IDENTIFIKASI INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENCIRI AKREDITASI SMP DAN MTS DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL FAHMI SALAM AHMAD

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Tahun 2013

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

Indikator Kinerja Program. A. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA

RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan. via pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul 14:21 WIB.

DAFTAR TABEL Persentase SD/ MI yang semua rombongan... belajar (rombel)nya tidak melebihi 32 orang

CAPAIAN, TARGET, DAN RENCANA PEMBIAYAAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DASAR

SALINAN. b. bahwa untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar;

PANDUAN APLIKASI. Pengolahan Data Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 KM. Jumlah kelompok permukiman permanen di kab/kota

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA

PENERAPAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK DALAM ANALISIS SEGMENTASI PASAR KONSUMEN AQUA DIMAS FAJAR AIRLANGGA

Hasil Perhitungan SPM

AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume V, Nomor 01 Januari 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERHITUNGAN INDIKATOR PENCAPAIAN (IP)

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA PASCASARJANA IPB BERHENTI STUDI MENGGUNAKAN ANALISIS CHAID DAN REGRESI LOGISTIK

ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB)

PENENTUAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL MUTU SEKOLAH DENGAN CART DAN REGRESI LOGISTIK FITRI INTENDIA

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 DONO ARUM KECAMATAN SEPUTIH AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETERKAITAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DENGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

KETERKAITAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DENGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

Studi Analisis Kebijakan Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas. Kinerja Instansi Pemerintah mengarahkan bahwa pelaksanaan pemerintahan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Kabupaten Bangka

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO

STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANTUL

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN SAMPANG

KATA PENGANTAR. Pembina Tk.I NIP Bandung, 28 Februari 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG, Dr. H. ELIH SUDIAPERMANA, M.Pd.

ANALISIS CHAID UNTUK IDENTIFIKASI KETEPATAN WAKTU LULUS BERDASARKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN TERBIMBING (PLT) DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 59 TATTUN 2Ot2 TENTANG BUPATT MOJOKERTO,

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 472 TAHUN 2011 TANGGAL

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KORELASI KANONIK TERHADAP INDIKATOR PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DAN AKREDITASI SEKOLAH TINGKAT SMP/MTS

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

LAPORAN FINAL SQA PKP SPM PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PENDIDIKAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

RINGKASAN RENJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

di masa yang akan datang dilihat dari aspek demografi dan kepuasannya. PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Misi 4. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang Berkualitas tanpa Meninggalkan Kearifan Lokal

Penghitungan Biaya Pencapaian Standar dan Akses

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONOROGO TAHUN ANGGARAN 2013 DALAM MEMENUHI STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 23 TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa

PROSIDING ISBN :

Faktor-Faktor Yang Mem pengaruhi Waktu Penyusunan Tugas Akhir Mahasiswa S1 (Studi Kasus : Mahasiswa FMIPA Unsyiah)

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Peubah Penjelas

Kondisi baik 425 Kondisi rusak ringan 0 Kondisi rusak berat 0

ANALISIS IPK MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIK MISI IPB DENGAN PENDEKATAN METODE CHAID FERRY ANTONI MS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

ANALISIS TINGKAT KEMAJUAN DESA DI KABUPATEN BOGOR DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL DENI SUHANDANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, )

HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini adalah MS.Excell 2003, Answertree 2.01 dan SPSS for Windows versi Tabel 1. Karakteristik debitur

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

PENERAPAN KORELASI KANONIK TERHADAP BUTIR PERNYATAAN AKREDITASI DAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL TINGKAT SMP/MTs ANNISA SATIARANI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kondisi baik 102 Kondisi rusak ringan 0 Kondisi rusak berat 0

KLASIFIKASI STATUS KERJA PADA ANGKATAN KERJA KOTA SEMARANG TAHUN 2014 MENGGUNAKAN METODE CHAID DAN CART

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 31

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

ANALISIS MINAT SISWA SMA IBRAHIMY SUKOREJO MELANJUTKAN KE IAII SUKOREJO MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN MULTI KORESPONDENSI IIN PUSPITA SARI

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

SALINAN LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

Transkripsi:

IDENTIFIKASI INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENCIRI AKREDITASI SMP DAN MTS DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL FAHMI SALAM AHMAD DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

ii

iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Indikator Standar Pelayanan Minimal Penciri Akreditasi SMP dan MTs dengan Metode CHAID dan Regresi Logistik Ordinal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2015 Fahmi Salam Ahmad NIM G14110038

iv ABSTRAK FAHMI SALAM AHMAD. Identifikasi Indikator Standar Pelayanan Minimal Penciri Akreditasi SMP dan MTs dengan Metode CHAID dan Regresi Logistik Ordinal. Dibimbing oleh BUDI SUSETYO dan AGUS MOHAMAD SOLEH. Standar pelayanan minimal pendidikan dasar (SPM Dikdas) adalah tolak ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan daerah kabupaten/kota. SPM Dikdas dirancang sebagai tahapan awal untuk mencapai standar nasional pendidikan (SNP) yang diukur dengan status akreditasi. Keterkaitan SPM Dikdas dan SNP dapat dilihat dengan analisis Chisquared Automatic Interaction Detection (CHAID) dan regresi logistik ordinal. CHAID digunakan untuk mengidentifikasi peubah penjelas (indikator SPM Dikdas) yang berhubungan dengan peubah respons (peringkat akreditasi) dan mengklasifikasikan peubah penjelas yang menjadi penciri kategori peubah respons tertentu. Regresi logistik ordinal digunakan untuk menentukan peubah penjelas yang berpengaruh terhadap peubah respons serta besar pengaruh dari masingmasing peubah penjelas tersebut. Analisis CHAID menghasilkan 6 peubah penjelas yang berhubungan terhadap peringkat akreditasi dan 9 segmen atau kelompok sekolah dengan karakteristik akreditasi tertentu. Analisis regresi logistik ordinal menghasilkan 12 peubah penjelas yang berpengaruh terhadap peringkat akreditasi. Ketepatan klasifikasi yang diperoleh untuk analisis CHAID adalah 56.36% dan untuk analisis regresi logistik ordinal adalah 56.65%. Kata kunci: akreditasi, CHAID, regresi logistik ordinal, SPM Dikdas ABSTRACT FAHMI SALAM AHMAD. Identification of Minimum Service Standards Indicators Characterize Accreditation of JHS and Islamic JHS using CHAID and Logistic Ordinal Regression Method. Supervised by BUDI SUSETYO and AGUS MOHAMAD SOLEH. Minimum service standards (MSS) basic education is a measure of the performance of basic education services through formal education organized by the district/city region. MSS basic education is designed as an initial stage for achieving national education standards (NES) as measured by accreditation status. A linkage between MSS basic education and NES can be viewed by Chi-squared Automatic Interaction Detection (CHAID) and ordinal logistic regression analysis. CHAID is used for identification of the explanatory variables (MSS basic education indicators) associated with the response variable (accreditation rank) and classify the explanatory variables characterize the certain category of response variable. Ordinal logistic regression is used for determination of the explanatory variables that influence the response variable as well as the influence of each of the explanatory variables. CHAID analysis generates 6 explanatory variables related to accreditation rank and 9 segments or groups of school with certain accreditation characteristics. Ordinal logistic regression analysis produced 12 explanatory variables that affect the accreditation rank. Classification accuracy obtained for CHAID analysis is 56.36% and for ordinal logistic regression analysis is 56.65%. Key words: accreditation, CHAID, MSS basic education, ordinal logistic regression

v IDENTIFIKASI INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENCIRI AKREDITASI SMP DAN MTS DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL FAHMI SALAM AHMAD Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

vi

viii PRAKATA Alhamdullillahi Rabbil Alamin, puji syukur penulis ucapkan atas segala nikmat, karunia, petunjuk dan ilmu yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta ala atas segala karunia-nya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini berjudul Identifikasi Indikator Standar Pelayanan Minimal Penciri Akreditasi SMP dan MTs dengan Metode CHAID dan Regresi Logistik Ordinal. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr Ir Budi Susetyo, MS dan Bapak Agus Mohamad Soleh, SSi MT yang telah membimbing penulis selama penyusunan karya ilmiah ini. 2. Ibu Pika Silvianti, MSi selaku penguji yang telah memberikan saran untuk kelengkapan karya ilmiah ini. 3. Ayah dan Ibu tercinta, Santosa dan Muhibah Azhar, terima kasih atas segala doa, kasih sayang, bimbingan dan dukungan yang diberikan kepada penulis. 4. Seluruh dosen Statistika IPB, terima kasih atas ilmu dan pengajaran yang telah diberikan kepada penulis. 5. Seluruh staf tata usaha, terima kasih atas segala dukungan dan bantuannya. 6. Mas Jauhar Samudera, terima kasih atas segala doa dan dukungannya. 7. Ditjen Dikdas Kemendikbud dan BAN S/M, terima kasih atas bantuan berupa data yang digunakan dalam penelitian ini. 8. Keluarga besar Statistika 48 tercinta, terima kasih atas kebersamaan, dukungan, dan doanya. 9. Seluruh pihak yang telah membantu, terima kasih atas segala bantuannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2015 Fahmi Salam Ahmad

v DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar 2 Akreditasi 4 METODE 5 Sumber Data 5 Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Gambaran Umum Peubah Respons dan Penjelas 8 Analisis CHAID dengan Peubah Respons Akreditasi dan Peubah Penjelas Indikator SPM Dikdas 10 Analisis Regresi Logistik Ordinal dengan Peubah Respons Akreditasi dan Peubah Penjelas Indikator SPM Dikdas 15 Ketepatan Klasifikasi Analisis CHAID dan Regresi Logistik Ordinal 18 SIMPULAN 19 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 23 vi vi vi

vi DAFTAR TABEL 1 Struktur data uji khi-kuadrat 6 2 Statistik deskriptif peubah penjelas numerik 10 3 Hasil analisis regresi logistik ordinal dengan 12 peubah penjelas 15 4 Nilai dugaan rasio odds peubah penjelas 16 5 Ketepatan klasifikasi hasil analisis CHAID 18 6 Ketepatan klasifikasi hasil analisis regresi logistik ordinal 18 DAFTAR GAMBAR 1 Sebaran sekolah berdasarkan peubah respons peringkat akreditasi 9 2 Sebaran sekolah berdasarkan kategori peubah penjelas kategorik 9 3 Dendogram hasil analisis CHAID 11 4 Dendogram hasil analisis CHAID pemisahan pada node 3 12 5 Dendogram hasil analisis CHAID pemisahan pada node 4 12 6 Dendogram hasil analisis CHAID pemisahan pada node 5 13 7 Dendogram hasil analisis CHAID pemisahan pada node 6 13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Daftar peubah penjelas yang digunakan 21 2 Analisis regresi logistik ordinal dengan 26 peubah penjelas 22

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari definisi tersebut dapat dilihat tujuan penting dari pendidikan yaitu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Agar tujuan ini dapat dicapai diperlukan pelayanan pendidikan yang layak dan bermutu dari pemerintah. Berdasarkan hal tersebut pemerintah menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar (SPM Dikdas) yang dimaksudkan untuk menjamin akses dan mutu bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar dari pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh pemerintah. Melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013, SPM Dikdas dijabarkan ke dalam indikator SPM Dikdas tingkat kabupaten/kota dan SPM Dikdas tingkat satuan pendidikan. SPM Dikdas dirancang sebagai tahapan awal untuk mencapai standar nasional pendidikan (SNP) yang diukur dengan status akreditasi, sehingga antara SPM Dikdas dan SNP seharusnya terdapat keterkaitan. Berdasarkan teorinya sekolah yang terakreditasi seharusnya sudah memenuhi semua indikator SPM Dikdas. Pada SPM Dikdas dan SNP dapat dilihat apakah sekolah-sekolah yang terakreditasi sudah memenuhi semua indikator SPM Dikdas dan indikator SPM Dikdas apa yang menjadi penciri peringkat akreditasi tertentu. Keterkaitan indikator SPM Dikdas dan peringkat akreditasi dapat dilihat dengan menggunakan metode Chi-squared Automatic Interaction Detection (CHAID). CHAID adalah salah satu teknik pohon keputusan (decision tree) dengan membagi data menjadi kelompok-kelompok yang saling terpisah. Hasil metode CHAID berupa dendogram yang memetakan pengelompokan peubah respons berdasarkan peubah penjelas (Kass 1980). Selain dengan metode CHAID, keterkaitan indikator SPM Dikdas dan peringkat akreditasi yang berskala ordinal juga dapat dilihat menggunakan metode regresi logistik ordinal. Regresi logistik ordinal merupakan salah satu teknik analisis dalam statistika yang dapat digunakan untuk menentukan faktor-faktor kualitatif maupun kuantitatif (peubah penjelas) yang memengaruhi suatu peubah respons berskala ordinal beserta besar pengaruhnya, dalam hal ini indikator SPM Dikdas sebagai peubah penjelas dan peringkat akreditasi sebagai peubah respons. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menentukan peubah penjelas atau indikator SPM Dikdas yang berhubungan dengan peringkat akreditasi sekolah (SMP dan MTs) menggunakan metode

2 CHAID dan mengklasifikasikan indikator SPM Dikdas yang menjadi penciri peringkat akreditasi tertentu dengan metode CHAID. 2. Menerapkan regresi logistik ordinal untuk menentukan indikator SPM Dikdas yang memengaruhi peringkat akreditasi sekolah. TINJAUAN PUSTAKA Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan menjelaskan bahwa standar pelayanan minimal pendidikan adalah kriteria minimal berupa nilai kumulatif pemenuhan standar nasional pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan. Standar pelayanan minimal pendidikan dasar (SPM Dikdas) digunakan sebagai tolak ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan daerah kabupaten/kota. SPM Dikdas disusun sebagai alat pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam penyelenggaraan pendidikan wajib. SPM Dikdas dan standar nasional pendidikan (SNP) merupakan acuan dalam melakukan penjaminan mutu bagi para pemangku kepentingan, utamanya Dinas Pendidikan dan Kantor Wilayah atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan sekolah/madrasah. Dalam pelaksanaannya SPM Dikdas difokuskan sebagai tahapan awal untuk mencapai SNP. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM pendidikan merupakan kewenangan kabupaten/kota (Pasal 2 Permendikbud No. 23 Tahun 2013). Penyelenggaraan pelayanan pendidikan yang dimaksud meliputi pelayanan pendidikan dasar oleh kabupaten/kota sebanyak 14 indikator dan pelayanan pendidikan dasar oleh satuan pendidikan sebanyak 13 indikator. Indikator pelayanan pendidikan dasar oleh kabupaten/kota adalah sebagai berikut: 1) tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km jalan darat/air untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil; 2) jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis; 3) setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktik IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik; 4) setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru; 5) setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;

6) setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu guru untuk setiap rumpun mata pelajaran; 7) setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik; 8) di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%; 9) setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Pendidikan Kewarganegaraan; 10) setiap kabupaten/kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 11) setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 12) setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 13) pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; dan 14) kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan. Indikator pelayanan pendidikan dasar oleh satuan pendidikan adalah sebagai berikut: 15) setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan Pendidikan Kewarganegaraan, dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik; 16) setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik; 17) setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA; 18) setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi; 19) setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan; 20) satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran sebagai berikut: a) Kelas I II : 18 jam per minggu; b) Kelas III : 24 jam per minggu; c) Kelas IV - VI : 27 jam per minggu; atau d) Kelas VII - IX : 27 jam per minggu; 3

4 21) satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku; 22) setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya; 23) setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik; 24) kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester; 25) setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik; 26) kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan 27) setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS). Indikator pelayanan pendidikan dasar yang terkait dengan satuan pendidikan SMP dan MTs adalah indikator nomor 2, 3, 4, 6, 8, 9, 11, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, dan 27. Selanjutnya 19 indikator pelayanan pendidikan dasar ini dijabarkan menjadi 26 indikator SPM Dikdas yang digunakan sebagai peubah penjelas dalam penelitian ini (Lampiran 1). Akreditasi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 mendefinisikan akreditasi sebagai kegiatan penilaian kelayakan program dan/atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian akreditasi SMP dan MTs merupakan wewenang Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. Akreditasi SMP dan MTs diukur dengan pengisian instrumen akreditasi oleh kepala SMP atau MTs. Instrumen terdiri atas 169 pertanyaan yang merupakan penjabaran dari delapan komponen standar dari SNP, yaitu standar isi (17 pertanyaan), standar proses (12 pertanyaan), standar kompetensi lulusan (20 pertanyaan), standar pendidik dan tenaga kependidikan (26 pertanyaan), standar sarana dan prasarana (28 pertanyaan), standar pengelolaan (20 pertanyaan), standar pembiayaan (25 pertanyaan), dan standar penilaian (21 pertanyaan). Pada setiap pertanyaan terdapat pilihan jawaban A (skor 4), B (skor 3), C (skor 2), D (skor 1), dan E (skor 0). Jawaban harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada sekolah. Masingmasing komponen standar dan pertanyaan memiliki bobot yang sudah ditentukan. Hasil akreditasi dipetakan ke dalam peringkat akreditasi A, B, C, dan tidak terakreditasi. Huruf mutu ini bermakna rentang nilai yang merupakan akumulasi perhitungan nilai berdasarkan jawaban yang diisi oleh kepala SMP atau MTs. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) nilai akhir akreditasi 86 sampai 100 berarti akreditasi A, 2) nilai akhir akreditasi 71 sampai 85 berarti akreditasi B, 3) nilai akhir akreditasi 56 sampai 70 berarti akreditasi C, 4) nilai akhir akreditasi 55 ke bawah berarti tidak terakreditasi.

5 Rumusan perhitungan nilai akhir akreditasi adalah sebagai berikut: k=8 Nilai akhir akreditasi = k=1 nilai komponen akreditasi, dengan jumlah skor perolehan nilai komponen akreditasi = bobot komponen standar jumlah skor maksimum Jumlah skor maksimum adalah skor butir pertanyaan maksimum (skor 4) dikali dengan jumlah bobot butir setiap pertanyaan pada komponen standar tertentu, sedangkan jumlah skor perolehan adalah jumlah dari skor jawaban pertanyaan dikali bobot pertanyaan. Selain rentang nilai akreditasi yang dipetakan ke dalam peringkat akreditasi di atas, terdapat ketentuan sekolah dinyatakan terakreditasi jika memenuhi seluruh kriteria berikut: 1. Memeroleh nilai akhir akreditasi sekurang-kurangnya 56. 2. Tidak lebih dari dua nilai komponen akreditasi skala ratusan kurang dari 56. 3. Tidak ada nilai komponen akreditasi skala ratusan kurang dari 40. Sekolah dinyatakan tidak terakreditasi jika tidak memenuhi kriteria di atas. METODE Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil survei Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2013 tentang minimum service standards capacity development program dan data akreditasi sekolah (SMP dan MTs) tahun 2014 dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M). Survei Kemendikbud dilakukan dengan menggunakan metode penarikan contoh acak berlapis, dengan SMP dan MTs sebagai lapisan. Survei dilakukan di 110 kabupaten/kota pada 16 provinsi di Indonesia. Banyaknya SMP/MTs yang terpilih sebagai contoh adalah 5144 sekolah. Data survei Kemendikbud ini memuat skor setiap indikator SPM Dikdas dari satuan pendidikan yang menjadi contoh. Pada satuan pendidikan yang menjadi contoh, peringkat akreditasinya diperoleh dari data akreditasi milik BAN S/M. Dari contoh 5144 sekolah terdapat 2106 sekolah dari data survei Kemendikbud yang memiliki data akreditasi BAN S/M. Peubah respons yang digunakan adalah peringkat akreditasi yang berskala ordinal dengan kategori A, B, C, dan tidak terakreditasi. Peubah penjelas dalam penelitian ini adalah indikator SPM Dikdas untuk SMP dan MTs sebanyak 26 peubah yang merupakan penjabaran dari indikator SPM Dikdas tingkat kabupaten/kota dan satuan pendidikan, terdiri atas 20 peubah kategorik dan 6 peubah numerik. Peubah penjelas secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Analisis Data Tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Melakukan eksplorasi terhadap peubah respons dan peubah penjelas untuk melihat karakteristik data.

6 2. Melakukan pengklasifikasian dengan analisis CHAID antara peringkat akreditasi dengan peubah indikator SPM Dikdas. Salah satu kegunaan metode klasifikasi berbentuk pohon seperti CHAID adalah untuk segmentasi yang membagi data menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria tertentu. Kelebihan CHAID antara lain bersifat non parametrik, algoritmenya sederhana dan mudah dipahami, dan mudah diinterpretasikan (Antipov dan Pokryshevskaya 2010). Dari hasil analisis CHAID diperoleh informasi pengelompokan pengamatan dan interaksi antar peubah penjelas (Alamudi 1998). CHAID menggunakan statistik khi-kuadrat dalam analisisnya. Struktur data uji khi-kuadrat disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut (Agresti 2002): Tabel 1 Struktur data uji khi-kuadrat Baris Kolom 1 2... c Total 1 n 11 n 12... n 1c n 1 2 n 21 n 22... n 2c n 2.................. r n r1 n r2... n rc n r Total n 1 n 2... n c n Hipotesis pada pengujian khi-kuadrat adalah: H0 : tidak terdapat hubungan antara baris dan kolom H1 : terdapat hubungan antara baris dan kolom Statistik ujinya adalah: r c 2 = (n ij E ij ) 2 i=1 j=1 E ij = n i n j n Eij = nilai harapan pengamatan pada baris ke-i dan kolom ke-j nij = banyaknya pengamatan pada baris ke-i dan kolom ke-j ni = total banyaknya pengamatan pada baris ke-i n j = total banyaknya pengamatan pada kolom ke-j n = total banyaknya amatan Keputusan yang diambil dari uji khi-kuadrat ini adalah tolak H0 jika nilai 2 hitung > 2 tabel. Tahapan metode CHAID adalah sebagai berikut (Kass 1980): a. Penggabungan i) Untuk setiap peubah penjelas, buat semua kemungkinan pasangan kategori. Lakukan uji khi-kuadrat antara semua kemungkinan pasangan kategori dari semua peubah penjelas dengan peubah respons yang disajikan dalam tabel kontingensi berukuran 2 d (d adalah kategori peubah respons) dan hitung nilai-p dari setiap kemungkinan pasangan kategori tersebut. ii) Bandingkan nilai-p itu dengan batas nilai-p yang telah ditetapkan, jika lebih besar atau tidak signifikan maka gabungkan pasangan kategori tersebut. Jika nilai-p terbesar masih lebih kecil dari batas nilai-p maka tidak ada kategori yang perlu digabungkan. Jika peubah penjelas hanya memiliki dua kategori, dan apabila nilai-p yang ada lebih besar dari batas nilai-p, maka peubah ini dikeluarkan dari model. Lanjutkan proses ini E ij

7 sampai tidak ada lagi nilai pasangan kategori yang mempunyai nilai-p lebih besar dari batas nilai-p. Apabila terjadi penggabungan kategori di dalam suatu peubah, atau pengurangan jumlah kategori dari c kategori menjadi r kategori, maka nilai-p dikoreksi dengan dikalikan pengganda Bonferroni (Kass 1980). Pengganda Bonferroni ini tergantung pada tipe peubah kategoriknya yaitu peubah nominal atau ordinal. Untuk peubah nominal, r 1 B = ( 1) i i=0 (r i) c i! (r i)! Untuk peubah ordinal, B = ( c 1 r 1 ) b. Pemisahan Dari semua peubah penjelas dan kategorinya hasil tahap penggabungan, cari peubah penjelas terbaik, yaitu peubah penjelas yang signifikan dengan nilaip terendah, kemudian lakukan pembagian kelompok dengan kategori peubah penjelas ini. Untuk setiap kelompok hasil pemisahan, kembali ke tahap i) penggabungan. c. Penghentian Penghentian dilakukan apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: i) Apabila pohon yang terbentuk mencapai kedalaman yang ditentukan. ii) Apabila ukuran anak simpul kurang dari nilai ukuran anak simpul yang ditentukan. iii) Apabila tidak ada lagi peubah penjelas yang signifikan. 3. Melakukan analisis regresi logistik ordinal untuk menentukan indikator SPM Dikdas yang berpengaruh pada peringkat akreditasi. Analisis regresi logistik ordinal adalah analisis statistika yang mendeskripsikan hubungan peubah respons berskala ordinal dengan peubah penjelas bertipe kategorik atau numerik. Model dari regresi logistik ordinal adalah (Agresti 2002): Logit [P(Y j x)] = log 1(x) + + j (x) j+1 (x) + + J (x) = j + 1 x 1 + + k x k, dengan j = 1,...,J-1. Tahapan analisis regresi logistik ordinal adalah: a. Melakukan pendugaan parameter dengan metode kemungkinan maksimum. Jika antar amatan satu dengan yang lain diasumsikan saling bebas, maka fungsi kemungkinan maksimumnya adalah (Agresti 2002): n L( ) = 1 (x i ) z i1 2 (x i ) z i2 j (x i ) z ij i=1 Fungsi log kemungkinannya adalah: n l( ) = z i1 ln[ 1 (x i )] + + z ij ln[ j (x i )] i=1 Penduga parameter pada model regresi logistik ordinal diperoleh dengan memaksimumkan fungsi log kemungkinan terhadap parameter (Hosmer dan Lemeshow 2000).

8 b. Melakukan pengujian signifikansi model dengan uji G. Uji G digunakan untuk menunjukkan apakah semua peubah penjelas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap peubah respons. Hipotesis statistik uji G: H0: β1 = β2 = = βk = 0 H1: Minimal ada satu k dengan βk 0 Statistik uji G (Hosmer dan Lemeshow 2000): G = 2 ln Lo Lp Lo adalah nilai kemungkinan tanpa peubah penjelas dan Lp adalah nilai kemungkinan dengan peubah penjelas. Statistik uji G mengikuti sebaran khi-kuadrat dengan derajat bebas p. c. Melakukan pengujian signifikansi parameter dengan uji Wald. Uji Wald bertujuan menguji parameter secara parsial. Hipotesis statistik uji Wald: H0: k = 0 (tidak ada pengaruh antara kategori peubah penjelas terhadap peubah respons) H1: k 0 (ada pengaruh antara kategori peubah penjelas terhadap peubah respons) Statistik uji Wald: β k W = SE(β k) dengan β j adalah dugaan parameter koefisien regresi logistik. Statistik uji Wald mengikuti sebaran Z. d. Melakukan interpretasi koefisien model regresi logistik ordinal dengan nilai rasio odds. Rasio odds adalah ukuran untuk melihat hubungan antara nilai peubah penjelas tertentu dengan kecenderungan terjadinya suatu kategori pada peubah respons. Rasio odds regresi logistik ordinal didefinisikan sebagai berikut (Hosmer dan Lemeshow 2000): p(y < j x = 1) / p(y j x = 1) OR = p(y < j x = 0) / p(y j x = 0) 4. Menghitung ketepatan klasifikasi untuk masing-masing dendogram CHAID dan model regresi logistik ordinal yang terbentuk. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Peubah Respons dan Penjelas Sebanyak 2106 sekolah digunakan sebagai data dalam penelitian ini. Peubah respons adalah peringkat akreditasi sekolah dengan empat kategori, yaitu akreditasi A sebanyak 566 sekolah (26.88%), akreditasi B sebanyak 1021 sekolah (48.48%), akreditasi C sebanyak 447 sekolah (21.23%), dan tidak terakreditasi sebanyak 72 sekolah (3.42%).

9 1500 1000 500 0 566 1021 Gambar 1 Sebaran sekolah berdasarkan peubah respons peringkat akreditasi Peubah penjelas sebanyak 26 peubah indikator SPM Dikdas terdiri atas 20 peubah kategorik dan 6 peubah numerik. Peubah penjelas kategorik memiliki dua kategori, yaitu memenuhi SPM Dikdas (ya) dan tidak memenuhi SPM Dikdas (tidak). Gambaran dari 20 peubah penjelas kategorik disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa terdapat 7 peubah indikator SPM Dikdas yang memiliki persentase pemenuhan SPM Dikdas yang lebih rendah atau di bawah 50%, dengan deskripsi sebagai berikut: 13.63% sekolah memiliki meja kursi lab IPA cukup (X3), 19.18% sekolah mendapat kunjungan pengawas tiap bulan (X12), 20.8% sekolah memiliki meja kursi kelas cukup (X2), 23.03% sekolah memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi (X14), 27.68% sekolah memiliki minimal satu guru setiap mata pelajaran (X7), 28.54% sekolah memiliki kepala sekolah yang melakukan supervisi kelas dua kali per semester (X20), dan 29.01% sekolah memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10). Sebaliknya, terdapat 3 peubah indikator SPM Dikdas yang memiliki persentase pemenuhan SPM Dikdas di atas 90%, dengan deskripsi sebagai berikut: 97.1% sekolah menerapkan kurikulum yang berlaku (X17), 96.01% sekolah memiliki rencana kerja tahunan (X24), dan 95.96% sekolah memiliki laporan nilai dari kepala sekolah ke orang tua (X22). 447 Akreditasi A Akreditasi B Akreditasi C Tidak Terakreditasi 72 X17 X24 X22 X25 X26 X11 X8 X6 X1 X23 X5 X9 X4 X10 X20 X7 X14 X2 X12 X3 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Ya Tidak Gambar 2 Sebaran sekolah berdasarkan kategori peubah penjelas kategorik

10 Tabel 2 menyajikan hasil statistik deskriptif enam peubah penjelas berskala numerik, yaitu persentase siswa mendapat buku pelajaran layak (X13), persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu (X15), persentase rombongan belajar 27 jam/minggu selama 34 minggu/tahun (X16), persentase penerapan RPP (X18), persentase penerapan pengembangan program penilaian (X19), dan persentase laporan evaluasi guru ke kepala sekolah (X21). Enam peubah tersebut memiliki rentang nilai 0 sampai 100 dengan nilai dan keragaman yang berbeda. Peubah Ratarata Tabel 2 Statistik deskriptif peubah penjelas numerik Simpangan baku Minimum Q1 Median Q3 Modus Amatan pada modus X13 45.59 29.41 0 21.20 43.7 66.60 100 164 X15 36.76 40.92 0 0 16 80.68 0 911 X16 60.01 48.71 0 0 100 100 100 1249 X18 84.55 26.01 0 78.95 100 100 100 1176 X19 83.07 28.99 0 78.26 100 100 100 1226 X21 89.33 23.18 0 92.31 100 100 100 1369 Analisis CHAID dengan Peubah Respons Akreditasi dan Peubah Penjelas Indikator SPM Dikdas Dendogram hasil analisis CHAID Analisis CHAID menghasilkan dendogram yang memetakan pengelompokan berdasarkan hubungan terstruktur peubah respons dengan peubah-peubah penjelasnya yang signifikan pada taraf nyata 5%. Berdasarkan analisis CHAID terhadap peubah respons dan 26 peubah penjelas pada data 2106 sekolah, diperoleh enam peubah penjelas yang berhubungan dengan peubah respons, yaitu guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10), ruang kepala sekolah terpisah (X6), persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu (X15), minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat (X9), persentase siswa yang mendapat buku pelajaran layak (X13), dan meja kursi lab IPA cukup (X3). Hasil analisis CHAID seperti pada Gambar 3 menunjukkan bahwa peubah penjelas yang paling berhubungan dengan peringkat akreditasi sekolah adalah peubah guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10), sehingga amatan dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kategori peubah X10. Peubah X10 dipilih karena merupakan peubah penjelas dengan nilai uji khikuadrat terbesar, yaitu 400.54, di antara setiap peubah penjelas dengan peubah respons pada data keseluruhan (2106 sekolah). Pembagian data berdasarkan X10 menghasilkan dua sub kelompok, yaitu sekolah yang tidak memiliki X10 sebanyak 1495 sekolah dan kelompok yang memiliki X10 sebanyak 611 sekolah. Uji khikuadrat yang dilakukan pada sekolah yang tidak memiliki X10 antara peubah respons dan setiap peubah penjelas menghasilkan peubah ruang kepala sekolah terpisah (X6) sebagai peubah dengan nilai uji khi-kuadrat terbesar sehingga X6 dijadikan pembagi pada kelompok sekolah yang tidak memiliki X10. Dengan cara yang sama, peubah persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu (X15) dijadikan pembagi pada kelompok sekolah yang memiliki X10.

11 Pembagian sekolah yang tidak memiliki X10 berdasarkan X6 menghasilkan dua kelompok, yaitu sekolah yang tidak memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10) dan tidak memiliki ruang kepala sekolah terpisah (X6) sebanyak 495 sekolah, serta sekolah yang tidak memiliki X10 dan memiliki X6 sebanyak 1000 sekolah. Pembagian sekolah yang memiliki X10 berdasarkan pengkategorian X15 menghasilkan dua kelompok, yaitu sekolah yang memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10) dan memiliki persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu (X15) di bawah 64.71% sebanyak 337 sekolah serta sekolah yang memiliki X10 dan persentase X15 di atas 64.71% sebanyak 274 sekolah. Gambar 3 Dendogram hasil analisis CHAID Kelompok sekolah yang tidak memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10) dan tidak memiliki ruang kepala sekolah terpisah (X6) sebanyak 495 sekolah dibagi menjadi dua sub kelompok berdasarkan kategori peubah minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat (X9), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Sub kelompok pertama adalah sekolah yang tidak memiliki X10, tidak memiliki X6, dan tidak memiliki X9 sebanyak 356 sekolah yang terdiri atas 13 sekolah terakreditasi A (3.7%), 145 sekolah terakreditasi B (40.7%), 161 sekolah terakreditasi C (45.2%), dan 37 sekolah tidak terakreditasi (10.4%). Sub kelompok kedua adalah sekolah yang tidak memiliki X10, tidak memiliki X6, dan memiliki X9 sebanyak 139 sekolah yang terdiri atas 11 sekolah terakreditasi A (7.9%), 84 sekolah terakreditasi B (60.4%), 40 sekolah terakreditasi C (28.8%), dan 4 sekolah tidak terakreditasi (2.9%).

12 Gambar 4 Dendogram hasil analisis CHAID pemisahan pada node 3 Kelompok sekolah yang tidak memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10) dan memiliki ruang kepala sekolah terpisah (X6) sebanyak 1000 sekolah dibagi menjadi dua sub kelompok juga berdasarkan kategori peubah minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat (X9), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Sub kelompok pertama adalah sekolah tidak memiliki X10, memiliki X6, dan tidak memiliki X9 sebanyak 556 sekolah yang terdiri atas 79 sekolah terakreditasi A (14.2%), 301 sekolah terakreditasi B (54.1%), 155 sekolah terakreditasi C (27.9%), dan 21 sekolah tidak terakreditasi (3.8%). Sub kelompok kedua adalah sekolah yang tidak memiliki X10, memiliki X6, dan memiliki X9 sebanyak 444 sekolah yang terdiri atas 129 sekolah terakreditasi A (29.1%), 249 sekolah terakreditasi B (56.1%), 57 sekolah terakreditasi C (12.8%), dan 9 sekolah tidak terakreditasi (2%). Gambar 5 Dendogram hasil analisis CHAID pemisahan pada node 4 Kelompok sekolah yang memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10) dan persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu (X15) di bawah 64.71% sebanyak 337 sekolah dibagi menjadi tiga sub kelompok berdasarkan pengkategorian peubah persentase siswa yang mendapat buku pelajaran layak (X13), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Sub kelompok pertama adalah sekolah yang memiliki X10, persentase X15 di bawah 64.71%, dan persentase X13 di bawah 34.88% sebanyak 100 sekolah yang

13 terdiri atas 23 sekolah terakreditasi A (23%), 62 sekolah terakreditasi B (62%), 14 sekolah terakreditasi C (14%), dan 1 sekolah tidak terakreditasi (1%). Sub kelompok kedua adalah sekolah yang memiliki X10, persentase X15 di bawah 64.71%, dan persentase X13 antara 34.88% dan 61.56% sebanyak 120 sekolah yang terdiri atas 47 sekolah terakreditasi A (39.2%), 66 sekolah terakreditasi B (55%), dan 7 sekolah terakreditasi C (5.8%). Sub kelompok ketiga adalah sekolah yang memiliki X10, persentase X15 di bawah 64.71%, dan persentase X13 di atas 64.71% sebanyak 117 sekolah yang terdiri atas 64 sekolah terakreditasi A (54.7%), 50 sekolah terakreditasi B (42.7%), dan 3 sekolah terakreditasi C (2.6%). Gambar 6 Dendogram hasil analisis CHAID pemisahan pada node 5 Kelompok sekolah yang memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10) dan persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu (X15) di atas 64.71% sebanyak 274 sekolah dibagi menjadi dua sub kelompok berdasarkan kategori peubah meja kursi lab IPA cukup (X3), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Sub kelompok pertama adalah sekolah yang memiliki X10, persentase X15 di atas 64.71%, dan tidak memiliki X3 sebanyak 176 sekolah yang terdiri atas 112 sekolah terakreditasi A (63.6%), 54 sekolah terakreditasi B (30.7%), dan 10 sekolah terakreditasi C (5.7%). Sub kelompok kedua adalah sekolah yang memiliki X10, persentase X15 di atas 64.71%, dan memiliki X3 sebanyak 98 sekolah yang terdiri atas 88 sekolah terakreditasi A (89.8%) dan 10 sekolah terakreditasi B (10.2%). Gambar 7 Dendogram hasil analisis CHAID pemisahan pada node 6

14 Pada dendogram CHAID terlihat adanya interaksi antar peubah penjelas. Peubah ruang kepala sekolah terpisah (X6) dan minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat (X9) memiliki hubungan dengan kelompok sekolah yang tidak memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10). Peubah persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu (X15) memiliki hubungan dengan kelompok sekolah yang memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10). Peubah persentase siswa yang mendapat buku pelajaran layak (X13) berhubungan dengan peubah persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu (X15) di bawah 64.71%. Peubah meja kursi lab IPA cukup (X3) berhubungan dengan peubah persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu (X15) di atas 64.71%. Segmentasi sekolah hasil analisis CHAID Berdasarkan dendogram CHAID, dihasilkan sembilan segmen atau kelompok sekolah yang memiliki karakteristik akreditasi tertentu. Dari sembilan segmen terdapat tiga segmen yang mencirikan peringkat akreditasi A, lima segmen yang mencirikan peringkat akreditasi B, dan satu segmen yang mencirikan peringkat akreditasi C. Tidak ada segmen yang mencirikan kategori tidak terakreditasi. Segmentasi hasil analisis CHAID adalah sebagai berikut: 1) Segmen 1 (node 15) mencirikan akreditasi A dengan ketepatan 89.8%. Segmen ini ditunjukkan oleh sekolah yang memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn; persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu di atas 64.71%; dan memiliki meja kursi lab IPA cukup. 2) Segmen 2 (node 14) mencirikan akreditasi A dengan ketepatan 63.6%. Segmen ini ditunjukkan oleh sekolah yang memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn; persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu di atas 64.71%; dan tidak memiliki meja kursi lab IPA cukup. 3) Segmen 3 (node 13) mencirikan akreditasi A dengan ketepatan 54.7%. Segmen ini ditunjukkan oleh sekolah yang memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn; persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu di bawah 64.71%; dan persentase siswa yang mendapat buku pelajaran layak di atas 61.56%. 4) Segmen 4 (node 12) mencirikan akreditasi B dengan ketepatan 55%. Segmen ini ditunjukkan oleh sekolah yang memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn; persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu di bawah 64.71%; dan persentase siswa yang mendapat buku pelajaran layak di antara 34.89% dan 61.56%. 5) Segmen 5 (node 11) mencirikan akreditasi B dengan ketepatan 62%. Segmen ini ditunjukkan oleh sekolah yang memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn; persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu di bawah 64.71%; dan persentase siswa yang mendapat buku pelajaran layak di bawah 34.89%. 6) Segmen 6 (node 10) mencirikan akreditasi B dengan ketepatan 56.1%. Segmen ini ditunjukkan oleh sekolah yang tidak memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn; memiliki ruang kepala sekolah terpisah; dan memiliki minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat.

15 7) Segmen 7 (node 9) mencirikan akreditasi B dengan ketepatan 54.1%. Segmen ini ditunjukkan oleh sekolah yang tidak memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn; memiliki ruang kepala sekolah terpisah; dan tidak memiliki minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat. 8) Segmen 8 (node 8) mencirikan akreditasi B dengan ketepatan 60.4%. Segmen ini ditunjukkan oleh sekolah yang tidak memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn; tidak memiliki ruang kepala sekolah terpisah; dan memiliki minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat. 9) Segmen 9 (node 7) mencirikan akreditasi C dengan ketepatan 45.2%. Segmen ini ditunjukkan oleh sekolah yang tidak memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn; tidak memiliki ruang kepala sekolah terpisah; dan tidak memiliki minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat. Analisis Regresi Logistik Ordinal dengan Peubah Respons Akreditasi dan Peubah Penjelas Indikator SPM Dikdas Analisis regresi logistik ordinal dengan 26 peubah penjelas menghasilkan nilai statistik uji G sebesar 829.31 dan nilai-p = 0.000 (Lampiran 2), sehingga disimpulkan minimal ada satu peubah penjelas yang memengaruhi peringkat akreditasi pada taraf nyata 5%. Hasil uji Wald menunjukkan terdapat 12 peubah penjelas yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat akreditasi pada taraf nyata 5%. Selanjutnya dilakukan pereduksian peubah dengan menggunakan stepwise logistic regression Pereduksian menggunakan stepwise logistic regression menghasilkan nilai statistik uji G 812.03 dengan nilai-p 0.000 dan 12 peubah yang dimasukkan ke dalam model, dengan urutan peubah guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn (X10), ruang kepala sekolah terpisah (X6), minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat (X9), meja kursi lab IPA cukup (X3), ada 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi (X14), rombongan belajar maksimal 36 siswa (X1), minimal satu guru setiap mata pelajaran (X7), ada komite yang berfungsi baik (X26), meja kursi ruang guru cukup (X5), ada laporan rekap nilai dari kepala sekolah ke dinas (X23), persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu (X15), dan minimal 70% guru S1/D4 (X8). Tabel 3 menunjukkan peubah-peubah penjelas yang berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat akreditasi menggunakan stepwise logistic regression. Tabel 3 Hasil analisis regresi logistik ordinal dengan 12 peubah penjelas Peubah Keterangan Koefisien Wald Nilai-p [Y = 0] -1.955 101.986 0.000 [Y = 1] 0.534 10.097 0.001 [Y = 2] 3.401 328.566 0.000 X1 Rombongan belajar maksimal 36 siswa -0.399 17.005 0.000 X3 Meja kursi lab IPA cukup 0.919 40.374 0.000 X5 Meja kursi ruang guru cukup 0.273 7.854 0.005 X6 Ruang kepala sekolah terpisah 0.773 47.825 0.000 X7 Minimal satu guru setiap mata pelajaran 0.323 10.084 0.001 X8 Minimal 70% guru S1/D4 0.264 5.998 0.014 X9 Minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat 0.909 78.295 0.000

16 Peubah Keterangan Koefisien Wald Nilai-p X10 Guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn 0.943 63.683 0.000 X14 Ada 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi 0.71 40.175 0.000 X15 Persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu 0.003 8.363 0.004 X23 Ada laporan rekap nilai dari kepala sekolah ke dinas -0.29 9.779 0.002 X26 Ada komite yang berfungsi baik 0.394 11.607 0.001 Berdasarkan Tabel 3, model regresi logistik ordinal yang dihasilkan adalah: Logit [P(Y j x)] = j 0.399 X1 + 0.919 X3 + 0.273 X5 + 0.773 X6 + 0.323 X7 + 0.264 X8 + 0.909 X9 + 0.943 X10 + 0.710 X14 + 0.003 X15 0.290 X23 + 0.394 X26 Koefisien ( ) dari 12 peubah penjelas di atas hampir semuanya positif, kecuali pada peubah rombongan belajar maksimal 36 siswa (X1) dan ada laporan rekap nilai dari kepala sekolah ke dinas (X23). Koefisien negatif pada X1 dan X23 berarti sekolah cenderung memiliki peringkat akreditasi yang lebih tinggi ketika tidak memenuhi indikator SPM Dikdas X1 dan X23. Sementara itu koefisien positif pada peubah penjelas lainnya yaitu X3, X5, X6, X7, X8, X9, X10, X14, X15, dan X26 berarti sekolah cenderung memiliki peringkat akreditasi yang lebih tinggi ketika indikator SPM Dikdas yang dimaksud terpenuhi. Interpretasi koefisien pada model regresi logistik ordinal dilakukan dengan menggunakan nilai rasio odds. Rasio odds adalah ukuran untuk melihat seberapa besar kecenderungan pengaruh peubah-peubah penjelas terhadap peubah responsnya (Hosmer dan Lemeshow 2000). Nilai dugaan rasio odds dan selang kepercayaan 95% untuk setiap peubah penjelas dapat dilihat pada Tabel 4. Peubah Tabel 4 Nilai dugaan rasio odds peubah penjelas Keterangan Rasio odds SK 95% bagi rasio odds Batas bawah Batas atas X1 Rombongan belajar maksimal 36 siswa 0.671 0.555 0.811 X3 Meja kursi lab IPA cukup 2.508 1.889 3.330 X5 Meja kursi ruang guru cukup 1.314 1.086 1.591 X6 Ruang kepala sekolah terpisah 2.167 1.740 2.697 X7 Minimal satu guru setiap mata pelajaran 1.381 1.131 1.685 X8 Minimal 70% guru S1/D4 1.302 1.054 1.609 X9 Minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat 2.482 2.029 3.035 X10 Guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn 2.567 2.036 3.235 X14 Ada 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi 2.033 1.633 2.533 X15 Persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu 1.003 1.001 1.005 X23 Ada laporan rekap nilai dari kepala sekolah ke dinas 0.748 0.624 0.897 X26 Ada komite yang berfungsi baik 1.482 1.182 1.859

Interpretasi rasio odds dilakukan pada peubah yang berpengaruh signifikan. Arti dari rasio odds 12 peubah penjelas adalah sebagai berikut: 1) Rasio odds X1 sebesar 0.671 berarti sekolah yang memiliki rombongan belajar melebihi 36 siswa cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 1.49 kali dibandingkan sekolah yang semua rombongan belajarnya tidak melebihi 36 siswa dengan asumsi peubah penjelas lain konstan. Interpretasi ini meskipun tidak sesuai dengan teori tetapi pada kenyataannya sekolah dengan peringkat akreditasi yang tinggi biasanya adalah sekolah yang memiliki jumlah siswa dalam satu rombongan belajar melebihi 36 siswa sehingga sekolah tersebut tidak memenuhi indikator SPM Dikdas. 2) Rasio odds X3 sebesar 2.508 berarti sekolah yang memiliki meja kursi lab IPA cukup cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 2.508 kali dibandingkan sekolah yang tidak memiliki meja kursi lab IPA cukup dengan asumsi peubah penjelas lain konstan. 3) Rasio odds X5 sebesar 1.314 berarti sekolah yang memiliki meja kursi ruang guru cukup cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 1.314 kali dibandingkan sekolah yang tidak memiliki meja kursi ruang guru cukup dengan asumsi peubah penjelas lain konstan. 4) Rasio odds X6 sebesar 2.167 berarti sekolah yang memiliki ruang kepala sekolah terpisah cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 2.167 kali dibandingkan sekolah yang tidak memiliki ruang kepala sekolah terpisah dengan asumsi peubah penjelas lain konstan. 5) Rasio odds X7 sebesar 1.381 berarti sekolah yang memiliki minimal satu guru setiap mata pelajaran cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 1.381 kali dibandingkan sekolah yang tidak memiliki minimal satu guru setiap mata pelajaran dengan asumsi peubah penjelas lain konstan. 6) Rasio odds X8 sebesar 1.302 berarti sekolah yang memiliki minimal 70% guru S1/D4 cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 1.302 kali dibandingkan sekolah yang tidak memiliki minimal 70% guru S1/D4 dengan asumsi peubah penjelas lain konstan. 7) Rasio odds X9 sebesar 2.482 berarti sekolah yang memiliki minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 2.482 kali dibandingkan sekolah yang tidak memiliki minimal 35% guru S1/D4 bersertifikat dengan asumsi peubah penjelas konstan. 8) Rasio odds X10 sebesar 2.567 berarti sekolah yang memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 2.567 kali dibandingkan sekolah yang tidak memiliki guru S1/D4 bersertifikat untuk mata pelajaran MIPA bahasa dan PKn dengan asumsi peubah penjelas lain konstan. 9) Rasio odds X14 sebesar 2.033 berarti sekolah yang memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 2.033 kali dibandingkan sekolah yang tidak memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi dengan asumsi peubah penjelas lain konstan. 10) Rasio odds X15 sebesar 1.003 berarti sekolah yang memiliki persentase guru dengan jam kerja minimal 37.5 jam/minggu 1% lebih tinggi cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 1.003 kali dengan asumsi peubah penjelas lain konstan. 17

18 11) Rasio odds X23 sebesar 0.748 berarti sekolah yang tidak melakukan laporan rekap nilai ke dinas cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 1.34 kali dibandingkan sekolah yang melakukan laporan rekap nilai ke dinas dengan asumsi peubah penjelas lain konstan. Interpretasi ini tidak sesuai dengan kondisi seharusnya, yaitu sekolah yang baik yang ditunjukkan oleh peringkat akreditasi yang tinggi adalah sekolah yang melakukan laporan rekap nilai ke dinas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai penduga parameter X23 yang positif saat peubah penjelas yang terdapat pada model hanya peubah X23, yaitu 0.02. 12) Rasio odds X26 sebesar 1.482 berarti sekolah yang memiliki komite yang berfungsi baik cenderung memiliki peringkat akreditasi lebih tinggi 1.482 kali dibandingkan sekolah yang tidak memiliki komite yang berfungsi baik dengan asumsi peubah penjelas lain konstan. Ketepatan Klasifikasi Analisis CHAID dan Regresi Logistik Ordinal Salah satu ukuran kebaikan model adalah jika memiliki peluang kesalahan klasifikasi yang minimal dan ketepatan prediksi dari model yang tinggi (Hosmer dan Lemeshow 2000). Kebaikan model dapat dilihat melalui tabel ketepatan klasifikasi. Berdasarkan Tabel 5, analisis CHAID menghasilkan 1187 sekolah (56.36%) dari 2106 sekolah yang diprediksi tepat, dengan rincian 264 sekolah (46.6% dari 566 sekolah) terakreditasi A, 762 sekolah (74.6% dari 1021 sekolah) terakreditasi B, dan 161 sekolah (36.0% dari 447 sekolah) terakreditasi C. Tabel 5 Ketepatan klasifikasi hasil analisis CHAID Aktual Tidak terakreditasi Akreditasi C Prediksi Akreditasi B Akreditasi A Persentase benar Tidak terakreditasi 0 37 35 0 0.0% Akreditasi C 0 161 273 13 36.0% Akreditasi B 0 145 762 114 74.6% Akreditasi A 0 13 289 264 46.6% 56.36% Tabel 6 menunjukkan ketepatan klasifikasi analisis regresi logistik ordinal. Berdasarkan Tabel 6, analisis regresi logistik ordinal menghasilkan 1193 sekolah (56.65%) dari 2106 sekolah yang diprediksi tepat, dengan rincian 283 sekolah (50% dari 566 sekolah) terakreditasi A, 791 sekolah (77.5% dari 1021 sekolah) terakreditasi B, dan 119 sekolah (26.6% dari 447 sekolah) terakreditasi C. Tabel 6 Ketepatan klasifikasi hasil analisis regresi logistik ordinal Aktual Prediksi Persentase Tidak Akreditasi Akreditasi Akreditasi benar terakreditasi C B A Tidak terakreditasi 0 30 42 0 0% Akreditasi C 0 119 320 8 26.6% Akreditasi B 0 101 791 129 77.5% Akreditasi A 0 9 274 283 50.0% 56.65%