Hubungan Daya Terima Makanan dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Taruna di Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG


METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

GAMBARAN RASA, WARNA, TEKSTUR, VARIASI MAKANAN DAN KEPUASAN MENU MAHASANTRI DI PESANTREN MAHASISWA KH.MAS MANSUR UMS

Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

Pengaruh Status Gizi, Tingkat Konsumsi Energi dan Protein terhadap VO2 Maks


METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI NARAPIDANA UMUM (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang Tahun 2016)

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

SKRIPSI HUBUNGAN VARIASI MENU, BESAR PORSI, SISA MAKANAN DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA MAKANAN LUNAK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

Copyright 2005 by Medical Faculty of Diponegoro University ARTIKEL ASLI

ABSTRACT. Objective: To find out association between timelines in food distribution and food intake of patients on rice diet at Atambua Hospital.

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA RUMAH TANGGA SASARAN (RTS) DI DESA BATUKANDIK PULAU NUSA PENIDA

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE. n = Z 2 P (1- P)

Exsi Rila Kusuma 1, Agus Sartono 2, Hapsari Sulistya Kusuma 3.

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh SHOFI IKRAMINA

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB III METODE PENELITIAN

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. n =

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE. Nita Monica. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Siliwangi ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA DI KELURAHAN DWIKORA HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN KONSUMSI KOPI DAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KONTRIBUSI ZAT GIZI MAKRO MAKAN SIANG TERHADAP STATUS GIZI DI SDIT Ar. RAIHAN, TRIRENGGO, BANTUL, YOGYAKARTA. NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

HUBUNGAN PERSEPSI DAN HARAPAN TENTANG MUTU PELAYANAN MAKANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KASIH IBU SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS HALMAHERA DAN PUSKESMAS ROWOSARI SEMARANG DI ERA JKN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

KECUKUPAN GIZI PROTEIN DAN ENERGI MAKAN SIANG SISWA DI TK TARUNA AL-QURAN YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

Septia Dewi Arianti 1, Agustin Syamsianah 2, Erma Handarsari 3. Universitas Muhamadiyah Semarang ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGGI HAK SEPATU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PRAMUNIAGA DI LIPPO MALL BADUNG BALI

ENERGI DARI SUSU BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA BALITA USIA BULAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Hubungan Daya Terima Makanan dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Taruna di Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang ABSTRACT Hidayatus Sholehah, Agus Sartono 2, Mufnaetty 3,2,3 Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 3 Food service is the provision of food in large quantities starts from menu planning to food distribution.the aims of Food Service is to reached the satisfaction level of the consumers nutritional status. Polytechnic Institute of Science Shipping Semarang is a government agency that is carrying out the food service for cadets who live in the dorm. The goal is to ensure the health status of cadets in order to follow all the learning activities and other activities that is high in terms of physical activity. The purpose of the study was to determine the level of acceptance of the food menu that s provided by Dormitories Sailing Science Polytechnic Semarang and its relation to cadet s energy and protein adequacy level. This type of research is analytic research in the field of nutrition with a cross-sectional approached. The sample used in the study were 36 people taken by sistematic random sampling. The results of the study showed that all of the cadets can receive boarding with good food, with an average acceptance rate of 99.85 % ± 0,263 % of the food served. The average of energy intake of cadets from the dorm food is 657.25 ± 63.883 kcal per day. The average of protein intake is 50.33 g ± 3.038 g per day. The average of dorm food donations towards cadet s energy sufficiency level is 58.74 % ± 7.963 % of energy adequacy rate recommended. The average of protein is 77.46 % ± 9.407 % of protein adequacy rate recommended. Pearson correlation test results showed there is no relationship between the level of acceptance the dormitories food with the sufficiency level of energy and protein. Polytechnic Institute of Science Semarang need to realize the standard of menu. Cruise portion that has been made more consistent to improve the contribution of energy and protein intake of food dormitory, and add a menu cycle so that variations in the dorm food is more diverse. Keywords:Cadets, The dormitories food, The energy adequacy level, The protein adequacy level. PENDAHULUAN Penyelenggaraan makanan adalah kegiatan penyediaan makanan dalam jumlah besar yang dimulai dari proses perencanaan menu hingga pendistribusian makanan kepada konsumen, bertujuan memenuhi tingkat kepuasan konsumen terhadap makanan yang disediakan sehingga tercapai status kesehatan yang optimal (Departemen Kesehatan, 2003, Moehyi, 992, Palacio dan Theis, 2009).Kesehatan yang optimal diharapkan dapat dicapai melalui status gizi yang baik. Pada umumnya, penyelenggaraan makanan asrama sudah mempunyai standar gizi yang disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia. Frekuensi makan asrama biasanya dua sampai tiga kali sehari dengan atau tanpa makanan selingan (Mukrie, 990). Penyelenggaraan makanan asrama taruna Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang merupakan suatu lembaga pemerintah, yang menyediakan pelayanan makanan secara kontinyu bagi penghuni asrama. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi setiap hari. Dalam hal ini, tentunya status gizi taruna yang tinggal di asrama dipengaruhi oleh makanan yang disediakan di asrama tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penerimaan taruna terhadap menu makanan asrama Politeknik Ilmu Pelayaran

4 Semarang dan hubungannya dengan tingkat kecukupan energi dan protein taruna. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan metode survai dan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, pada bulan Agustus 204. Jumlah sampel yang diambil adalah 36 orang taruna laki-laki sesuai kriteria inklusi, yang diambil secara sistematic random sampling. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara. Berat badan diukur dengan timbangan injak, tinggi badan diukur dengan mikrotoice, sisa makanan diukur dengan timbangan makanan.. Data tingkat penerimaan makanan asrama adalah berat makanan yang diambil taruna dikurangi dengan berat makanan yang tersisa, dibagi dengan berat makanan yang diambil taruna dikalikan seratus persen. Sedangkan data AKG individu adalah berat badan responden dibagi dengan berat badan yang ada dalam daftar AKG pada umur dan jenis kelamin yang sesuai, dikalikan dengan AKG yang sesuai dalam daftar. Data tersebut kemudian dihitung rataratanya untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Analisis data dilakukan secara bivariat guna menggambarkan sebaran nilai rata-rata dan nilai median. Analisis bivariat Kolmogorov Smirnov dilanjutkan dengan uji Pearson digunakan untuk menguji hipotesis daya terima makanan dengan tingkat kecukupan energi dan protein. HASIL DAN PEMBAHASAN Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang adalah pendidikan tinggi negeri milik Departemen Perhubungan RI mengemban tugas mendidik dan melatih pemuda-pemudi lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di bidang pelayaran, terletak di Jl. Singosari 2A Semarang. Jumlah keseluruhan taruna yang tinggal di asrama saat ini adalah 363 orang yang terdiri dari 30 taruna perempuan dan 333 taruna laki-laki. Taruna hanya diperbolehkan mengkonsumsi makanan dari asrama saja. Penyelenggaraan makanan asrama bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi taruna. Penyelenggaraan makanan asrama sudah menggunakan siklus menu 0 hari, dengan standar menu yang sudah ada. Makanan diberikan dengan frekuaensi tiga kali makanan utama dan satu kali makanan selingan. Makanan selingan diberikan bersamaan dengan salah satu jam makan makanan utama. A. Karakteristik Responden. Umur Sebaran umur taruna menunjukkan bahwa umur termuda taruna adalah 8 tahun (6,7%) dan umur tertua adalah 2 tahun (5,6%). Data distribusi umur taruna dapat dilihat padatabel. Tabel. Distribusi Umur Taruna Umur Taruna N % 8 tahun 6 6,7% 9 tahun 9 52,8% 20 tahun 9 25,0% 2 tahun 2 5,6% JUMLAH 36 00% 2. Jenis Kelamin responden Seluruh responden adalah laki-laki, yang masih tergolong remaja. Remaja laki-laki memerlukan lebih banyak energi dan protein. Angka kecukupan energi yang dianjurkan adalah 2675 kkal dan protein 66 gram perhari. Sedangkan menurut Widya Karya Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 202, angka kecukupan energi yang dianjurkan kepada remaja

5 laki-laki dengan umur 9-24 tahun adalah 2725 kkal, dan angka kecukupan protein 62 gram perhari. 3. Status Gizi Taruna Berdasarkan IMT Tabel 2. Distribusi Status Gizi Taruna Status Gizi Taruna N % Lebih Normal Kurang 35 0 2,8% 97,2% 0% JUMLAH 36 00% Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada taruna yang berstatus gizi kurang. Penilaian status gizi perlu dilakukan, karena dengan mengetahui status gizi dapat ditentukan kebutuhan gizi sesorang. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara antar lain dengan antropometri. Metode ini menggunakan paramater berat badan dan tinggi badan. Pengkategorian status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh dilakukan menurut FAO/WHO yaitu, < 7,0 kekurangan berat badan tingkat berat, 7,0-8,4 kekurangan berat badan tingkat ringan, 8,5-25,0 normal, 25,- 27,0 kelebihan berat badan tingkat ringan, dan lebih dari 27,0 kelebihan berat badan tingkat berat (PUGS, 2005) 4. Sumbangan Makanan Asrama Terhadap Tingkat Kecukupan Energi Taruna Tabel 3. Sumbangan Makanan Asrama Terhadap Tingkat Kecukupan Energi Taruna Tingkat Kecukupan Energi 40,% 50,0% 50,% - 60,0% 60,% - 70,0% 70,% - 80,0% N % 5 5 3 3 4,0% 42,0% 36,4% 8,4% JUMLAH 36 00% Tabel 3 mengungkapkan bahwa sumbangan makanan asrama terhadap tingkat kecukupan energi taruna rata-rata adalah 58,74% AKE ± 7,69% AKE, nilai minimal 42,8% AKE, dan nilai maksimal 74,0% AKE,. Asupan energi rata-rata taruna dari makanan asrama adalah 657,25 kkal ± 63,88 kka perhari, nilai minimal 298,93 kkal per hari, dan nilai maksimal 930,9 kkal per hari. 5. Sumbangan Makanan Asrama Terhadap Tingkat Kecukupan Protein Taruna Tabel 4. Sumbangan Makanan Asrama Terhadap Tingkat Kecukupan Protein Taruna Tk. Kec. Protein N % 50,% - 60% 60,% - 70% 70,% - 80% 80,% - 90% 90,% - 00% 2 5 2 5 2 5,6% 4,0% 33,6% 42,0% 5,6% JUMLAH 36 00% Tabel 4 menunjukkan bahwa sumbangan makanan asrama terhadap tingkat kecukupan protein taruna rata-rata adalah 77,46% AKP ± 7,96 % AKP, nilai minimal 57,9% AKP, dan nilai maksimal 95,7% AKP. Asupan protein rata-rata taruna dari makanan asrama adalah 50,33 gram ± 3,03 gram per hari, nilai minimal 43,0 gram per hari, dan nilai maksimal 57,7 gram perhari. 6. Tingkat Penerimaan Makanan Asrama Tabel 5. Tingkat Penerimaan Makanan Asrama Tingkat Penerimaan makan 99,0% 99,5% 99,2% 99,47% 99,52% 99,53% 99,70% 99,73% 99,73% 99,76% 99,86% 99,92% 24 N % 67,6% 00,00% JUMLAH 36 00% Tabel 5 menunjukkan bahwa seluruh taruna dapat menerima makanan asrama dengan baik. Ratarata tingkat penerimaan taruna terhadap makanan asrama adalah 99,85 % ± 0,262 %, nilai minimal 99,0%, dan nilai maksimal 00,0%.

6 Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan makanan institusi adalah tersedianya menu yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Oleh sebab itu perlu dibuat perencanaan menu yang baik ( Moehyi, 992 dan Yuliati dan Santoso, 995). 7. Hubungan Tingkat Penerimaan Makanan Asrama dengan Tingkat Kecukupan Energi Hasil tersebut menunjukkan bahwa makanan asrama belum dapat memenuhi tingkat kecukupan energi taruna. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: ketersediaan makanan yang disajikan kepada taruna jumlahnya terbatas, sehingga adanya toleransi sesama teman untuk tidak mengambil makanan dalam jumlah yang banyak. Faktor lainnya yaitu porsi lauknya yang sedikit, sehingga taruna hanya mengambil nasi sesuai dengan porsi lauk yang disediakan. Pada kelompok umur 6 sampai dengan 8 tahun dengan jenis kelamin laki-laki, angka kecukupan energi yang dianjurkan adalah 2675 kkal perhari. Sedangkan pada kelompok umur 9 sampai dengan 29 tahun dengan jenis kelamin yang sama, angka kecukupan energi yang dianjurkan adalah 2725 kkal perhari (WNPG 202). Berdasarkan hasil uji kenormalan menggunakan Kolmogorov Smirnov, diketahui data tingkat penerimaan makananasrama berdistribusi normal dengan (p = 0, 200) sehingga uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisi hubungan tingkat penerimaan makanan asrama dengan tingkat kecukupan enerji taruna. Pada uji tersebut diperoleh hasil p = 0,756. Dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara tingkat penerimaan makanan asrama dengan tingkat kecukupan energi taruna. Hampir seluruh taruna dapat menghabiskan seluruh makanan yang disajikan asrama, tetapi hanya menghasilkan tingkat kecukupan energi rata-rata 58,74% AKE ± 7,69 % AKE, dengan nilai minimal 42,8% AKE, dan nilai maksimal 74,0% AKE. Bila dibandingkan dengan asupan energi rata-rata taruna adalah 657,25kkal ± 63,88 kkal per hari, maka sumbangan energy dari makanan asrama masih terlalu kecil. Pada penelitian ini tidak ditemukan taruna dengan status gizi kurang. Hal ini mungkin disebab kan taruna mengkonsumsi makanan selain dari makanan asrama,yang lepas dari pengawasan pihak institusi pendidikan. Namun demikian dalam penelitian ini, hal tersebut tidak menjadi perhatian sebab tujuan penelitian dibatasi hanya untuk mengetahui seberapa besar makanan asrama dapat memenuhi tingkat kecukupan energi dan protein taruna. 8. Hubungan Tingkat Penerimaan Makanan Asrama dengan Tingkat Kecukupan Protein

7 Hasil uji kenormalan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, diketahui data penerimaan taruna terhadap makanan asrama berdistribusi normal dengan p = 0,200. Dengan demikian uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan tingkat penerimaan makanan asrama dengan tingkat kecukupan protein. Pada uji tersebut diperoleh hasil p = 0,873. Tidak ada hubungan antara tingkat penerimaan makanan asrama dengan tingkat kecukupan protein taruna. Hampir seluruh taruna dapat menghabiskan seluruh makanan yang disajikan asrama, tetapi hanya menghasilkan tingkat kecukupan protein taruna rata-rata adalah 77,46% AKP ± 7,96 % AKP, dengan nilai minimal 57,9% AKP, dan nilai maksimal 95,7% AKP. Sumbangan protein dari makanan asrama masih terlalu kecil bila dibandingkan dengan asupan protein rata-rata taruna yang 50,33 ± 3,03 gram per hari. Pada kelompok umur 6 sampai dengan 8 tahun dengan jenis kelamin laki-laki, angka kecukupan protein yang dianjurkan adalah 66 gram perhari. Sedangkan pada kelompok umur 9 sampai dengan 29 tahun dengan jenis kelamin yang sama, angka kecukupan protein yang dianjurkan adalah protein 62 gram perhari (WNPG, 202). Kandungan protein makanan asrama belum dapat memenuhi tingkat kecukupan protein taruna, yang diduga karena besar porsi lauk yang dihidangkan kepada taruna dalam makanan asrama terlalu kecil. asrama terhadap tingkat kecukupan energi taruna rata-rata adalah 58,74% dari angka kecukupan energi yang dianjurkan, dan protein rata-rata 77,46% dari angka kecukupan protein yang dianjurkan. Tidak ada hubungan antara tingkat penerimaan makanan asrama dengan tingkat kecukupan energi dan protein taruna. SARAN Institusi Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang perlu merealisasikan standar porsi yang sudah dibuat secara lebih konsisten untuk meningkatkan sumbangan asupan energi dan protein dari makanan asrama. Pihak institusi politeknik ilmu pelayaran Semarang perlu menambahkan siklus menu agar variasi makanan asrama lebih beragam. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Depkes R.I. Mukrie, dkk. 990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Proyek pengembangan pendidikan tenaga gizi pusat bekerjasama dengan AKZI Depkes R.I. Jakarta. Setyowati. 2008. Sistem Penyelenggaraan Makanan, Tingkat Konsumsi, Status Gizi Serta Ketahanan Fisik Siswa Pusat Pendidikan Zeni Kodiklat Tni Ad Bogor Jawa Barat. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. KESIMPULAN Seluruh taruna dapat menerima makanan asrama dengan baik, dengan rata-rata tingkat penerimaan 99,85% ± 2,62 % % dari makanan yang disajikan.rata-rata asupan energi taruna dari makanan asrama adalah 657,25 ± 63,88 kkal per hari, sedangkan rata-rata asupan proteinnya adalah 50,33 ± 3,03 gram per hari. Sumbangan makanan