KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Banten

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Halaman ini sengaja dikosongkan.

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. Triwulan I 2016

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741-62445 Fax : 0741 62112 Webiste : http://www.bi.go.id

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi triwulan I 2015 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi triwulan I 2015 tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2015 sebesar 4,7% (yoy), akan tetapi lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,5% (yoy)) dan triwulan I 2014 (10,3% (yoy)). Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp31,1 triliun atau 1,4% dari perekonomian Indonesia (Rp2.157,5 triliun). Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 4,88% (yoy) lebih tinggi dari triwulan lalu 8,72% (yoy) dan inflasi nasional 6,38% (yoy).sementara itu inflasi Bungo pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 4,92% (yoy). Perkembangan perbankan sedikit mengalami peningkatan akibat kenaikan pada dana pihak ketiga dan kredit. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor berada pada posisi yaitu sebesar 116,85% yang mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi. Kualitas kredit bank umum juga masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,89%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Dalam penyusunan KEKR triwulan I 2015 kami banyak memperoleh support dari dinasdinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Mei 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI V. Carlusa Kepala Perwakilan

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

DAFTAR ISI Daftar Isi...... vii Daftar Tabel... ix Daftar Grafik... xi Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii Ringkasan Eksekutif... 1 BAB I. Ekonomi Makro Regional... 7 Boks 1 A. Umum... 7 B. PDRB Sisi lapangan Usaha... 9 1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan... 10 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian...... 13 3. Sektor Industri Pengolahan..... 14 5. Sektor-sektor Lain...... 15 C. PDRB Sisi Penggunaan... 18 1. Pengeluaran Konsumsi...... 20 2. Investasi...... 21 3. Perdagangan Eksternal...... 23 3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi..... 24 3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi... 26 Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi 29 BAB II. Inflasi... 33 A. Kajian Umum... 33 B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang... 35 1. Kelompok Bahan Makanan...... 40 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau...... 43 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar...... 43 4. Kelompok Sandang...... 44 5. Kelompok Kesehatan...... 44 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga..... 45 7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 45 C. Inflasi Kota Bungo... 46 BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran... 51 A. Bank Umum... 52 vii

1. Perkembangan Aset Bank...... 52 2. Perkembangan Dana Masyarakat..... 52 3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana.... 57 4. Undisbursed Loan..... 62 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi... 63 6. Perkembangan Kredit UMKM..... 65 B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)... 67 C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai... 68 1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi.... 69 2. Penyediaan Uang Layak Edar..... 69 3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.... 70 4. Perkembangan Kliring Lokal...... 70 5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).... 71 BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah... 73 A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan IV Tahun 2014... 73 B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan IV Tahun 2014... 74 C. Keuangan Pemerintah Daerah...... 76 BAB V Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan... 77 A. Ketenagakerjaan Daerah... 77 B. Kesejahteraan...... 85 Boks 2 Bonus Demografi Sebagai Motor Penggerak Perekonomian... 87 BAB VI Prospek Perekonomian... 95 Lampiran Glosary A. Pertumbuhan Ekonomi... 96 B. Proyeksi Inflasi... 99 C. Rekomendasi Kebijakan..... 101 vii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

DAFTAR TABEL 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) 8 1.2 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang 15 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) 19 1.4 Indeks Tendensi Konsumen 20 1.5 PMA dan PMDN Provinsi Jambi 23 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 37 2.2 Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 38 2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan I 2015 39 2.4 Perkembangan Inflasi Kota Bungo 47 2.5 Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Bungo berdasarkan kelompok dan sub kelompok barang dan jasa 47 2.6 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi periode triwulan I - 2015 50 3.1 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 54 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 56 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek 57 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 58 3.5 Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi di Proyek Provinsi Jambi 62 3.6 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 63 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi 64 3.8 Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi 68 3.9 Perkembangan Transaksi RTGS 72 4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan I 2015 74 4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan I Tahun 2015 75 5.1 Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja 78 5.2 Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama 80 5.3 Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama 81 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI ix

5.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor 84 6.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 97 x KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

DAFTAR GRAFIK 1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 7 1.2 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2014 10 1.3 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2015 10 1.4 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 11 1.5 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 12 1.6 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 13 1.7 Pertumbuhan Lifting (Barrel) Minyak 13 1.8 Pertumbuhan Lifting (MMBTU) Gas 13 1.9 Perkembangan Produksi Karet Jambi 15 1.10 Tingkat Hunian Hotel 16 1.11 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 17 1.12 Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN 17 1.13 Perkembangan Total Pemakaian Air Bersih 17 1.14 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 18 1.15 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang 18 1.16 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan I Tahun 2014 19 1.17 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan I Tahun 2015 19 1.18 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 21 1.19 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 22 1.20 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 23 1.21 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 24 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 25 1.23 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 25 1.24 Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 25 1.25 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 26 1.26 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 27 1.27 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 27 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 33 2.2 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) 34 2.3 Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau Sumatera per Maret 2015 35 2.4 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 40 2.5 Perkembangan Harga Jagung 41 2.6 Perkembangan Harga Beras 41 2.7 Perkembangan Harga Tepung Terigu 42 2.8 Perkembangan Harga Daging 42 2.9 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 43 2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 44 2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 46 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014-2015 46 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 52 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI xi

3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 54 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 63 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi 65 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 66 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 66 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 69 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 71 4.1 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 76 5.1 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 85 6.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015 99 6.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015 99 6.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015 100 xii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH c. Sistem Pembayaran Uraian 2013 2014 2015 TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I Kliring Nilai Kliring (juta Rp) 2,519,686 2,800,410 2,577,906 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 2,202,247 Volume Kliring (lembar warkat) 72,639 76,559 71,104 70,456 68,552 74,520 70,240 69,012 62,245 Cek dan BG Kosong Lembar 1,463 1,811 1,837 1,635 1,472 1,974 1,847 1,783 1,529 Nominal (juta Rp) 83,121 64,290 56,120 63,174 56,789 83,457 71,186 99,967 52,135 RTGS RTGS dari Jambi (miliar Rp) 15,535 19,666 20,189 22,181 19,684 26,992 38,703 40,778 34,079 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 22,244 22,658 26,876 33,327 22,514 40,455 53,698 49,646 39,055 RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 4,032 4,695 7,422 6,521 5,072 11,033 12,937 4,833 4,347 Transaksi Tunai Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 846,548 1,031,722 1,453,196 810,929 880,393 976,622 1,948,349 921,379 1,445,865 Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,034,718 1,682,989 2,605,130 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 1,285,175 Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (188,170) (651,267) (1,151,935) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) 160,690 ix

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH b. Perbankan INDIKATOR 2013 2014 2015 TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I PERBANKAN A. Bank Umum : Total Aset (Rp Juta) 26,618,428 27,833,632 28,538,630 28,676,080 29,691,060 34,853,104 34,345,898 32,675,144 34,622,605 DPK(Rp Juta) 18,376,298 19,154,658 19,520,974 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,986 - Tabungan 9,492,101 9,646,142 10,070,264 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 10,847,414 - Giro 3,753,003 4,120,387 3,744,864 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 3,842,142 - Deposito 5,131,194 5,388,129 5,705,847 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 8,044,430 Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi 26,471,507 28,211,297 29,925,232 26,955,932 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 34,107,025 - Modal Kerja 10,115,811 9,822,930 10,124,382 8,103,793 10,158,229 10,671,200 11,084,121 11,419,932 11,049,817 - Konsumsi 10,543,228 11,256,968 11,816,000 8,410,345 9,527,809 9,164,037 9,187,047 9,439,228 9,679,800 - Investasi 5,812,468 7,131,399 7,984,850 10,441,794 12,260,417 12,622,800 12,986,343 13,264,947 13,377,408 - Dana 18,732,803 19,527,917 19,916,444 19,898,809 20,473,410 22,719,313 22,958,027 22,508,985 23,275,384 - LDR 141.31 144.47 150.25 135.47 156.04 142.87 144.86 151.60 146.54 Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 - Modal Kerja 7,484,277 7,365,449 7,453,703 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900 - Konsumsi 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207,932 5,959,299 10,762,104 6,134,277 6,430,084 6,663,743 - Investasi 4,033,494 5,481,736 5,752,786 5,864,182 10,409,402 6,071,136 11,050,256 11,281,919 11,414,666 - LDR (%) 109.72 116.02 118.53 121.66 119.22 111.48 112.63 119.42 116.86 - NPL Gross nominal 454,021 473,625 521,247 466,983 492,240 612,619 620,912 654,329 769,060 - NPL Gross % 2.25 1.93 2.25 1.98 2.06 2.46 2.45 2.49 2.89 Kredit MKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3,389,186 3,729,806 3,537,483 3,302,277 3,289,142 3,368,912 3,306,533 3,279,728 3,327,809 - Kredit Modal Kerja 1,498,112 1,313,147 1,309,646 1,260,845 1,317,572 1,415,511 1,376,943 1,424,349 1,457,647 - Kredit Investasi 282,423 623,343 608,907 597,628 618,466 638,798 636,627 647,195 669,772 - Kredit Konsumsi 1,608,652 1,793,316 1,618,930 1,443,804 1,353,104 1,314,602 1,292,963 1,208,184 1,200,391 Kredit Kecil (Rp 50 < x Rp500 juta) ( 9,738,670 10,428,595 11,175,062 11,642,097 11,946,461 12,445,976 12,807,687 13,124,113 13,333,741 - Kredit Modal Kerja 2,147,246 1,827,369 1,887,664 1,914,038 1,895,776 1,949,111 2,015,340 2,020,090 1,998,536 - Kredit Investasi 1,203,160 1,714,598 1,782,084 1,829,234 1,853,755 1,912,349 1,925,125 1,990,458 2,055,800 - Kredit Konsumsi 6,388,264 6,886,628 7,505,314 7,898,825 8,196,931 8,584,516 8,867,222 9,113,566 9,279,404 Kredit Menengah (Rp500 juta < x Rp5 miliar) ((Rp Juta) 3,874,659 4,259,169 4,451,803 4,563,050 4,488,941 4,669,116 4,743,308 4,945,156 4,965,324 - Kredit Modal Kerja 2,515,038 2,762,995 2,810,877 2,853,406 2,808,005 3,038,812 3,096,118 3,226,807 3,229,753 - Kredit Investasi 748,131 831,987 879,018 899,870 876,907 814,947 808,236 836,608 848,942 - Kredit Konsumsi 611,490 664,187 761,909 809,774 804,029 815,357 838,954 881,741 886,629 Total Kredit MKM (Rp Juta) 17,002,515 18,417,570 19,164,348 19,507,424 19,724,544 20,484,004 20,857,528 21,348,998 21,626,874 NPL MKM gross (%) 2.45 2.30 2.70 2.31 2.43 2.90 2.95 2.78 3.22 - NPL MKM Gross Nominal 416,426 423,813 516,557 450,912 480,211 595,039 614,782 593,170 697,392 B. BPR : Total Aset (Rp Juta) 685,560 691,959 760,030 739,510 742,646 731,857 739,748 758,995 766,796 DPK (Rp Juta) 501,520 506,701 551,278 532,417 541,824 539,797 550,872 566,501 580,220 - Tabungan (Rp Juta) 80,242 76,783 81,355 86,236 82,543 83,869 84,072 84,864 84,947 - Deposito (Rp Juta) 421,278 429,918 469,923 446,181 459,281 455,928 466,800 481,637 495,273 Kredit (Rp Juta) 520,039 554,233 567,445 545,175 544,849 541,885 535,557 524,672 524,425 - Modal Kerja 127,272 141,934 156,969 172,919 164,194 171,394 178,183 180,501 189,211 - Investasi 101,531 110,867 111,650 94,718 104,588 105,345 107,637 107,056 107,172 - Konsumsi 291,236 301,432 298,826 277,538 276,067 265,146 249,737 237,115 228,042 Kredit UMKM (Rp Juta) 228,803 218,597 233,076 202,844 227,858 237,051 245,608 248,842 259,465 Rasio NPL Gross (%) 4.37 5.01 5.96 6.30 7.99 10.09 11.13 12.21 14.50 - NPL Gross (Nominal) 22,726 27,743 33,804 34,367 43,534 54,692 59,612 64,046 76,061 LDR (%) 80.43 87.12 81.21 84.26 82.57 85.60 84.13 79.40 80.46 viii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR 2013 2014 2015 TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV 2014 TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi 142.02 144.61 149.71 110.41 110.41 111.51 112.09 113.91 120.04 116.95 Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4) 110.62 110.63 113.13 119.06 116.06 Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 6.06 5.24 7.95 8.74 8.74 7.51 6.47 4.31 8.72 4.88 Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) 6.28 4.58 5.21 8.99 4.92 PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) 1) 26,633,836 28,438,144 28,682,759 29,057,847 120,696,234 29,367,667 30,026,427 30,351,235 30,950,905 31,106,943 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,383,223 7,604,251 7,304,336 7,475,238 31,442,141 7,728,317 7,972,361 7,700,862 8,040,601 8,324,239 Pertambangan dan Penggalian 7,241,637 7,508,507 7,967,823 7,883,183 31,808,635 7,697,413 7,840,131 8,180,838 8,090,252 7,944,791 Industri Pengolahan 3,060,013 3,131,704 3,109,797 3,242,247 13,130,435 3,233,516 3,294,254 3,312,883 3,289,782 3,286,629 Pengadaan Listrik, Gas 12,849 13,031 13,139 13,296 56,412 13,145 13,779 13,954 15,533 13,894 Pengadaan Air 40,479 39,852 39,515 38,116 160,471 39,210 39,683 40,235 41,343 40,756 Konstruksi 1,908,268 1,968,504 1,995,231 2,036,269 8,661,217 2,124,821 2,158,461 2,170,639 2,207,296 2,107,063 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,341,302 2,397,988 2,451,865 2,478,027 10,661,963 2,543,492 2,580,777 2,676,617 2,861,077 2,903,065 Transportasi dan Pergudangan 811,654 831,619 864,123 875,544 3,669,444 896,697 909,096 924,770 938,881 953,382 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 251,328 257,495 259,915 264,373 1,226,622 298,494 303,159 310,095 314,874 319,369 Informasi dan Komunikasi 882,325 893,838 915,730 930,468 3,876,302 942,422 955,154 979,937 998,789 1,029,423 Jasa Keuangan 660,094 668,313 674,820 662,418 2,772,481 673,188 686,360 692,399 720,535 724,964 Real Estate 421,022 424,594 428,306 421,574 1,732,795 425,585 430,236 436,359 440,616 449,598 Jasa Perusahaan 291,119 292,167 294,719 293,830 1,230,408 298,975 304,466 310,600 316,366 321,898 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 858,686 922,508 866,097 1,005,270 4,141,157 984,346 1,028,688 1,044,349 1,083,775 1,056,848 Jasa Pendidikan 938,377 940,292 952,179 854,158 3,694,199 875,384 909,678 943,625 965,511 980,258 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 260,830 270,458 267,833 303,834 1,269,477 308,834 313,943 320,742 325,957 343,763 Jasa lainnya 270,629 273,024 277,333 280,005 1,162,075 283,829 286,203 292,330 299,714 307,002 Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) 261,826 295,320 302,121 283,939 1,020,560 263,619 278,279 223,628 255,033 248,706.46 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 814,244 1,161,680 1,144,006 994,049 3,814,802 860,882 1,107,025 840,332 1,006,563 1,089,054.93 Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) 16,689 39,052 82,238 115,056 184,980 71,736 53,767 38,560 20,918 25,667.41 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 41,980 32,722 48,091 47,459 115,977 26,274 31,946 33,758 23,999 27,199.99 Catatan 1) Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku. 3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit 4) Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo vii

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI Perekonomian Provinsi Jambi triwulan I 2015 mengalami pertumbuhan melambat yaitu dari 6,5 menjadi 5,9%... Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor... Perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menghasilkan output Rp31,11 triliun 1 dan tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 4,71% (yoy), akan tetapi melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,5% (yoy)) dan triwulan I 2014 (10,3% (yoy)) (Grafik 1.1). Perlambatan pertumbuhan juga terlihat secara triwulanan, dimana pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,98% (qtq) menjadi 0,5% (qtq). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 46,21%, diikuti sektor sekunder sebesar 27,95% dan sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 25,8%. Lima sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan I 2015 adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang mencapai 14,1% (yoy) disusul oleh sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 12,0% (yoy), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3% (yoy), sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,2% (yoy) dan jasa lainnya 8,2% (yoy) Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 17,32% (yoy) di triwulan I 2015 memberikan andil sebesar 11,53% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,06% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,79% (yoy) dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 2,79% (yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I 2015 sebesar 0,14% (yoy). 1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008. 1

RINGKASAN EKSEKUTIF II. Inflasi Pada triwulan I 2015, inflasi kota Jambi tercatat 4,88%(yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (8.72%(yoy)), dan lebih rendah dari inflasi nasional (6,38%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan I dalam tiga tahun terakhir (5,83%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 4,92% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional 2. Inflasi Kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi administered price yang mencapai 13,4% (yoy) (Grafik 2.2). Sumber utama inflasi administered price adalah kenaikan harga BBM jenis Solar dan Bensin pada bulan Maret 2015, kenaikan tarif angkutan udara seiring diberlakukannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 91 Tahun 2014 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2014 tentang mekanisme formulasi perhitungan dan penetapan tarif batas atas penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri, kenaikan harga LPG 3 Kg sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan harga LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015. Inflasi inti cenderung stabil di level 3,2% (yoy). Sementara itu, kelompok volatile food justru mengalami deflasi sebesar 0,3% (yoy) yang utamanya disebabkan tren penurunan harga cabai merah sepanjang triwulan I 2015. Perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi 2,57% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (5,38% (qtq)). Pergerakan angka deflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar 0,89%, 1,50% dan 0,20%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami deflasi sebesar 2,52% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (5,24% (qtq)) dengan pergerakan angka deflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar 0,53%, 1,33% dan 0,68%. Pada triwulan I 2015, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 4,88% (yoy) dan Kota Bungo 4,92% (yoy)... 2 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. 2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF Kinerja perbankan sedikit meningkatditandai dengan meningkatnya jumlah aset perbankan, DPK, dan penyaluran kredit... Provinsi Jambi mencatat Net Inflow untuk pertama kalinya semenjak tahun 2012, adapun aktifitas pembayaran non tunai mengalami penurunan... III. Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan pada triwulan I 2015 secara umum menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan mengalami peningkatan (5,9% (qtq)) dan diikuti dengan peningkatan dana pihak ketiga (3,5% (qtq)) dan kredit (1,2% (qtq)). Hal tersebut menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami penurunan sebesar 256 bps menjadi sebesar 116,85% dari triwulan sebelumnya 119,41%. Penurunan tersebut karena kenaikan kredit lebih kecil dibandingkan kenaikan dana pihak ketiga. Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp336,8 miliar (1,3% (qtq)) yaitu dari Rp26,2 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp26,5 triliun. Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga) pada periode laporan menurun dibandingkan triwulan IV 2014. Sejalan dengan hal tersebut, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi Jambi juga menunjukkan penurunan. Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,89%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,49%). Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp1,2 triliun, turun 44,3% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7.) Sementara aliran kas masuk (cash inflow) sebesar Rp1,4 triliun, naik signifikan 56,9% (qtq). Pada triwulan laporan, Jambi mengalami net inflow sebesar Rp160,6 miliar setelah pada triwulan sebelumnya net outflow sebesar 1,3 triliun. Net inflow tersebut pertama kali terjadi sejak tahun 2012. Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,20 triliun, menurun (14,4% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp 2,57 triliun). Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dari sisi nominal secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun sebesar Rp17,7 triliun (18,7% (qtq)) menjadi Rp77,4 triliun dan volume transaksi menurun tajam sebesar 18.057 transaksi (40,4% (qtq)) dari 44.672 transaksi menjadi 26.615 transaksi. TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 3

RINGKASAN EKSEKUTIF IV. Keuangan Pemerintah Daerah Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 mencapai Rp522,6 miliar (terealisasi sebesar 15,9% dari APBD 2015), meningkat 51,9% bila dibandingkan triwulan I 2014. Sementara itu, realisasi belanja pada triwulan I 2015 mencapai Rp420,29 miliar (terealisasi 12,0%). Realisasi belanja tersebut meningkat lebih dari delapan kali lipat jika dibandingkan realisasi belanja triwulan I 2014 sebesar Rp45,9 miliar. Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 61,5%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 ( 25,3% dan 31,5%). V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Pada bulan Februari 2015, jumlah angkatan kerja di Jambi mengalami peningkatan 122,1 ribu orang menjadi 1,69 juta orang dibandingkan Februari 2014 (1,57 juta orang) sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Februari 2015 adalah 69,92% atau meningkat dibandingkan Februari tahun lalu (66,51%). Selanjutnya jumlah pekerja di Jambi juga mengalami peningkatan yaitu dari 1,53 juta orang di Februari 2014 menjadi 1,65 juta orang. Namun demikian, jumlah pengangguran juga menunjukkan peningkatan menjadi 46,2 ribu orang dibandingkan Februari 2014 (39,3 ribu) sehingga tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 2,73% dari 2,50%. Realisasi pendapatan triwulan I 2015 baru mencapai 15,9% dari APBD sementara realisasi belanja baru mencapai 12,0%... Terjadi peningkatan pada jumlah angkatan kerja Provinsi Jambi sebanyak 122,1 ribu orang dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ke level 69, VI.Prospek Perekonomian Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan pada kisaran 3,6%-4,1% (qtq), tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,7%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 5,9% (yoy). Sementara proyeksi Laju pertumbuhan PDRB triwulan II 2015 diperkirakan berkisar 3,6%-4,1% (qtq)... 4 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF Inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan berada pada kisaran 6,4%-6,9% (yoy) pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,7%- 8,2%. Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah akan menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Bulan puasa akan menjadi faktor pendorong konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin meningkat seiring dengan realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Ekspor diperkirakan akan tumbuh meskipun masih relatif terbatas seiring mulai membaiknya permintaan dan harga CPO global. Kondisi membaiknya perekonomian negara lain seperti Amerika dan Jepang akan membantu ekspor beberapa komoditas, terutama komoditas karet. Inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015 yaitu berada pada kisaran 6,4%-6,9% (yoy) dari sebelumnya 4,88% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food. Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) anomali cuaca; 2) tekanan dari sektor eksternal berupa masih lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation); 3) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa; 4) ekpektasi inflasi yang diperkirakan meningkat sejalan dengan meningkatnya beberapa komoditas administered price dan masuknya bulan puasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan dapat menjadi pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan II tahun 2015. Menyikapi kondisi perekonomian triwulan I 2015 serta proyeksi ekonomi triwulan II 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah: 1. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID Kabupaten/Kota se-provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi. TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 5

RINGKASAN EKSEKUTIF 2. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan meningkatkan konektivitas antar daerah. 3. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi. 4. Percepatan realisasi APBD Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Provinsi Jambi. 5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah. 6 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL A. Umum Perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menghasilkan output Rp31,11 triliun 1 dan tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 4,71% (yoy), akan tetapi melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,5% (yoy)) dan triwulan I 2014 (10,3% (yoy)) (Grafik 1.1). Perlambatan pertumbuhan juga terlihat secara triwulanan, dimana pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,98% (qtq) menjadi 0,5% (qtq). Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 10.7 10.3 38.6 40.9 9.3 38.9 33.4 35.8 38.6 35.4 30.5 32.7 5.1 5.6 5.8 6.5 6.8 2.5 1.1 1.1 2.0 5.9 0.9 1.3 2.2 0.5 (6.0) Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Jambi (yoy) Pertumbuhan Jambi (qtq) % 12 10 8 6 4 2 0-2 -4-6 -8 Sumber: BPS (diolah) Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I 2015 sebesar 2,0% (yoy) diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor serta sektor pertambangan dan penggalian, masing-masing sebesar 1,2% (yoy), dan 0,8% (yoy). 5 (lima) sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan I 2015 adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang mencapai 14,1% (yoy) disusul oleh sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial 1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008. 7

EKONOMI MAKRO REGIONAL wajib sebesar 12,0% (yoy), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3% (yoy), sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,2% (yoy) dan jasa lainnya 8,2% (yoy) (Tabel 1.1). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 46,21%, diikuti sektor sekunder sebesar 27,95% dan sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 25,8%. Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 17,32% (yoy) di triwulan I 2015 memberikan andil sebesar 11,53% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,06% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,79% (yoy) dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 2,79% (yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I 2015 sebesar 0,14% (yoy). (Tabel 1.1). LAPANGAN USAHA Pertanian, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik Dan Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) 2013 2014 Tahun 2014 Triwulan I 2015 I II III IV I II III IV Grow th Grow th Andil -0.7 15.2 3.7 5.8 21.1 4.8 5.4 7.6 9.3 7.7 2.0 7.6 4.1 8.1-1.2 6.3 4.4 2.7 2.6 3.9 3.2 0.8 19.4 10.6-0.3 1.3 5.7 5.2 6.5 1.5 4.7 1.6 0.2 10.8 10.4 8.9 3.9 2.3 5.7 6.2 16.8 7.8 5.7 0.0 11.0 8.9 5.6-2.4-3.1-0.4 1.8 8.5 1.6 3.9 0.0 27.1 27.5 18.7 10.1 11.3 9.6 8.8 8.4 9.5-0.8-0.1 8.0 7.6 6.1 5.6 8.6 7.6 9.2 15.5 10.3 14.1 1.2 9.4 7.6 9.3 4.5 10.5 9.3 7.0 7.2 8.5 6.3 0.2 6.5 6.8 5.9 6.4 18.8 17.7 19.3 19.1 18.7 7.0 0.1 6.7 7.6 5.8 6.0 6.8 6.9 7.0 7.3 7.0 9.2 0.3 19.2 15.4 11.9 3.5 2.0 2.7 2.6 8.8 4.0 7.7 0.2 6.1 5.7 5.4 2.6 1.1 1.3 1.9 4.5 2.2 5.6 0.1 3.0 2.2 2.7 0.3 2.7 4.2 5.4 7.7 5.0 7.7 0.1 56.6 22.7-21.4-7.9 14.6 11.5 20.6 7.8 13.4 7.4 0.2 12.2 12.1 5.5-8.9-6.7-3.3-0.9 13.0 0.2 12.0 0.4 4.6 7.2 4.5 15.7 18.4 16.1 19.8 7.3 15.1 11.3 0.1 0.2 4.2 5.9 9.2 4.9 4.8 5.4 7.0 5.5 8.2 0.1 9.3 10.7 5.1 2.5 10.3 5.6 5.8 6.5 7.0 5.9 5.9 JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori Ekspor Impor PDRB Sumber: BPS (diolah) 2013 2014 Tahun 2014 TW 2015 I II III IV I II III IV Growth Growth Andil 3.6 3.7 2.9 2.9 11.5 11.4 12.6 12.5 12.0 4.1 1.8 8.5 8.8 2.5 7.6 13.9 21.4 13.4 8.6 14.2 3.1 0.0 (0.8) (21.8) (20.5) 49.2 51.8 19.5 5.8 (25.5) (2.0) 2.8 0.1 (0.8) 12.4 17.2 25.0 13.9 (2.4) (17.4) (29.2) (11.2) (14.0) (3.5) (25.6) 5.0 (205.4) (229.2) 56.0 (239.1) 18.8 307.4 (426.3) (47.0) (1.4) 13.3 8.8 3.0 (17.4) 1.8 (3.0) (0.7) 41.3 8.4 17.3 11.5 1.4 (2.9) 11.0 (10.3) 5.6 4.2 (9.8) 3.7 0.5 6.0 2.7 9.3 10.7 5.1 2.5 10.3 5.6 5.8 6.5 7.0 5.9 5.9 8 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL B.PDRB Sisi Lapangan Usaha Pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan yang cukup signifikan dan hanya tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih rendah dari pencapaian triwulan I 2014 yaitu 10,3% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan I 2015 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi 2,0%, diikuti sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,2% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,8%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan I 2015 terjadi pada sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 14,1% (yoy), sektor jasa pendidikan sebesar 12,0% (yoy) diikuti sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3% (yoy). Tingginya pertumbuhan 3 (tiga) sektor tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan konsumsi awal tahun seiring kenaikan UMP dan dampak penurunan harga BBM pada Januari 2015, penyelenggaraan pendidikan semester baru dan peningkatan kuantitas pengguna jasa kesehatan. Secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dari 0,2% (qtq) menjadi 0,5% (qtq). Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial mencatat pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu 5,5% (qtq) disusul oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 3,5% (qtq) serta sektor informasi dan komunikasi sebesar 3,1%. Namun kontraksi yang dialami oleh sektor pertambangan dan penggalian (-1,8% (qtq)) serta sektor konstruksi (-4,5% (qtq)) merupakan faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi. Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan I 2015 tercatat sebesar Rp38,9 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 28,1%, pertambangan dan penggalian sebesar 18,1% serta sektor industri pengolahan sebesar 10,9% (Grafik 1.3). Dengan demikian, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan IV 2014 (Grafik 1.2). TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 9

EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2014 Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2015 LAINNYA, 25,5% PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN, 26,7% LAINNYA, 26,0% PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN, 28,1% KONSTRUKSI, 7,2% KONSTRUKSI, 7,0% PERDAGANGAN BESAR,ECERAN DAN REPARASI MOBIL,SEPEDA MOTOR 9,3% INDUSTRI PENGOLAHAN, 10,8% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 20,5% PERDAGANGAN BESAR, ECERAN DAN REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR, 9,8% INDUSTRI PENGOLAHAN, 10,9% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 18,1% Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah) 1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan I 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 7,7% (yoy) atau 3,5% (qtq). Secara tahunan sektor ini mengalami pertumbuhan terbatas dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2014 (7,6% (yoy)). Akan tetapi secara triwulanan, sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan kontraksi yang terjadi di triwulan IV 2014 (-2,4% (qtq)). Peningkatan pertumbuhan sektor ini disebabkan oleh harga Crude Palm Oil (CPO) yang memiliki tren peningkatan pada triwulan laporan karena adanya peningkatan permintaan dari industri pengolahan sawit. Di sisi lain, terdapat pula peningkatan pada produksi komoditas karet di Provinsi Jambi. Namun demikian, pertumbuhan sektor pertanian sedikit tertahan dengan belum membaiknya sub sektor perkebunan sejalan dengan masih lesunya harga komoditas karet internasional seiring dengan melemahnya permintaan global terhadap komoditas perkebunan utama Provinsi Jambi yang berimbas pada harga karet alam di tingkat lokal yang belum ideal. Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.723,6/kg, naik 5,67% (qtq) dari harga triwulan lalu. Sementara 10 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL itu harga CPO di Jambi sebesar Rp7.644,84/kg atau naik 1,52% (qtq). Di lain pihak harga rata-rata CPO di tingkat internasional mengalami penurunan sebesar 4,45% (qtq) dari USD654,57/metric ton pada Triwulan IV 2014 menjadi USD625,44/metric ton pada Triwulan I 2015. (Grafik 1.4). Peningkatan harga jual di dalam negeri disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari industri pengolahan sawit. Sedangkan tren penurunan harga kelapa sawit internasional, disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah turunnya permintaan negara importir sawit. Grafik 1.4. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal, Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp) 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 2012 2013 2014 2015 CPO INTI TBS 10 TAHUN CPO Int'l Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg Berbeda dengan harga kelapa sawit, harga bahan olah karet (bokar) di Jambi masih belum baik dan mengalami penurunan dari rata-rata Rp15.127/kg menjadi Rp14.874/kg (turun 1,67% (qtq ) (Grafik 1.5). Penurunan harga bokar tersebut mengikuti tren penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 4,49% (qtq) dari USD192,7/cent per kg menjadi USD184,1/cent per kg (Grafik 1.8). Apabila dibandingkan dengan rata-rata harga pada Triwulan I tahun 2014, harga bokar di Jambi turun cukup signifikan mencapai 29,8% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa tren menurunnya harga karet internasional utamanya disebabkan antara lain oleh: 1.) masih lemahnya permintaan global serta tingginya persediaan stok karet di negara konsumen, utamanya Tiongkok, 2) harga minyak mentah dunia yang masih rendah sebagai bahan baku karet sintetis yang merupakan produk substitusi karet alami. TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 11

EKONOMI MAKRO REGIONAL Rp/Kg 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Grafik 1.5. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Harga Bokar (Rp/kg) Harga Karet Internasional (USD cent/kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9101 121 2 3 4 5 6 7 8 9101 121 2 3 4 5 6 7 8 9101 121 2 3 2012 2013 2014 2015 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg USD cent/kg 500.00 400.00 300.00 200.00 100.00 0.00 Walaupun kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2015 belum maksimal, Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat mengalami sedikit peningkatan menjadi 95,95 dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 95,42. Peningkatan NTP terjadi karena penurunan harga BBM yang berujung pada menurunnya biaya produksi serta meningkatnya permintaan akan komoditas yang dihasilkan. Walaupun indeks yang diterima petani lebih kecil dari triwulan IV 2014, tetapi indeks yang dibayar mengalami penurunan yang jauh lebih dalam, seperti terlihat pada grafik 1.6. Walaupun NTP mengalami sedikit peningkatan 2, banyaknya petani yang masih menggantungkan pada satu sumber pendapatan saja menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu. Selain itu, petani juga dapat diperkenalkan pada produk substitusi dari komoditas yang dihasilkannya sekarang. 2 Untuk tanaman perkebunan rakyat, nilai NTP yang lebih tinggi karena indeks bayar turun akibat turunnya biaya produksi sebagai imbas dari penurunan harga BBM. KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015 12

Thousands Thousands EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 125 120 115 110 105 100 95 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 90 2013 indeks terima indeks bayar 2014 NTP 2015 Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100 Sumber: BPS (diolah) 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian yang pada triwulan I 2015 menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp7,0 triliun (pangsa 18,1%), merupakan sektor ekonomi terbesar kedua di Provinsi Jambi. Secara tahunan, sektor ini mampu tumbuh sebesar 3,2% (yoy), jauh lebih rendah daripada triwulan yang sama pada tahun lalu yang meningkat sebesar 6,3% (yoy). Secara triwulanan, kinerja sektor ini juga relatif memburuk dan mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 1,8% (qtq), dibandingkan triwulan IV 2014 yang sudah terkontraksi sebesar 1,1% (qtq). Grafik 1.7. Pertumbuhan Lifting (Barrel) Minyak Grafik 1.8. Pertumbuhan Lifting (MMBTU) Gas 3,000.00 2,500.00 2,000.00 1,500.00 1,000.00 500.00 - TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW TW IV I 2011 2012 2013 2014 2015 40 20 0-20 -40-60 -80 Lifting (Barel) qtq Growth 30,000.00 25,000.00 20,000.00 15,000.00 10,000.00 5,000.00 - TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW TW IV I 2011 2012 2013 2014 2015 80 60 40 20 0-20 -40-60 -80-100 -120 Lifting (MMBTU) qtq growth Sumber: BPS dan ESDM (diolah) Sumber: BPS dan ESDM (diolah) TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 13

EKONOMI MAKRO REGIONAL Berdasarkan data dari ESDM, diketahui bahwa terdapat penurunan drastis pada lifting Migas pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan oleh penurunan produktifitas sumursumur migas eksisting dan belum adanya penemuan sumber migas baru di Provinsi Jambi. Penurunan serupa juga dialami hampir di setiap Provinsi penghasil migas. Sementara itu, kinerja sub sektor pertambangan non migas di Provinsi Jambi pada triwulan laporan cenderung stabil. Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian secara tahunan lebih disebabkan oleh faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sehingga nilai jual ekspor dalam rupiah menjadi lebih tinggi. Berdasarkan keterangan BPS, para pelaku usaha saat ini cenderung untuk menjual stok dan mengurangi produksi. Hal ini sejalan dengan data lifting migas Provinsi Jambi. 3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan menyumbang output terhadap perekonomian Jambi sebesar Rp4,3 triliun (10,9%), sedikit meningkat sebesar 1,6% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2014 (1,5% (yoy)), akan tetapi jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 (5,7% (yoy). Secara triwulanan, sektor industri pengolahan mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 0,1% (qtq). Penurunan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan laporan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu didorong oleh belum membaiknya harga jual pada sub sektor industri pengolahan karet sejalan dengan masih lemahnya permintaan karet global. Hal ini membuat para pelaku usaha tidak tergerak untuk meningkatkan pengolahan akan komoditas karet. Selain itu, penurunan pada industri pengolahan juga mengindikasikan bahwa terjadi perlambatan pada pertumbuhan ekonomi yang ditandai oleh berkurangnya permintaan akan barang barang olahan (Tabel 1.2). Akan tetapi, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya industri pengolahan karet sudah menunjukkan sedikit perbaikan. 14 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Pertumbuhan Jenis Industri qtq yoy Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw IV-14 Trw I-15 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw IV-14 Trw I-15 Industri Makanan -21.8 24.0-1.5 1.9-10.3-6.4 17.6 9.3 0.5 11.2 Industri Minuman -2.8 3.5-5.2-7.5-2.4-1.1-7.0-10.6-17.8-17.4 Industri Karet dan Barang dari -1.1 14.5-10.5-12.4-8.3 4.3 17.1 0.5-11.5-16.9 Karet dan Barang dari Plastik I B S -6.57 10.34-5.44-0.02-2.70-0.76 8.66 2.05-1.95 1.40 Sumber: BPS Provinsi Jambi 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 Walaupun industri pengolahan secara umum mengalami penurunan secara triwulanan, kinerja industri pengolahan karet tetap peningkatan mengalami walaupun melambat. Hal ini dikonfirmasi oleh data Gapkindo (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi, yang menyatakan bahwa produksi karet dalam triwulan I 2015 sebesar 78.097 ton (Grafik 1.9), meningkat 5,57% (qtq) dibandingkan triwulan lalu. Akan tetapi jika dilihat secara tahunan, produksi karet mengalami penurunan sebesar 14,5% (yoy) dibandingkan triwulan I 2014 3. Grafik 1.9. Perkembangan Produksi Karet Jambi 88,713 85,867 81,805 Tw I Tw II Tw III Volume Produksi Bokar (Ton) 74,585 68,679 Tw IV 77,418 75,165 76,065 74,563 Tw I Tw II Tw III Tw IV 94,647 92,488 Tw I Tw II Tw III Pertumbuhan (%qtq) 75,504 93,439 91,329 87,584 78,097 73,974 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Gapkindo Cabang Jambi Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 40 30 20 10 0-10 -20-30 4. Sektor-sektor Lain Pada triwulan I 2015, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp3,8 triliun (pangsa 9,8%). Pertumbuhan sektor ini mencapai 14,1% (yoy) dan merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan terbesar pada triwulan I 2015, dengan andil pertumbuhan 1,2% yang utamanya didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran di Jambi. Peningkatan aktivitas perdagangan sejalan dengan meningkatnya konsumsi 3 Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 15

EKONOMI MAKRO REGIONAL masyarakat sehubungan kenaikan UMR tahun 2015 serta efek dari penurunan harga BBM pada awal tahun. Momen tahun ajaran baru dan tahun baru China juga turut menjadi faktor peningkatan sub sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor penyediaan Grafik 1.10. Tingkat Hunian Hotel akomodasi dan makan minum tumbuh 7,0% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2014 yang mencapai pertumbuhan sebesar 18,8% (yoy). Perlambatan ini disebabkan oleh efek aturan pemerintah yang melarang PNS untuk 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 57,930 58,288 55,338 50,821 47,293 72,902 62,409 66,748 65,742 81,909 59,533 68,453 56,219 Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Sumber : BPS (diolah) 2012 2013 2014 2015 Jumlah Tamu Menginap T. Hunian Hotel (RHS) 60 50 40 30 20 10 0 mengadakan rapat di hotel yang berlaku selama bulan Januari dan Februari, namun telah direvisi pada Maret 2015. Berdasarkan data BPS, tingkat hunian hotel mengalami penurunan yang cukup dalam pada triwulan I 2015 (Grafik 1.10). Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 37,6%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu (44,4%), serta triwulan yang sama tahun lalu (44,87%). Jumlah tamu menginap pada triwulan laporan juga turun signifikan sebesar 14,5% (yoy) atau 17,9% (qtq) menjadi 56.219 orang. Sektor pengadaan listrik dan gas serta sektor pengadaan air masing-masing tumbuh sebesar 6,1% (yoy) dan 4,1% (yoy). Akan tetapi secara triwulanan, sektor pengadaan listrik dan gas mengalami kontraksi yang cukup signifikan, yaitu sebesar 10,3% (qtq), memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 10,9% (qtq ). Terjadinya kontraksi pertumbuhan triwulanan sub sektor pengadaan listrik tercermin dari menurunnya jumlah konsumsi listrik di Jambi sebesar 5,8% (qtq). Akan tetapi jika dilihat secara tahunan, konsumsi listrik dan jumlah pelanggan tetap mengalami kenaikan, sama dengan pertumbuhan sektor tersebut masing-masing sebesar 3,8% (yoy) dan 7,2% (yoy). Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama triwulan laporan mencapai 253,0 16 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

KWH (dalam juta) ribu pelanggan EKONOMI MAKRO REGIONAL MWH (Grafik 1.11) dengan jumlah pelanggan mencapai 377.065 rekening (Grafik 1.12). Berdasarkan penggunanya, mayoritas pelanggan PLN di Jambi adalah kelompok rumah tangga yang mencapai 565.400 rekening (91,9%) dengan konsumsi daya listrik mencapai 235,6 MWH (65,4%). Grafik 1.11. Perkembangan Total Pemakaian Listrik 300 260 265 268 242 225 200 210 220 230 240 249 244 253 250 200 150 100 50 - I II III IV I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 2015 Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah) Grafik 1.12. Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN 400 350 300 295 302 308 318 324 331 338 345 352 357 362 371 377 250 200 150 100 50 - I II III IV I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 2015 Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah) Grafik 1.13. Perkembangan Total Pemakaian Air bersih ribu M3 900 880 858 863 857 853 867 854 861 860 852 847 844 837 833 830 840 3.7 820 800 1.3 1.7 780 760 0.8 740-0.7-0.7-0.5-0.3-0.9 720-1.1-1.5-1.3 700-1.6 Trw 1Trw 2Trw 3Trw 4Trw 1Trw 2Trw 3Trw 4Trw 1Trw 2Trw 3Trw 4Trw 1 2012 2013 2014 2015 Total Konsumsi Air (LHS) Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2014 Pertumbuhan (RHS) 5 3 1 (1) (3) Peningkatan sektor pengadaan air juga didukung oleh peningkatan pemakaian air bersih yang dicatat oleh PDAM Tirta Mayang (Grafik 1.13). Pada triwulan laporan pemakaian air bersih menunjukkan peningkatan (3,8% (yoy ) atau 3,7% (qtq). Rata-rata konsumsi air bersih bulanan melalui PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 860,6 ribu M 3, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (830,0 ribu M 3 ). Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 6,3% (yoy) dengan andil pertumbuhan 0,2%, menurun dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (7,2% yoy) dan triwulan I 2014 (10,5% (yoy)). Perlambatan pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan oleh sudah berakhirnya momen liburan akhir tahun 2014. TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 17

EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.14. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang ribu orang 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 I II III IV I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 2015 Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi Grafik 1.15. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang ton 1500 1000 500 0 I II III IV I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 2015 Jumlah Bongkar Jumlah Muat Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi Perlambatan pertumbuhan ini juga dapat dilihat dari jumlah penumpang, baik yang datang maupun berangkat dari bandara Sultan Thaha Jambi. Data dari PT Angkasa Pura II (Persero) menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan IV 2014. Jumlah penumpang (total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi sebanyak 296.572 orang, menurun 9,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.14). Secara umum, jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke Jambi. Berdasarkan perkembangan jumlah bongkar dan muat barang di bandara Sultan Thaha Jambi, terjadi kenaikan jumlah barang yang dibongkar sebesar 1,3% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun untuk barang yang dimuat dari kargo pesawat mengalami penurunan sebesar 12,7% (qtq) (Grafik 1.15) Sektor lain yang tumbuh cukup pesat pada Triwulan I 2015 adalah sektor jasa pendidikan sebesar 12,0% (yoy) dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3% (yoy). C. PDRB Sisi Penggunaan Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami perlambatan utamanya didorong oleh kontraksi konsumsi pemerintah yang turun cukup dalam hingga mencapai 55,6% (qtq) dengan andil sebesar -6,3% (Tabel 1.3), diikuti dengan kontraksi di Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) 18 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL sebesar 7,2% (qtq) yang mencerminkan bahwa tingkat investasi di Provinsi Jambi berkurang yang berujung pada pertumbuhan ekonomi Jambi yang relatif terbatas. Berdasarkan strukturnya, 45,1% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi rumah tangga, diikuti dengan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto) 19,9%, Net Ekspor 28,2% dan konsumsi pemerintah 5,3% (Grafik 1.17). Pangsa struktur tersebut cenderung tidak mengalami banyak perubahan berarti dari waktu ke waktu. Pada triwulan I 2014, pangsa konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 45,2% dan 5,1%. Adapun terdapat perubahan pangsa investasi fisik dari 24,6% pada triwulan I 2014 yang mengindikasikan perlambatan pertumbuhan investasi (Grafik 1.16). Tabel 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy) JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori Ekspor Impor PDRB Sumber : BPS (diolah) 2013 2014 Tahun 2014 TW 2015 I II III IV I II III IV Grow th Grow th Andil 3.6 3.7 2.9 2.9 11.5 11.4 12.6 12.5 12.0 4.1 1.8 8.5 8.8 2.5 7.6 13.9 21.4 13.4 8.6 14.2 3.1 0.0 (0.8) (21.8) (20.5) 49.2 51.8 19.5 5.8 (25.5) (2.0) 2.8 0.1 (0.8) 12.4 17.2 25.0 13.9 (2.4) (17.4) (29.2) (11.2) (14.0) (3.5) (25.6) 5.0 (205.4) (229.2) 56.0 (239.1) 18.8 307.4 (426.3) (47.0) (1.4) 13.3 8.8 3.0 (17.4) 1.8 (3.0) (0.7) 41.3 8.4 17.3 11.5 1.4 (2.9) 11.0 (10.3) 5.6 4.2 (9.8) 3.7 0.5 6.0 2.7 9.3 10.7 5.1 2.5 10.3 5.6 5.8 6.5 7.0 5.9 5.9 Grafik 1.16. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan Triwulan I tahun 2014 Grafik 1.17. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan Triwulan I tahun 2015 Sumber : BPS (diolah) TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 19

EKONOMI MAKRO REGIONAL 1. Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku mencapai Rp17,3 triliun atau 44,6% dari total PDRB Jambi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya meningkat 4,06% (yoy), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 (11,49% yoy) maupun triwulan IV 2014 (12,5% (yoy)). Secara triwulanan, konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan hanya tumbuh 0,04% (qtq), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (0,28% (qtq ) dan triwulan I 2014 (8,15% (qtq)). Hal ini sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat yang disebabkan oleh turunnya pendapatan akibat masih rendahnya harga komoditas kelapa sawit dan karet. Melemahnya kinerja konsumsi rumah tangga juga tercermin dari angka indeks tendensi konsumen (ITK), dimana bila angka indeks di bawah 100 maka terjadi penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2015 ITK hanya sebesar 91,7 4, lebih rendah dari triwulan sebelumnya (104,8) (Tabel 1.4). Hal ini dipengaruhi oleh ITK komoditas makanan dan bukan makanan yang mengalami penurunan pada level 91,0, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar 110,1. Penurunan juga dipengaruhi dari tingkat pendapatan rumah tangga kini yang hanya sebesar 87,3 pada triwulan laporan, jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 101,5 dan triwulan I 2014 sebesar 105,7. Tabel 1.4. Indeks Tendensi Konsumen Variabel Pembentuk Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan I - 2013 II - 2013 III - 2013 IV - 2013 I - 2014 II - 2014 III - 2014 IV - 2014 I - 2015 Pendapatan rumah tangga kini 101.7 106.9 112.2 108.4 104.5 117.1 117.6 101.5 87.3 Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi 106.9 108.5 109.1 105.2 105.2 107.4 108.9 106.9 100.4 Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan 100.7 104.2 116.8 106.2 109.0 106.2 115.1 110.1 91.0 Indeks Tendensi Konsumen 102.9 106.7 112.3 107.1 105.7 112.2 114.7 104.8 91.7 Sumber : BPS (diolah) Sementara itu, penyaluran kredit real estate juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari sebesar 3,6%(yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi hanya 0,9% (yoy) pada triwulan I 2015. Jika dibandingkan dengan triwulan I 2014 (26,4% yoy), perlambatan jelas sangat terlihat (Grafik 1.18). Hal ini seiring dengan belum kunjung membaiknya kinerja 4 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.angka yang masih diatas 100, menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi. KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015 20

Rp Miliar EKONOMI MAKRO REGIONAL kredit di sektor tersebut yang tercermin dari nilai NPL kredit kepada sub sektor pemilikan rumah tinggal sampai dengan tipe 21 yang mengalami kenaikan (memburuk) dari 5,1% menjadi 6,4%, jauh melebihi tingkat maksimal NPL sebesar 5%. Grafik 1.18. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 16.5 5.2 11.3 Tw I Tw II Tw III 40.3 Tw IV 40.1 49.8 Tw I Tw II Tw III 27.115.4 16.8 16.0 Tw IV Tw I Tw II Tw III 33.4 28.2 Tw IV 26.4 22.0 5.6 Tw I Tw II Tw III 0.9 3.6 Tw Tw I IV 2011 2012 2013 2014 2015 Kredit Real Estate Sumber : Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia Pertumbuhan (% yoy) 60 50 40 30 20 10 0 Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan sebesar Rp2,1 triliun dan hanya meningkat 2,8%(yoy), tetapi mengalami kontraksi jika dihitung secara triwulanan (55,6% (qtq)). Hal ini sejalan dengan tren realisasi belanja APBD yang masih minim pada triwulan I tetapi akan meningkat pada akhir tahun seiring selesainya pelaksanaan proyek pemerintah. Realisasi belanja APBD provinsi Jambi triwulan I 2015 sebesar Rp420,3 miliar (baru sebesar 12,0% dari APBD 2015) namun lebih tinggi dari realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu (sebesar 1,4% dari APBD 2014). 2. Investasi Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) triwulan I 2015 yang mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai Rp7,7 triliun dengan pangsa 19,9% dari total PDRB Jambi (Grafik 1.18). Pangsa investasi triwulan I 2015 relatif lebih rendah dibandingkan dengan pangsa pada triwulan yang sama tahun 2014 (24,6%). Secara tahunan, PMTDB / investasi mengalami kontraksi sebesar 14,0% (yoy) dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi. Secara triwulanan, investasi juga mengalami kontraksi sebesar 7,2% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan investasi disebabkan beberapa faktor TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 21

EKONOMI MAKRO REGIONAL diantaranya : 1.) realisasi belanja APBD 2015 yang yang masih minim pada awal tahun dan 2.) Proyek pemerintah dan swasta yang belum maksimal (penyerapan APDB pada triwulan I 2015 baru sebesar 15,87% pada pendapatan dan 11,96% pada pengeluaran). Adapun penurunan investasi juga dikonfimasi oleh data indikator ekonomi konsumsi semen yang tumbuh melambat sebesar 2,9% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (20,5%(yoy)) dan triwulan I 2014 (10,0% (yoy)). (Grafik 1.19). Grafik 1.19.Konsumsi Semen Provinsi Jambi KTon 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20-41.3 37.9 20.0 11.9 1.8 10.3 12.4 12.8 8.8 (1.3) (10.4) (4.8) 34.5 23.3 20.54 10.0 2.9 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 2015 (%) 50 40 30 20 10 0-10 -20 Konsumsi Semen Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah Pertumbuhan (yoy) Perlambatan investasi tersebut dikonfirmasi juga dengan pertumbuhan kredit investasi di Provinsi Jambi yang hanya sebesar 11,8% (yoy) jauh melambat dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 yang mampu tumbuh 47,7% (yoy) (Grafik 1.20). Secara triwulanan, kredit investasi tumbuh sebesar 3,6% (qtq), relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,8% (qtq). 22 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

Rp Triliun EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.20.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 7 6 5 4 3 2 1-12.8 46.9 6.6 TW I TW II TW III 41.3 TW IV 43.2 33.2 41.9 TW I TW II TW III 48.9 49.8 TW IV 92.6 76.9 TW I TW II TW III 57.5 47.7 TW IV 10.8 TW I TW II TW III 100 90 80 70 60 50 40 30 6.6 9.6511.82 20 10 0 TW IV TW I 2011 2012 2013 2014 2015 Kredit Investasi (juta Rp) Pertumbuhan (%) Sumber : LBU Bank Indonesia Adapun berdasarkan data BKPM, total investasi yang ditanamkan di Provinsi Jambi baik dari dalam maupun luar negeri pada triwulan I 2015 adalah sebesar Rp 59,2 triliun, dan utamanya diinvestasikan pada sektor tanaman pangan dan perkebunan, kehutanan, industri makanan, konstruksi dan peternakan. Jika dibandingkan dengan triwulan I 2014 dan triwulan IV 2014, terdapat penurunan yang cukup dalam sebesar 63,4% (yoy) atau 90,5% (qtq). Tabel 1.5 PMA dan PMDN Provinsi Jambi Keterangan 2013 2014 2015 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw I PMA (USD juta) 16.4 6.1 11.2 0.6 24.2 5.6 5.5 16.1 17.9 PMDN (Rp miliar) - 1,302.7 288.5 1,208.5 161.7 65.5 55.9 621.7 59.2 Sumber : BKPM (diolah) 3. Perdagangan Eksternal Berdasarkan data dari BPS, ekspor Provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain pada triwulan I 2015 mencapai Rp28,1 triliun. Nilai ekspor tersebut (keluar daerah dan luar negeri) meningkat sebesar 17,3% (yoy) tetapi secara triwulanan turun 2,5% (qtq). Hal ini disebabkan oleh meningkatnya perdagangan antar daerah perbatasan Provinsi Jambi, terutama beras dan beberapa komoditas pangan lainnya yang sedang mengalami panen pada bulan Maret 2015. Di sisi lain, Impor provinsi Jambi pada triwulan I 2015 mencapai Rp17,2 triliun atau lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi mengalami net TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 23

EKONOMI MAKRO REGIONAL eskpor sebesar Rp11,0 triliun. Kinerja impor (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan 6,0% (yoy). 3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi Berdasarkan indikator ekspor impor lainnya, khususnya ekspor impor non migas, Provinsi Jambi mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh masih lemahnya permintaan global akan komoditas ekspor, akan tetapi pelemahan nilai tukar rupiah membantu meningkatkan nilai ekspor barang/jasa menjadi lebih tinggi sehingga penurunan tidak menjadi terlalu dalam. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri Provinsi Jambi pada triwulan laporan sebesar USD248,7 juta, turun 5,7% (yoy) dari triwulan yang sama tahun 2014 (USD263,6 juta). Sementara itu, impor luar negeri sebesar USD25,7 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD223,0 juta (Grafik 1.21). Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD84,5 juta atau 34% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh fixed vegetable oil dan pulp and paper masing-masing USD52,7 juta dan USD32,3 juta (Grafik 1.22 dan 1.24). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun pertambangan. Grafik 1.21. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi (dalam satuan juta USD) 800 Ekspor Impor Net Ekspor 700 600 561 550 489 500 539 398 400 467 462 330 380 285 295 295 302 262 284 264 278 300 359 363 255 223 249 296 259 265 256 225 234 200 245 192 223 83 220 169 184 21 28 39 34 17 26 31 17 39 82 115 72 100 54 39 21 26 0 Trw I Trw II Trw Trw Trw I Trw II Trw Trw Trw I Trw II Trw Trw Trw I Trw II Trw Trw Trw I III IV III IV III IV III IV 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : SEKDA Bank Indonesia 24 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.22. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 800 700 600 148.9 500 400 77.9 300 42.8 200 100 0 Trw I Trw II Trw III -20.3-41.1-31.0-41.7-25.8 Trw IV Lainnya Fixed Vegetable Oil G. Ekspor Trw I Trw II Trw III Trw IV -20.7-22.3 5.9-3.9 0.7-5.8-26.2-10.2-5.7 Trw I Trw II Trw III Batu Bara, Kokas dan Briket Crude Rubber Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw I 2011 2012 2013 2014 2015 200.0 150.0 100.0 50.0 0.0-50.0-100.0 Sumber : SEKDA Bank Indonesia Grafik 1.23. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama Volume (ton) Grafik 1.24. Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia Kenaikan nilai ekspor terbesar pada triwulanan laporan dialami komoditas minyak dan lemak sayur (fixed vegetable oil), sebesar 178,0% (yoy), diikuti oleh komoditas pulp dan kertas (41,1% (yoy)) serta komoditas batu bara (4,3% (yoy)). Sementara itu, penurunan nilai ekspor Provinsi Jambi pada triwulan laporan utamanya terjadi pada komoditas karet mentah sebesar 47,29% (yoy) atau (9,24% (qtq)). Dari sisi volume, hampir semua komoditas mengalami peningkatan volume ekspor dengan peningkatan tertinggi pada komoditas minyak dan lemak sayur sebesar 299,0%(yoy) diikuti oleh pulp dan kertas sebesar 45,9% (yoy) (Grafik 1.24). Meningkatnya permintaan akan komoditas minyak dan lemak sayur (fixed vegetable oil) seperti CPO menjadi penyebab utama akan kenaikan ini. Harga internasional CPO yang memiliki tren meningkat juga penjadi penyumbang akan peningkatan ini. Adapun komoditas yang mengalami penurunan volume ekspor adalah komoditas karet mentah (22,0% (yoy)) atau (4,2% (qtq)). Melemahnya permintaan karet yang diikuti dengan merosotnya harga karet internasional menyebabkan penurunan nilai dan volume ekspor karet mentah (crumb TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 25

EKONOMI MAKRO REGIONAL rubber) Provinsi Jambi. Selain itu, rendahnya kualitas karet di Jambi yang memiliki karakter karet kotor turut menyebabkan terbatasnya harga jual. Grafik 1.25. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan juta USD 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Berdasarkan negara tujuan (Grafik 1.25), ekspor Provinsi Jambi didominasi tujuan ke negara China yang mencapai USD 33,5 juta dan diikuti oleh Malaysia sebesar USD18,2 juta. Meningkatnya ekspor Jambi ke China utamanya disumbangkan oleh ekspor komoditas CPO seiring dengan usaha pemerintah China dalam meningkatkan perindustrian dalam menjaga pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, dalam menjaga konektivitas dan kelancaran distribusi ekspor, infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi menjadi salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam mengekspor secara langsung ke negara tujuan. Trw I Trw II Trw III Trw IV 3.2. Impor Luar Negeri Provinsi Jambi Trw I Trw II Impor non migas provinsi Jambi (Grafik 1.27) tercatat sebesar USD25,7 juta, naik sebesar 22,7% (qtq) tetapi mengalami penurunan bila dihitung secara tahunan (64,2% (yoy)). Berdasarkan pangsanya (Grafik 1.27), impor Jambi didominasi oleh mesin industri tertentu/khusus (USD7,8 juta atau 30,2%). Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I 2012 2013 2014 2015 Sumber : SEKDA Bank Indonesia Lainnya India Eropa RRC Jepang Malaysia Amerika Serikat 26 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Grafik 1.26. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Impor (juta USD) g. Impor (RHS) 82 72 72 134.0 54 53.5 39 110.6 39 34 17.3 26 31-1.0-12.2-28.3 21 17 17-11.9-45.8-25.0-50.2-45.3 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I 2012 2013 2014 2015 200 150 100 50 22.7 26 0-50 -100 Sumber : SEKDA Bank Indonesia Impor (juta USD) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Grafik 1.27. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Trw I Trw II Lainnya Alat Pengangkutan Lainnya Mesin Pembangkit Tenaga Mesi Industri dan Perlengkapannya Besi dan Baja Mesin Industri Tertentu/Khusus Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I 2012 2013 2014 2015 Sumber : SEKDA Bank Indonesia TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 27

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

BOKS. 1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI Boks.1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI Pelemahan nilai tukar rupiah seiring dengan penguatan nilai tukar dollar Amerika dalam beberapa bulan terakhir memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat positif dan sebaliknya dapat juga berpengaruh negatif terhadap kinerja perekonomian. Bagaimana dampak tersebut pelemahan nilai tukar rupiah terhadap perekonomian Jambi, khususnya terhadap kinerja pelaku usaha? Berikut merupakan analisis dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap perekonomian Jambi berdasarkan hasil liaison dan quick survey terhadap perusahaan di Provinsi Jambi yang bergerak di bidang ekspor dan impor barang dan jasa. Apa yang Menyebabkan Pelemahan Nilai Tukar Rupiah? Terdapat dua faktor yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah. Dari faktor eksternal, Pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh menguatnya nilai tukar dollar seiring dengan membaiknya perekonomian Amerika Serikat yang diperkirakan akan tumbuh relatif tinggi di akhir tahun 2015 ini. Selain itu, rencana Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuan juga menjadi faktor penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat. Selain faktor eksternal, faktor domestik seperti defisit neraca berjalan (Current Account Deficit) yang dialami oleh Indonesia, meskipun telah berhasil diminimalisir pada bulan terakhir, merupakan salah satu faktor penyebab melemahnya nilai tukar rupiah. Apa Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah? Secara teori ekonomi, pelemahan nilai tukar rupiah akan berdampak terhadap kinerja usaha, khususnya yang menggunakan transaksi dalam bentuk valas atau bentuk penjualan ataupun biaya produksi yang secara langsung maupun tidak langsung dikaitkan dengan nilai valas. Hasil liaison dan quick survey kepada beberapa pelaku usaha di Provinsi Jambi, terutama perusahaan sawit dan karet, menginformasikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah memberikan dampak positif di tengah melemahnya permintaan global dan rendahnya harga internasional komoditas CPO dan Crumb Rubber. Meskipun harga internasional relatif rendah, namun pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan nilai penjualan perusahaan dalam rupiah menjadi lebih baik. Meskipun pelemahan nilai tukar rupiah cenderung menguntungkan bagi perusahaan yang berorientasi ekspor, namun tingkat permintaan dan harga internasional merupakan faktor yang 29 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

BOKS. 1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI lebih dominan sebagai determinan kinerja perusahaan. Apabila kondisi ini tetap terjadi hingga triwulan II 2015, mayoritas perusahaan memperkirakan tidak akan ada perubahan dalam kinerja perusahaan. Adapun sebagian besar lainnya mengatakan penurunan dalam kinerja perusahaan dan tidak ada yang memperkirakan kenaikan. Untuk harga jual produk, mayoritas perusahaan masih memperkirakan harga jual akan tetap sama dengan triwulan I 2015. Grafik 1. Perkiraan Kinerja Triwulan II 2015 Grafik 2. Perkiraan Harga Jual Produk Triwulan II 2015 42% 0% 33% 25% 58% 42% Naik Tetap Turun Naik Tetap Turun Sebaliknya, pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan terjadinya kenaikan biaya produksi perusahaan terutama untuk pembelian bahan baku yang menggunakan konten impor. Mayoritas perusahaan (75%) (grafik 3), mengatakan bahwa biaya perusahaan akan meningkat pada triwulan II 2015, dikarenakan bahan baku yang digunakan belum dapat disediakan dari dalam negeri. Kenaikan biaya produksi di tengah rendahnya harga komoditas global semakin mengikis margin perusahaan. Pengikisan margin semakin terasa bagi perusahaan yang menggunakan bahan baku dengan konten impor namun dengan orientasi penjualan domestik. 58% dari total perusahaan (grafik 4) memperkirakan terdapat pengurangan margin usaha jika pelemahan nilai tukar tetap terjadi hingga triwulan II 2015. 30 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

BOKS. 1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI Grafik 3. Perkiraan Total Biaya Triwulan II 2015 Grafik 4. Perkiraan Margin Usaha Triwulan II 2015 Perkiraan Total Biaya Triwulan II 2015 Perkiraan Margin Usaha Triwulan II 2015 17% 8% 58% 8% 33% 75% Naik Tetap Turun Naik Tetap Turun Selain itu, pelemahan nilai tukar juga memberikan dampak negatif terhadap iklim investasi perusahaan. Beberapa perusahaan melakukan penundaan investasi hingga nilai tukar dirasa cukup stabil dan wajar dalam melakukan investasi. Saat ini, investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak untuk investasi yang bersifat segera seperti melakukan penggantian mesin atau sarana produksi dan maintenance. Dari segi pembiayaan, mayoritas perusahaan tidak terpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar karena pembiayaan yang digunakan berasal dari dalam negeri dan menggunakan mata uang rupiah. Bagi semua perusahaan, kestabilan nilai rupiah sangat diharapkan oleh responden dan berpengaruh besar dalam perencanaan bisnis dan investasi mereka. Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan Pelemahan nilai tukar rupiah memberikan dampak yang positif tetapi di sisi lain juga memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja perekonomian. Pelemahan nilai tukar sangat membantu kinerja eksportir namun di sisi lain menyebabkan bertambahnya biaya produksi usaha sejalan dengan meningkatnya harga barang dan jasa yang mempunyai konten impor. Kestabilan nilai tukar rupiah sangatlah penting bagi pelaku usaha dalam membuat perencanaan dan melakukan kebijakan bisnis mereka. Pada triwulan I 2015, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 4,4% (qtq) ke level Rp12.807 per dolar AS. Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung stabilitas makroekonomi yang terjaga dan penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih sehat dan berkesinambungan. 31 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

BAB II INFLASI A. Kajian Umum Pada triwulan I 2015, inflasi kota Jambi tercatat 4,88%(yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (8.72%(yoy)), dan lebih rendah dari inflasi nasional (6,38%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan I dalam tiga tahun terakhir (5,83%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 4,92% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional 5. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Persen (%) 10 5 3.90 3.97 6.80 4.43 6.06 4.53 4.31 4.22 4.30 5.90 5.90 5.24 8.40 7.96 8.74 8.38 7.51 7.32 6.70 6.47 4.53 4.31 8.72 8.36 6.38 4.88 0 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2012 2013 2014 2015 Kota Jambi Nasional Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, penurunan inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh deflasi kelompok volatile food sebesar 0,3% (yoy) yang utamanya disebabkan tren penurunan harga cabai merah sepanjang triwulan I 2015. Sementara itu, inflasi terjadi pada kelompok administered price yang mencapai 13,4% (yoy) (Grafik 2.2). Inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga BBM jenis Bensin dan Solar pada bulan Maret 2015, kenaikan tarif angkutan udara seiring diberlakukannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 91 Tahun 2014 tentang perubahan kedua atas 5 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. 33

INFLASI Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2014 tentang mekanisme formulasi perhitungan dan penetapan tarif batas atas penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri, kenaikan harga LPG 3 Kg sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan harga LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015. Inflasi inti cenderung stabil di level 3,2% (yoy). Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy) 25 20 18.92 19.42 19.48 17.69 16.20 15 13.43 13.66 12.69 13.43 10.75 11.77 10 8.39 6.60 7.21 6.08 4.47 4.41 4.80 6.11 3.86 4.14 4.08 4.35 4.28 4.08 4.13 3.44 3.35 3.71 3.43 4.29 3.35 3.48 4.24 5 1.84 3.25 3.42 3.20 1.36 1.89 0-1.81-0.27 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15-5 Yoy Core Yoy Volatile Yoy Administered Yoy inflasi Sumber : BPS Provinsi Jambi, diolah menggunakan pendekatan sub kelompok Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi 2,57% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (5,38% (qtq)). Pergerakan angka deflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar 0,89%, 1,50% dan 0,20%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami deflasi sebesar 2,52% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (5,24% (qtq)) dengan pergerakan angka deflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar 0,53%, 1,33% dan 0,68%. Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-3 (tiga) terendah dari daftar kota dengan tingkat inflasi di Sumatera. Sementara Bungo 34 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

TANJUNG PINANG BENGKULU BANDAR LAMPUNG TANJUNG PANDAN PANGKAL PINANG PADANG DUMAI MEDAN PALEMBANG SIBOLGA PEKANBARU LUBUK LINGGAU BATAM MEULABOH TEMBILAHAN LHOKSEUMAWE BANDA ACEH PADANG SIDEMPUAN PEMATANG SIANTAR BUNGO JAMBI BUKIT TINGGI METRO INFLASI menempati urutan ke-4 (empat) terendah. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pinang, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Metro (Grafik 2.3). 6 Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per Maret 2015 10.00% 7.50% Inflasi Nasional 5.00% 2.50% 0.00% Sumber: BPS (diolah) B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan kelompoknya, penurunan inflasi kota Jambi utamanya disebabkan oleh deflasi kelompok bahan makanan sebesar 0,20% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar -0,04%. Kelompok bahan makanan menjadi satusatunya kelompok yang mengalami deflasi secara year on year. Deflasi kelompok bahan makanan tersebut disebabkan oleh menurunnya harga cabe merah dan beras seiring dengan mulai stabilnya pasokan cabe merah dan beras. Panen raya beras yang dimulai di Bulan Maret 2015, operasi pasar yang dilakukan BULOG dan kebijakan Pemerintah untuk kembali membagikan raskin pada bulan Februari 2015 mampu menurunkan harga beras yang sempat mengalami kenaikan pada awal tahun 2015. Secara triwulanan kelompok tersebut juga mengalami deflasi 6 Sumber: BPS Provinsi Jambi TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 35

INFLASI yang cukup besar sebesar 10,52% (yoy) dengan kontribusi yang tinggi yaitu sebesar -2,66%. Sementara itu, sumbangan terbesar inflasi year on year di kota Jambi pada triwulan ini bersumber dari kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar yang mengalami lonjakan inflasi sebesar 9,59% (yoy) dengan sumbangan ke inflasi tahunan mencapai 2,18% dan sumbangan ke inflasi triwulanan mencapai 0,30% (Tabel 2.1). Tingginya inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar tersebut seiring dengan kenaikan harga LPG 3 Kg sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014, kenaikan harga LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015 dan kenaikan tarif tenaga listrik untuk konsumen dengan penggunaan daya diatas 2.200VA. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami inflasi 7,46% (yoy) dengan sumbangan ke inflasi tahunan mencapai 1,46%. Inflasi kelompok tersebut secara tahunan disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara seiring diberlakukannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 91 Tahun 2014 dan kenaikan harga BBM jenis Bensin dan Solar pada bulan Maret 2015 yang diikuti oleh tarif angkutan antar kota. Namun, secara triwulanan kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami deflasi 3,52%(qtq) yang disebabkan indeks yang tinggi pada kelompok tersebut per Desember 2014 yang diakibatkan oleh naiknya harga BBM bersubsidi pada akhir tahun 2014. Dikarenakan terjadi penurunan harga BBM jenis Bensin dan Solar pada bulan Januari 2015, maka indeks kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan menjadi cenderung menurun dan mengalami deflasi jika dilihat secara triwulanan. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi sebesar 6,86% (yoy) dengan sumbangan kepada inflasi tahunan sebesar 1,15% yang utamanya disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi berupa mie, nasi dengan lauk, roti manis dan ayam goreng serta sub kelompok tembakau & minuman beralkohol berupa rokok kretek filter. Secara triwulanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 2,43%(qtq) dengan sumbangan sebesar 0,39%. 36 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

INFLASI Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,73% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0,05% ke inflasi tahunan, sedangkan secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 0,76% (qtq) dengan andil sebesar 0,05%. Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 2,81% (yoy) dan memberikan kontribusi sebesar 0,12% yang disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika serta obat-obatan masingmasing sebesar 3,89%(yoy) dan 3,87%(yoy) (Tabel 2.2). Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi tahunan sebesar 1,46%(yoy) dengan kontribusi sebesar 0,10% yang disumbangkan oleh sub kelompok kursus dan pelatihan. Secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 0,11% (qtq) dengan kontribusi sebesar 0,01%. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn I Bahan Makanan 0.97 0.23 2.35 0.58 7.93 1.91-10.52-2.66-0.20-0.04 II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.68 0.10 1.39 0.23 2.20 0.36 2.43 0.39 6.86 1.15 III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.75 0.16 2.70 0.58 4.49 0.97 1.37 0.30 9.59 2.18 IV Sandang -0.03-0.01 0.23 0.02-0.23-0.02 0.76 0.05 0.73 0.05 V Kesehatan 0.64 0.04 0.77 0.03 0.93 0.04 0.44 0.02 2.81 0.12 VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.06 0.01 0.94 0.07 0.34 0.02 0.11 0.01 1.46 0.10 VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.14-0.02 0.66 0.13 10.80 2.00-3.52-0.69 7.46 1.46 Sumber: BPS (diolah) KELOMPOK INFLASI Triwulan II-2014 (q-t-q, %) Triwulan III-2014 (q-t-q, %) Triwulan IV-2014 (q-t-q, %) Triwulan I-2015 (q-t-q, %) Triwulan I-2015 (y-o-y, %) 0.50 0.52 1.62 1.62 5.38 5.38 (2.57) (2.59) 4.88 4.88 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 37

INFLASI Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK Triwulan I-2014 Triwulan II-2014 Triwulan III-2014 Triwulan IV-2014 Triwulan I-2015 qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy I. BAHAN MAKANAN 0.51 4.79 0.97 4.55 2.35 4.75 7.93 12.10-10.52-0.20 a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 0.36 5.34-1.93 5.37 3.29 3.90 5.58 7.34 0.14 7.10 b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA -0.71 1.16 16.29 11.77-1.72 4.05-14.98-3.53-10.93-13.45 c. IKAN SEGAR 4.30 7.96 6.22 17.20-0.27 8.70-0.46 9.98-1.91 3.44 d. IKAN DIAWETKAN 10.08 20.74-1.22 14.15 2.51 14.16-3.24 7.85 2.37 0.30 e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 0.81 3.27 7.62 14.57 2.80 11.65-0.15 11.36-1.00 9.36 f. SAYUR-SAYURAN 9.31 19.57-13.99 1.42 5.58-12.42 5.74 4.96-14.12-17.54 g. KACANG-KACANGAN 0.24 23.32 0.25 24.31 0.85 24.62 0.30 1.65-3.76-2.41 h. BUAH-BUAHAN 7.67 1.66 3.31 12.49-2.59 0.66 4.25 12.96-6.82-2.24 i. BUMBU-BUMBUAN -22.17-19.94-13.41-34.80 19.84-37.07 95.66 58.02-48.64 4.28 j. LEMAK DAN MINYAK 7.50 12.33-1.20 13.50-2.92 7.21 0.35 3.47 0.74-3.04 k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 1.00 4.54 2.47 2.21 1.63 3.38 6.99 12.54-0.05 11.37 II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 1.18 7.24 0.68 6.58 1.39 4.89 2.20 5.55 2.43 6.86 a. MAKANAN JADI 1.67 9.66 0.76 8.33 1.07 7.23 1.68 5.29 2.67 6.32 b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.60 0.05 0.05-0.21 1.02 1.22 1.97 3.69 1.94 5.06 c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.41 3.73 0.97 3.29 2.33 4.70 3.53 7.42 2.25 9.39 III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1.24 7.61 0.75 6.85 2.70 6.78 4.49 9.46 1.37 9.59 a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.59 3.93 0.79 4.28 1.24 4.02 1.94 4.64-0.15 3.87 b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 2.48 15.98 0.38 10.89 6.53 17.26 10.52 21.11 3.89 22.79 c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 1.05 3.73 0.79 4.36 1.04 5.18 1.43 4.39 1.49 4.84 d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 1.26 3.78 1.53 4.17 0.85 4.73 2.23 5.99 0.92 5.63 IV. SANDANG 0.69 2.25-0.03 4.22 0.23 1.42-0.23 0.66 0.76 0.73 a. SANDANG LAKI-LAKI -0.12 2.23 0.07 1.58 0.25 0.91-0.97-0.77 0.01-0.64 b. SANDANG WANITA 0.65 1.64 0.70 1.72-0.01 0.62 0.59 1.94 0.01 1.30 c. SANDANG ANAK-ANAK 0.77 2.10 0.41 2.37 0.48 2.24 0.11 1.77 0.14 1.14 d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 1.30-5.28-1.04 3.12 0.19 2.74-0.58-0.15 2.55 1.08 V. KESEHATAN 0.58 2.72 0.64 3.00 0.77 2.80 0.93 2.95 0.44 2.81 a. JASA KESEHATAN 0.18 0.18 0.00 0.18 0.00 0.18 0.00 0.18 1.35 1.35 b. OBAT-OBATAN 0.33 1.84 0.64 2.00 3.20 5.13 1.26 5.52-1.24 3.87 c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 8.57 1.23 7.92 0.00 7.92 0.00 1.23 1.29 2.54 d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 1.30 2.51 1.23 3.39 0.40 3.36 1.93 4.93 0.29 3.89 VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0.56 2.34 0.06 2.38 0.94 1.62 0.34 1.91 0.11 1.46 a. JASA PENDIDIKAN 0.00 1.11 0.00 1.11 1.72 1.77 1.20 2.95-1.19 1.72 b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 1.28 5.34 0.00 5.34 3.84 5.16-5.09-0.19 5.36 3.84 c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 3.37 2.82 0.62 4.24-2.19 2.95-8.19-6.59 13.54 2.59 d. REKREASI -0.49 1.41-0.30 1.02-0.04-0.42-1.12-1.94-0.26-1.71 e. OLAHRAGA 0.17 0.56 0.00 0.38 0.00 0.38 0.52 0.69 0.00 0.52 VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1.56 17.18-0.14 11.93 0.66 2.93 10.80 13.12-3.52 7.46 a. TRANSPOR 2.07 27.14-0.14 26.61 1.14 2.22 15.02 18.58-5.06 10.29 b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.19 0.19-0.36-0.17-0.75-0.92-0.12-1.04 0.26-0.97 c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 1.06 2.58 0.45 3.04 0.29 2.40 0.16 1.97 1.71 2.63 d. JASA KEUANGAN 0.00 0.41 0.00 0.00 0.00 0.00 16.67 16.67 0.00 16.67 INFLASI (UMUM) 1.00 7.51 0.51 6.47 1.62 4.31 5.38 8.72-2.57 4.88 Sumber: BPS (diolah) 38 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

INFLASI Berdasarkan komoditasnya, tingginya deflasi bulanan pada triwulan I 2015 (Januari, Februari dan Maret 2015) utamanya disumbangkan oleh deflasi komoditas bensin, cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, sedangkan penyumbang inflasi adalah komoditas angkutan udara, angkutan antar kota, bahan bakar rumah tangga dan bawang merah. Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I 2015 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI TW I-2015 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI TW I-2015 Sumbangan Sumbangan JANUARI FEBRUARI MARET JANUARI 1 Daging Ayam Ras 0.3329 1 Bensin -0.9006 2 Angkutan Udara 0.2022 2 Cabai Merah -0.8643 3 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.1904 3 Nila -0.0857 4 Mie 0.0897 4 Cabai Rawit -0.0832 5 Udang Basah 0.0766 5 Tomat Buah -0.0321 6 Telur Ayam Ras 0.0508 6 Kacang Panjang -0.0279 7 Emas Perhiasan 0.0485 7 Batu Bata/Batu Tela -0.0274 8 Mobil 0.0430 8 Apel -0.0267 9 Roti Manis 0.0418 9 Daun Singkong -0.0263 10 Bawang Merah 0.0384 10 Solar -0.0237 Sumbangan 10 Komoditas 1.1143 Sumbangan 10 Komoditas -2.0979 FEBRUARI 1 Angkutan Udara 0.1573 1 Cabai Merah -0.8892 2 Beras 0.0579 2 Bensin -0.3855 3 Rokok Kretek Filter 0.0531 3 Daging Ayam Ras -0.3498 4 Ayam Goreng 0.0352 4 Angkutan Antar Kota -0.0761 5 Mobil 0.0335 5 Cabai Rawit -0.0640 6 Tarif Listrik 0.0301 6 Gabus -0.0422 7 Daun Singkong 0.0287 7 Udang Basah -0.0351 8 Nila 0.0201 8 Jeruk -0.0349 9 Tarif Rumah Sakit 0.0201 9 Semen -0.0317 10 Bayam 0.0185 10 Tomat Sayur -0.0306 Sumbangan 10 Komoditas 0.4545 Sumbangan 10 Komoditas -1.9391 MARET 1 Bensin 0.1788 1 Daging Ayam Ras -0.2733 2 Bawang merah 0.1759 2 Cabai -0.1701 3 Angkutan Antar Kota 0.0510 3 Telur Ayam ras -0.0947 4 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.0493 4 Beras -0.0729 5 Nasi dengan Lauk 0.0315 5 Bayam -0.0502 6 Apel 0.0299 6 Tomat Buah -0.0462 7 Dencis 0.0224 7 Kangkung -0.0435 8 Kontrak Rumah 0.0215 8 Batu Bata/Batu Tela -0.0281 9 Rokok Kretek Filter 0.0198 9 Cumi-cumi -0.0176 10 Gula Pasir 0.0180 10 Lambak -0.0153 Sumbangan 10 Komoditas 0.5981 Sumbangan 10 Komoditas -0.8119 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 39

INFLASI 1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 10,52% (qtq) dengan sumbangan mencapai -2,66% atau deflasi secara tahunan sebesar 0,20% (yoy). Deflasi bahan makanan tersebut didominasi oleh Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan (Rp/kg) 100,000 90,000 Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa Bawang Merah 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2013 2014 2015 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi sub kelompok bumbubumbuan (48,64% (qtq)). Beberapa sub kelompok lainnya yang juga mengalami deflasi yang cukup tinggi adalah sub kelompok sayur-sayuran (14,12%, qtq), daging dan hasil-hasilnya (10,93%, qtq) serta buah-buahan (6,82%, qtq). Namun sebaliknya, sub kelompok ikan diawetkan dan lemak dan minyak mengalami inflasi masing-masing sebesar 2,37% (qtq), dan 0,74% (qtq). Bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah, pada triwulan laporan mengalami deflasi yang cukup tinggi (Grafik 2.4). Harga rata-rata cabai merah selama triwulan I 2015 menunjukkan tren penurunan yang cukup dalam yaitu dari Rp71.833/kg pada Desember 2014 turun menjadi Rp34.533/kg per Januari 2015, kemudian Rp22.176/kg (Februari 2015), dan turun lagi pada bulan Maret menjadi Rp16.633/kg. Penurunan harga cabai merah, terutama yang terjadi di bulan Februari dan Maret 2015 disebabkan oleh melimpahnya pasokan cabai merah seiring dimulainya masa panen raya di daerah produsen cabai merah di Pulau Jawa (Magelang, Tasikmalaya dan Nganjuk). Berdasarkan data dan informasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, Pasar Angso Duo selaku pasar induk utama di Provinsi Jambi mendapatkan pasokan dari Kerinci dan dari luar pulau yang dipasok dari Magelang dan Sumatera Barat. 40 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

INFLASI Grafik 2.5. Perkembangan Harga Jagung (USD/Bushel) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9101 121 2 3 4 5 6 7 8 9101 121 2 3 4 5 6 7 8 9101 121 2 3 (Rp/Kg) 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 2012 2013 2014 2015 Jagung internasional (aksis kiri) Jagung pipilan kering (aksis kanan) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beras (USD/CWT) (Rp ribu/kg) 600.00 250 500.00 200 400.00 150 300.00 100 200.00 100.00 50 0.00-1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2013 2014 2015 Beras internasional (aksis kiri) Beras King (aksis kanan) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Harga beras di tingkat internasional menunjukkan kecenderungan penurunan (Grafik 2.6). Secara rata-rata harga selama triwulan I 2015 mengalami sedikit penurunan (0,25% (qtq)) dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya dari USD 375,8/metric ton menjadi USD 374,85/metric ton. Namun demikian, penurunan harga beras di tingkat internasional tersebut tidak sejalan dengan perkembangan harga beras di Jambi, dimana pada triwulan laporan justru meningkat sebesar 3,52% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebagai akibat pasokan yang terbatas seiring dengan terlambatnya masa panen raya padi yang diprediksi dimulai pada bulan Februari 2015 ternyata bergeser ke bulan Maret 2015. Selain itu, belum adanya kepastian pembagian raskin dari Pemerintah Pusat hingga pertengahan Februari 2015 menyebabkan stok beras di Provinsi Jambi berkurang. Namun demikian, kebijakan pemerintah pusat untuk kembali membagikan raskin pada Bulan Februari 2015 dan dimulainya masa panen raya padi di daerah produsen (Jawa, Sumatera Selatan, Lampung) mampu menambah stok di pasar dan menurunkan harga beras di pasar. Komoditas jagung internasional, secara rata - rata cenderung mengalami kenaikan harga, dari USD 3,41/bushel menjadi USD 3,62/bushel yang diikuti oleh kenaikan harga rata-rata jagung pipilan yang cukup tinggi pada triwulan I 2015 hingga 50%(qtq) (Grafik 2.6). Kenaikan harga jagung disebabkan kurangnya stok seiring belum mulainya masa panen Jagung yang umumnya terjadi pada subround II (Mei-Agustus). Harga Jagung diprediksi akan mulai turun sejalan dengan dimulainya masa panen Jagung pada bulan Mei-Agustus 2015. TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 41

INFLASI Perkembangan harga tepung terigu merk Segitiga Biru pada triwulan laporan stabil pada level harga Rp7.500/kg meskipun terdapat kecenderungan penurunan harga gandum internasional yang disebabkan oleh proyeksi panen gandum Australia yang melebihi target sebelumnya (Grafik 2.7). 7 Harga bawang merah pada triwulan laporan menunjukkan tren kenaikan. Harga rata-rata bawang merah pada bulan Januari 2015 berada pada level Rp15.800/kg, naik menjadi Rp16.667/kg pada bulan Februari 2015 dan melonjak cukup tajam menjadi Rp23.889/kg pada bulan Maret 2015. Lonjakan harga bawang merah disebabkan oleh pasokan yang yang berkurang drastis akibat bencana banjir yang melanda daerah produsen bawang merah di Brebes, Jawa Tengah. Harga daging sapi pada triwulan I 2015 stabil pada level harga Rp113.333/kg (Grafik 2.8). Sementara itu, harga daging ayam ras pada triwulan laporan cenderung mengalami penurunan yang cukup dalam dari Rp24.727/kg pada bulan Februari 2015 menjadi Rp20.756/kg pada bulan Maret 2015. Penurunan ini disebabkan oleh surplus pasokan DOC (Day Old Chick) yang menyebabkan meningkatnya stok daging ayam. (Rp/Kg) 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi Grafik 2.7. Perkembangan Harga Tepung Terigu (USD/Bushel) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Wheat/Gandum (aksis kiri) 0 Daging Ayam Broiler, LHS Daging Sapi Murni, RHS 2013 2014 2015 Tepung Terigu lokal (aksis kanan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9101 121 2 3 4 5 6 7 8 9101 121 2 3 4 5 6 7 8 9101 121 2 3 (Rp/Kg) 130,000 120,000 110,000 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 (Rp/Kg) 11000 10000 9000 8000 7000 6000 5000 2012 2013 2014 2015 Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi 7 Satu bushel setara dengan 27 kg. 42 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

INFLASI Harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional pada triwulan laporan menurun 2,59% (qtq) dibandingkan sebelumnya, yaitu dari triwulan USD 652,1/metric ton menurun menjadi USD 635,16/metric ton yang diikuti turunnya harga rata-rata minyak goreng lokal dari Rp10.912/liter pada triwulan lalu menjadi Rp10.865/liter pada triwulan I 2015 (Grafik 2.9). Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (USD / Metric Ton) 2000 1500 1000 500 0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 2012 2013 2014 2015 CPO internasional (aksis kiri) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi (Rp/Kg) 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 Minyak goreng lokal (aksis kanan) 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 2,43%(qtq) atau 6,86% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok makanan jadi yang disebabkan kenaikan komoditas mie sebesar 10% (qtq) seiring penyesuaian harga dari produsen pada awal tahun dengan mempertimbangkan UMP dan biaya produksi. Diikuti oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 2,25% (qtq) atau 9,39% (yoy) yang disebabkan oleh mulai berlakunya tarif cukai hasil tembakau baru sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 2015/PMK.011/2014 yang berlaku mulai 1 Januari 2015 sedangkan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,94% (qtq). 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I 2015 mengalami inflasi sebesar 1,37% (qtq) atau 9,59% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (4,49% (qtq)). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 3,89% (qtq) atau 22,79% (yoy) sejalan dengan kenaikan harga LPG 3 Kg TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 43

INFLASI sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan harga LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015, kenaikan harga perlengkapan rumah tangga sebesar 1,49% (qtq) atau 4,84% (yoy) dan penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,92% (qtq) atau 5,63% (yoy) sedangkan sub kelompok biaya tempat tinggal justru mengalami deflasi 0,15%(qtq). 4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan I 2015 secara tahunan mengalami inflasi sebesar 0,76% (qtq), dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,23% (qtq). kelompok Secara triwulanan, sandang mengalami inflasi sebesar 0,76% (qtq). Terjadinya inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 2,55% (qtq) yang disumbangkan inflasi komoditas emas perhiasan sebesar 0,05%(qtq). Harga rata-rata emas global pada triwulan laporan mengalami kenaikan dari dari USD 1.199,61/troy ounce pada triwulan IV 2014 menjadi USD 1.219,32/troy ounce 8 (Grafik 2.10). 5. Kelompok Kesehatan Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,44%(qtq) atau 2,81%(yoy). Inflasi yang terjadi utamanya bersumber dari meningkatnya permintaan akan jasa kesehatan dengan inflasi 1,35%(qtq) atau 1,35%(yoy) dan jasa perawatan jasmani dengan inflasi 1,29%(qtq) atau 2,54%(yoy). Sementara itu sub kelompok obat-obatan justru mengalami deflasi 1,24%(qtq). Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional (USD/troy ounce) 1800 1600 1400 1200 1000 800 Sumber: Bloomberg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2013 2014 2015 8 Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org) 44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

INFLASI 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar 1,46% (yoy) atau 0,11% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (0,34% (qtq)). Sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi terbesar sebesar 13,54%(qtq) atau 2,59%(yoy) diikuti sub kelompok kursus-kursus/pelatihan sebesar 5,36%(qtq) atau 3,84%(yoy) seiring dimulainya pembelajaran semester baru di awal tahun 2015. Sementara, sub kelompok jasa pendidikan dan rekreasi mengalami deflasi masing-masing sebesar 1,19%(qtq) dan 0,26%(qtq) akibat berkurangnya permintaan rekreasi. 7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Secara triwulanan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 3,52% (qtq) meskipun secara tahunan mengalami inflasi 7,46% (yoy). Deflasi secara triwulanan utamanya disebabkan fluktuasi penyesuaian harga BBM jenis Bensin dan Solar yang diumumkan pemerintah. Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada subsektor transpor sebesar 5,06%(qtq). Sementara perkembangan harga pada subsektor lainnya yaitu komunikasi dan pengiriman, sarana dan penunjang transpor dan jasa keuangan masih relatif stabil. Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional terus mengalami penurunan menuju level terendah dalam empat tahun terakhir. Pada triwulan laporan, harga minyak dunia mengalami deflasi sebesar 33,63%(qtq) dibandingkan periode triwulan IV 2014 yaitu dari USD 73,15/barrel, menjadi USD 48,55/barrel (Grafik 2.11). Penurunan ini disebabkan oleh terus meningkatnya produksi minyak akan tetapi di sisi lain terjadi penurunan permintaan yang disebabkan oleh melambatnya perekonomian beberapa negara importir minyak terbesar di dunia, antara lain Eropa dan China TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 45

INFLASI Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel) 125.00 100.00 75.00 50.00 25.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 2012 2013 2014 2015 Sumber: Bloomberg C. Inflasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Kelompok Barang Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di Provinsi Jambi. Inflasi Bungo berada pada urutan 4 (empat) terendah dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung inflasinya. Posisi inflasi Bungo di Pulau Sumatera sampai dengan triwulan I 2015 memiliki kecenderungan menurun. Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada triwulan I 2015 berada pada level terendah sejak terhitung sebagai kota indikator inflasi, dimana pada bulan Januari 2015 terjadi deflasi pada level 0,53%(mtm), deflasi 1,32% (mtm) pada Februari 2015 dan 0,68%(mtm) di bulan Maret 2015. Sama seperti Kota Jambi, deflasi Bungo pada triwulan I 2015 lebih disebabkan oleh penurunan harga cabai merah, bensin dan daging ayam ras. Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun 2014-2015 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 (0.50) (1.00) (1.50) (2.00) 2.29 2.07 1.11 1.21 0.80 0.80 0.51 0.44 0.44 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 (0.35) (0.28) (0.51) (0.53) (0.68) (1.32) Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) INFLASI 46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

INFLASI Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo Triwulan I-2015 (yoy, %) mtm Smbgn mtm Smbgn mtm Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi I Bahan Makanan 1.27 0.33 3.93 1.04 1.74 0.46 5.42 1.47-9.23-2.49-2.32 II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.05 0.01 1.04 0.21 0.13 0.03 4.77 0.96 1.84 0.36 5.18 III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 2.27 0.41 0.79 0.15 1.84 0.33 12.13 2.14 1.38 0.25 11.31 IV Sandang 0.01 0.00-0.52-0.04 0.43 0.04 4.66 0.40 1.29 0.11 4.66 V Kesehatan 0.54 0.03 0.24 0.01 0.36 0.02 5.06 0.24 1.44 0.07 4.65 VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.06 0.00 2.16 0.16 3.13 0.23 8.69 0.69 0.73 0.05 9.82 VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.07 0.01 5.34 0.76 6.60 0.97 9.51 1.37-5.79-0.89 7.84 Sumber: BPS (diolah) KELOMPOK Oktober November Desember Triwulan IV-2014 (yoy, %) Triwulan I-2015 (qtq, %) INFLASI 0.80 0.80 2.29 2.28 2.07 2.08 7.22 7.27 (2.52) (2.54) 4.92 Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK Triwulan III-2014 Triwulan IV-2014 Triwulan I - 2015 qtq yoy qtq yoy qtq yoy I. BAHAN MAKANAN 4.72 3.46 7.08 8.32-9.23-2.32 a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 3.58 N/A 6.22 10.30-1.59 8.59 b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA -1.14 N/A -5.69-4.47-3.04-8.08 c. IKAN SEGAR 6.85 N/A -6.74 8.66 3.52 2.71 d. IKAN DIAWETKAN 1.78 N/A 1.14 9.11-0.40 6.16 e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 4.67 N/A 0.74 12.78 5.00 13.10 f. SAYUR-SAYURAN -6.94 N/A -2.12-0.78 9.51-3.96 g. KACANG-KACANGAN 0.41 N/A 0.23 0.95 0.02 0.68 h. BUAH-BUAHAN 2.94 N/A 0.95 7.26-18.12-12.22 i. BUMBU-BUMBUAN 30.70 N/A 60.77 19.73-48.64-28.08 j. LEMAK DAN MINYAK -1.38 N/A -0.14 2.95-0.04 2.11 k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 1.45 N/A 3.73 8.00-0.10 5.12 II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0.03 4.35 1.23 5.22 1.84 5.18 a. MAKANAN JADI 0.10 N/A 0.29 3.60 1.10 3.08 b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL -0.22 N/A 0.27 2.99 1.11 1.34 c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.00 N/A 3.66 9.85 3.66 11.72 III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 3.50 12.25 4.98 13.13 1.38 11.31 a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.43 N/A 0.72 4.29-0.54 0.70 b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 7.52 N/A 10.41 23.69 1.45 20.52 c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 1.07 N/A 2.28 11.23 4.76 13.10 d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 3.44 N/A 3.60 10.49 2.26 12.49 IV. SANDANG 1.08 5.50-0.08 3.99 1.29 4.66 a. SANDANG LAKI-LAKI 0.08 N/A -0.48 3.65 0.53 3.86 b. SANDANG WANITA 3.23 N/A -0.13 8.26 1.24 8.23 c. SANDANG ANAK-ANAK 3.57 N/A 0.36 7.44 0.37 7.53 d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA -3.29 N/A -0.16-4.34 3.52-1.71 V. KESEHATAN 1.31 3.69 1.15 3.96 1.44 4.65 a. JASA KESEHATAN 0.00 N/A 0.00 0.00 0.00 0.00 b. OBAT-OBATAN -0.01 N/A 0.35 1.40 0.00 0.20 c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 N/A 0.00 0.00 6.89 6.89 d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 2.84 N/A 2.37 8.33 1.93 8.90 VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 2.05 3.97 5.43 9.40 0.73 9.82 a. JASA PENDIDIKAN 3.09 N/A 3.30 7.56 0.84 8.90 b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 9.44 N/A 0.00 16.14 2.83 12.54 c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN -1.08 N/A 3.95 4.17 0.11 3.78 d. REKREASI -0.10 N/A 14.98 15.85 0.41 17.23 e. OLAHRAGA 1.47 N/A 4.05 18.99-0.35 26.27 VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.71 2.38 12.38 14.94-5.79 7.84 a. TRANSPOR 0.60 N/A 17.31 19.36-10.07 7.54 b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 N/A -0.07-0.06 0.18 0.11 c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 2.58 N/A 6.34 16.51 8.52 21.07 d. JASA KEUANGAN 0.00 N/A 23.64 23.64 0.00 23.64 INFLASI (UMUM) 2.26 5.21 5.24 8.99-2.52 4.92 Sumber: BPS (diolah) N/A : Kota Bungo sebagai indikator kota inflasi sejak Januari 2014 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 47

INFLASI Berdasarkan kelompoknya, deflasi terbesar Bungo pada triwulan I 2015 terjadi pada kelompok bahan makanan yang mencapai 9,23% (qtq) dengan sumbangan deflasi 2,49% atau secara tahunan mengalami deflasi 2,32% (yoy). Deflasi kelompok tersebut didominasi oleh penurunan harga sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 48,64% (qtq) dan buah-buahan sebesar 18,12% (qtq). Adapun inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran sebesar 9,51% (qtq), kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (5,00% (qtq)), dan kelompok ikan segar (3,52% (qtq)). Sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami deflasi yang tinggi akibat tren penurunan harga cabai merah dan cabai rawit pada bulan Februari-Maret 2015.Apabila dirinci lebih lanjut, komoditas cabai merah pada triwulan I 2015 mengalami deflasi 68,64%(qtq) sedangkan komoditas cabai rawit mengalami deflasi 37,75%(qtq). Untuk sub kelompok buah-buahan, deflasi diakibatkan oleh penurunan harga komoditas jeruk. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan merupakan kelompok kedua penyumbang terbesar deflasi Bungo dengan deflasi sebesar 5,79%(qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar -0,89%. Namun, secara tahunan kelompok ini mengalami inflasi sebesar 7,84%(yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, transpor adalah satu-satunya sub kelompok yang mengalami deflasi. Secara triwulanan, transpor mengalami deflasi sebesar 10,07%(qtq). Hal ini disebabkan oleh penurunan harga BBM yang terjadi di awal tahun 2015 yang disertai dengan penurunan tarif angkutan umum. Sub kelompok sarana dan penunjang transpor mengalami inflasi 8,52%(qtq) yang disebabkan oleh kenaikan biaya pemeliharaan/service sedangkan inflasi sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta jasa keuangan relatif stabil. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,84% (qtq) atau 5,18% (yoy) dengan sumbangan inflasi triwulanan sebesar 0,36%. Inflasi kelompok ini utamanya disebabkan oleh inflasi sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencapai 3,66% (qtq) atau 11,72% (yoy) seiring mulai diberlakukannya kenaikan tarif cukai tembakau yang mendorong kenaikan pada harga rokok kretek filter yang mencapai 3,85% 48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

INFLASI (qtq). Inflasi sub kelompok ini juga merupakan dampak lanjutan kenaikan harga bahan bakar LPG 3 Kg pada awal Januari 2015. Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,44% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,07% atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 4,65%(yoy). Sub kelompok jasa perawatan jasmani serta sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika mengalami inflasi masing-masing sebesar 6,89%(qtq) dan 1,93%(qtq). Sementara itu, sub kelompok jasa kesehatan dan obat-obatan cenderung stabil. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi 1,38%(qtq) atau 11,31%(yoy), dengan sumbangan inflasi triwulanan sebesar 0,25% yang didominasi oleh sub kelompok perlengkapan rumah tangga (4,76% (qtq)), penyelenggaraan rumah tangga (2,26%(qtq)), dan bahan bakar, penerangan dan air (1,45%(qtq)). Sementara itu sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami deflasi 0,54% (qtq). Kelompok sandang secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,29%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,11%. Mayoritas penyebab inflasi adalah meningkatnya permintaan akan emas perhiasan seiring perayaan hari raya keagamaan (imlek). Secara sub kelompok, barang pribadi dan sandang lainnya, sandang wanita, sandang laki-laki dan sandang anak-anak mengalami inflasi masing-masing 3,52%(qtq), 1,24%(qtq), 0,53%(qtq) dan 0,37%(qtq). Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 0,73%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05% atau secara tahunan sebesar 9,82% (yoy). Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh sub kelompok kursus-kursus/pelatihan (2,83%(qtq)). TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 49

INFLASI Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I 2015 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI TW I-2015 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI TW I-2015 Sumbangan Sumbangan JANUARI FEBRUARI MARET JANUARI 1 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.1533 1 Bensin -0.7083 2 Emas Perhiasan 0.0570 2 Jeruk -0.1768 3 Beras 0.0533 3 Cabai Merah -0.0887 4 Udang Basah 0.0466 4 Angkutan Udara -0.0808 5 Telur Ayam Ras 0.0444 5 Cabai Rawit -0.0534 6 Tarip Sewa Motor 0.0400 6 Laptop/Notebook -0.0401 7 Jengkol 0.0395 7 Solar -0.0347 8 Daging Ayam Ras 0.0374 8 Salak -0.0314 9 Lemari Pakaian 0.0374 9 Teri -0.0256 10 Cuci Kendaraan 0.0281 10 Kacang Panjang -0.0235 0.5370 Sumbangan 10 Komoditas -1.2633 FEBRUARI 1 Kentang 0.1237 1 Cabai Merah -1.5560 2 Bayam 0.1010 2 Bensin -0.3108 3 Telur Ayam Ras 0.0880 3 Beras -0.1028 4 Pemeliharaan/Service 0.0731 4 Cabai Rawit -0.0981 5 Jengkol 0.0693 5 Angkutan Antar Kota -0.0695 6 Kangkung 0.0610 6 Daging Ayam Ras -0.0439 7 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.0472 7 Daun Singkong -0.0411 8 Lemari Pakaian 0.0430 8 Solar -0.0284 9 Rokok Putih 0.0374 9 Angkutan Udara -0.0189 10 Laptop/Notebook 0.0369 10 Tarip Kendaraan Travel -0.0155 0.6806 Sumbangan 10 Komoditas -2.2850 MARET 1 Bawang Merah 0.1702 1 Cabai Merah -0.7674 2 Bensin 0.1428 2 Jeruk -0.1240 3 Lontong Sayur 0.1014 3 Bahan Bakar Rumah Tangga -0.1215 4 Rokok Kretek Filter 0.0960 4 Bayam -0.1088 5 Udang Basah 0.0499 5 Kentang -0.0958 6 Jengkol 0.0491 6 Kangkung -0.0658 7 Pemeliharaan/Service 0.0462 7 Beras -0.0467 8 Tongkol/Ambu-Ambu 0.0394 8 Mas -0.0422 9 Terong Panjang 0.0175 9 Daging Ayam Ras -0.0416 10 Rokok Kretek 0.0154 10 Apel -0.0301 Sumber: BPS Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas 0.7279 Sumbangan 10 Komoditas -1.4439 Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan deflasi terbesar Bungo pada triwulan I 2015 adalah cabai merah, bensin, jeruk dan cabai rawit. Sementara itu, komoditas penyumbang utama Bungo pada triwulan I 2015 adalah sub komoditas bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran seperti bawang merah, telur ayam ras, kentang, bayam serta sub komoditas bahan bakar rumah tangga. 50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan pada triwulan I 2015 secara umum menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan mengalami peningkatan (5,9% (qtq)) dan diikuti dengan peningkatan dana pihak ketiga (3,5% (qtq)) dan kredit (1,2% (qtq)). Hal tersebut menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami penurunan sebesar 256 bps menjadi sebesar 116,85% dari triwulan sebelumnya 119,41%. Penurunan tersebut karena kenaikan kredit lebih kecil dibandingkan kenaikan dana pihak ketiga. Sementara itu kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (3,6% (qtq ) dan secara tahunan mengalami peningkatan (13,5% (yoy ), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total kredit (11,0% (yoy)). Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga) pada periode laporan menurun dibandingkan triwulan IV 2014. Sejalan dengan hal tersebut, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi Jambi juga menunjukkan penurunan. Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,89%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,49%). Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) yang mengalami penurunan sementara aliran kas masuk (cash inflow) mengalami peningkatan. Sementara itu perlambatan ekonomi juga tercermin dari kinerja pembayaran non tunai sebagai berikut: Nilai dan volume kliring turun sebesar 14,4% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,2 triliun dan 9,8% (qtq) menjadi 62.245 (Tabel 3.8.). Nilai RTGS dari, ke serta dari dan ke Jambi menurun masing-masing 16,4%, 21,3% dan 10,1%. 51

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN B.Bank Umum 1. Perkembangan Aset Bank Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi sedikit meningkat (5,9% (qtq)) dari Rp32,6 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp34,6 triliun pada periode laporan. Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan aset bank pemerintah yaitu sebesar Rp2,1 triliun (9,6%(qtq)). Sebaliknya bank swasta dan bank syariah mengalami penurunan aset masing-masing sebesar Rp133,1 juta (1,5%(qtq)) dan Rp19,9 juta (1,0%(qtq)) (Grafik 3.1.). Secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan pada triwulan I 2015 (16,6%) (yoy ) mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan triwulan IV 2014 (13,9% (yoy ). Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah Rp23,9 triliun (69,1%), diikuti oleh bank swasta Rp8,6 triliun (25,0%) dan bank syariah Rp2,0 triliun (5,9%) 40 35 30 25 20 15 10 5-24.4 9.8 23 19.2 Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi (dalam satuan triliun rupiah) 16.8 16.5 24 24 24 3.2 1.6 1.3 15.5 27 8.8 17.0 28 29 29 18.1 17.2 4.6 2.5 0.5 30 11.5 3.5 25.2 35 17.4 34 33 20.3-1.5 13.9-4.9 35 16.6 Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 6.0 Persen 30 25 20 15 10 5 0-5 -10 Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 2. Perkembangan Dana Masyarakat Secara triwulanan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp22,7 triliun, meningkat 3,5% (qtq) (Rp769,0 miliar) dari triwulan sebelumnya (Rp21,9 triliun) seiring dengan peningkatan giro dan deposito berjangka 52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN masing-masing sebesar 27,7% (qtq) dan 16,4% (qtq) (Grafik 3.2. dan tabel 3.2.). Sebaliknya, DPK dalam bentuk tabungan mengalami penurunan 9,9%(qtq). DPK bank pemerintah meningkat 7,0% (qtq) sedangkan bank syariah dan swasta masing-masing menurun 4,6% (qtq) dan 3,5% (qtq). Kenaikan DPK bank pemerintah didorong oleh kenaikan giro dan deposito golongan pemerintah daerah sementara tabungan mengalami penurunan seiring dengan menurunnya tabungan perseorangan. Penurunan DPK di bank swasta utamanya terjadi pada golongan perseorangan. Penurunan giro dipengaruhi golongan bukan lembaga keuangan dan perseorangan sedangkan penurunan tabungan dipengaruhi oleh golongan perseorangan. Selanjutnya, penurunan DPK bank syariah didominasi penurunan giro golongan pemerintah daerah namun sebaliknya terdapat kenaikan deposito oleh golongan pemerintah daerah. Penurunan tabungan terjadi pada golongan sektor swasta lainnya dan perseorangan. Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 13,3% (sebesar Rp2,6 triliun) yang didominasi oleh kenaikan deposito Rp1,8 triliun (30,0% (yoy)), giro Rp662,6 miliar (20,8% (yoy)), dan tabungan sebesar Rp144,0 juta (1,3% (yoy)). Kenaikan deposito yang tidak setinggi kenaikan triwulan IV 2014 (48,9% (yoy)) disebabkan oleh penurunan suku bunga deposito seiring dengan penurunan BI Rate dari 7,75% (November 2014) menjadi 7,50% pada bulan Februari 2015 hingga sampai akhir triwulan laporan. TRIWULAN I-2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 53

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp (dalam miliar) 24,000 20,000 18,376 16,000 9,492 12,000 Tabungan Simp Berjangka Giro DPK 22,307 22,527 21,965 19,155 19,521 19,415 20,069 10,970 11,291 12,044 9,646 10,070 10,703 11,430 22,734 10,847 8,000 4,000-5,131 5,388 5,706 7,286 7,529 8,044 4,642 6,187 6,912 3,753 4,120 3,745 3,343 3,179 4,052 3,707 3,008 3,842 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Tabel 3.1. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I q-t-q y -o-y 12,422,771 13,244,757 15,422,489 15,485,172 14,754,448 15,784,692 7.0% 19.2% 1 Giro 2,459,884 2,446,629 3,253,415 2,927,275 2,170,558 3,151,412 45.2% 28.8% 2 Tabungan 7,365,988 6,811,479 7,016,344 7,251,664 8,017,609 7,213,510-10.0% 5.9% 3 Simpanan Berjangka 2,596,900 3,986,649 5,152,731 5,306,234 4,566,281 5,419,770 18.7% 35.9% 6,101,268 5,916,091 5,957,636 6,040,234 6,219,164 6,004,004-3.5% 1.5% 1 Giro 745,775 679,344 749,585 723,222 728,768 639,409-12.3% -5.9% 2 Tabungan 3,543,220 3,371,287 3,400,929 3,451,743 3,390,026 3,036,639-10.4% -9.9% 3 Simpanan Berjangka 1,812,272 1,865,460 1,807,122 1,865,269 2,100,369 2,327,956 10.8% 24.8% Bank Syariah URAIAN Bank Konvensional Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional 2013 2014 Pertumbuhan 890,976 908,588 927,272 1,001,733 991,292 945,290-4.6% 4.0% 1 Giro 137,808 53,510 48,589 56,845 109,137 51,321-53.0% -4.1% 2 Tabungan 520,567 520,620 552,542 587,554 636,657 597,265-6.2% 14.7% 3 Simpanan Berjangka 232,601 334,458 326,140 357,334 245,499 296,705 20.9% -11.3% 1,693,139 3,152,739 Jumlah 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,986 3.5% 13.3% 1 Giro 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 3,842,142 27.7% 20.8% 2 Tabungan 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 10,847,414-9.9% 1.3% 3 Simpanan Berjangka 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 8,044,430 16.4% 30.0% 2015 Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari bank pemerintah dan mencapai Rp15,7 triliun (69,4%), diikuti oleh bank swasta nasional Rp6,0 triliun (26,4%) dan bank syariah Rp945,2 juta (4,2%) (Tabel 3.2). Bank pemerintah mampu mencapai pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai 19,2% 54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN (yoy), sementara bank syariah dan bank swasta nasional hanya mampu tumbuh masing-masing sebesar 4,0% (yoy) dan 1,5% (yoy). Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK secara triwulanan terutama berasal dari pemerintah daerah (Pemda), pemerintah pusat dan Lembaga Keuangan Non Bank masing-masing 158,1% (qtq) menjadi Rp3,5 triliun, 37,9% (qtq) menjadi Rp50,9 miliar dan 4,4% (qtq) menjadi Rp441,7 miliar. Kenaikan DPK pada pemerintah daerah (Pemda) didominasi oleh giro dan deposito, sementara pada golongan pemerintah pusat dan Lembaga Keuangan Non Bank didominasi oleh deposito. Kenaikan dana golongan pemerintah daerah tersebut didorong oleh realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 yang mencapai Rp522,6 miliar (terealisasi sebesar 15,9% dari APBD 2015), meningkat 51,9% bila dibandingkan triwulan I 2014. Secara tahunan, pertumbuhan DPK ditopang oleh golongan Lembaga Keuangan Non Bank (88,7% (yoy)), Bukan Lembaga Keuangan (44,4% (yoy)), pemerintah daerah (pemda) (19,2% (yoy)), dan perseorangan (10,3% (yoy)). (Tabel 3.3.). Kenaikan DPK secara tahunan tersebut didominasi kenaikan giro dan deposito mengingat suku bunga giro dan deposito bulan laporan sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun lalu 9. 9 Meskipun posisi BI rate sama-sama di posisi 7,50%, namun tingkat suku bunga pada triwulan I 2015 lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014. BI rate 7,50% pada periode laporan adalah hasil penurunan sejak Februari 2015 sedangkan BI rate 7,50% pada posisi yang sama tahun lalu adalah lanjutan BI rate sejak November 2013, sehingga keputusan manajemen dalam penentuan tingkat suku bunga bank menjadi berbeda. TRIWULAN I-2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 55

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) No. Golongan Pemilik Trw.IV-2013 Trw.I-2014 Trw.II-2014 Trw.III-2014 Trw.IV-2014 Trw.I-2015 Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share y oy Andil Penduduk/ Residents 1 Pemerintah Pusat 35,692 127,212 124,323 127,570 36,967 50,973 0.2% -59.9% -0.1% 2 Pemerintah Daerah (Pemda) 1,701,695 2,967,960 4,151,802 3,889,246 1,370,397 3,537,138 15.6% 19.2% 3.0% 3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 32,249 24,238 25,400 24,001 30,811 23,604 0.1% -2.6% 0.0% 4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 553,401 997,696 1,239,891 1,235,340 860,883 865,923 3.8% -13.2% -0.5% 5 BUMD 47,010 119,318 100,426 107,854 112,541 112,609 0.5% -5.6% 0.0% 6 Lembaga Keuangan Non Bank 187,916 234,135 339,842 361,514 423,224 441,793 1.9% 88.7% 1.7% 7 Bukan Lembaga Keuangan 2,285,904 1,632,625 1,717,251 1,730,849 2,874,686 2,358,029 10.4% 44.4% 4.6% 8 Sektor Swasta Lainnya 113,914 110,337 74,787 37,413 75,647 63,344 0.3% -42.6% -0.1% 9 Perseorangan 14,452,207 13,850,893 14,531,744 15,011,753 16,178,221 15,278,982 67.2% 10.3% 6.9% Jumlah 19,409,987 20,064,415 22,305,466 22,525,540 21,963,379 22,732,395 Bukan Penduduk/Non-Residents 5,026 5,022 1,931 1,598 1,525 1,593 0.0% -68.3% 0.0% Penduduk dan bukan penduduk 19,415,013 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,988 100.0% 13.3% 13.3% Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan lokasi, secara triwulanan pertumbuhan DPK tertinggi terjadi di Kabupaten Muara Jambi sebesar 456,1% (qtq), Kabupaten Tebo sebesar 170,4% (qtq) dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 81,1% (qtq). Kenaikan yang signifikan di Muara Jambi tersebut seiring dengan beroperasinya Kantor Cabang Muaro Jambi PT. BPD Jambi. Sementara itu terdapat penurunan DPK di Kabupaten Bungo, Kabupaten Batanghari dan Kota Jambi. (Tabel 3.4.). Secara tahunan, pertumbuhan DPK didominasi oleh Kabupaten Tebo (83,4% (yoy)), Kabupaten Kerinci (23,2% (yoy)) dan Kota Jambi (12,7% (yoy)) (Tabel 3.4.). Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi dan mencapai Rp15,6 triliun (68,8%) diikuti oleh Kerinci dan Bungo masing-masing sebesar Rp1,4 triliun (6,3%) dan 1,3 triliun (5,7%). 56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah) No. Kota/ Kabupaten Trw. IV-13 Trw. I-14 Trw. II-14 Trw. III-14 Trw. IV-14 Trw. I-15 Pertumbuhan (qtq) Pertumbuhan (y oy ) Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Persen Nominal Persen 1 Kota Jambi 13,666,724 13,886,280 15,168,952 15,518,127 15,758,165 15,650,453 68.8 (107,712.1) (0.7) 1,764,172 12.7 3 Kab. Kerinci 1,112,837 1,170,097 1,274,541 1,338,217 1,287,077 1,441,853 6.3 154,775.2 12.0 271,756 23.2 2 Kab. Bungo 1,416,378 1,413,445 1,541,924 1,463,065 1,438,515 1,304,995 5.7 (133,520.3) (9.3) (108,450) (7.7) 4 Tanjung Jabung Barat 1,159,956 1,165,207 1,428,596 1,442,128 1,127,828 1,161,155 5.1 33,327.1 3.0 (4,052) (0.3) 5 Kab. Merangin 761,310 860,365 1,003,186 951,992 895,078 973,374 4.3 78,296.2 8.7 113,009 13.1 6 Kab. Batanghari 532,202 596,299 656,535 636,131 693,234 656,017 2.9 (37,217.1) (5.4) 59,718 10.0 8 Kab. Tebo 243,659 308,651 349,467 368,023 209,323 565,926 2.5 356,603.5 170.4 257,275 83.4 7 Kab. Sarolangun 325,766 413,629 472,262 424,943 354,016 486,306 2.1 132,289.9 37.4 72,677 17.6 9 Tanjung Jabung Timur 196,183 255,464 411,933 384,511 167,343 303,041 1.3 135,697.7 81.1 47,577 18.6 10 Kab. Muaro Jambi - - - - 34,325 190,869 0.8 156,544.4 456.1 190,869 #DIV/0! JUMLAH 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,988 100 769,084.4 3.5 2,664,552 13.3 Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp336,8 miliar (1,3% (qtq)) yaitu dari Rp26,2 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp26,5 triliun (Tabel 3.5.). Pertumbuhan kredit tersebut jauh melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (3,4% (qtq)). Jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2014, pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan I 2015 hanya mencapai sebesar 11,0% (yoy), atau jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang dapat mencapai 18,7% (yoy). Hal tersebut seiring dengan hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi yang menyatakan bahwa dunia usaha saat ini lebih memilih untuk memaksimalkan ketersediaan modal pemilik dan kantor pusat terlebih dahulu sebelum memanfaatkan fasilitas kredit perbankan. TRIWULAN I-2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 57

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN URAIAN Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) 2013 2014 2015 Pertumbuhan TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I q-t-q y-o-y Kelompok Bank 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 1.3% 11.0% 1 Bank Pemerintah 15,048,876 15,394,481 16,092,175 16,541,833 17,223,936 17,545,224 1.9% 14.0% 2 Bank Swasta*) 6,525,991 6,503,079 6,749,181 6,832,952 7,028,372 7,100,958 1.0% 9.2% 3 Bank Syariah 2,046,216 2,029,739 2,027,277 1,997,604 1,977,167 1,920,127-2.9% -5.4% Jenis Penggunaan 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 1.3% 11.0% 1 Modal Kerja 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900-0.3% 12.3% 2 Investasi 5,864,182 5,959,299 6,071,136 6,134,277 6,430,084 6,663,743 3.6% 11.8% 3 Konsumsi 10,207,932 10,409,402 10,762,104 11,050,256 11,281,919 11,414,666 1.2% 9.7% Sektor Ekonomi 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,371,531 26,229,475 26,563,556 1.3% 11.0% 1 Pertanian 4,031,009 4,231,411 4,551,324 4,623,883 4,844,114 5,052,401 4.3% 19.4% 2 Pertambangan dan Penggalian 96,338 114,741 136,051 149,907 137,590 131,001-4.8% 14.2% 3 Industri 859,670 787,946 804,571 820,967 974,021 944,211-3.1% 19.8% 4 LGA 5,610 4,126 3,177 3,922 3,660 6,099 66.7% 47.8% 5 Konstruksi 804,912 746,132 876,089 880,225 859,266 818,603-4.7% 9.7% 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 5,775,325 5,778,262 6,165,280 6,287,606 6,491,044 6,544,280 0.8% 13.3% 7 Pengangkutan dan Komunikasi 326,683 310,465 333,691 320,157 333,392 338,174 1.4% 8.9% Keuangan,Real estate dan Jasa 8 Perusahaan 1,132,014 1,135,751 704,085 673,888 674,966 700,696 3.8% -38.3% 9 Jasa-jasa 381,591 409,063 403,233 482,693 544,056 597,609 9.8% 46.1% 10 Bukan Lapangan Usaha 10,207,932 10,409,402 10,891,132 11,128,283 11,367,367 11,430,482 0.6% 0.6% *) Termasuk bank asing dan campuran 20,419,076 Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh bank konvensional sebesar 1,6% (qtq) atau 12,6% (yoy), sementara bank syariah mengalami penurunan pembiayaan sebesar 2,9% (qtq) atau 5,4% (yoy). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 92,8% sementara bank syariah sebesar 7,2%. Bank pemerintah dan swasta mengalami kenaikan jumlah kredit masing-masing yaitu 1,9% (qtq) atau 14,0% (yoy) dan 1,0% (qtq) atau 9,2% (yoy). Sementara bank syariah baik secara triwulan dan tahunan mengalami penurunan pembiayaan yaitu sebesar 2,9% (qtq) dan 5,4% (yoy). Kenaikan kredit bank pemerintah tersebut didorong oleh kredit investasi sektor pertanian dan sektor industri pengolahan dan kredit jenis penggunaan konsumsi. Sedangkan kredit modal kerja mengalami penurunan sejalan dengan penurunan kredit modal kerja sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor konstruksi. Kenaikan kredit bank swasta didorong oleh kenaikan kredit modal kerja dan konsumsi dimana kenaikan kredit modal kerja didorong oleh kenaikan kredit ke sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan besar dan eceran. Sebaliknya, 58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN pada kredit investasi, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan besar dan eceran menjadi dalah satu kontributor utama penyumbang penurunan kredit investasi. Penurunan pembiayaan pada bank syariah didominasi oleh penurunan pembiayaan modal kerja sektor perdagangan besar dan eceran dan pembiayaan konsumsi. Sebaliknya, pembiayaan investasi meningkat yang didominasi oleh sektor pertanian, perburuan dan kehutanan. Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai 43,0%, diikuti oleh kredit modal kerja (31,9%) dan kredit investasi (25,1%). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit investasi (3,6% (qtq)), diikuti oleh kredit konsumsi (1,2% (qtq)) sementara kredit modal kerja mengalami sedikit penurunan (0,3% (qtq)). Pertumbuhan kredit tersebut cenderung melambat dibandingkan pertumbuhan kredit triwulan IV 2014 (kredit investasi (4,8% (qtq)), kredit modal kerja (4,0% (qtq)), dan kredit konsumsi (2,1% (qtq)). Berdasarkan liaison, seperti triwulan sebelumnya, dunia usaha masih konsisten menggunakan fasilitas kredit investasi berupa bangunan kantor dan peralatan produksi. Secara tahunan, kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi menunjukkan pertumbuhan masing-masing sebesar 12,3% (yoy), 11,5% (yoy) dan 9,7% (yoy), jauh melambat dibandingkan 2014. Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor listrik, gas dan air (LGA) (66,7% (qtq)), sektor jasa-jasa (9,8% (qtq)) dan sektor pertanian (4,3%(qtq)). Namun sektor yang paling berkontribusi atas pertumbuhan kredit adalah sektor bukan lapangan usaha, sektor perdagangan hotel dan restoran dan sektor pertanian. Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air (LGA) tersebut didorong oleh kenaikan kredit jenis penggunaan modal kerja sub sektor gas terkait proyek city gas di Kota Jambi dan investasi sub sektor pengadaan dan penyaluran air bersih. Pertumbuhan kredit pada sektor jasa jasa didorong oleh kredit modal kerja sub sektor jasa kegiatan lainnya dan kredit modal kerja jasa kesehatan manusia - rumah sakit. Sementara pertumbuhan kredit pada sektor pertanian didorong kenaikan kredit investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit seiring dengan kenaikan luas lahan TRIWULAN I-2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 59

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN sawit menjadi 593.433 hektar pada tahun 2013 dan sebelumnya 323.517 hektar (sumber : Jambi Dalam Angka 2013 dan 2014). Secara tahunan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan air (LGA) dan jasa-jasa yang masing-masing mencapai 47,8% (yoy) dan 46,1% (yoy), diikuti oleh sektor industri (19,8% (yoy)), dan sektor pertanian (19,4% (yoy ). Kontribusi sektor bukan lapangan usaha atas pertumbuhan kredit didorong oleh kredit konsumsi sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 dan kredit konsumsi lainnya berupa sub sektor rumah tangga untuk keperluan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, sub sektor bukan lapangan usaha lainnya dan rumah tangga untuk keperluan multiguna. Kenaikan kredit konsumsi pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 mendorong developer membangun rumah tipe tersebut dengan alasan calon pembeli yang potensial dan mendorong kenaikan kredit secara triwulan terhadap sektor real estate perumahan sederhana - selain perumnas s.d. tipe 22 s.d. 70. Kenaikan sektor perdagangan hotel dan restoran didongrak oleh peningkatan sektor perdagangan besar dan eceran sebaliknya sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum mengalami sedikit penurunan. Peningkatan perdagangan besar dan eceran tersebut didominasi kenaikan kredit modal kerja yaitu pada sub sektor penjualan mobil, perdagangan dalam negeri pupuk dan obat hama, perdagangan eceran bahan konstruksi, perdagangan eceran perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan dapur serta perdagangan kelapa dan kelapa sawit. Kenaikan kredit sektor perdagangan tersebut seiring dengan tetap bergeraknya perekonomian di sektor perdagangan yang terlihat dari relatif besarnya kontribusi sektor perdagangan terhadap perekonomian Jambi selama triwulan I 2015 (1,2% dari 5,9% (qtq)). Sementara itu kredit penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum sedikit menurun seiring dengan menurunnya tingkat penghunian kamar dari 43,33% (Desember 2014) menjadi 40,97% (Maret 2015) (sumber BPS Provinsi Jambi). Berdasarkan liaison diperoleh informasi bahwa salah satu penyebab penurunan tersebut adalah menurunnya aktifitas bisnis di sektor perkebunan yang mempengaruhi kunjungan tamu menginap. Selain itu keluarnya Surat Edaran 60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kemenpan dan RB tentang larangan bagi seluruh jajaran aparatur sipil negara melakukan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan di luar instansi pemerintahan yang berlaku mulai 1 Desember 2014 turut mempengaruhi kinerja sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum. Pada triwulan laporan, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kepada bukan lapangan usaha, yaitu sebesar 43,3%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (24,6%) dan sektor pertanian (19,0%). Dominasi penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 86,7% dari total outstanding kredit. Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi oleh perbankan sebesar Rp34,10 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp26,5 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat Rp7,6 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Terjadi sedikit penurunan sebesar 0,1% (qtq) dari sebelumnya Rp34,12 triliun pada triwulan lalu. Sementara secara tahunan terjadi peningkatan 6,8% (yoy) dari sebelumnya Rp31,9 triliun (Tabel 3.6.). Penurunan secara triwulan tersebut disebabkan menurunnya kredit di Kabupaten Muaro Jambi (31,1% (qtq)), Kabupaten Batanghari (1,4% (qtq)), Kota Jambi (1,4% (qtq)), dan Kabupaten Merangin (0,3% (qtq)). Secara sektor ekonomi, penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya kredit sektor konstruksi, sektor industri pengolahan serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan. Sementara itu secara tahunan terdapat kenaikan kredit hampir di semua kabupaten/kota di Provinsi Jambi kecuali Kota Jambi. Kenaikan tersebut secara sektor ekonomi didorong oleh kenaikan kredit sektor pinjaman kepada bukan lapangan usaha, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertambangan dan penggalian. TRIWULAN I-2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 61

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) 2013 2014 2015 Pertumbuhan Kabupaten/ Kota TW IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I qtq yoy Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share % % Batanghari 2,178,008 2,201,840 2,554,343 2,021,404 2,208,433 2,177,564.4 6.4-1.4-1.1 Sarolangun 1,464,682 1,465,886 1,461,979 1,611,055 1,601,980 1,623,578 4.8 1.3 9.8 Kerinci 1,388,026 1,409,393 1,455,886 1,502,649 1,531,300 1,571,827 4.6 2.6 10.6 Muaro Jambi 2,587,306 2,327,113 2,341,866 2,538,992 2,788,879 2,701,710 7.9-3.1 13.4 Tanjung Jabung Barat 1,567,439 1,886,052 1,888,412 1,976,223 1,996,109 2,012,352 5.9 0.8 6.3 Tanjung Jabung Timur 624,633 646,870 676,988 714,146 731,542 739,897 2.2 1.1 12.7 Tebo 1,533,388 1,567,330 1,696,419 2,027,604 1,973,200 2,137,947 6.3 8.3 28.9 Merangin 2,552,180 2,543,205 2,656,927 2,765,615 2,803,795 2,796,085 8.2-0.3 9.0 Bungo 3,153,216 3,173,820 3,197,338 3,248,205 3,332,761 3,378,293 9.9 1.4 6.1 Sungai Penuh 13,428 14,897 19,102 22,872 26,442 45,102 0.1 70.6 114.2 Jambi 14,341,352 14,710,048 14,508,777 14,828,745 15,129,667 14,922,669 43.8-1.4 1.4 T O T A L 31,403,658 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 34,107,025 100.0-0.1 6.8 Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah) 4. Undisbursed Loan Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp1,8 triliun, menurun sebesar Rp186,3 miliar (9,2% (qtq)) dari triwulan sebelumnya (Rp2,0 triliun) (Tabel 3.7.). Penurunan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh menurunnya kelonggaran tarik kredit konsumsi dan investasi masing-masing sebesar Rp129,6 miliar (65,9% (qtq ) dan Rp128,4 miliar (35,3% (qtq ). Sementara kelonggaran tarik kredit modal kerja meningkat Rp71,6 miliar (4,9% (qtq)). Peningkatan kelonggaran tarik kredit modal kerja seiring dengan peningkatan persetujuan kredit modal kerja sektor perdagangan besar dan eceran sub sektor penjualan mobil, sub sektor perdagangan dalam negeri makanan, minuman dan tembakau lainnya dan sub sektor industri minyak goreng dari kelapa. Sementara itu penurunan kelonggaran tarik kredit konsumsi disebabkan menurunnya persetujuan kredit konsumsi sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe s.d. Tipe 21 dan tipe diatas 70. Sedangkan penurunan kelonggaran tarik kredit investasi disebabkan semakin terealisasinya komitmen kredit sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah. 62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Kategori 2013 2014 2015 Pertumbuhan (qtq) TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Nominal % Jenis Penggunaan 1 Investasi 277,568 237,033 405,173 310,246 363,863 235,459 (128,404) (35.3) 2 Konsumsi 2,009 2,908 6,533 6,975 196,564 66,937 (129,627) (65.9) 3 Modal kerja 1,862,807 1,837,862 1,711,830 1,540,901 1,463,888 1,535,554 71,666 4.9 Total 2,142,384 2,077,803 2,123,535 1,858,122 2,024,315 1,837,950 (186,365) (9.2) * Mulai tahun 2010 perhitungan Undisbursed Loan berdasarkan laporan LBU Bassel Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR) 10 pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 259 bps dikarenakan peningkatan DPK (3,5% (qtq)) lebih tinggi daripada kenaikan kredit (1,2% (qtq)). LDR berdasarkan bank pelapor sebesar 116,85% (Grafik 3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi yang perlu diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit sejalan dengan prinsip kehati-hatian. Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Rp triliun 30 25 20 15 10 5 0 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.1 1.1 1.1 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 124% 122% 120% 118% 116% 114% 112% 110% 108% 106% 104% 102% Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 10 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. TRIWULAN I-2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 63

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,89% (Rp769,0 miliar) (di bawah ketentuan 5%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan lalu (2,49% atau Rp654,3 miliar) (Tabel 3.8.). Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi dan sektor LGA masing-masing sebesar 27,13%, 7,68% dan 4,46%. Tingginya NPL sektor pertambangan disumbangkan sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara seiring belum membaiknya harga batu bara dan penerapan Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai, yang mengakibatkan sebagian besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas kegiatan tambang. Sementara itu memburuknya NPL sektor konstruksi dan sektor LGA disumbangkan oleh sub sektor konstruksi khusus dan sub sektor ketenagalistrikan lainnya seiring dengan tertahannya pertumbuhan ekonomi kedua sektor tersebut. Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) TW IV-14 2015 No Sektor Ekonomi Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%) 1. Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 4,844,114 117,242 2.42 5,052,401 134,992 2.67 2. Pertambangan dan Penggalian 137,590 33,893 24.63 131,001 35,540 27.13 3. Industri 974,021 19,413 1.99 944,211 19,732 2.09 4. LGA 3,660 395 10.79 6,099 272 4.46 5. Konstruksi 859,266 36,196 4.21 818,603 62,880 7.68 6. Perdagangan Hotel dan Restoran 6,491,044 240,902 3.71 6,544,280 275,331 4.21 7 Pengangkutan dan Komunikasi 333,392 5,816 1.74 338,174 5,770 1.71 8. Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 674,966 14,212 2.11 703,449 20,011 2.84 9. Jasa-jasa 544,056 182,182 33.49 597,609 15,797 2.64 10. Bukan Lapangan Usaha 11,367,367 4,057 0.04 11,430,482 198,717 1.74 J U M L A H 26,229,475 654,309 2.49 26,566,309 769,042 2.89 Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di Provinsi Jambi kembali meningkat dari 4,7% menjadi 4,8% seiring dengan penurunan suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan penurunan suku 64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN bunga kredit. (Grafik 3.4.). Suku bunga deposito pada periode laporan tercatat sebesar 8,5% atau menurun dibandingkan triwulan IV 2014 (8,6%) dan suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode laporan tercatat di level 13,3% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (13,4%). Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam satuan %) 20 15 10 5 0 10.1 7.2 7.2 7.7 8.0 8.3 8.3 8.2 8.0 7.8 7.4 6.3 5.6 5.1 4.9 4.74.8 2011 2012 2013 2014 2015 Margin Deposito Kredit BI-rate Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 6. Perkembangan Kredit UMKM Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sebesar Rp9,9 triliun, meningkat (3,6% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp9,6 triliun) dan secara tahunan mengalami peningkatan 13,5% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total kredit (11,0% (yoy))(grafik 3.5.). TRIWULAN I-2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 65

Rp Triliun PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 12 Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 35 10 28.3 31.9 28.9 30-8 6 4 2 22.5 18.7 18.6 16.6 19.0 13.0 11.9 9.9 9.7 11.0 7.2 9.2 5.0 13.5 11.0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2013 2014 2015 25 20 15 10 5 0 Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi cenderung sedikit meningkat yaitu dari 36,7% di triwulan lalu menjadi 37,6% (Grafik 3.6.). Berdasarkan distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yaitu 35,2%, kredit mikro sebesar 32,8%, dan kredit kecil sebesar 32,1% dari total kredit UMKM. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh perdagangan besar dan eceran, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan serta konstruksi masing-masing sebesar 48,80%, 29,05% dan 4,59%. Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 80% 60% 60.3 60.6 62.1 62.6 63.2 63.0 62.8 63.3 62.4 40% 20% 0% 13.9 14.2 13.0 12.5 12.0 12.6 12.8 12.5 13.2 13.9 13.8 13.6 13.8 13.7 12.0 12.6 11.9 12.0 11.9 11.4 11.3 11.1 11.1 12.5 11.8 12.4 12.3 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2013 2014 2015 Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 66 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset dan DPK yang mengalami peningkatan meskipun dari sisi kredit yang diberikan mengalami sedikit penurunan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar Rp7,8 miliar (1,0% (qtq ) dari sebesar Rp758,9 miliar menjadi Rp766,7 miliar. Dana pihak ketiga (DPK) juga sedikit meningkat sebesar Rp13,7 miliar (2,4% (qtq)) dari sebelumnya Rp566,5 miliar menjadi Rp580,2 miliar. Peningkatan DPK tersebut terjadi pada deposito berjangka dan tabungan masing-masing sebesar Rp13,6 miliar (2,8% (qtq)) menjadi Rp495,2 miliar dan Rp83,0 juta (0,1% (qtq)) menjadi Rp84,9 miliar. Sebaliknya, jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar Rp247,0 juta (2,0% (qtq ) menjadi Rp524,4 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan kredit konsumsi sebesar Rp9,0 miliar (3,8% (qtq)) menjadi Rp228,0 miliar. Sedangkan kredit modal kerja dan kredit investasi mengalami peningkatan sebesar Rp8,7 miliar (4,8% (qtq)) menjadi Rp189,2 miliar dan Rp116,0 juta (0,1% (qtq)) menjadi Rp107,1 miliar Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 12,2% menjadi 14,5% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%, sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut terjadi di semua jenis penggunaan kredit dengan didominasi kredit konsumsi, lalu diikuti modal kerja dan investasi. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dan penyumbang NPL terbesar adalah sektor bukan lapangan usaha diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL tersebut disebabkan belum pulihnya harga komoditi karet dan sawit seiring dengan belum membaiknya harga internasional sehingga mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya cukup baik, yang tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 80,46% sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (79,40%). TRIWULAN I-2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 67

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Bank Indonesia secara berkelanjutan mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yaitu optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu ATM debit, kartu kredit dan e-money. Dalam rangka mendukung GNNT, pada tahun 2015 ini Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi memberikan edukasi kepada kalangan pendidik (guru dan kepala sekolah SD, SMP dan SMA) di 6 (enam) kabupaten di kota/kabupaten Provinsi Jambi. Langkah awal sosialisasi melalui kalangan pendidik tersebut dilakukan dengan harapan para pendidik dapat mentransfer materi GNNT dengan baik dan efektif kepada masyarakat khususnya para pelajar. Pada periode triwulan I 2015, perlambatan ekonomi tercermin dari kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) yang mengalami penurunan sementara aliran kas masuk (cash inflow) mengalami peningkatan. Sementara itu perlambatan ekonomi juga tercermin dari kinerja pembayaran non tunai sebagai berikut: Nilai dan volume kliring turun sebesar 14,4% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,2 triliun dan 9,8% (qtq) menjadi 62.245 (Tabel 3.9.). Nilai RTGS dari, ke serta dari dan ke Jambi menurun masing-masing 16,4%, 21,3% dan 10,1%. Tabel 3.8 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Uraian 2013 2014 2015 Pertumbuhan (qtq) Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Nominal Persen Kliring Nilai Kliring (juta Rp) 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 2,202,247 (369,718) (14.4) Volume Kliring (lembar warkat) 70,456 68,552 74,520 70,240 69,012 62,245 (6,767) (9.8) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 810,929 880,393 976,622 1,948,349 921,379 1,445,865 524,486 56.9 Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 1,285,175 (1,024,083) (44.3) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) 160,690 1,548,569 (111.6) RTGS dari Jambi (miliar Rp) 22,181 19,684 26,992 38,703 40,778 34,079 (6,699) (16.4) RTGS ke Jambi (miliar Rp) 33,327 22,514 40,455 53,698 49,646 39,055 (10,591) (21.3) RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 6,521 5,072 11,033 12,937 4,833 4,347 (487) (10.1) Cek dan BG Kosong Lembar 1,635 1,472 1,974 1,847 1,783 1,529 (254) (14.2) Nominal (juta Rp) 63,174 56,789 83,457 71,186 99,967 52,135 (47,832) (47.8) 68 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN D.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp1,2 triliun, turun 44,3% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7.) Sementara aliran kas masuk (cash inflow) sebesar Rp1,4 triliun, naik signifikan 56,9% (qtq). Pada triwulan laporan, Jambi mengalami net inflow sebesar Rp160,6 miliar setelah pada triwulan sebelumnya net outflow sebesar 1,3 triliun. Net inflow tersebut pertama kali terjadi sejak tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow) sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi. Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp (juta) 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 - (500,000) (1,000,000) (1,500,000) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2014 2015 Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) D.2.Penyediaan Uang Layak Edar Sebagai salah satu upaya terpenuhinya kebutuhan uang layak edar bagi masyarakat, secara rutin Bank Indonesia Provinsi Jambi melayani penukaran uang tidak layak edar dengan uang layak edar melalui layanan kas dalam kantor dan kas keliling ke daerah terpencil yang akses perbankannya terbatas. Selain itu, secara TRIWULAN I-2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 69

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di Provinsi Jambi sebesar Rp778,4 miliar, atau mencapai 53,8% dari total inflow Provinsi Jambi dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (45,3%). Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru. D.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan ditemukan uang yang tidak sesuai dengan ciri ciri keaslian uang rupiah yang mencapai 176 lembar yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 206 lembar. Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat. D.4.Perkembangan Kliring Lokal Perlambatan ekonomi juga tercermin dari kinerja pembayaran non tunai. Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,20 triliun, menurun (14,4% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp 2,57 triliun) (Grafik 3.8.). Demikian juga halnya volume kliring mengalami penurunan sebesar 9,8% (qtq), yaitu dari 69.012 lembar warkat menjadi 62.245 lembar warkat. 70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 2,800,000 2,600,000 2,400,000 2,200,000 2,000,000 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 Perkembangan Transaksi Kliring Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 80,000 60,000 40,000 2014 2015 Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Seiring dengan penurunan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, nilai cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp99,9 miliar menjadi Rp52,1 miliar dan dari sisi jumlah lembar menurun dari 1.783 lembar menjadi 1.529 lembar. D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) 11 Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dari sisi nominal secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun sebesar Rp17,7 triliun (18,7% (qtq)) menjadi Rp77,4 triliun dan volume transaksi menurun tajam sebesar 18.057 transaksi (40,4% (qtq)) dari 44.672 transaksi menjadi 26.615 transaksi. Penurunan nominal RTGS tersebut seiring perlambatan perekonomian Provinsi Jambi triwulan I 2015 dan penurunan volume transaksi RTGS yang signifikan juga terkait dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014 yang salah satunya mengatur mengenai pembatasan nilai nominal transaksi melalui BI-RTGS (berlaku mulai 15 Desember 2014). 11 Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time). TRIWULAN I-2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 71

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Sementara itu, secara tahunan nominal RTGS meningkat sebesar Rp30,2 triliun (63,9%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp47,2 triliun menjadi Rp77,4 triliun (Tabel 3.10.). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan mencapai Rp39,0 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp34,0 triliun dan transfer di dalam Provinsi Jambi Rp4,3 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar. Periode Dari Provinsi Jambi Tabel 3.9 Perkembangan Transaksi RTGS Ke Provinsi Jambi Dari dan Ke Provinsi Jambi Nilai Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (dalam miliar rupiah) TOTAL Volume Tw 1-11 12,383 16,923 23,289 19,391 2,756 5,487 38,428 41,801 Tw 2-11 11,499 17,064 19,826 19,311 2,768 5,570 34,093 41,945 Tw 3-11 14,353 18,840 22,515 20,637 3,291 6,009 40,159 45,486 Tw 4-11 14,986 21,865 23,761 21,639 3,723 6,665 42,470 50,169 Tw 1-12 10,339 16,644 51,804 17,758 2,653 4,966 64,796 39,368 Tw 2-12 15,139 19,391 54,010 19,519 3,543 5,720 72,692 44,630 Tw 3-12 15,677 19,313 29,104 19,344 3,350 5,662 48,131 44,319 Tw 4-12 18,270 21,580 29,431 20,622 4,702 6,449 52,403 48,651 Tw 1-13 15,535 16,648 22,244 17,183 4,032 4,973 41,811 38,804 Tw 2-13 19,666 18,860 22,658 18,685 4,695 5,773 47,019 43,318 Tw 3-13 20,189 18,663 26,876 17,988 7,422 5,691 54,487 42,342 Tw 4-13 22,181 22,643 33,327 21,351 6,521 6,711 62,029 50,705 Tw 1-14 19,684 19,031 22,514 22,854 5,072 5,347 47,269 47,232 Tw 2-14 26,992 17,544 40,455 18,347 11,033 5,322 78,480 41,213 Tw 3-14 38,703 18,758 53,698 17,401 12,937 5,595 105,337 41,754 Tw 4-14 40,778 20,307 49,646 18,365 4,833 6,000 95,257 44,672 Tw 1-15 34,079 11,300 39,055 11,549 4,347 3,766 77,481 26,615 72 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 mencapai Rp522,6 miliar (terealisasi sebesar 15,9% dari APBD 2015), meningkat 51,9% bila dibandingkan triwulan I 2014. Sementara itu, realisasi belanja pada triwulan I 2015 mencapai Rp420,29 miliar (terealisasi 12,0%). Realisasi belanja tersebut meningkat lebih dari delapan kali lipat jika dibandingkan realisasi belanja triwulan I 2014 sebesar Rp45,9 miliar. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp157,8 miliar (30,2% dari total pendapatan), meningkat enam kali lipat dibandingkan realisasi PAD triwulan I 2014. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp127,2 miliar pada awal tahun 2015 (80,6% dari total PAD). Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 61,5%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 ( 25,3% dan 31,5%). A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan I Tahun 2015 Pada Triwulan I tahun 2015, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Jambi sebesar Rp522,6 miliar atau mencapai 15,9% dari target pendapatan dalam APBD tahun 2015 (Rp3,3 triliun). Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp364,8 miliar (69,8% dari total pendapatan). Adapun proporsi terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp252,3 miliar (48,3% dari total pendapatan Pemerintah Provinsi Jambi) (Tabel 4.1). 73

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya mencapai Rp157,8 miliar (30,2% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut meningkat enam kali lipat dibandingkan realisasi PAD triwulan I 2014. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp127,2 miliar pada awal tahun 2015 (80,6% dari total PAD). Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan I Tahun - 2015 (dalam miliar rupiah) URAIAN Nominal (Rp. Miliar) Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) S.D TRW I-2014 S.D TRW II-2014 S.D TRW III-2014 Persen Nominal (Rp. Miliar) Persen APBD-P 2014 Nominal (Rp. Miliar) Persen S.D TRW IV-2014 Nominal (Rp. Miliar) Persen APBD 2015 S.D TRW I-2015 Nominal (Rp. Persen Miliar) PENDAPATAN 343.97 11.53 1,604.62 53.81 3,127.13 2,550.08 81.55 3,208.86 102.61 3,293.25 522.55 15.87 Pendapatan Asli Daerah 21.50 2.21 535.65 55.05 1,208.84 971.76 80.39 1,324.03 109.53 1,218.12 157.76 12.95 Pajak Daerah 0.00 0.00 386.90 47.86 1,021.87 721.20 70.58 1,010.56 98.89 1,019.76 127.20 12.47 Retribusi Daerah 1.28 7.81 5.56 33.91 15.66 10.12 64.67 14.59 93.18 18.14 2.28 12.57 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahk 0.23 0.56 30.36 75.89 43.20 33.91 78.50 33.91 78.50 50.02 0.23 0.46 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 20.00 18.48 112.84 104.24 128.12 206.52 161.20 264.97 206.82 130.20 28.05 21.54 Pendapatan Transfer 322.45 16.06 1,068.89 53.23 1,917.29 1,578.14 82.31 1,883.45 98.23 2,074.12 364.79 17.59 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 237.08 14.53 802.21 49.17 1,556.19 1,215.90 78.13 1,514.52 97.32 1,713.01 252.29 14.73 Dana Bagi Hasil Pajak 0.00 0.00 80.14 33.52 179.30 122.59 68.37 194.97 108.74 251.04-0.00 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 0.00 0.00 154.07 39.04 379.20 266.01 70.15 321.85 84.88 414.40-0.00 Dana Alokasi Umum 237.08 25.00 553.20 58.33 948.34 790.28 83.33 948.34 100.00 995.75 252.29 25.34 Dana Alokasi Khusus 0.00 0.00 14.81 30.00 49.36 37.02 75.00 49.36 100.00 51.82-0.00 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 85.36 22.67 266.68 70.84 361.11 362.24 100.31 368.93 102.17 361.11 112.50 31.15 Dana Penyesuaian 85.36 22.67 266.68 70.84 361.11 362.24 100.31 368.93 102.17 361.11 112.50 31.15 Lain-lain Pendapatan yang Sah 0.02 1.85 0.08 8.28 1.00 0.18 18.32 1.37 137.44 1.00 - - Pendapatan Hibah 0.02 1.85 0.08 8.28 1.00 0.18 18.32 1.37 137.44 1.00-0.00 B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan I Tahun 2015 Pada triwulan I 2015, realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jambi mencapai Rp420,3 miliar atau mencapai 12,0% dari target belanja APBD 2015 (Rp3,5 triliun). Nilai realisasi tersebut meningkat Rp374,4 miliar atau lebih dari delapan kali lipat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja operasional masih menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp254,1 miliar atau 60,4% dari total belanja triwulan I tahun 2015 (terealisasi sebesar 11,8% dari target dalam APBD 2015) (Tabel 4.2). Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja hibah yang mencapai Rp111,9 miliar (terealisasi 44,0% dari target dalam APBD 2015) dan diikuti oleh belanja pegawai Rp107,3 miliar (terealisasi sebesar 15,4% dari target dalam APBD 2015). 74 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah Sementara itu, realisasi belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur terealisasi sebesar Rp69,4 miliar (mencapai 8,7% dari target belanja modal APBD 2015). Sesuai siklusnya, realisasi belanja modal dalam APBD Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 umumnya masih dalam prosentase kecil yang disebabkan masih berlangsungnya perencanaan maupun pengadaan kegiatan pembangunan sehingga pembayaran belum dapat dilakukan pada triwulan I 2015. Alokasi belanja modal dalam APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, lebih rendah dibandingkan APBD-P 2014 (25,3%) bahkan lebih rendah dibandingkan alokasi belanja modal pada APBD-P 2013 yang mencapai 31,5%. Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan total Rp64,9 miliar (terealisasi 11,9% dari target dalam APBD 2015). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Secara tahunan, nilai realisasi belanja modal meningkat hampir tujuh kali lipat dibandingkan realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan pada triwulan I 2014. Hal tersebut menunjukkan komitmen Pemerintah Provinsi Jambi dalam mendorong percepatan pembangungan infrastruktur. Infrastruktur yang dibangun beserta sarana dan prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2015. Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi S.d Triwulan I Tahun -2015 (dalam miliar rupiah) URAIAN Nominal Nominal APBD-P 2014 Nominal Nominal Persen Persen Persen (Rp. Miliar) (Rp. Miliar) (Rp. Miliar) (Rp. Miliar) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) S.D TRW I-2014 S.D TRW II-2014 S.D TRW III-2014 S.D TRW IV-2014 Persen APBD 2015 S.D TRW I-2015 Nominal (Rp. Persen Miliar) BELANJA 45.87 1.40 920.98 28.20 3,641.24 1,759.54 48.32 3,212.01 88.21 3,514.24 420.29 11.96 Belanja Operasi 36.15 1.69 611.53 28.53 2,198.58 1,106.32 50.32 1,926.78 87.64 2,161.50 254.07 11.75 Belanja Pegawai 30.81 4.54 223.29 32.89 657.66 392.15 59.63 570.35 86.72 694.43 107.32 15.45 Belanja Barang 5.33 0.61 163.26 18.75 946.67 389.24 41.12 812.87 85.87 833.89 34.83 4.18 Belanja Subsidi - - - - - - - - - - - 0.00 Belanja Hibah - - 169.78 41.86 413.68 262.54 63.46 385.13 93.10 491.45 111.92 22.77 Belanja Bantuan Sosial - - - - 25.50-0.00 19.87 77.91 141.73-0.00 Belanja Bantuan Keuangan - - 55.20 36.14 155.07 62.40 40.24 138.55 89.35 - - 0.00 Belanja Modal 9.72 1.12 191.57 22.03 919.30 445.79 48.49 821.02 89.31 798.65 69.37 8.69 Belanja Tanah - - 0.01 0.02 43.58 8.38 19.22 15.18 34.83 17.68-0.00 Belanja Peralatan dan Mesin 0.32 0.23 16.16 11.54 146.56 40.73 27.79 129.52 88.38 78.72 3.53 4.48 Belanja Bangunan dan Gedung 0.10 0.07 8.73 5.90 134.34 42.73 31.81 127.23 94.70 151.98 0.89 0.59 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 9.30 1.74 165.85 31.11 591.14 353.08 59.73 547.08 92.55 547.13 64.93 11.87 Belanja Aset Tetap Lainnya - - 0.54 12.96 2.60 0.35 13.28 0.98 37.86 2.06 0.02 0.97 Belanja Aset Lainnya - 0.27 35.17 1.08 0.53 48.83 1.02 95.07 1.08-0.00 Belanja Tak Terduga 0.00 0.00 0.18 9.00 2.00 0.18 9.00 1.86 93.03 3.50 - - Belanja Tak Terduga - #DIV/0! - 0.18 #DIV/0! 9.00 2.00 0.18 #DIV/0! 9.00 1.86 #DIV/0! 93.03 3.50 - #DIV/0! 0.00 Transfer 0.00 0.00 117.70 47.08 521.36 207.25 39.75 462.36 88.68 550.59 96.85 17.59 Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa - - 117.70 47.08 521.36 207.25 39.75 462.36 88.68 550.59 96.85 17.59 Bagi Hasil Pajak - - 117.70 47.08 521.36 207.25 39.75 462.36 88.68 550.59 96.85 17.59 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 75

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH C. Keuangan Pemerintah Daerah Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada triwulan I 2015 meningkat 41,5% dibandingkan triwulan I 2014 menjadi Rp3,5 triliun seiring dengan masih minimnya komponen belanja pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2015 (Grafik 4.4). Peningkatan simpanan terbesar disebabkan oleh naiknya simpanan giro dari Rp1,4 triliun pada triwulan I 2014 menjadi Rp2,1 triliun pada triwulan laporan atau naik sebesar 52,3%. Adapun simpanan deposito mengalami penurunan dari Rp1,5 triliun pada triwulan yang sama tahun lalu menjadi Rp1,4 triliun pada triwulan laporan atau turun sebesar 10,7%. Grafik 4.1. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi (Rp triliun) 5 Giro Deposito Tabungan 4 4.23 3.82 3.95 4.15 3.89 3 2.97 3.54 2 1.70 1 1.37 0 Tw I-13 Tw II-13 Tw III-13 TW IV- 13 Tw I-14 Tw II-14 Tw III-14 Tw IV-14 Tw I-15 Sumber: LBU Bank Indonesia 76 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Pada bulan Februari 2015, jumlah angkatan kerja di Jambi mengalami peningkatan 122,1 ribu orang menjadi 1,69 juta orang dibandingkan Februari 2014 (1,57 juta orang) sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Februari 2015 adalah 69,92% atau meningkat dibandingkan Februari tahun lalu (66,51%). Selanjutnya jumlah pekerja di Jambi juga mengalami peningkatan yaitu dari 1,53 juta orang di Februari 2014 menjadi 1,65 juta orang. Namun demikian, jumlah pengangguran juga menunjukkan peningkatan menjadi 46,2 ribu orang dibandingkan Februari 2014 (39,3 ribu) sehingga tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 2,73% dari 2,50%. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 95,81 dari 95,06 pada triwulan lalu yang disebabkan meningkatnya panen raya petani tanaman pangan padi di Provinsi Jambi kecuali Kota Jambi. A. Ketenagakerjaan Daerah Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, angkatan kerja pada Februari 2015 adalah 1,69 juta orang atau bertambah 122,1 ribu orang dibandingkan Februari 2014 sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Februari 2015 adalah 69,92% atau meningkat dibandingkan Februari tahun lalu (66,51%). Peningkatan 122,1 ribu orang angkatan kerja tersebut sebanyak 115,1 ribu orang (94,3%) dapat diserap oleh dunia kerja dan sisanya 6,9 ribu orang (5,7%) belum diserap dunia kerja. Penyerapan angkatan kerja diatas menyebabkan jumlah pekerja di Jambi meningkat sebesar 7,52% menjadi 1,65 juta orang dan yang belum terserap 77

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN membuat pengangguran Provinsi Jambi pada bulan laporan menjadi 46,2 ribu orang, lebih tinggi dari bulan Februari 2014 yang sebanyak 39,3 ribu orang. Tingkat pengangguran pun meningkat dari 2,50% pada Februari 2014 menjadi 2,73% seiring dengan pelemahan ekonomi triwulan I 2015. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa sebagian besar responden menyatakan tingkat tenaga kerja pada triwulan I 2015 cenderung tetap dibandingkan dengan tenaga kerja pada tahun sebelumnya namun demikian sebagian lainnya menyatakan bahwa terdapat penurunan yang disebabkan pengunduran diri dan pensiun karyawan. Fenomena kenaikan tingkat pengangguran tersebut juga patut diwaspadai mengingat dunia usaha merencanakan berinvestasi pada mesin untuk secara perlahan menggantikan tenaga manusia demi mengejar efisiensi. Tabel 5.1. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (ribu orang) KEGIATAN UTAMA 2013 2014 2015 FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI 1 Angkatan Kerja 1,602.53 1,466.96 1,570.3 1,570.8 1,692.4 - Bekerja 1,556.7 1,397.2 1,531.1 1,491.0 1,646.2 - Penganggur 45.8 69.8 39.3 79.8 46.2 2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 69.09 62.68 66.51 65.59 69.92 3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2.86 4.76 2.50 5.08 2.73 4 Pekerja penuh 754.0 698.6 840.5 812.6 932.6 5 Pekerja tidak penuh 802.7 698.6 690.6 678.4 713.6 Setengah penganggur 187.4 125.3 164.3 143.6 191.5 Paruh waktu 615.4 573.3 526.3 534.8 522.1 Sumber: BPS Provinsi Jambi Selain itu meningkatnya tingkat pengangguran tersebut juga karena lapangan kerja yang tersedia tidak cukup menampung penduduk yang masuk angkatan kerja. Selama triwulan I 2015 belum terdapat pembukaan penerimaan CPNS sementara banyak penduduk yang masuk angkatan kerja berminat melamar CPNS. Sementara itu jumlah pekerja penuh mengalami kenaikan menjadi 932,6 ribu orang dari 840,5 ribu orang (Februari 2014) dan pekerja tidak penuh juga 78 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN meningkat menjadi 713,6 ribu orang dari 690,6 ribu orang seiring dengan peningkatan pekerja setengah penganggur 12. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di Jambi didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 821,1 ribu orang (49,88%) seiring dengan bergeraknya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai sumber utama pertumbuhan perekonomian Jambi. Sektor perdagangan menyerap tenaga kerja sebesar 276,5 ribu orang (16,80%) sejalan dengan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan I 2015 yang mampu tumbuh 1,5% (qtq) atau 14,1% (yoy) dan memberikan kontribusi pertumbuhan 1,2% atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan I 2015 sebesar 5,9% (yoy). Walaupun perdagangan merupakan salah satu lapangan pekerjaan utama terbesar, namun dibandingkan Februari 2014 sektor tersebut mengalami penurunan pekerja yang disebabkan pada posisi Februari 2014 terjadi perubahan cuaca yang mempengaruhi panen pangan sehingga pekerja sektor pertanian berimigrasi ke sektor perdagangan Selanjutnya distribusi terbesar ketiga adalah sektor jasa kemasyarakatan yang mencapai 250,5 ribu orang (15,22%). Meningkatnya jumlah pekerja di bulan laporan disebabkan oleh meningkatnya jumlah pekerja sektor lapangan pekerjaan yang didominasi sektor pertanian seiring panen raya tanaman pangan padi yang membutuhkan banyak tenaga kerja, lalu diikuti lapangan pekerjaan industri dan konstruksi yang disebabkan pemberian kredit terhadap kedua sektor tersebut cenderung membaik dibandingkan triwulan I tahun sebelumnya dan sedang berjalannya beberapa pembangunan proyek yang bersifat jangka panjang seperti hotel, jembatan dan infrastruktur lainnya. Sementara itu sektor perdagangan, keuangan dan jasa kemasyarakatan menurun disebabkan tertahannya mobilitas sektor tersebut seiring dengan perlambatan ekonomi. 12 Pekerja Tidak Penuh adalah pekerja yang jumlah jam kerjanya dalam seminggu kurang dari 35 jam TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 79

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Tabel 5.2. Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang) Lapangan Pekerjaaan Utama 2013 2014 2015 FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI 1 Pertanian 846.9 735.8 755.6 736.2 821.1 2 Industri 52.7 52.5 44.0 52.5 90.1 3 Konstruksi 62.8 60.7 54.3 61.8 82.1 4 Perdagangan 251.2 233.5 287.2 251.8 276.5 5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 49.9 52.8 54.5 55.5 55.1 6 Keuangan 25.0 21.9 37.3 25.4 19.2 7 Jasa Kemasyarakatan 242.6 212.2 272.5 269.6 250.5 8 Lainnya ***) 25.5 27.8 25.6 38.2 51.6 TOTAL 1,556.7 1,397.2 1,531.0 1,491.0 1,646.2 Sumber: BPS Provinsi Jambi ***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja sebagai buruh/karyawan yaitu sebanyak 662,7 ribu orang dengan pangsa 40,26%, berusaha sendiri sebanyak 329,3 ribu orang (20,00%) dan pekerja keluarga/tak dibayar sebanyak 253,7 ribu orang (15,41%). Meningkatnya jumlah pekerja di bulan laporan utamanya disebabkan oleh meningkatnya pekerja dengan status buruh/karyawan, pekerja bebas di non pertanian dan pekerja pekerja bebas di pertanian. Penyerapan tenaga kerja formal (berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan) mengalami sedikit peningkatan seiring dengan peningkatan pekerja pada lapangan pekerjaan industri sedangkan sektor informal stabil meskupun sedikit menurun dari 914,3 ribu orang (Februari 2014) menjadi 913,7 ribu orang seiring dengan menurunnya pekerja pada lapangan pekerjaan perdagangan. 80 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Tabel 5.3. Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama (dalam ribuan) Lapangan Pekerjaaan Utama 2013 2014 2015 FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI A Pekerja Formal 1 Berusaha dibantu buruh tetap 72.6 62.1 75.1 61.9 69.8 2 Buruh/karyawan 541.6 511.1 541.7 496.3 662.7 Total Pekerja Formal 614.3 573.3 616.8 558.2 732.5 B Pekerja Informal 1 Berusaha Sendiri 283.7 335.1 338.3 319.9 329.3 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 241.0 206.4 241.3 263.2 231.5 3 Pekerja bebas di pertanian 76.3 56.5 53.9 53.7 61.8 4 Pekerja bebas di non pertanian 48.3 36.5 24.3 45.6 37.3 5 Pekerja keluarga /tak dibayar 293.2 189.5 256.4 250.5 253.7 Total Pekerja Informal 942.5 824.0 914.2 932.9 913.6 TOTAL 1,556.7 1,397.2 1,531.0 1,491.1 1,646.1 Sumber: BPS Provinsi Jambi B. Kesejahteraan Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada bulan Maret 2015, NTP sebesar 95,81 atau naik 75 bps dibandingkan Desember 2014. 13 Hal tersebut disebabkan oleh indeks yang diterima petani dan indeks yang dibayar petani sama sama mengalami penurunan namun penurunan indeks yang dibayar lebih besar (2,27%) dibandingkan indeks yang diterima (1,51%). Secara keseluruhan semua sub sektor mengalami penurunan indeks yang diterima dan dibayar petani namun pada sub sektor tanaman pangan dan peternakan terjadi kenaikan indeks diterima. Nilai tukar petani sub sektor tanaman pangan berupa padi dan palawija mengalami sedikit kenaikan menjadi 101,72 dari triwulan sebelumnya 94,71 disebabkan indeks yang dibayar petani mengalami penurunan 2,27% sementara indeks diterima petani meningkat 4,41%. Namun indeks diterima petani 13 Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 81

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN tanaman pangan tersebut hanya indeks petani padi yang mengalami peningkatan sedangkan petani palawija sedikit menurun disebabkan beberapa komponen palawija seperti tempe, wortel dan ketimun mengalami deflasi pada Maret 2015. Padi mengalami kenaikan indeks disebabkan bulan Januari sd Maret 2015 terdapat panen beras atas penanaman padi September sd Desember 2014 di seluruh kabupaten/kota kecuali Kota Jambi sehingga NTP tanaman pangan padi mengalami kenaikan. Nilai tukar petani hortikultura mengalami penurunan dari sebelumnya 94,11 menjadi 92,76 yang disebabkan menurunnya indeks diterima petani hortikultura sayur sayuran dan tanaman obat. Penurunan tersebut didominasi penurunan harga cabai merah yang selama triwulan I 2015 menjadi komponen utama deflasi. Harga rata rata yang pada Desember 2014 sebesar Rp64.000,00/kg turun tajam menjadi Rp16.633,00/kg. Penurunan harga cabai merah tersebut disebabkan persediaan yang melimpah yang masuk dari luar Provinsi Jambi. Nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat menurun menjadi 92,91 dari sebelumnya 94,31. NTP tersebut adalah NTP tanaman perkebunan rakyat terendah sejak Desember 2013 seiring belum membaiknya harga karet selama triwulan I 2015 dimana rata rata harga bokar 2013 berkisar Rp22.456,74/kg, tahun 2014 Rp17.558,67/kg dan triwulan I 2015 hanya sebesar Rp14.874,00/kg. Sementara itu harga TBS triwulan I 2015 berada pada kisaran harga rata rata Rp1.723,64/kg belum membaik sebagaimana rata rata harga 2014 yang mencapai Rp1.808,49/kg seriring dengan belum membaiknya harga internasional dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai tukar petani peternakan mengalami kenaikan menjadi 100,31 dari triwulan sebelumnya 98,10. Kenaikan NTP tersebut didominasi kenaikan indeks diterima petani ternak besar dan ternak kecil. Meskipun pada saat triwulan laporan harga sapi stabil dan daging ayam mengalami deflasi yang mengindikasikan bahwa kenaikan indeks diterima tersebut disebabkan pedagang mengambil margin yang lebih kecil dari peternak. 82 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Nilai tukar perikanan pada triwulan laporan mengalami peningkatan menjadi 100,56 setelah sebelumnya per Desember 2014 berada pada 99,50. Kenaikan nilai tukar perikanan tersebut disebabkan indeks harga yang diterima nelayan dan pembudidaya ikan mengalami penurunan yang lebih kecil (0,66% (qtq)) dibandingkan indeksi harga yang dibayar nelayan dan pembudidaya ikan (1,72% (qtq)). Sementara itu secara per sub sektor, nilai tukar perikanan tangkap dan perikanan budidaya sama sama mengalami peningkatan. Nilai tukar perikanan tangkap mengalami kenaikan dari 101,09 menjadi 102,86 (1,75%) sementara nilai tukar perikanan budidaya mengalami kenaikan dari 97,72 menjadi 98,04 (0,33%). Indeks harga yang diterima dan dibayar nelayan (perikanan tangkap) dan perikanan budidaya sama sama mengalami penurunan namun penurunan indeks dibayar lebih besar dibandingkan indeks diterima sehingga nilai tukar perikanan tangkap dan budidaya mengalami kenaikan. Penurunan nilai diterima dan dibayar tersebut disebabkan frekuensi nelayan melaut berkurang seiring dengan gelombang tinggi dan keluarnya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.1 dan 2 tahun 2015 yang mengatur alat tangkap nelayan yang mempengaruhi hasil tangkapan dan biaya produksi nelayan. Demikian juga halnya dengan perikanan budidaya, penurunan indeks diterima dan dibayar disebabkan curah hujan yang tinggi selama triwulan I 2015 mempengaruhi hasil tangkapan ikan mengingat perikanan budidaya di Provinsi Jambi sebagian besar adalah tadah hujan. TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 83

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100) 2013 2014 2015 Des Maret Juni Agustus September Desember Jan Feb Maret PERUBAHAN (%) ( Des 2014 ke Maret 2015) 1 Tanaman Pangan a Indeks Diterima Petani 105.74 110.05 108.28 108.91 108.65 114.47 117.21 117.98 119.52 4.41 b Indeks Dibayar Petani 111.08 112.10 112.26 114.30 115.01 120.87 119.68 117.59 117.50-2.79 Nilai Tukar Petani (NTP-P) 95.19 98.18 96.45 95.29 94.47 94.71 97.93 100.33 101.72 7.40 2 Hortikultura a Indeks Diterima Petani 105.74 105.28 103.89 106.99 108.44 113.11 110.93 109.59 108.73-3.87 b Indeks Dibayar Petani 111.08 111.52 111.97 113.56 114.20 120.18 119.01 117.24 117.21-2.47 Nilai Tukar Petani (NTP-H) 95.19 94.40 92.78 94.21 94.96 94.11 93.21 93.48 92.76-1.43 3 Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani 108.63 111.23 110.08 111.26 109.78 113.29 112.01 110.73 109.04-3.75 b Indeks Dibayar Petani 110.58 111.87 112.08 113.89 114.52 121.10 118.97 117.35 117.36-3.09 Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 98.24 99.43 98.22 97.69 95.86 94.31 94.15 94.36 92.91-1.48 4 Peternakan a Indeks Diterima Petani 105.89 106.66 108.60 109.92 110.72 112.92 113.65 113.72 113.86 0.83 b Indeks Dibayar Petani 108.64 109.47 109.84 110.84 111.30 115.11 114.25 113.36 113.51-1.39 Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 97.47 97.43 98.87 99.17 99.48 98.10 99.47 100.31 100.31 2.25 5 Perikanan a Indeks Diterima Petani 107.25 110.75 113.12 116.00 115.85 118.18 117.88 117.25 117.40-0.66 b Indeks Dibayar Petani 109.49 108.59 111.10 112.46 112.90 118.78 117.87 116.62 116.74-1.72 Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 97.95 100.10 101.82 103.15 102.62 99.50 100.01 100.54 100.56 1.07 PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) 107.26 109.42 108.70 110.14 109.70 113.57 113.21 112.52 111.86-1.51 b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 110.33 111.46 111.73 113.41 114.03 119.47 118.36 116.75 116.76-2.27 c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 97.21 98.17 97.29 97.12 96.21 95.06 95.65 96.38 95.81 0.79 Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 4.154 ton, meningkat 58,76% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (2.616 ton) (grafik 5.1). Penyaluran raskin tahun 2015 baru terealisasi sejak Februari 2015 yang disebabkan pada awal tahun masing-masing pemerintah daerah kota/kabupaten masih menyusun juknis penyaluran raskin tahun 2015. 84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I 2015

Ribu ton KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 14 12 10 8 6 4 2 6.1 3.3 7.8 12.4 4.2 9.3 10.8 12.5 8.1 9.8 Pertumbuhan Raskin (%) 150.00 100.00 8.7 50.00-4.2 2.6 (50.00) - TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2012 2013 2014 2015 (100.00) Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah) TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 85

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN Boks.2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN Apa itu Bonus Demografi? Sejak lebih dari tiga dasawarsa terakhir, Indonesia mulai mengalami proses perubahan struktur demografi. Hal ini dapat dilihat dari hasil sensus penduduk tahun 2000. Penduduk di bawah usia 15 tahun hampir tidak mengalami pertambahan, dari jumlah sekitar 60 juta di tahun 1970-1980an menjadi sekitar 63-65 juta di tahun 2000. Namun sebaliknya, penduduk usia produktif 15-64 tahun pada tahun 1970 yang berjumlah sebanyak 63-65 juta telah berkembang menjadi lebih dari 133-135 juta, atau mengalami kenaikan hingga dua kali lipat selama 30 tahun. Perubahan struktur demografi ini utamanya terjadi atas keberhasilan penerapan program Keluarga Berencana (KB) pada tahun 1970. Kita dapat menganalisis perubahan struktur ini melalui metode pengukuran yang dependency ratio), yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif dan non produktif. Rasio ini menggambarkan berapa banyak orang usia non produktif yang hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif. Berdasarkan hasil sensus penduduk tersebut, beban ketergantungan telah turun secara tajam dari 85-90 persen di tahun1970 hingga menjadi sekitar 54-55 persen di tahun 2000. Fenomena tersebut juga terjadi di Provinsi Jambi, sebagaimana dapat dilihat pada hasil sensus penduduk tahun 2010. Porsi penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) mencapai 66,6% dari jumlah total penduduk sebanyak 3,3 juta jiwa. Bahkan 36,1% di antaranya merupakan pekerja usia muda (berusia 15-34 tahun) sebanyak 1,2 juta jiwa. Grafik 1: Demografi Penduduk Provinsi Jambi 2013 75+ 65-69 Dependency Ratio: 50,2% 55-59 45-49 36,1% 35-39 25-29 15-19 5-9 51,0% 49,0% Laki-laki Perempuan Sumber: BPS 87 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN Transisi demografi ini lazim dikenal sebagai bonus demografi (demographic devident) yang juga dimaknai secara ekonomi sebagai jendela kesempatan (window of opportunity). Jambi saat ini sedang menikmati masa keemasan bonus demografi dengan dependency ratio yg rendah sebesar 50,2%, bahkan termasuk cukup rendah se-indonesia. Fenomena yang hanya terjadi sekali dalam ratusan tahun ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga mencapai puncaknya pada tahun 2030, saat para penduduk usia produktif ini menua dan beban ketergantungan kembali ke level 70-80 persen. Gambar 1: Dependency Ratio di Indonesia Sumber:Kominfo Apa Keuntungan Dari Bonus Demografi? Idealnya, bonus demografi ini dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di masa kontraksi ekonomi saat ini. Pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan yang cukup signifikan dan hanya tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih rendah dari pencapaian triwulan I 2014 yaitu 10,3% (yoy). 88 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Grafik 2: Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi 10.7 10.3 38.6 40.9 9.3 38.9 33.4 35.8 38.6 35.4 30.5 32.7 5.1 5.6 5.8 6.5 6.8 2.5 1.1 1.1 2.0 5.9 0.9 1.3 2.2 0.5 (6.0) Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Jambi (yoy) Pertumbuhan Jambi (qtq) % 12 10 8 6 4 2 0-2 -4-6 -8 Sumber: BPS (diolah) Namun bonus demografi ini baru dapat memberikan keuntungan ekonomi bila didukung oleh angkatan kerja yang berkualitas. Apabila kita melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan ukuran harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup di daerah, maka kualitas tenaga kerja di Jambi belum terlalu baik. Pada kurun 1996 hingga 2013, IPM Jambi belum bergerak dari urutan ke- 13 se-indonesia dengan IPM 74,35 atau hanya sedikit lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 73,81. Angka ini masih kalah dibandingkan provinsi tetangga seperti Sumatera Barat (75,01), Riau (77,25), Sumatera Selatan (74,36), dan Bengkulu (74,41). Tabel 1: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumber: BPS Bagaimana Dengan Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi? Indikasi penurunan tenaga kerja di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data BPS per Februari 2015. BPS menyebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai angka 2,7% persen, meski mengalami 89 TRIWULAN I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI