hasil fraksinasi diperoleh dua ekstrak yaitu ekstrak fraksi n-heksana dan ekstrak fraksi etil asetat. Uji Analisis Fitokimia Berdasarkan hasil uji fitokimia terhadap ekstrak kasar etanol, fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat daun tumbuhan kelakai (Stenolachlaena Palutris) diketahui kandungan jenis senyawa metabolit sekunder senyawa sekundernya. Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia dari Ekstrak Kasar Masing-Masing Fraksi Daun Tumbuhan Kelakai (Stenolachlaena Palutris) Jenis ekstrak Jenis Senyawa Ekstrak kasar Etanol Fraksi n- heksana Fraksi Etil Asetat Alkaloid + + + Saponin _ Steroid + + + Flavonoid + + + Fenolik _ Keterangan : + = Mengandung senyawa metabolit sekunder - = Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder Daun Kelakai pada ekstrak kasar, ekstrak frasi n-heksana dan ekstrak fraksi etil asetat daun tumbuhan kelakai (Stenolachlaena Palutris) mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, steroid dan flavonoid. Uji Toksisitas (BSLT) Pengujian toksisitas diakukan dengan menggunakan metode BSLT (brine shrimp lethality test) dengan larva udang Artemia salina Leach. Metode BSLT dipilih dengan berbagai alasan. Alasan petama, metode ini merupakan metode penapisan farmakologi awal yang mudah dan relatife tidak mahal. Kedua, metode ini merupakan metode yang telah teruji hasilnya dngan tingkat kepercayaan 95% untuk mengamati toksisitas suatu senyawa di dalam ekstrak kasar dan yang keempat metode ini sering dikaitkan sebagai metode penapisan untuk penyarian senyawa antikanker dari tanaman. Larva udang memiliki kulit yang tipis dan peka terhadap lingkungannya. Zat atau senyawa asing yang ada di lingkungannya akan terserap kedalam tubuh dengan cara difusi dan langsung mempengaruhi kehidupan larva udag tersebut. Larva udang yang sensitif ini akan mati apabila zat atau senyawa asing tersebut bersifat toksik (Meyer et al., 1982). BSLT pada penelitian ini menggunakan larva udang Artemia salima Leach. sebanyak 8-15 ekor pada setiap kolom uji yang ditambahkan ekstrak tanaman dari masing-masing pelarut. Percobaan dilakukan secara triplo dengan konsentrasi ekstrak 1000, 500, 250, 125, 62.5, 31.25, 15.62 dan 7,8 ppm. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan analisis probit SAS terhadap ektrak kasar, fraksi n-heksana dan etil asetat dari daun tumbuhan kelakai (Stenolachlaena Palutris) diperoleh nilai LC 50 (Lethal Concentration 50%). Tabel 3. Nilai LC 50 Uji Mortalitas Larva Udang Jenis Ekstrak LC 50 (ppm) Ekstrak Kasar 760.099 Ekstrak n-heksana 463.2861 Ekstrak etil asetat 92.6451 Berdasarkan studi yang dilakukan Meyer, senyawa kimia dikatakan berpotensi aktif bila mempunyai LC 50 kurang dari 1000 ppm. Untuk hasil uji BSLT pada Tabel 4.3 dari ekstrak kasar diperoleh nilai LC 50 sebesar 760.009 ppm, fraksi n-heksana diperoleh 74

LC 50 sebesar 463.2861 dan fraksi etil asetat diperoleh nilai LC 50 sebesar 92.6451 ppm. Nilai ini menunjukan bahwa pada konsentrasi tersebut, ekstrak sampel mampu membunuh larva udang sampai 50% populasi. Kesimpulan Kandungan metabolit sekunder yang terkandung didalam sampel yaitu daun kelakai (Stenochlaena palutris) yaitu senyawa alkaloid, steroid dan flavonoid Berdasarkan hasil uji LC 50 mortalitas larva udang (BSLT) didapatkan nilai LC 50 masingmasing ekstrak.. pada ekstrak etanol nilai LC 50 didapatkan 760.099 ppm, fraksi n- heksana didapatkan 463.2861 ppm dan pada fraksi eti setat diperoleh 92.6451 ppm dimana fraksi etil asetat memiliki toksisitas yang paling tinggi. Referensi [1] Dewi, N.A. 2011. Potensi Ekstrak Daun Rambutan (Naphelium lappaceum L.) sebagai pembasmi larva nyamuk Culex pipiens. Skripsi. Samarinda: Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman. [2] Maharani. 2005. Studi Potensi Kelakai (Stenochlaena palutris) Sebagai pangan Fungsional. PKM Penelitian, Fakultas Pertanian UNLAM, Banjarbaru. [3] Robinson, T.1995. Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung: Penerbit ITB [4] Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB. [5] Darwis, D. 2000. Uji kandungan Fitokimia Metabolit Sekunder. Padang. Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015 75