Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+

dokumen-dokumen yang mirip
Nota Saran Tentang Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+ di Sulawesi Tengah

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan Pelaksanaan REDD

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

PENYIAPAN REGULASI: DISTRIBUSI TANGGUNGJAWAB DAN INSENTIF REDD+

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Forest People Program (FPP) menemukan bahwa di negara dunia ketiga,

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Kemitraan untuk REDD+ : Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil MEMAHAMI KONSEP REDD : ADDITIONALITY, LEAKAGE & PERMANENCE

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hutan. Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan hutan terluas di dunia

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Tahapan Persiapan Penyusunan RP4D Kabupaten merupakan kegiatan yang bersifat administratif dengan tujuan mempersiapkan pihak penyelenggaran kegiatan

Pertemuan Koordinasi GCF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

SINTESA RPI: AGROFORESTRY. Koordinator: Encep Rachman

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)


I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012 )

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Kelompok Kerja IV REDD+ Sulawesi Tengah. Pembelajaran dari Indonesia pada Uji Coba PADIATAPA (FPIC)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN MENANAM POHON BELITUNG TIMUR PELANGI

Oleh : Pusat Sosial Ekonomi Kebijakan Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

REVITALISASI KEHUTANAN

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

Konservasi dan Perubahan Iklim. Manado, Pipin Permadi GIZ FORCLIME

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 19/Dik-2/2012 KURIKULUM DIKLAT FIELD SURVEY (PENGUKURAN KARBON)

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Pembangunan Kehutanan

Draft Dokumen Panduan: Kebijakan Keterlibatan Stakeholder Untuk Satgas Iklim dan Kehutanan [Governors Climate and Forest (GCF) Task Force]

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

REDDI : FCPF-Readiness Plan/Readiness Preparation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN JASA KARBON HUTAN DI KAWASAN HUTAN KONSERVASI Operasionalisasi Peran Konservasi kedalam REDD+ di Indonesia

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

FOREST LANDSCAPE RESTORATION

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

II. TINJAUAN PUSTAKA. iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

pembayaran atas jasa lingkungan

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

3 METODOLOGI PENELITIAN

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

Kerangka Acuan Kegiatan PENGUATAN PERFORMA MANAJEMEN HUMAN RESOURCE DI PR TB GLOBAL FUND KEMENKES

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OVERVIEW DAN LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

Transkripsi:

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+ Dr. Henry Barus Konsultan UN-REDD untuk Optimalisasi Multiple Benefit REDD+ Disusun Berdasarkan Pengalaman dan Evaluasi Hasil Kerja Kelompok dengan UNEP-WCMC Dibiayai oleh: UN-REDD Programme Indonesia 2012

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+ Latar Belakang 1. Saat ini kurang lebih 7 milyar penduduk yang bermukim dibumi. Dengan sendirinya terjadi penambahan kebutuhan hidup yang semakin tinggi, padahal luas dan kapasitas bumi tidak mungkin bertambah. Kebutuhan bahan bakar fosil sebagai sumber energi untuk aktivitas manusia, telah menimbulkan dampak yang cukup signifikan dalam kurun waktu yang relatif singkat terhadap laju pemanasan global diatmosfer. Kondisi ini tentu akan mengancam keberlangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi. Oleh karena itu telah disepakati oleh sebagian besar komunitas Internasional untuk mengurangi lajunya pemanasan global. Salah satunya adalah dengan menggagas aksi dunia yang dikenal dengan nama REDD+, Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation Plus role of conservation, sustainable management of forest and enhancement of forest carbon stoc). Aksi REDD+ dimaksudkan tidak saja mampu untuk mengurangi emisi karbon melalui hutan lestari tetapi juga memberikan manfaat ganda (Multiple Benefits) lainnya berupa dipertahankannya keragaman hayati, terjaganya fungsi ekosistem hutan serta tidak saja meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya tetapi juga jaminan kualitas hidup sehat manusia pada umumnya. Untuk mewujudkan terlaksananya kegiatan aksi REDD+ tersebut, maka perlu dipersiapkan segala bentuk dokumen atau perangkat yang sifatnya membantu para stakeholder untuk menyusun suatu kegiatan REDD+ yang tepat sasaran. 2. Berkaitan dengan adanya pilot project REDD+ di Sulawesi Tengah, UNREDD+ programme Indonesia bekerjasama dengan UNEP-WCMC untuk menyiapkan berbagai perangkat/ dokumen/tools untuk persiapan pelaksanaan REDD+. UNEP-WCMC adalah salah satu badan dunia yang memfokuskan pekerjaan pada kegiatan konservasi lingkungan dan berkedudukan di Cambridge, UK. Dokumen ini dipersiapkan berdasarkan pertimbangan akan perlunya sebuah panduan praktis dalam arti mudah dipahami dan di implementasikan oleh para stakeholder dalam menyusun suatu kegiatan REDD+. Penyediaan tool ini merupakan hasil masukan dan diskusi dengan berbagai pihak khususnya Tim UNREDD+ Sulteng. Serta hasil studi literatur berbagai artikel ilmiah yang telah dipublikasikan, laporan penelitian, projek khususnya yang ada di Indonesia termasuk Sulawesi Tengah. Oleh karena itu perangkat atau tool ini dapat direkomendasikan untuk digunakan sebagai panduan untuk perencanaan kegiatan REDD+. Meskipun demikian masih perlu ada beberapa aspek lainnya untuk disempurnakan, seperti belum terpenuhinya data-data penting lainnya.

3. Penyampaian rekomendasi kebijakan toolkit ini tidak lain untuk memilih toolkit yang tepat dalam upaya mendapatkan berbagai keuntungan dari implementasi REDD+, memberikan masukkan beberapa hal penting yang berkaitan dengan penyusunan panduan dasar, untuk para stakeholder di Sulawesi Tengah dalam memutuskan opsiopsi kegiatan REDD+ dan dampaknya terhadap hutan dan masyarakat sekitarnya. Proses evaluasi beberapa opsi atau alternatif kebijakan untuk menentukan pilihan terbaik dalam mengatasi masalah lingkungan dan social-ekonomi masyarakat saat ini dan akan datang. Beberapa langkah-langkah rekomendasi kebijakan: merumuskan beberapa kriteria evaluasi yang relevan dengan tujuan kebijakan, menganalisis dampak dari tiap alternatif kebijakan terhadap kriteria-kriteria tersebut, menetapkan alternatif yang terbaik (lebih banyak unsur positifnya) sebagai tindakan kebijakan. Perumusan permasalahan dalam perencanaan (Data, SDM, Tools, REDD+): 1. Kualitas dan ketersedian data yang belum optimal (minim). 2. Manajemen arsip data yang sangat minim, sehingga susah dan butuh waktu yang lama untuk mendapatkannya 3. Konsep dan metoda perencanaan yang tidak terstruktur dan sangat umum 4. Kurangnya koordinasi yang terintegrasi dalam penyusunan perencanaan antar instansi terkait 5. Ketersediaan SDM yang masih rendah atau terbatas dalam penguasaan programprogram perencanaan, misal mengenai tata ruang. 6. Ketersediaan tool pendukung dalam membantu perencanaan juga masih minim. 7. Informasi konsep dan pengertian REDD+ belum menyeluruh dan optimal menjangkau para stakeholder. Beberapa pertimbangan penting dalam memilih toolkit yang tepat sesuai kondisi yang ada khususnya dalam penyusunan perencanaan REDD+ 1. Pemahaman penuh tentang konsep tentang kegiatan REDD+ beserta syarat dan konsekuensinya. Tanpa memahami REDD+ dengan baik, beresiko tinggi terhadap output yang dihasilkan. Hal ini menyangkut pihak lain yang akan memonitoring, mengevaluasi dan mengukur hasil kegiatan tersebut apakah kriteria yang disusun dan syaratnya sudah sesuai dengan standar yang ditentukan/kesepakatan.

2. Apa target yang diharapkan dari penggunaan toolkit? Berbagai program kegiatan telah dilakukan untuk menjaga serta meningkatkan kelestarian hutan mulai dari upaya konservasi hutan, rehabilitasi hutan, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan kuantitas dan kualitas fungsi hutan. Keberhasilan dan kegagalan program tersebut ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah perencanaan yang kurang matang atau tidak komprehensip, sehingga faktor-faktor penting lainnya tidak diperhitungkan untk dimasukkan dalam proses pengolahan data. Salah satu faktor pendukung dalam menyusun perencanaan yang matang adalah memanfaatkan toolkit yang mampu memproses berbagai input data yang ada (kompleks) menjadi lebih terstruktur, sederhana dengan tingkat akurasi yang tepat. 3. Penjabaran konsep yang lengkap untuk persiapan perencanaan yang matang. Bangun pertanyaan-pertanyaan dasar seperti; pelajari legalitas peraturan hukum dan kebijakan yang ada (daerah dan nasional), apa kriteria-kriteria minimum yang harus dipenuhi ketika memilih suatu kegiatan dan apa kriteria tambahan untuk melengkapinya. 4. Mengerti dan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing toolkit (harga, spesifikasi kegunaannya, kelemahannya, sasaran/ tujuan jenis kegiatan dan lokasi yang dapat dikerjakan, kompatibilitasnya, penggunaannya, keahlian user yang dibutuhkan Bagaimana menentukan prioritas utama sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas yang ada. Memilih kegiatan yang paling beresiko kecil atau memberikan manfaat ganda yang paling banyak, tidak saja terhadap lingkungan tetapi juga terhadap sosial dan ekonomi masyarakat lokal. 5. Apakah semua kriteria dan opsi yang berhubungan dengan keputusan yang akan diambil terpenuhi oleh tool yang ada? Jika tidak, apakah tool tersebut bisa dikombinasikan dengan tool yang lain? (misal; beberapa tool hanya untuk salah satu aspek saja seperti ekonomi, social atau lingkungan, sebagian besar tool dirancang untuk panduan pengembangan aksi pengurangan emisi dari deforestasi atau peningkatan karbon stok, sangat sedikit yang mampu mengakomodasi 5 aspek dalam REDD+) 6. Apakah prioritas yang ditentukan dari hasil berbagai kebijakan dan keinginan stakeholder cocok dipenuhi dengan alat yang akan dipakai? (misal; jika tool digunakan untuk lokasi dimana melindungi pemukiman dari bencana alam, tentu tidak akan memberikan outcome yang baik, sehingga perlu pertimbangan kriteria yang matang) 7. Apakah tool tersebut cocok dengan skala ruang yang mana tool tersebut digunakan (misal; tool tersebut hanya cocok pada skala ruang yang kecil, namun target kegiatan dirancang untuk skalu ruang yang lebih luas, tentu akan membutuhkan input data yang lebih banyak)

8. Harus dipertimbangkan juga waktu, keahlian, kapasitas teknisi dan dana yang dibutuhkan untuk aplikasi dengan tool tersebut. Penting juga diperhitungkan bahwa tool yang digunakan sesuai dengan kondisi saat ini. 9. Apakah data dan informasi yang akan diproses telah cukup untuk memberikan arti/hasil yang bernilai? 10. Apakah hasil yang diperoleh dari tool yang digunakan bisa dipahami oleh semua stakeholder? (missal: jika partisipasi stakeholder untuk memberikan salah satu asukan dari proses pengambilan keputusan, apakah semua stakeholder mampu untuk menginterpretasi dan komentar terhadap hasil dari penggunaan tool tersebut?) Usulan rekomendasi: 1. Perlu dilanjutkan sosialisasi dasar untuk stakeholder yang belum mengetahui REDD+ dan meningkatkan sosialisasi lanjutan yang lebih detil dan konkrit khususnya kepada para pembuat perencanaan, kebijakan dan pengambil keputusan. Peran serta aktif POKJA dalam sosialisasi perlu lebih intensip ke daerah-daerah. 2. Melibatkan pihak akademisi atau konsultan untuk membantu dalam menyusun perencanaan suatu kegiatan REDD+, bisa sebagai penasehat maupun sebagai tenaga konsultan maupun. 3. Melibatkan berbagai instansi terkait (SKPD) dibawah koordinasi Bappeda dalam penyusunan perencanaan dengan Dinas Kehutanan dibantu POKJA sebagai motor penggeraknya. 4. Mendorong dan mendukung Bappeda dalam menyusun database dari berbagai jenis data yang berasal dari SKPD 5. Gunakan alat perangkat/toolkit sebagai alat bantu untuk menyusun perencanaan yang lebih komprehensip 6. Pilihlah tools sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas yang lebih ada. Untuk penyusunan dasar (sederhana dan mudah dipahami) perencanaan penentuan kegiatan maupun lokasi REDD+, bisa merujuk pada toolkit yang dihasilkan oleh UNEP-WCMC: Buku panduan dasar penyusunan suatu perencanaan kegiatan, peta spatial, matriks kegiatan dan lokasi kegiatan. 7. Berbagai toolkit dengan spesifikasinya yang beragam telah tersedia.untuk penyusunan rencana yang lebih kompleks dan detil bisa memilih dari berbagai toolkit yang telah

dibuat oleh berbagai organisasi, dapat dilihat dalam daftar toolkit yang disusun oleh UNEP-WCMC sesuai dengan spesifikasi kegunaannya. Untuk menggunakannya dibutuhkan pelatihan lanjutan/khusus yang lebih intensip. 8. Perlu dikembangkan atau modifikasi dari tookit yang telah ada disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi spesifik ekologi, bentang alam dan masyarakat kita, sebaiknya oleh para ekspert kita sendiri. Hal ini sangat menguntungkan untuk menjawab kebutuhan alam kita yang tentu tidak sama dengan tempat lain. Penutup Toolkit merupakan suatu perangkat yang sangat penting untuk membantu dalam menyusun suatu perencanaan yang baik. Menyusun kegiatan REDD dibutuhkan toolkit yang cocok sesuai dengan output yang diharapkan. Beberapa toolkit yang telah dihasilkan umumnya sudah memenuhi kebutuhan dalam perencanaan kegiatan REDD+. Oleh karena itu tentukan dahulu kriteria apa saja yang diinginkan dalam memilih berbagai toolkit dengan berbagai spesifikasinya yang cocok sesuai dengan kegiatan yang direncanakan. Diskusi dengan tim dan para stakeholder terkait sangat penting untuk menentukan kriteria yang tepat, sebelum memutuskan toolkit yang akan digunakan Satu hal yang harus dipahami bahwa tidak ada satupun tool yang dapat menjawab semua masalah yang dihadapi pengambil keputusan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan berbagai jenis kebijakan atau projek tertentu yang kurang kuat, atau lemahnya input database, memungkinkan untuk menggunakan tool yang sederhana dan transparan namun disesuaikan dengan temuan atau perimbangan yang baru muncul. Faktanya lebih sering disarankan untuk mengkombinasikan berbagai tools dalam penggunaanya. Contohnya, pengguna GIS untuk identifikasi jenis kegiatan dan lokasinya dapat dikombinasikan dengan sistem kartu nilai dari setiap kriteria atau model pohon keputusan untuk menguji proposal projek dalam menghitung berbagai faktor yang mana informasi spatial tidak tersedia, seperti situasi kejelasan hak milik lahan atau pengalaman sebelumnya tentang usulan projek dengan mengajukan berbagai jenis kegiatan.