ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA TETAP TAHUN 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA RAMALAN II 2015)

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN UBI KAYU 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA RAMALAN II 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011)

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015)

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

KETERANGAN TW I

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2012)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR 2015 PRODUKSI PADI TAHUN 2015 NAIK 9,23 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015)

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI JAMBI (ANGKA SEMENTARA 2015)

PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 12,11 PERSEN

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2014)

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI JAMBI (ANGKA SEMENTARA 2014)

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2014

PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 5,00 PERSEN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib

ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2008 SEBESAR 135,16

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

PROSPEK TANAMAN PANGAN

TINJAUAN HARGA PRODUSEN GABAH KALIMANTAN TENGAH 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN ANGKA RAMALAN II 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras

Tabel1 Nilai Tukar Petani PerSubsektor dan Perubahannya November 2014 Desember 2014 (2012=100)

KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2015)

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI BENGKULU (ANGKA RAMALAN I 2015)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

DINAMIKA PRODUKSI DAN HARGA BERAS INDONESIA

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JULI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM II)

BPS PROVINSI JAWA BARAT

STABILISASI HARGA PANGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BERITA RESMI STATISTIK

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 PROVINSI SULAWESI SELATAN

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2016

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2016

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI JAMBI (ATAP 2014 DAN ARAM I 2015)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI JAMBI (ATAP 2015)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia yang setiap tahun bertambah sehingga permintaan beras mengalami peningkatan juga dan mengakibatkan konsumsi beras seringkali melebihi produksi. Saat ini Indonesia masuk posisi 5 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia berada di nomor 4 dengan jumlah penduduk mencapai 253,60 juta jiwa dan disusul Brasil di posisi 5 dengan jumlah penduduk 202,65 juta jiwa. Permasalahan timbul dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang tidak diikuti dengan peningkatan produksi beras di Indonesia. Beras merupakan bahan makanan pokok yang tetap mendominasi pola makan orang Indonesia. Bahkan Surono (2001) memperkirakan tingkat pasrtisipasi konsumsi beras baik di kota maupun di desa, di Jawa maupun di luar Jawa sekitar 97 persen hingga 100 persen. Ini berarti hanya sekitar 3 persen dari total rumah tangga di Indonesia yang tidak mengkonsumsi beras. Beras umumnya tumbuh sebagai tanaman tahunan. Tanaman padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah yang berwarna putih, kemerahan, ungu atau bahkan hitam yang disebut beras. Dalam produksi komoditas beras, terdapat tenggang waktu antara menanam dengan memanen yang menjadi salah satu karakteristik utama produk pertanian. Pada kenyataannya untuk komoditi pertanian harga output tidak dapat dipastikan pada saat produk tersebut ditanam. Dengan kata lain harus mengambil keputusan produksi berdasarkan perkiraan atas harga produknya tahun lalu. Hal ini mengacu pada adanya beda kala (lag) diantara dua periode, yaitu saat menanam dan memanen.

Tabel 1.1 Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi di Indonesia Tahun Luas Panen Produktivitas (Hektar) (Kuintal/Hektar) Produksi (Ton) 2004 11 488 034.00 45.36 54 088 468.00 2005 11 839 060.00 45.74 54 151 097.00 2006 11 786 430.00 46.2 54 454 937.00 2007 12 147 637.00 47.05 57 157 435.00 2008 12 327 425.00 48.94 60 325 925.00 2009 12 883 576.00 49.99 64 398 890.00 2010 13 253 450.00 50.15 66 469 394.00 2011 13 203 643.00 49.8 65 756 904.00 2012 13 445 524.00 51.36 69 056 126.00 2013 13 835 252.00 51.52 71 279 709.00 2014 13 793 640.00 51.35 70 831 753.00 Sumber :Badan Pusat Statistikhttp://bps.go.id/site/resultTab Bisa dilihat di Tabel 1.1 bahwa di tahun 2013 produksi beras di Indonesia mengalami kenaikan tetapi di tahun 2014 produksi beras menjadi turun. Produksi padi tahun 2014 sebanyak 70,83 juta ton GKG, mengalami penurunan sebesar 0,45 juta ton (0,63 persen) dibandingkan tahun 2013. Penurunan produksi padi terjadi karena penurunan luas panen seluas 41,61 ribu hektar (0,30 persen) dan produktivitas sebesar 0,17 kuintal/hektar (0,33 persen). Salah satu penyumbang penurunan adalah daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah, lahan pertanian seperti irigasi dikonversi jadi lahan ekonomi lain tetapi lahan pertanian yang berubah tidak dibuatkan lahan baru sebagai penggantinya sehingga mengakibatkan produksi beras di tahun 2014 mengalami penurunan. Selain itu faktor iklim seperti terjadinya bencana banjir yang mengakibatkan puso atau gagal panen. Faktor alam ini menjadi kendala yang tersendiri karena bencana alam bisa mengganggu produksi padi di Indonesia. Sehinga untuk mengatasi hal tesebut petani padi mengalihkan tanamannya dengan

komoditas jagung maupun kedelai. Penggunaan teknologi bidang pertanian juga harus bisa diterapkan agar bisa mendorng peningkatan produktivitas pertanian Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian permintaan beras pada tahun 2013 penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 235 juta orang dan membutuhkan beras sebanyak 235 juta x 139 kg/orang, sekitar 32.665.000 ton. Sedangkan target peningkatan produksi pada 2013 sebanyak padi 72 juta ton GKP (Gabah Kering Panen) padi atau setara 39.600.000 ton beras, sehingga secara teori sudah melebihi kebutuhan. Namun saat realisasi di lapangan pada 2013 hanya 69,27 juta ton atau setara 38.098.500 ton beras, meskipun demikian tetap dapat mencapai swasembada. Sedangkan target 2014, sebesar 43.046.000 ton beras untuk kebutuhan yang hanya 33.013.000 ton. Selama Januari - Juni 2014 sudah 176.227 ton beras yang masuk ke Indonesia atau setara dengan US$ 76,2 juta. Ada lima negara utama sebagai pemasok beras ke dalam negeri yaitu Thailand, India, Pakistan, Vietnam dan Myanmar. Besarnya impor beras ini biasanya disesuaikan dengan kondisi panen yang terjadi di negara Indonesia. Berikut rincian impor beras selama Januari - Juni 2014, Thailand 90.763 ton atau US$ 42,6 juta, India 61.546 ton atau US$ 22,3 juta, Pakistan 8.950 ton atau US$ 3,33 juta, Vietnam 6.206 ton atau US$ 3,3 juta, Myanmar 8.136 ton atau US$ 2,7 juta, dan negara lainnya 675 ton atau US$ 1,9 juta. Produksi beras yang berfluktuasi mengikuti pola tanam, sementara konsumsi beras stabil sepanjang tahun. Surplus beras meningkat pada masa panen (bulan Februari-April), sementara pada musim kemarau dan musim tanam (Oktober-Januari) mengalami defisit. Harga beras berpotensi turun ketika produksi melimpah (musim panen) yang merugikan petani, dan sebaliknya harga beras akan naik pada saat defisit yang merugikan konsumen sehingga harga beras akan bergejolak sepanjang tahun (Prastowo dalam Partini dkk, 2013, hlm.170). Berikut adalah data harga eceran beras di Indonesia mulai dari bulan Desember 2013 sampai dengan Desember 2014.

Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14 Nop-14 Des-14 Tabel 1.4 Harga Eceran bulan Desember 2013 - Desember 2014 Bulan Harga Eceran (Rp) Perkembangan (%) Des-13 11,073 Jan-14 11,224 0.013 Feb-14 11,389 0.014 Mar-14 11,564 0.015 Apr-14 11,313-0.022 Mei-14 11,219-0.008 Jun-14 11,259 0.004 Jul-14 11,321 0.005 Agu-14 11,390 0.006 Sep-14 11,433 0.004 Okt-14 11,522 0.008 Nov-14 11,691 0.014 Des-14 12,210 0.043 12.400 12.200 12.000 11.800 11.600 11.400 11.200 11.000 10.800 10.600 10.400 Harga Eceran (Rp) Sumber Laporan Bulanan Sosial Ekonomi, BPS data diolah Gambar 1.1 Harga Eceran Beras Nasional Bulan Desember 2013 - Desember 2014

Dilihat dari gambar 1.1 bisa dilihat bahwa tren harga eceran mengalami kenaikan dari tiap bulannya kecuali di bulan April dan Mei yang mengalami penurunan. Secara nasional, rata-rata harga beras pada bulan Desember 2014 naik 4,44 persen dibanding November 2014. Sedangkan bila dibandingkan dengan Desember 2013, harga beras naik 10,27 persen. Kenaikan tertinggi terjadi di Merauke (18 persen) dan Bulukumba (13 persen). Rata rata harga eceran beras di bulan Desember2014 ini sebesar Rp. 12. 210. Selama Periode Desember 2013 - Desember 2014, rata-rata harga tertinggi GKP, GKG, dan gabah kualitas rendah di tingkat petani masing-masing senilai Rp4.910,51 per kg, Rp5.264,16 per kg, dan Rp4.264,54 per kg terjadi pada Desember 2014. Sebaliknya, rata-rata harga terendah pada GKP, GKG, dan gabah kualitas rendah terjadi pada April 2014, masing-masing senilai Rp3.935,73 per kg, Rp4.528,88 per kg, dan Rp3.524,33 per kg. Menurut BPS, Berdasarkan 1.034 observasi pada transaksi penjualan gabah di 18 provinsi selama Desember 2014, masih didominasi transaksi penjualan GKP sebanyak 741 observasi (71,66 persen), GKG sebanyak 163 observasi (15,77 persen), dan gabahkualitas rendah sebanyak 130 observasi (12,57 persen). Dari seluruh observasitersebut, tidak terdapat kasus harga berada di bawah HPP. Gambar 1.2 Rata-Rata Harga Gabah di Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas Desember 2013 Desember 2014

Fenomena terjadi di awal tahun 2015 ini yaitu harga beras yang terus meroket. Banyak dugaan dari kenaikan harga beras yang terjadi yaitu mulai dari adanya mafia beras, tidak optimalnya penyaluran raskin selama tiga bulan terakhir, dan ada juga yang menyebutkan bahwa kenaikan harga beras ini karena gagal panen akibat banjir di sejumlah daerah. Harga beras yang tinggi ini disinyalir akibat tidak optimalnya penyaluran raskin selama tiga bulan terakhir. Tidak optimalnya penyaluran raskin ini diakibatkan karena masalah administrasi. Jusuf Kalla memberikan pernyataan seusai melakukan rapat koordinasi dengan Menteri perekonomian, menteri pertanian, menteri perdagangan, gubernur BI, Direktur Bulog, Menteri Agraria serta Menteri kehutanan dan lingkungan hidup kenaikan harga beras di sejumlah daerah saat ini lebih banyak disebabkan oleh berkurangnya pasokan raskin. Saat ini, raskin yang didistribusikan bulog hanya 140.000 ton, padahal seharusnya 500.000 ton. Hal itu yang menyebabkan harga beras di tingkat konsumen menjadi mahal. Meskipun harga beras tengah melambung tinggi, pemerintah Indonesia tidak akan melakukan impor karena saat ini pasokan beras di Bulog mencapai 1,4 juta ton. Nilai produksi nasional tersebut cukup melimpah, cukup pengadaan untuk dalam negeri. Selain itu beberapa bulan ke depan sudah memasuki jadwal panen, jadi untuk apa melakukan impor. (Pikiran Rakyat, 24 Februari 2015) Menurut pengamat ekonomi pertanian Bustanul Arifin menilai kenaikan harga beras sampai 30% itu tidak wajar, kalo 10-15% itu masih wajar karena sekarang sedang musim paceklik. Menurut beliau, pemerintah tidak menyalurkan raskin sejak bulan November dan Desember 2014, karena saat itu harga bahan bakar minyak naik pemerintah memberikan kompensasi dalam bentuk uang. Termasuk beras yang diintergrasikan dalam bentuk subsidi bantuan langsung. Bustanul mengusulkan ada cooling down dan melakukan dialog dengan pedagang. Selain itu menurutnya penimbun beras tidak berpengaruh besar pada persoalan kenaikan harga saat ini. Sebab, bulog memiliki kekuatan yang cukup besar dalam melawan para penimbun tersebut.

Untuk menekan harga beras ini, pihak Bulog melakukan penyaluran beras serentak. Penyaluran beras ini tidak hanya di Jakarta tapi di seluruh Indonesia, dari gudang bulog Jakarta disalurkan sebanyak 1600 ton raskin dan operasi pasar. Pemerintah Indonesia sering melakukan operasi pasar untuk menurunkan harga beras pada tingkat tertentu, yaitu dengan menambah sejumlah tertentu beras ke pasar. Dalam praktik, pemerintah membawa penawaran berasnya ke pasar dengan mematok harga seperti yang dikehendaki (lebih rendah dari harga pasar). Pemerintah siap melayani siapa pun dengan jumlah berapa pun yang membeli beras dengan harga yang telah ditetapkan. Pemerintah bisa menaikkan harga beras jika pemerintah mempunyai cukup dana untuk mengeleminasi kelebihan penawaran dan membayar ongkos simpannya. Kebijakan dan intervensi pemerintah terus diupayakan untuk mencapai swasembada, tetapi penawaran dan permintaan beras demikian dinamisnya. Dinamika penawaran dan permintaan beras yang merupakan barang strategis ini bukan saja menjadi menarik untuk diteliti, tetapi juga menjadi suatu kebutuhan. Penduduk Indonesia mengalami laju pertumbuhan sekitar 1,49% per tahun sehingga permintaan beras akan selalu mengalami kenaikan (Krisnamurthi dalam Kusumaningrum, Ria dkk 2010, hlm.230). Melihat hal yang terjadi pada kondisi perberasan di Indonesia, penulis ingin meneliti tentang bagaimana penetapan harga beras di Indonesia, permintaan penawaran beras di indonesia dan bagaimana pemerintah turut serta dalam mengatur harga beras, maka penulis memberi judul Analisis Deskriptif Penetapan Harga Pada Komoditas Beras di Indonesia 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran umum penetapanharga komoditas beras di Indonesia? 2. Bagaimana gambaran umum tentang kebijakan pemerintah terhadap penetapan harga beras di Indonesia? 3. Bagaimana gambaran umum tentang permintaan dan penawaran komoditas beras di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai melihat dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui : 1. Penetapan harga pada komoditas beras di Indonesia. 2. Kebijakan pemerintah terhadap penetapan harga beras di Indonesia. 3. Permintaan dan penawaran komoditas beras di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaaat Teoritis a. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang struktur pasar dan penetapan harga pada industri komoditas beras. b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan. c. Dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi pengusaha, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui deskripsi analisis penetapan harga. b. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan khususnya mengenai struktur harga dan deskripsi indikator penetapan harga pada komoditas beras. c. Bagipembaca, hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan wawasan pembaca terkait masalah deskripsi penetapan harga. Selain itu sebagai referensi bagi pembaca yang tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi,mulai dari bab I sampai bab V. Bab I berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II berisi uraian tentang kajian pustaka dan kerangka pemikiran. Kajian pustaka mempunyai peran sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan. Bab II terdiri dar pembahasan teori-teori dan konsep dalam bidang yang dikaji. Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang terdiri dari objek penelitian, metode penelitian, lokasi Penelitian, definisi operasioal, penelitian terdahulu, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari analisis data dan pembahasan Bab V menyajikan penafsiran peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Pada bab V terdiri dari kesimpulan dan saran.