HUBUNGAN POLA AKTIVITAS SEKSUAL DENGAN KETERATURAN KONSUMSI PIL KB PADA AKSEPTOR KB PIL. Andri Tri Kusumaningrum ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

HUBUNGAN KEPATUHAN AKSEPTOR KB PIL DENGAN KEBERHASILAN PENCEGAHAN KEHAMILAN DI BPS ERTIN JUPRI

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI BPS INSULAMI DESA NGUWOK KEC

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

ABSTRAK. Kata Kunci : Peran suami, Akspektor Mantap (MOW).

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

Mitha Destyowati ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

HUBUNGAN PERAN SUAMI DENGAN KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN KONTRASEPSI PASCASALIN PADA IBU MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB PIL ORAL KOMBINASI DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI KB PIL DI DESA KARANG KECAMATAN DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR. Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** ABSTRAK

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA FITRI HANDAYANI CEMANI SUKOHARJO

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

23,3 50,0 26,7 100,0

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA CAKUPAN KB IUD DI DESA KEBONAGUNG KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI IUD DI DESA SIDAHARJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL ANAK DENGAN JENIS APE YANG DIBERIKAN PADA ANAK USIA 1-12 BULAN. Ihda Mauliyah ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU (usia, Pendidikan, Pekerjaan, Dan Paritas ) DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS SUKUDONO SIDOARJO

Amirul Amalia Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB IMPLANT DI DESA BANJARANYAR KECAMATAN BALAPULANG KABUPATEN TEGAL

HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN METODE MAL DI KELURAHAN RINGIN PUTIH KARANGDOWO KLATEN

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

Correspondence : Siti Rochimatul Lailiyah.,S.SiT.,MKes.*)Jl. R.E. Martadinata Bangkalan, Indonesia.

EFEK SAMPING KB IUD (NYERI PERUT) DENGAN KELANGSUNGAN PENGGUNAAN KB IUD

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun Keluarga yang berkualitas

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

Anik Nurhayati. Korespondensi : Anik Nurhayati, d/a Puskesmas Kalibaru Jl. Jember No. 39 Kalibaru Kulon ABSTRAK

Fitriyani, Erlina Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur Dengan Sikap Pasangan Usia Subur Dalam Mengikuti Program KB.

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

SINOPSIS RENCANA TESIS

STUDI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA SELAMA MASA NIFAS (Di Desa Pomahan Janggan Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 2015)

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

BAB I PENDAHULUAN. di dunia khususnya negara berkembang. Menurut data WHO didapatkan

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

Transkripsi:

HUBUNGAN POLA AKTIVITAS SEKSUAL DENGAN KETERATURAN KONSUMSI PIL KB PADA AKSEPTOR KB PIL Andri Tri Kusumaningrum ABSTRAK Pil KB yang tidak dikonsumsi secara teratur sering ditemukan dimasyarakat, sedangkan pil KB harus diminum secara teratur. Hal yang dapat memicu perilaku tersebut antara lain frekuensi hubungan seksual yang tidak teratur. Masalah yang terjadi yaitu masih banyak akseptor KB yang tidak teratur dalam minum pil KB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan pola aktivitas seksual dengan keteraturan konsumsi pil KB. Desain penelitian yang dilakukan adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi sebesar 42 responden dan sampel 38 responden yang diambil dengan teknik simple random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Setelah ditabulasi data dianalisis menggunakan uji koefisien kontingensi dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden hampir tidak pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 53%. Dari 53% responden yang hampir tidak pernah melakukan hubungan seksual hampir sebagian tidak teratur minum pil KB yaitu sebanyak 48% dan sebagian kecil teratur minum pil KB yaitu 5%, berdasarkan hasil penghitungan SPSS (C) = 0,551 dimana = < 0,05 maka H1 diterima, artinya terdapat hubungan pola aktivitas seksual dengan keteraturan konsumsi pil KB. Upaya yang dapat dilakukan adalah pendekatan dan peningkatan pengetahuan klien dengan cara memberikan konseling pembinaan pada kilen setiap berkunjung ke layanan kesehatan yang mereka kunjungi dan klien harus lebih aktif dalam mencari informasi baik secara langsung (konseling dari bidan) maupun tidak langsung (media massa, televisi). Keyword : Pola Aktifitas Seksual, Konsumsi Pil PENDAHULUAN Kontrasepsi merupakan kemampuan untuk mencegah kehamilan atau merencanakan waktu diantara kehamilan harus menjadi bagian dari rencana perawatan kesehatan klien (Potter dan perry 2005). Paradigma baru program Keluarga Berencana nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015 Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Prawirohardjo, S, 2006). Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Meskipun tidak selalu diakui demikian peningkatan dan perluasan pelayanan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita. Gerakan keluarga berencana dapat berjalan sesuai dengan tujuan yaitu cara menerapkan metode kontrasepsi dengan tepat dan benar. Metode kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilisasi (Prawirohardjo, Sarwono, 2006). Banyak metode kontrasepsi yang dapat digunakan, antara lain metode sederhana dan metode modern, metode sederhana dibagi menjadi 2 yaitu dengan menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat. Metode yang dengan alat yaitu kondom, SURYA 20 Vol.01, No.XVII, Maret 2014

diafragma, spons dan spermisid, sedangkan metode yang tanpa alat yaitu KB alamiah (amenore laktasi, lendir serviks, kalender) dan coitus interuptus. Sedangkan metode modern yaitu pil, suntik, IUD, implan, MOP dan MOW (Hartanto, H, 2004). Berdasarkan data di desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada tahun 2009 jumlah PUS sebanyak 923 pasangan. Jumlah akseptor KB sebanyak 717 PUS (77,68 %) sedangkan yang tidak menjadi akseptor KB dengan berbagai alasan sebanyak 206 PUS ( 22,32 %) dan jumlah keseluruhan akseptor KB tersebut yang menggunakan KB suntik sebanyak 512 PUS (71,41 %), pil 179 PUS (24,96 %), kondom 0 (0%), MOW 7 PUS (0,98 %), MOP 12 PUS (1,67 %), implan 4 PUS (0,56%) dan IUD 3 PUS (0,42%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa akseptor KB pil mempunyai prosentasi terbesar kedua. Sedangkan berdasarkan survey awal di Desa Paciran tahun 2013 didapatkan hasil sebagai berikut dari 10 responden yang diteliti 6 orang (60 %) diantaranya mengatakan bahwa mereka minum pil KB jika ingin melakukan hubungan seksual dan 4 orang (40 %) tidak teratur karena lupa atau malas. Jadi masalah penelitian ini adalah masih rendahnya pemahaman akseptor KB pil tentang cara mengkonsumsi pil KB. Perilaku keteraturan akseptor KB pil dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pendidikan, persepsi, sikap, motivasi, perilaku seksual (Notoatmodjo, Soekidjo, 2003). Pengetahuan yang tinggi diharapkan akan membentuk sikap yang positif yang selanjutnya dengan timbulnya sikap positif tersebut akan menimbulkan perilaku yang baik pula. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau obyek. Motivasi ataupun dorongan sangat dibutuhkan untuk bertindak dalam mencapai suatu tujuan, dengan adanya motivasi yang baik maka akan terbentuk respon yang positif. Perilaku seksual memang tidak memiliki dampak yang besar, terutama tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial, tetapi sebagian perilaku seksual justru dapat memiliki dampak positif pada kesehatan (Notoatmodjo, S, 2003). Konsumsi pil KB yang tidak benar adalah salah satu penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, dimana pil KB akan efektif jika diminum secara teratur (setiap hari), mekanisme kerja pil KB adalah menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir servik mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma, pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur akan terganggu pula. Pertanyaan terinci terutama apakah pil KB yang terlewati atau interval bebas pil akan menghambat efektifitas kerja pil sehingga menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Akibat bila tidak teratur minum pil KB adalah meningkatnya resiko terjadinya kehamilan, dapat terjadi bercak, volume darah haid dapat berubah dan panjang siklus dapat bervariasi (Hartanto, Hanafi, 2002). Dampak terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan terutama akan berpengaruh pada kesehatan ibu. Ibu yang mengalami keadaan seperti ini akan merasa tidak siap menerima kehamilan sehingga cenderung mengabaikan kesehatannya, jika kesehatan ibu tidak baik maka kehamilan tidak berjalan dengan baik dan dapat mengakibatkan keguguran ataupun terjadinya anemia akibat nutrisi yang tidak terpenuhi, perdarahan setelah persalinan dan kematian pada ibu maupun bayi (Manuaba, Ida G. Bagus, 2004). Pengajaran yang baik terhadap wanita, disertai oleh informasi tertulis merupakan hal penting yang harus disampaikan dan dimengerti oleh akseptor KB pil, agar pemakaian pil KB dapat bekerja secara efektif yaitu dengan mengkonsumsi secara teratur (Glasier dan Gebbie, 2006). Adapun langkah yang perlu dilakukan agar klien mengetahui cara minum pil KB, efektivitas, kelebihan, kekurangan, efek samping sehingga peningkatan resiko kehamilan yang tidak direncanakan tidak bertambah yaitu dengan cara bidan melakukan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) secara langsung pada klien. Diharapkan dengan KIE klien dapat mengetahui cara minum pil KB dengan benar karena tidak ada satu metode pun yang ideal. SURYA 21 Vol.01, No.XVII, Maret 2014

Perlu juga dilakukan seleksi klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi modern (misalnya kontrasepsi oral (pil), suntik dan AKDR) (Prawirohardjo, Sarwono, 2006) Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama), membutuhkan pemakaian setiap hari dan bukan setiap akan bersenggama (Hartanto, Hanafi, 2004). Selain itu juga penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab keraguan dari peneliti tentang masih banyaknya akseptor KB pil yang belum faham dan mengerti tentang tata cara minum pil KB. Kebanyakan dari mereka yang menggunakan pil KB tidak teratur minum pil KB karena pola aktifitas seksual yang tidak teratur. METODOLOGI PENELITIAN Desain dalam penelitian ini adalah analitik korelasional yaitu penelitian yang menghubungkan antara dua variabel pada situasi atau kelompok subyek (Notoadmodjo, S, 2003) dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali, pada suatu saat (Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola aktivitas seksual akseptor KB pil dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah keteraturan konsumsi pil KB. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola hubungan seksual dengan keteraturan konsumsi pil KB Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Populasi penelitian ini adalah seluruh akseptor KB pil dengan pasangan Desa Paciran sebanyak 42 responden. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 38 responden. Metode yang digunakan adalah Probability sampling dengan jenis Simple Random Sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner tertutup. HASIL PENELITIAN 1. Data Umum 1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Desa Paciran Kec. Paciran Kab. Lamongan No Umur Frekuensi Prosentase 1. < 20 tahun 3 orang 8% 2. 20-35 tahun 14 orang 37% 3. > 35 tahun 21orang 55% Jumlah 38 orang 100% bahwa dari 38 responden, sebagian besar berumur > 35 tahun yaitu sebanyak 21 orang (55%), dan sebagian kecil berumur < 20 tahun yaitu sebanyak 3 orang (8%). 2) Deskripsi Data Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Desa Paciran Kec. Paciran Kab. Lamongan No Pendidikan Frekuensi Prosentase 1. Tidak sekolah 0 orang 0% 2. SD 2 orang 5% 3. SMP 20 orang 53% 4. SMA 9 orang 24% 5. Perguruan Tinggi 7 orang 18% Jumlah 38 orang 100% bahwa dari 38 responden sebagian besar berpendidikan SMP yaitu sebanyak 20 orang (53%) dan sebagian kecil berpendidikan SD yaitu sebanyak 2 orang (5%). SURYA 22 Vol.01, No.XVII, Maret 2014

3) Deskripsi Data Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Desa Paciran Kec Paciran Kab. Lamongan No Pekerjaan Frekuensi Prosentase 1. PNS / POLRI 1 orang 3% 2. Swasta 8 orang 21% 3. Wiraswasta 13 orang 34% 4. Petani/Buruh tani 10 orang 26% 5. Tidak bekerja/irt 6 orang 16% Jumlah Jumlah 38 100% bahwa dari 38 responden hampir sebagian sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 13 orang (34%) dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS/POLRI yaitu sebanyak 1 orang (3%). 4) Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Di Desa Paciran Kec Paciran Kab. Lamongan Jumlah Frekuensi Prosentase No Anak 1. 1 4 orang 11% 2. 2-3 15 orang 39% 3. > 3 19 orang 50% Jumlah 38 orang 100% bahwa dari 38 responden sebagian memiliki > 3 anak yaitu sebanyak 19 orang (50%), dan sebagian kecil memiliki 1 anak yaitu sebanyak 4 orang (20%). 2. Data Khusus 1) Pola Aktivitas Seksual Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Aktivitas Seksual Di Desa Paciran Kec Paciran Kab. Lamongan No Pola Aktivitas Frekuensi Prosentase Seksual 1. Sering 5 orang 13,2% 2. Jarang 13orang 34,2% 3. Hampir 20orang 52,6% tidak pernah Jumlah 38orang 100% bahwa dari 38 responden sebagian besar hampir tidak pernah melakukan hubungan seksual yaitu sebanyak 20 orang (52,6%) dan sebagian kecil sering melakukan hubungan seksual yaitu sebanyak 5 orang (13,2%). 2) Keteraturan Responden Minum Pil KB Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Keteraturan Minum Pil KB Di Desa Paciran Kec Paciran Kab. Lamongan No Keterat uran Frekuensi Prosentase 1. Teratur 13 orang 34,2% 2. Tidak Teratur 25 orang 65,8% Jumlah 38 orang 100% bahwa dari 38 responden sebagian besar tidak teratur minum pil KB yaitu sebanyak 25 orang (65,8%) dan hampir sebagian teratur minum pil KB yaitu sebanyak 13 orang (34,2%). 3) Tabulasi Silang Antara Pola Aktivitas Seksual dengan Keteraturan Minum Pil KB Pada Akseptor KB Pil Tabel 7 Tabulasi Silang Pola Aktivitas Seksual dengan Keteraturan minum Pil KB Pada Akseptor KB Pil di Desa Paciran Kec. Paciran Kab. Lamongan Pola Aktivitas Seksual Keteraturan Teratur Tidak Teratur Jumlah % % % Sering 4 80 1 20 5 100 Jarang 8 61,5 5 38,5 13 100 Hampir 1 5 19 48 20 100 tidak pernah Total 13 34,2 25 65,8 38 100 bahwa responden dengan pola aktivitas SURYA 23 Vol.01, No.XVII, Maret 2014

seksual sering hampir seluruhnya minum pil KB dengan teratur yaitu sebanyak (80%) dan responden yang hampir tidak pernah melakukan pola aktivitas seksual sebagian tidak teratur dalam minum pil KB yaitu sebanyak (48%) 4) Analisa data hubungan pola aktivitas seksual dengan keteraturan konsumsi pil KB Berdasarkan hasil pengumpulan data, kemudian data tersebut dianalisa untuk mengetahui apakah ada hubungan pola aktivitas seksual dengan keteraturan konsumsi pil KB di Desa Paciran Kec. Paciran Kab. Lamongan. Untuk menganalisa kedua variabel tersebut maka dilakukan uji statistik koefisien kontingensi. Hasil uji statistik koefisien kontingensi tentang hubungan pola aktivitas seksual dengan keteraturan konsumsi pil KB dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan data dari tabel (lampiran) hasil perhitungan dengan SPSS yang dilakukan dengan menggunakan uji koefisien kontingensi dengan = 0,05 didapatkan nilai signifikasi = 0,000 dimana koefisien kontingensi (C) = 0,551. Hal ini berarti sign < 0,05 sehingga H1 diterima artinya ada hubungan pola aktivitas seksual dengan keteraturan konsumsi pil. PEMBAHASAN 1) Pola Aktivitas Seksual Akseptor KB Pil Berdasarkan data khusus hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan bahwa frekuensi hubungan seksual akseptor KB pil di Desa Paciran didapatkan sebagian besar responden hampir tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan prosentasi 53%, artinya lebih dari separuh responden tidak pernah melakukan hubungan seksual, keadaan ini perlu diwaspasai dan dikaji lebih dalam penyebabnya tidak adanya perilaku tersebut, kondisi ini menjadikan titik awal hubungan keluarga yang kurang baik, hal ini dapat terjadi karena perasaan takut melakukan hubungan seksual karena khawatir terjadi kehamilan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa akseptor KB pil yang berkunjung di Desa Paciran, hampir tidak pernah melakukan hubungan seksual dalam kurun waktu 1 minggu atau lebih. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, pendidikan dan pekerjaan. Dari faktor usia didapatkan lebih dari sebagian besar responden berusia > 35 tahun yaitu sebanyak 21 orang (55%) dan sebagian kecil berusia < 20 yaitu sebanyak 2 orang (8%). Pada usia > 35 tahun merupakan umur dengan aktivitas seks sudah agak menurun dari sebelumnya, hal ini disebabkan karena masa ini adalah masa dimana lobido dan kepercayaan diri untuk melakukan hubungan seksual seseorang menurun sehingga responden dengan usia yang lebih tua banyak yang memilih untuk tidak melakukan hubungan seksual. Hal ini sejalan dengan pendapat Kartari (2001) bahwa frekuensi seksual seseorang bisa disebabkan oleh faktor usia, dimana pada usia lanjut akan sering timbul perasaan jenuh dengan situasi sehari-hari, hilangnya perasaan kemampuan seksual dan daya tarik dan perasaan takut dianggap tidak wajar bila masih aktif melakukan hubungan seksual. Dari faktor pekerjaan didapatkan hampir sebagian responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 13 orang (34%) dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS sebanyak 1 orang (3%). Pada ibu yang bekerja akan lebih banyak menyita waktu untuk keluarga baik untuk anak maupun untuk suami, dibanding dengan ibu yang tidak bekerja atau hanya berdiam diri dirumah, karena pada ibu yang bekerja cenderung lebih sibuk dengan pekerjaan sehingga sering menimbulkan rasa kelelahan yang mengakibatkan keinginan untuk berhubungan seksual berkurang. Sesuai pendapat Potter dan Perry (2004) pekerjaan seharian, ditambah dengan mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga lainnya sangat menguras tenaga sehingga menurunkan gairah seksual. SURYA 24 Vol.01, No.XVII, Maret 2014

2) Keteraturan Konsumsi Pil KB Berdasarkan data khusus hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan bahwa keteraturan konsumsi pil KB pada akseptor KB pil di Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan didapatkan sebagian besar responden tidak teratur mengkonsumsi pil KB dengan prosentasi 65,8% artinya bahwa sebagian besar responden tidak teratur minum pil KB hal ini perlu diperhatikan lebih jauh penyebab ketidakteraturan minum pil KB, kodisi ini dapat disebabkan oleh adanya aktivitas seksual yang tidak teratur sehingga responden meyakini bahwa tidak akan terjadi kehamilan meskipun tidak minum pil KB. Salah satu faktor yang yang mempengaruhi keteraturan konsumsi pil KB yaitu pendidikan, berdasarkan penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP yaitu sebayak 20 orang (53%) dan sebagian kecil berpendidikan SD yaitu sebanyak 2 orang (5%), dengan pendidikan yang lebih tinggi ibu semakin mudah menerima informasi yang diberikan oleh petugas, termasuk informasi tentang cara mengkonsumsi pil KB yang benar. Disamping itu ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih aktif dalam mencari informasi, sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat dalam mencari informasi atau kurangnya informasi yang diperoleh. Nursalam (2001) menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga memperbanyak pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat respon seseorang terhadap hal-hal baru yang diperkenalkan. Menurut Meliono, Irmayanti, dkk. (2007) pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari segi pengalaman responden dengan usia yang lebih tua akan lebih berpengalaman dalam menjalankan program keteraturan meminum pil KB, bila akseptor KB pil merasakan kenyamanan dengan program yang dijalankan maka akseptor akan terus menjalankan serta mematuhinya. Sebaliknya bila akseptor tidak merasakan hasil dari program yang dijalankan, akan menimbulkan keengganan akseptor untuk teratur dan patuh menjalankan program tersebut. Sesuai dengan pernyataan Saifuddin Abdul Bari, (2003) pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung dsb) baik yang sudah lama atau baru saja terjadi. Pengalaman bisa berupa pengalaman menyenangkan maupun tidak menyenangkan, dimana pengalaman tidak menyenangkan sering menimbulkan sikap yang negatif bagi seseorang. 3) Hubungan Pola Aktivitas Seksual dengan Keteraturan Konsumsi Pil KB Berdasarkan tabel 7 hasil identifikasi hubungan pola aktivitas seksual dengan keteraturan konsumsi pil KB pada akseptor KB pil di Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, didapatkan sebagian besar responden hampir tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan prosentasi 53%. Dari 53% responden yang hampir tidak pernah melakukan hubungan seksual hampir sebagian besar responden tidak teratur minum pil KB dengan prosentasi 48% dan sebagian kecil teratur minum pil KB dengan prosentasi 5%. Dari hasil uji statistik koefisien kontingensi dengan = 0,05 didapatkan nilai signifikasi = 0,000 dimana koefisien kontingensi (C) = 0,551. Hal ini berarti sign < 0,05 sehingga H1 diterima yang artinya ada hubungan pola aktivitas seksual dengan keteraturan konsumsi pil KB pada akseptor KB pil. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa pola aktivitas seksual dan keteraturan konsumsi pil KB dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan yang tinggi dapat menambah wawasan seseorang sehingga perilaku seseorang dapat berubah karena mengetahui sesuatu yang seharusnya dilakukan. Usia dan informasi juga merupakan salah faktor yang mempengaruhi pola SURYA 25 Vol.01, No.XVII, Maret 2014

aktivitas seksual dan keteraturan konsumsi pil KB, dimana semakin tua usia seseorang maka pola seksualnya akan semakin menurun hal tersebut dapat menimbulkan ketidakteraturan konsumsi pil KB akibat aktivitas seksual yang tidak teratur. Sejalan dengan era moderenisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga semakin maju, maka seseorang akan semakin mudah dalam memperoleh informasi, baik melalui televisi, media masa, maupun melalui penyuluhan yang diberikan. Dengan informasi seseorang dapat memperoleh pengetahuan yang lebih banyak sehingga mereka mengetahui hal-hal benar yang dapat dilakukan. Dengan latar belakang informasi yang kurang menyebabkan seseorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi meskipun ada sarana yang baik belum tentu mereka tahu cara menggunakannya. Berdasarkan pendapat Cut Zurnali (2008) adanya pengetahuan yang tinggi diharapkan akan membentuk sikap yang positif, yang selanjutnya akan menimbulkan perilaku yang baik pula. Pengetahuan individual yang muncul merupakan kombinasi dari informasi, interpretasi dan pengalaman dalam sebuah konteks yang pasti, Selanjutnya perlu dipertimbangkan juga pentingnya informasi baru dengan pengetahuan yang ada terhadap sikap sseseorang. Dapat disimpulkan bahwa pola aktivitas seksual dan keteraturan konsumsi pil KB dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan yang tinggi dapat menambah wawasan atau pengetahuan seseorang, sehingga perilaku seseorang dapat berubah karena mengetahui sesuatu yang baru dan yang seharusnya dilakukan. Pengajaran yang baik terhadap wanita, disertai oleh informasi tertulis merupakan hal penting yang harus disampaikan dan dimengerti oleh akseptor KB pil, agar pemakaian pil KB dapat bekerja secara efektif yaitu dengan mengkonsumsi secara teratur dan tepat. Adapun langkah yang perlu dilakukan agar klien mengetahui cara minum pil KB, efektivitas, kelebihan, kekurangan, efek samping sehingga peningkatan resiko kehamilan yang tidak direncanakan tidak bertambah yaitu dengan cara bidan memberikan konseling pembinaan pada ibu saat berkunjung ke layanan kesehatan, sedangkan bagi responden harus lebih aktif dalam memcari informasi baik secara langsung (konseling dari bidan) maupun tidak langsung (media masa, televisi). PENUTUP 1. Kesimpulan 1) Akseptor KB Pil di Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagian besar hampir tidak pernah melakukan hubungan seksual dalam kurun waktu 1 minggu atau lebih yaitu sebesar 52,6%. 2) Akseptor KB Pil di Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagian besar tidak teratur dalam mengkonsumsi pil KB yaitu sebesar 66,4%. 3) Terdapat hubungan antara pola aktivitas seksual dengan keteraturan konsumsi pil KB. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan koefisisen kontingensi dengan = 0,05 didapatkan nilai signifikasi = 0,000 dimana koefisien kontingensi (C) = 0,551. Hal ini berarti sign < 0,05 sehingga H1 diterima. DAFTAR PUSTAKA Andrews, Gilly,.(2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. Budi, A. S..(2008). Seksual sehat dalam. http://id.shuoong.com/socialsciences/seksual-sehat-itu-sepertiapa/ diakses tanggal 10 Januari 2014 jam 21.00 wib. BKKBN, (2003). Lingkungan Keluarga Harmonis Sejahtera. Jakarta : Direktorat peningkatan Kualitas Lingkungan Keluarga. SURYA 26 Vol.01, No.XVII, Maret 2014

BKKBN.(2007). Buku Panduan Memilih Kontrasepsi. Jakarta: EGC. Cut Zurnali, (2008), http://www.modusaceh.com/html/rea d/opini/297/.html/ diakses tanggal 4 Desember 2013 jam 20.10 wib. Glassier dan Gebbie, (2006). Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Hartanto, Hanafi., (2004). KB & Kontrasepsi. Jakarta: Pusat Sinar Harapan. Hidayat, A. Alimul (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Kris, (2004). Definisi perilaku seksual. http://hubungan seksual.org/ diakses tanggal 17 Desember 2013 jam 18.00 wib. Manuaba Ida, G. Bagus, (2003). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC., (2004). Ilmu Kebidanan; Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC. Mardalis, (2004). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Askar. Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. Miller, (2000). Pengertian seksual. http://seksual-itu-apa.id.co/ diakses tanggal 17 Januari 2014 jam 18.30 wib. Muchtar, (2001). Keluarga Berencana. Jakarta: Balai Pustaka. Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta Salemba Medika., (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Potter dan Perry, (2005). Seksual Wanita Sehat. Jakarta: Surya Cipta. Sarwono, Prawirohardjo.(2006.) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Saifudin, Abdul Bari, (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBPSP., (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBPSP. Soekidjo, Notoatmodjo, (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta., (2003). Dasar-Dasar Perilaku Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono, (2006). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Suharsimi Arikunto (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. W. J. S Poerwodarminto, (2001). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Pustaka. SURYA 27 Vol.01, No.XVII, Maret 2014