dokumen-dokumen yang mirip
STATISTIK PENDIDIKAN JAWA TENGAH 2014 Hasil Susenas 2014

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup:

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)



BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

INDIKATOR PENDIDIKAN KABUPATEN WAROPEN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009


TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN


Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

INDIKATOR PENDIDIKAN

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000


BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)


-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%.

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH   

Tabel 3.28 Pencapaian Misi IV dan Indikator. tercapai. tidak tercapai

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

UNIVERSITAS GALUH PROGRAM PASCA SARJANA

2) Pendidikan Menengah. rasio guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat

Analisis Tingkat Partisipasi Pendidikan Siswa Madrasah

HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

4. Kecamatan Sipora Selatan dengan luas wilayah 268,47 km 2 (4,47%) dan. 5. Kecamatan Sipora Utara dengan luas wilayah 383,08 km 2 (6,37%) dan

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/ /2012 BUKU 1

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan

Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Pendidikan

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan

Transkripsi:

PROFIL PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT 2014 ISBN : 978-602-1196-66-3 Nomor Publikasi : 13520.15.08 Katalog BPS : 4301003.13 Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : ix + 40 Naskah : Bidang Statistik Sosial Gambar Kulit : Bidang Statistik Sosial Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersil tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji dan syukur dilimpahkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan izin-nya, penyusunan buku ini dapat diselesaikan pada waktunya. Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 merupakan salah satu publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat yang menyajikan informasi mengenai sarana dan prasarana pendidikan, partisipasi sekolah, melek huruf, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, rata-rata lama sekolah dan alasan berhenti bersekolah. Gambaran kondisi pendidikan di Sumatera Barat dilihat untuk kondisi tahun 2014. Data yang digunakan dalam publikasi ini bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2014. Publikasi ini merupakan publikasi khusus pendidikan yang pertama kali disusun oleh BPS Provinsi Sumatera Barat. Kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini, diucapkan terima kasih.. Padang, Desember 2015 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA BARAT, YOMIN TOFRI, MA Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 iii

Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar... ix BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Tujuan.... 2 1.3. Sumber Data dan Metodologi. 3 1.4. Sistematika Penulisan.. 3 BAB II METODOLOGI.. 5 2.1. Sumber Data. 5 2.2. Konsep dan Definisi. 5 BAB III SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN 11 3.1. Latar Belakang.. 11 3.2. Partisipasi Pendidikan.. 13 3.3. Pendidikan Anak Usia Dini.. 15 3.4. Partisipasi Sekolah... 16 3.5. Angka Partisipasi Sekolah.. 19 3.6. Angka Partisipasi Kasar.. 22 3.7. Angka Partisipasi Murni... 24 BAB IV HASIL PEMBANGUNAN PENDIDIKAN... 27 4.1. Angka Melek Huruf..... 27 4.2. Rata-Rata Lama Sekolah...... 29 4.3. Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan. 31 4.4. Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah atau Tidak 35 Bersekolah Lagi BAB V PENUTUP.. 39 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 v

vi Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel Judul Tabel Halaman Tabel 3.1.1 : Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan Sumatera Barat Tahun 2014 Tabel 3.1.2 : Jumlah dan Rasio Guru, Murid dan Ruang Kelas Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2014 Tabel 3.4 : Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Sumatera Barat Tahun 2014 Tabel 3.5 : Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Tipe Daerah, Status Ekonomi Rumah Tangga Dan Kelompok Umur di Sumatera Barat Tahun 2014 Tabel 3.6 : Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Sumatera Barat Tahun 2014 Tabel 3.7 : Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Sumatera Barat Tahun 2014 Tabel 4.1 : Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Sumatera Barat Tahun 2014 Tabel 4.4 : Persentase Penduduk Usia 7-18 Tahun Yang Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi Menurut Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi, Tipe Daerah dan Jenis kelamin di Sumatera Barat Tahun 2014 12 13 17 21 23 25 28 35 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 vii

Daftar Tabel viii Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Daftar Gambar Gambar Judul Gambar Halaman Gambar 3.3 : Persentase Anak Usia 0-6 Tahun Yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah Menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur di Sumatera Barat 2014 Gambar 3.5 : Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Sumatera Barat tahun 2014 Gambar 4.2 : Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Tipe Daerah Dan Jenis Kelamin di Sumatera Barat Tahun 2014 Gambar 4.3.1 : Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Tipe Daerah dan Jenjang Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan di Sumatera Barat tahun 2014 Gambar 4.3.2 : Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin Dan Jenjang Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan di Sumatera Barat Tahun 2014 15 20 30 32 33 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 ix

1 PENDAHULUAN AaBbCc 0123 xxyyzzzzzz

Pendahuluan 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kesejahteraan anak dan berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan dan ketidaksetaraan (Unicef, 2012). Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar menyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut sesuai dengan amanat UUD 1945 bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup, dengan makin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat diharapkan semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya. Semakin baik kualitas sumber daya manusianya akan lebih memberikan jaminan untuk hidup yang lebih baik Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah, misalnya dengan mengembangkan akses terhadap Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 1

Pendahuluan pendidikan anak usia dini, meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, memperbaiki kurikulum serta meningkatkan kualitas, kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik. Sejak tahun 1994 pemerintah juga telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun yaitu 6 tahun di pendidikan dasar ditambah 3 tahun pada pendidikan menengah. Semakin lamanya usia wajib belajar ini diharapkan tingkat pendidikan anak semakin membaik, dan tentunya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk. Untuk memantau perkembangan pembangunan manusia dalam bidang pendidikan dapat dilihat dengan pendekatan indikator pendidikan. Indikator pendidikan yang akan dibahas untuk melihat perkembangan pembangunan manusia di bidang pendidikan pada tahun 2014 di Provinsi Sumatera Barat antara lain, kemampuan intelektual dasar yang meliputi Angka Partisipasi untuk PAUD, Angka Melek Huruf (AMH) dan Mean Years of School (MYS) atau rata-rata lama sekolah, partisipasi masyarakat dalam pendidikan meliputi Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), dan Angka Partisipasi Murni (APM) 1.2 Tujuan Ada 2 (dua) tujuan pokok penulisan Publikasi Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014, yaitu: 2 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Pendahuluan 1. Untuk mengetahui pembangunan manusia dilihat dari aspek pendidikan yang telah dicapai oleh Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 2. Untuk mengetahui hasil pembangunan di bidang pendidikan yang dicapai oleh Provinsi Sumatera Barat tahun 2014 1.3 Sumber Data dan Metodologi Data yang digunakan sebagai dasar penghitungan dan penyusunan indikator pendidikan dalam publikasi ini bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2014 yang dilaksanakan oleh BPS secara triwulan pada bulan Maret, Juni, September dan Desember. Selain itu digunakan pula data yang bersumber dari instansi terkait lainnya di lingkungan Provinsi Sumatera Barat. Pembahasan yang disajikan dalam indikator pendidikan ini menggunakan metode analisis deskriptif baik menyangkut Provinsi Sumatera Barat maupun perbandingan antara daerah perdesaan dan perkotaan serta perbandingan jenis kelamin antar 1.4 Sistematika Penulisan Pembahasan utama dirinci ke dalam tiga bab sesuai tema besar profil statistik pendidikan dengan sistematika sebagai berikut: Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 3

Pendahuluan Bab I berisi latar belakang penyusunan publikasi, tujuan dan sistematika penulisan Bab II metodologi, berisi tentang ruang lingkup dan konsep/ definisi yang digunakan penulisan publikasi Bab III menjelaskan tentang sarana dan prasarana pendidikan yang mencakup informasi umum tentang sarana dan prasarana pendidikan yang memuat dua bahasan utama yaitu, partisipasi pendidikan anak usia dini dan partisipasi sekolah dasar dan menengah Bab IV menyajikan pembahasan mengenai hasil pembangunan pendidikan yang tercermin dari indikator oleh angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, serta alasan tidak/belum pernah sekolah atau tidak bersekolah lagi. Bab V penutup, berisi ringkasan tentang kondisi pendidikan penduduk Sumatera Barat secara umum 4 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

2 METODOLOGI

Metodologi 2 METODOLOGI 2.1. Sumber Data Data yang digunakan sebagai sebagai dasar penghitungan dan penyusunan indikator pendidikan dalam publikasi ini bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2014 yang dilaksanakan oleh BPS secara triwulan pada bulan Maret, Juni, dan September. Selain itu digunakan pula data yang bersumber dari instansi terkait lainnya di lingkungan Provinsi Sumatera Barat. 2.2. Konsep dan Definisi Pembahasan yang disajikan dalam indikator pendidikan ini menggunakan metode analisis deskriptif baik menyangkut Provinsi Sumatera Barat maupun perbandingan antara daerah perdesaan dan perkotaan serta perbandingan antar jenis kelamin. Konsep serta definisi dari indikator-indikator yang digunakan disajikan di bawah ini. Penduduk adalah setiap orang yang menetap di suatu wilayah selama enam bulan atau lebih dan atau yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan untuk menetap lebih dari enam bulan. Rumah Tangga Biasa adalah seseorang atau sekelompok orang Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 5

Metodologi yang mendiami atau tinggal bersama di sebagian atau seluruh bangunan fisik/bangunan sensus dan biasanya makan dari satu dapur. Yang dimaksud satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola menjadi satu. Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa. Kepala Rumah Tangga (KRT) adalah salah seorang dari Anggota Rumah Tangga (ART) yang bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT. Anggota Rumah Tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang pada waktu pencacahan berada di rumah tangga tersebut maupun yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan dan tidak berniat pindah. Tidak termasuk anggota rumah tangga yaitu orang yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih, atau kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah (akan meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih). Di sisi lain, orang yang telah 6 bulan atau lebih tinggal di rumah tangga yang sedang dicacah atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap dianggap sebagai anggota rumah tangga dari rumah tangga yang sedang dicacah tersebut. Rasio murid-guru adalah perbandingan antara jumlah murid terhadap jumlah guru. 6 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Metodologi Rasio kelas-guru adalah perbandingan antara jumlah kelas pada suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah guru. Rasio murid-kelas adalah perbandingan jumlah murid dalam suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah kelas yang tersedia. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi SD/MI/sederajat, SMP/ MTs/sederajat, SMA/MA/sederajat dan PT. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Meliputi pendidikan kecakapan hidup (kursus), pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan (paket A, paket B dan paket C) serta pendidikan lainnya yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Partisipasi sekolah yaitu menunjukkan keadaan status pendidikan seseorang saat ini. Partisipasi sekolah terbagi menjadi tiga yaitu: Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak/belum pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan, termasuk mereka yang tamat Taman Kanak-kanak Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 7

Metodologi tetapi tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar. Masih bersekolah adalah apabila terdaftar dan aktif mengikuti proses belajar di suatu jenjang pendidikan formal dan non formal (Paket A, Paket B dan Paket C), baik yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), Kementerian Agama (kemenag), Instansi Negeri lain maupun Instansi Swasta. Tidak bersekolah lagi adalah pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal maupun non formal (Paket A/B/C), tetapi pada saat pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak lagi aktif. Angka Partisipasi Sekolah (APS): Proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. Angka Partisipasi Murni (APM) : Proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. Angka Partisipasi Kasar (APK): Proporsi penduduk yang masih bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/ MTs, dan SMA/MA yang mencakup program paket A, paket B 8 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Metodologi dan paket C. Tamat Sekolah adalah telah menyelesaikan pelajaran pada kelas/tingkat terakhir suatu jenjang pendidikan di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah. Seorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi jika ia mengikuti ujian dan lulus maka dianggap tamat. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh seseorang, yang ditandai dengan sertifikat/ijazah. Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah diduduki oleh seseorang yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang sedang diduduki oleh seseorang yang masih bersekolah. SD/MI meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah dan sederajat. SMP/MTs meliputi jenjang pendidikan SMP Umum, Madrasah Tsanawiyah, SMP Kejuruan dan sederajat. SMA/MA meliputi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menegah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah dan sederajat. PT meliputi jenjang pendidikan Diploma I, II, III dan IV dan sederajat. Dapat membaca dan menulis, artinya dapat membaca dan menulis kata/kalimat sederhana dalam aksara tertentu. Huruf latin, bila responden dapat membaca dan menulis huruf latin; Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 9

Metodologi Huruf lainnya, bila responden hanya dapat membaca dan menulis selain huruf latin, misalnya huruf arab, cina dan sebagainya; Huruf latin dan huruf lainnya, bila responden dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya; Tidak dapat, bila responden tidak dapat membaca dan menulis, baik huruf latin maupun huruf lainnya. Catatan: 1. Orang buta yang dapat membaca dan menulis huruf braille digolongkan dapat membaca dan menulis huruf latin. 2. Orang cacat yang sebelumnya dapat membaca dan menulis, kemudian karena cacatnya tidak dapat membaca dan menulis digolongkan dapat membaca dan menulis. 3. Orang yang hanya dapat membaca saja tetapi tidak dapat menulis atau sebaliknya, dianggap tidak dapat membaca dan menulis. Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk kelompok umur tertentu yang dapat membaca dan menulis huruf Latin atau huruf lainnya. 10 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

3 SARANA DAN PRASARANA SD/ sederajat

Sarana dan Prasarana Pendidikan 3 SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN 3.1 Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, penyelenggara pendidikan berkewajiban untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan standar nasional pendidikan. Sesuai bunyi Pasal 45 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Gambaran tentang kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Sumatera Barat akan dibahas pada bab ini, yaitu jumlah sekolah, murid dan guru. Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 11

Sarana dan Prasarana Pendidikan Tabel 3.1.1 Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan Sumatera Barat Tahun 2014 PAUD/Sejenis - Jumlah PAUD/sejenis 5 799 - Jumlah Murid 170 939 - Jumlah guru 21 884 SD/Sederajat Jumlah SD/sederajat 4 260 Jumlah Murid 698 814 Jumlah guru 55 199 SMP/Sederajat Jumlah SMP/ sederajat 1 147 Jumlah murid 285 910 Jumlah Guru 33 458 SMA/sederajat Jumlah SMA/sederajat 671 Jumlah murid 227 268 Jumlah guru 20 817 Sumber: SBDA 2015 (olahan) Tingkat pemenuhan kebutuhan sarana pendidikan juga dapat dilihat dari nilai rasio murid-kelas, yang mencerminkan idealnya jumlah murid dalam satu kelas pada suatu jenjang pendidikan tertentu. Standar ideal rasio murid-kelas adalah 1:28 untuk SD, 1:32 untuk SMP dan 1:32 untuk SMA/SMK (Statistik Pendidikan, 2012). Selain itu menurut PP nomor 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 17 disebutkan guru tetap pemegang sertifikat pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila mengajar di 12 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Sarana dan Prasarana Pendidikan satuan pendidikan yang minimal jumlah siswa terhadap gurunya sebagai berikut: jenjang TK/RA = 15:1; jenjang SD/ sederajat = 20:1; jenjang MI/sederajat = 15:1; jenjang SMP/ sederajat = 20:1; jenjang MTs/sederajat = 15:1; jenjang SMA/sederajat = 20:1; jenjang MA/sederajat = 15:1; jenjang SMK/sederajat = 15:1; jenjang MAK/sederajat = 12:1. Tabel 3.1.2 Jumlah dan Rasio Guru, Murid dan Ruang Kelas menurut Jenjang Pendidikan, Tahun 2014 Jenjang Pendidikan Keterangan: tidak termasuk Sumber: SBDA 2015 (olahan) Dari Tabel 3.1.2 di atas terlihat bahwa untuk tiap jenjang, komposisi murid guru dan murid kelas di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 sudah sangat ideal. Tidak ada yang melebih batas standar ideal. Harapannya kondisi ini dapat menjadikan suasana belajar mengajar yang nyaman sehingga hasil belajar mengajarnya lebih optimal. Jumlah Guru Murid Kelas Murid - Guru Rasio Kelas - guru Murid - Kelas (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pra sekolah formal (TK/ sederajat)* 7 132 75 877 4 803 10,64 0,67 15,80 SD/ sederajat 55 199 698 814 29 998 12,66 0,54 23,30 SMP/ sederajat 33 458 285 910 13 317 8,55 0,40 21,47 SMA/sederajat 20 817 227 268 77 28 10,92 0,37 29,41 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 13

Sarana dan Prasarana Pendidikan 3.2 Partisipasi Pendidikan Program wajib belajar yang digulirkan melalui PP No. 47 Tahun 2008 bertujuan untuk memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Rencana strategis yang disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mempertegas berbagai target pencapaian program pendidikan pada tahun 2014, di antaranya sebagai berikut: Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang PAUD sebesar 45,05 persen Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang pendidikan SD/ SDLB/Paket A sebesar 83,57 persen APK jenjang pendidikan SMP/SMPLB/Paket B sebesar 76,53 persen APM jenjang pendidikan SMP/SMPLB/Paket B sebesar 58,17 persen APK jenjang pendidikan SMA/SMLB/SMK/Paket C sebesar 70,7 persen APK jenjang pendidikan PT dan PTA sebesar 30,00 persen (Statistik Pendidikan 2012 ) Apabila disandingkan dengan hasil yang dicapai di Sumatera Barat melalui indikator pendidikan yang diolah dari Susenas 2014 dapat dilihat sejauh mana capaian provinsi akan dapat menyamai renstra nasional. 14 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Sarana dan Prasarana Pendidikan Indikator partisipasi sekolah digunakan untuk memantau program pendidikan yang telah digulirkan pemerintah. Partisipasi sekolah menggambarkan efektifitas program pendidikan dalam menyerap potensi pendidikan yang ada di masyarakat. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin efektifnya suatu program. Hasil Susenas 2014 memperlihatkan hasil perhitungan berbagai indikator partisipasi sekolah mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi. 3.3 Pendidikan Anak Usia Dini Masih menurut UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Persentase (%) 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 0-2 3-4 5-6 3-6 0-6 tahun tahun tahun tahun tahun Kota 2,05 18,01 62,35 38,53 22,58 Desa 0,76 14,78 49,16 29,26 17,83 K+D 1,29 16,00 54,27 32,65 19,62 Gambar 3.3 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur di Sumatera Barat, 2014 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 15

Sarana dan Prasarana Pendidikan Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal (TK/RA/sederajat), non formal (KB/TPA/sejenisnya), dan/ atau informal (keluarga/lingkungan). Pendidikan pada jenjang ini dapat disebut sebagai pendidikan pra sekolah Dari Gambar 3.3 di atas, pada tahun 2014, persentase anak usia 0-6 tahun yang pernah/sedang mengikuti pendidikan pra sekolah di Sumatera Barat masih jauh dari target renstra nasional, untuk daerah perkotaan dan perdesaan belum mencapai 20 persen (19,62 persen). Pendidikan pra sekolah paling tinggi berada di kelompok umur 5-6 tahun, mencapai sekitar 60 persen untuk daerah perkotaan dan hampir 50 persen untuk daerah perdesaan. 3.4 Partisipasi Sekolah Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk peningkatan Sumber Daya Manusia. Memanfaatkan fasilitas pendidikan terbuka untuk semua penduduk, tidak hanya pada kelompok penduduk usia sekolah saja. Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari penduduk menurut kategori partisipasi sekolah. Berdasarkan partisipasi sekolah, penduduk dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: tidak/belum pernah sekolah, masih bersekolah, dan tidak bersekolah lagi. Masih sekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar yaitu SD/MI dan SMP/MTs, pendidikan 16 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Sarana dan Prasarana Pendidikan menengah yaitu SMA/SMK/MA dan pendidikan tinggi yaitu PT) maupun pendidikan non formal (Paket A setara SD, Paket B setara SMP dan Paket C setara SMA) yang berada di bawah pengawasan Kemdikbud, Kementerian Agama (Kemenag), Instansi Negeri lain maupun Instansi swasta. Tabel 3.4 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, di Sumatera Barat 2014 Tipe Daerah/Jenis Kelamin Perkotaan Sumber: Susenas 2014 Partisipasi Sekolah Formal dan Non Formal Tidak/belum Masih Tidak Bersekolah pernah bersekolah Bersekolah Lagi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) Laki-Laki 4,65 31,43 63,92 100,00 Perempuan 4,61 31,59 63,80 100,00 Laki-Laki + Perempuan 4,63 31,51 63,86 100,00 Perdesaan Laki-Laki 5,41 28,93 65,66 100,00 Perempuan 7,25 28,77 63,98 100,00 Laki-Laki + Perempuan 6,34 28,85 64,81 100,00 Perkotaan + Perdesaan Laki-Laki 5,11 29,91 64,98 100,00 Perempuan 6,22 29,87 63,91 100,00 Laki-Laki + Perempuan 5,67 29,89 64,44 100,00 Tabel 3.4 menunjukkan bahwa persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 5,67 persen, penduduk yang masih sekolah sebesar 29,89 persen dan penduduk yang sudah tidak bersekolah lagi sebesar 64,44 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 17

Sarana dan Prasarana Pendidikan persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat penduduk usia 5 tahun ke atas yang belum/tidak menikmati pendidikan. Menurut daerah tempat tinggal, persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah bersekolah di perdesaan (6,34 persen) lebih tinggi daripada penduduk perkotaan (4,63 persen). Hal ini disebabkan akses pendidikan penduduk perkotaan jauh lebih baik dibandingkan dengan penduduk perdesaan, dan ketersedian fasilitas pendidikan di daerah perkotaan lebih lengkap dan lebih memadai dibandingkan daerah perdesaan. Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang masih sekolah di daerah perkotaan (31,51 %) relatif sedikit lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan (28,85 %). Sedangkan persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang tidak bersekolah lagi di perkotaan (63,86 %) lebih rendah dibandingkan penduduk di perdesaan (64,81 %). Faktor jenis kelamin juga berpengaruh terhadap akses masyarakat pada pendidikan. Tabel 3.3 menunjukkan bahwa persentase penduduk perempuan usia 5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah (6,22%) lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki (5,11 %). Kesenjangan terhadap akses pendidikan antar jenis kelamin cenderung terjadi di daerah perdesaan. Di daerah perkotaan, persentase penduduk perempuan yang tidak/belum pernah sekolah tercatat sebesar 4,61 persen relatif sama dengan penduduk laki-laki sebesar 4,65 18 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Sarana dan Prasarana Pendidikan persen. Di daerah perdesaan, persentase penduduk perempuan yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 7,25 persen dan lakilaki sebesar 5,41 persen. 3.5 Angka Partisipasi Sekolah Angka partisipasi sekolah (APS) merupakan persentase penduduk yang bersekolah menurut kelompok umur tertentu. APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS yang tinggi menunjukkan tingginya partisipasi sekolah dari penduduk usia tertentu. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan, misalnya pertumbuhan jumlah murid, lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Naiknya jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Partisipasi sekolah yang akan dibahas adalah partisipasi sekolah berkaitan dengan aktivitas pendidikan formal dan nonformal seseorang. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat struktur kegiatan penduduk yang berkaitan dengan sekolah. Gambar 3.5 memperlihatkan perkembangan APS menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Sumatera Barat tahun 2014. Berdasarkan kelompok umurnya, APS pada kelompok umur 7-12 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 19

Sarana dan Prasarana Pendidikan tahun jauh lebih tinggi dibandingkan pada kelompok umur lanjutan (kelompok umur 13-15 tahun dan kelompok umur 16-18 tahun). Sejalan dengan itu semakin tinggi pendidikan semakin rendah partisipasinya. Yang perlu diperhatikan apabila dilihat menurut jenis kelamin untuk ketiga kelompok umur usia sekolah ini, APS perempuan lebih tinggi dibandingkan APS laki-laki. Angka Partisipasi Sekolah 120 100 80 60 40 20 0 Gambar 3.5 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Sumatera Barat, 2014 Lebih lanjut, Tabel 3.5.1 menyajikan APS menurut kelompok umur dan status 7-12 13-15 16-18 Laki-Laki 99,26 93,69 75,73 Perempuan 99,29 98 88 ekonomi rumah tangga. Pada tabel tersebut terlihat bahwa APS anak usia sekolah akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan rumah tangga. APS kelompok usia 7-12 tahun dari rumah tangga dengan golongan pendapatan tinggi sebesar 99,76 persen, sementara yang berasal dari rumah tangga dengan golongan pengeluaran 20 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Sarana dan Prasarana Pendidikan menengah dan rendah masing-masing sebesar 99,58 persen dan 98,91 persen. Pola yang sama terjadi untuk kelompok umur 13-15 tahun dan16-18 tahun. Tabel 3.5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Tipe Daerah, Status Ekonomi Rumah Tangga Dan Kelompok Umur di Sumatera Barat Tahun 2014 Tipe daerah / Status ekonomi rumah tangga Sumber: Susenas 2014 Kelompok Umur 7-12 13-15 16-18 (1) (2) (3) (4) Perkotaan 99,62 97,70 87,18 40 % terendah 98,96 96,27 85,18 40 % sedang 100,00 97,98 83,58 20 % tinggi 99,87 98,80 94,05 Perdesaan 99,07 94,74 78,38 40 % terendah 98,89 94,30 73,97 40 % sedang 99,27 95,35 81,84 20 % tinggi 99,56 94,84 84,46 Perkotaan dan perdesaan 99,27 95,84 81,97 40 % terendah 98,91 94,78 77,13 40 % sedang 99,58 96,45 82,56 20 % tinggi 99,76 97,17 90,76 Dilihat menurut tipe daerah, terdapat pola yang sama baik terlihat di daerah perdesaan bahwa semakin meningkat pendapatan rumah tangga maka semakin meningkat pula APS anak usia sekolah, tetapi sedikit berbeda untuk daerah perkotaan. Pola Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 21

Sarana dan Prasarana Pendidikan yang terlihat adalah justru terjadi penurunan APS pada golongan pengeluaran tinggi dan kenaikan pada pengeluaran sedang. Pola tersebut tampak pada kelompok umur sekolah 7 hingga 12 tahun dan 13 hingga 15 tahun. Sementara untuk kelompok umur 16-18 tahun APS kelompok pengeluaran sedang paling rendah dibandingkan dua kelompok pengeluaran lainnya. 3.6 Angka Partisipasi Kasar APK mengindikasikan partisipasi sekolah penduduk sesuai jenjang pendidikannya. APK SD merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang sekolah di SD terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Nilai APK bisa lebih dari 100 persen karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya pendaftaran siswa usia dini, pendaftaran siswa yang telat bersekolah, atau pengulangan kelas. Secara umum, APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. 22 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Sarana dan Prasarana Pendidikan Tabel 3.6 Sumber: Susenas 2014 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan di Sumatera Barat Tahun 2014 APK Tipe Daerah/Jenis Kelamin SD SMP SMA (1) (2) (3) (4) Perkotaan Laki-Laki 109,31 88,78 84,27 Perempuan 108,42 98,42 88,47 Laki-Laki + Perempuan 108,97 93,64 86,48 Perdesaan Laki-Laki 112,49 80,60 71,15 Perempuan 111,50 88,96 81,57 Laki-Laki + Perempuan 112,01 84,75 76,32 Perkotaan + Perdesaan Laki-Laki 111,38 88,86 76,31 Perempuan 110,36 92,50 84,48 Laki-Laki + Perempuan 110,89 88,05 80,46 Pada Tabel 3.6 terlihat APK untuk SD secara keseluruhan, baik laki-laki maupun perempuan, daerah perkotaan maupun perdesaan, nilainya lebih dari 100 persen. Hal ini menunjukkan bahwa murid SD selain mencakup anak yang berusia 7-12 tahun juga mencakup anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan juga lebih dari 12 tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa banyak anak yang terlambat masuk SD atau sebaliknya sangat dini (belum cukup umur) untuk bersekolah SD, atau masih ada murid SD yang tinggal kelas. APK menurut jenis kelamin memperlihatkan perbedaan. Pada jenjang pendidikan SD/sederajat, APK laki-laki (111,38 %) lebih Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 23

Sarana dan Prasarana Pendidikan besar dari pada APK perempuan (110,36 %). Sementara pada jenjang yang lebih tinggi, APK perempuan lebih besar dari pada laki-laki. APK SMP/sederajat perempuan sebesar 92,50 persen, laki-laki sebesar 88,86 persen dan APK SMA/sederajat perempuan sebesar 84,48 persen, laki-laki sebesar 76,31 persen. Secara umum, APK di daerah perkotaan lebih tinggi daripada daerah perdesaan, kecuali pada jenjang SD/sederajat. Kesenjangan APK tersebut semakin besar seiring meningkatnya jenjang pendidikan. Di daerah perkotaan, APK SMP/sederajat sebesar 93,64 persen, dan APK SMA/sederajat sebesar 86,48 persen. Untuk daerah perdesaan, APK SMP/sederajat sebesar 84,75 persen dan APK SMA/sederajat sebesar 76,32 persen. Sementara itu pada jenjang SD/sederajat, APK daerah perdesaan (112,01 %) lebih tinggi daripada daerah perkotaan (108,97 %). Hal ini memperlihatkan bahwa proporsi murid SD di perdesaan yang berusia kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun lebih besar daripada di perkotaan. Ini menunjukkan sistem pendidikan SD/sederajat di perkotaan lebih tertib dalam mengatur batas usia penerimaan murid. 3.7. Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan proporsi penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok usianya 24 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap jumlah penduduk pada kelompok usia sekolah tersebut. APM berfungsi untuk menunjukkan partisipasi pendidikan penduduk pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai dengan usianya, atau melihat penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai 100 persen. Sebagai gambaran APM SD/MI adalah proporsi jumlah murid SD/ sederajat yang berusia 7-12 tahun terhadap jumlah seluruh penduduk usia 7-12 tahun. Secara umum, APM akan selalu lebih rendah dari APK karena APK memperhitungkan jumlah penduduk di luar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Tabel 3.7 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Sumatera Barat Tahun 2014 Tipe Daerah/Jenis Kelamin Perkotaan Angka Partisipasi Murni SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat (1) (2) (3) (4) Laki-Laki 98,19 78,25 68,86 Perempuan 97,68 86,48 76,75 Laki-Laki + Perempuan 97,94 82,39 73,01 Perdesaan Laki-Laki 97,89 66,33 55,13 Perempuan 97,92 76,96 69,07 Laki-Laki + Perempuan 97,90 71,61 62,05 Perkotaan + Perdesaan Laki-Laki 98,00 70,72 60,53 Perempuan 97,83 80,53 72,31 Laki-Laki + Perempuan 97,92 75,61 66,52 Sumber: Susenas 2014 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 25

Sarana dan Prasarana Pendidikan Tabel 3.7 menunjukkan APM berdasarkan tipe daerah, secara umum APM di daerah perkotaan lebih tinggi daripada daerah perdesaan. Di daerah perkotaan, APM SMP/sederajat sebesar 82,39 persen, dan APM SMA/sederajat sebesar 73,01 persen. Untuk daerah perdesaan, APM SMP/sederajat sebesar 71,61 persen dan APM SMA/sederajat sebesar 62,05 persen. Sementara itu pada jenjang SD/sederajat, APM daerah perkotaan relatif sama dengan APM daerah perdesaan yaitu berturut-turut 97,94 persen dan 97,90 persen. Berdasarkan jenis kelamin, tampak perbedaan antara APM lakilaki dengan APM perempuan. APM perempuan lebih besar daripada APM laki-laki pada semua jenjang. Fakta tersebut menunjukkan bahwa secara umum kesenjangan gender di bidang pendidikan khususnya di Sumatera Barat bukan lagi karena perempuan tidak diberi kesempatan namun lebih kepilihan baik oleh perempuan maupun laki-laki. 26 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014

4 HASIL PEMBANGUNAN PENDIDIKAN

Hasil Pembangunan Pendidikan 4 HASIL PEMBANGUNAN PENDIDIKAN Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategis dalam keseluruhan upaya membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Sasaran pembangunan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan. Keseriusan pemerintah dalam memperbaiki akses bidang pendidikan dan kualitas pendidikan salah satunya melalui peningkatan anggaran pendidikan hingga 20 persen dari APBN. Untuk melihat hasil pembangunan pendidikan dapat dilihat melalui beberapa indikator seperti angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan alasan tidak/belum pernah sekolah/tidak sekolah lagi. 4.1 Angka Melek Huruf Melek huruf atau melek aksara adalah kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Kemampuan membaca sangat penting untuk pemeliharaan dan pengembangan kehidupan suatu masyarakat. Dalam dunia pendidikan, kegiatan membaca dapat dipandang sebagai jantungnya pendidikan. Melalui kegiatan membaca, setiap orang dapat mengikuti perkembangan baru yang terjadi dalam kehidupan. Di dunia internasional salah Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 27

Hasil Pembangunan Pendidikan satu aspek penentu tingkat pembangunan suatu bangsa diukur dari tingkat keaksaraan penduduknya. Pemerintah Indonesia sangat serius dalam hal pemberantasan buta huruf. Ini terlihat dengan dikeluarkannya Inpres RI No. 5 Tahun 2006 tentang Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. Berbagai program yang telah dilaksanakan dalam pemberantasan buta aksara diantaranya adalah kursus A-B-C, Program Pemberantasan Buta Huruf Fungsional, Kejar Paket A, dan program Keaksaraan Fungsional (KF) yang dijalankan oleh pemerintah sejak tahun 1995 (Statistik Pendidikan, 2012). Tabel 4.1 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Sumatera Barat Tahun 2014 Tipe Daerah/Jenis Kelamin Perkotaan Kelompok Umur (tahun) 10-14 15-24 25-44 45+ 10 + 15 + (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Laki-Laki 99,60 100,00 99,68 99,51 99,69 99,71 Perempuan 99,70 100,00 99,84 98,65 99,50 99,47 Laki-Laki + Perempuan 99,65 100,00 99,76 99,05 99,59 99,59 Perdesaan Laki-Laki 98,24 99,85 99,52 96,07 98,41 98,44 Perempuan 99,50 99,98 98,70 93,28 97,29 96,95 Laki-Laki + Perempuan 98,85 99,91 99,11 94,58 97,84 97,68 Perkotaan + Perdesaan Laki-Laki 98,76 99,91 99,59 97,38 98,92 98,94 Perempuan 99,57 99,99 99,15 95,31 98,16 97,95 Laki-Laki + Perempuan 99,16 99,95 99,37 96,27 98,53 98,44 Sumber: Susenas 2014 28 Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Sumatera Barat 2014

Hasil Pembangunan Pendidikan Kondisi keaksaraan di Sumatera Barat ditunjukkan pada Tabel 4.1 yang menyajikan persentase penduduk melek huruf yang berumur 10 tahun ke atas menurut tipe daerah, jenis kelamin dan kelompok umur berdasarkan hasil Susenas 2014. Dari tabel tersebut terlihat bahwa persentase penduduk 10 tahun ke atas yang melek huruf sebesar 98,53 persen, sedangkan untuk yang berumur 15 tahun ke atas sebesar 98,44 persen. Ini menunjukkan proporsi penduduk muda dibandingkan yang lebih tua tidak terlalu berbeda. Terlihat persentase penduduk usia 45 tahun ke atas cukup baik yaitu di atas 90 persen (98,44 %). Dilihat menurut tipe daerah, persentase penduduk melek huruf umur 10 tahun ke atas di daerah perdesaan sebesar 97,84 persen, lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan sebesar 99,59 persen. Kondisi yang sama terjadi pada kelompok umur lainnya terlihat persentase penduduk yang melek huruf di perdesaan lebih rendah dibandingkan di perkotaan. Hal ini disebabkan di daerah perkotaan lebih banyak tersedia fasilitas pendidikan dibandingkan daerah perdesaan. 4.2 Rata - Rata Lama Sekolah Salah satu indikator untuk menggambarkan tingkat pendidikan masyarakat adalah rata-rata lama sekolah penduduk umur 15 tahun ke atas. Rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas merupakan cerminan tingkat pendidikan penduduk secara keseluruhan. Rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) merupakan indikator yang menunjukkan rata-rata jumlah tahun Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 29

Hasil Pembangunan Pendidikan efektif untuk bersekolah yang dicapai penduduk. Jumlah tahun efektif adalah jumlah tahun standar yang harus dijalani oleh seseorang untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan, misalnya tamat SD adalah 6 tahun, tamat SMP adalah 9 tahun dan seterusnya. Perhitungan lama sekolah dilakukan tanpa memperhatikan apakah seseorang menamatkan sekolah lebih cepat atau lebih lama dari waktu yang telah ditetapkan. Rata-rata lama sekolah merupakan indikator pendidikan yang diformulasikan oleh United Nations Development Programs (UNDP) pada tahun 1990 untuk penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan Renstra Kemdikbud tahun 2009-2014, disebutkan bahwa salah satu sasaran pencapaian pembangunan pendidikan adalah rata-rata lama sekolah sekurang-kurangnya 8,25 tahun dapat dicapai pada tahun 2014 (Statistik Pendidikan, 2012) Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 10,18 10,26 10,22 7,57 8,63 8,60 7,51 8,66 7,64 Laki-Laki+Perempuan Perempuan Laki-laki Gambar 4.2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin di Sumatera Barat Tahun 2014 30 Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Sumatera Barat 2014

Hasil Pembangunan Pendidikan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk umur 15 tahun ke atas pada tahun 2014 mencapai 8,63 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa secara rata-rata pendidikan penduduk umur 15 tahun ke atas baru mencapai jenjang pendidikan kelas 2 SMP (kelas VIII) atau putus sekolah di kelas 3 SMP (Kelas IX). Gambar 4.2 juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti antara rata-rata lama sekolah yang dicapai antara penduduk lakilaki dengan penduduk perempuan (relative sama 8,6 tahun). Kondisi ini menunjukkan secara umum isu gender bukanlah menjadi isu kesenjangan. Rata-rata lama sekolah penduduk di perkotaan sebesar 10,22 tahun dan di perdesaan sebesar 7,57 tahun. Hal ini berarti secara rata-rata penduduk berumur 15 tahun ke atas di daerah perkotaan telah menuntaskan program wajib belajar 9 tahun atau tamat SMP (kelas IX) bahkan lebih, sedangkan di perdesaan secara rata-rata baru menamatkan pendidikan dasar (kelas 6 SD). 4.3 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin banyak penduduk yang berpendidikan menunjukkan keadaan kualitas penduduk yang semakin baik. Selain itu, tingginya tingkat pendidikan yang dapat dicapai dapat mencerminkan taraf intelektualitas suatu masyarakat. Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 31

Hasil Pembangunan Pendidikan Gambaran kualitas Sumber Daya Masyarakat (SDM) Sumatera Barat dilihat dari pendidikan yang ditamatkan disajikan pada Gambar 4.3.1 dan Gambar 4.3.2 berturut-turut menurut daerah tempat tinggal dan menurut jenis kelamin. P e r s e n t a s e ( % ) 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Perkotaan Perdesaan Kota+Desa tidak/belum pernah bersekolah SD SMA tidak / belum tamat sd SMP Gambar 4.3.1 Persentase Peduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Tipe Daerah dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Sumatera Barat Tahun 2014 Dari Gambar 4.3.1 tersebut terlihat bahwa persentase tertinggi adalah penduduk yang tamat SMA/sederajat sebesar 27,57 persen, diikuti tamat SD/sederajat sebesar 22,26 persen, dan tamat SMP/sederajat sebesar 20,97 persen. Sedangkan persentase penduduk yang tamat PT sebesar 8,65 persen. PT Disamping itu masih terdapat sebesar 2,12 persen penduduk 15 tahun ke atas yang belum pernah mengenyam pendidikan dan sebesar 18,42 persen pernah bersekolah di SD/sederajat namun 32 Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Sumatera Barat 2014

Hasil Pembangunan Pendidikan tidak tamat. Tingkat pendidikan penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan penduduk perdesaan. Persentase penduduk di perkotaan yang menamatkan jenjang pendidikan SMP/sederajat ke atas (SMP/ sederajat, SMA/sederajat, dan PT) sebesar 72,95 persen, hampir 1 1 /2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan perdesaan sebesar 46,76 persen. Sedangkan persentase penduduk yang belum mengenyam pendidikan di perdesaan (2,78 %) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (1,14%). Berikutnya dari Gambar 4.3.2 menggambarkan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kelamin dan jenjang pendidikan yang ditamatkan. SMA SMP SD tidak / belum tamat sd PT tidak/belum pernah bersekolah 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 Persentase (%) Laki-Laki+Perempuan Perempuan Laki-Laki Gambar 4.3.2 Persentase Peduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Sumatera Barat Tahun 2014 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 33

Hasil Pembangunan Pendidikan Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase perempuan yang belum pernah mengenyam pendidikan sebesar 2,94 persen, dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan laki-laki sebesar 1,28 persen. Namun persentase perempuan yang menamatkan pendidikan SMP/sederajat ke atas sebesar 56,86 persen hampir sebanding dengan laki-laki sebesar 57,55 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa baik perempuan dan laki-laki relatif memiliki kemampuan yang sama dalam pencapaian pendidikan lanjutan. 4.4 Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah atau Tidak Bersekolah Lagi Pendidikan belum dapat dinikmati oleh seluruh anak Indonesia hal ini dapat dilihat dari masih adanya anak-anak yang tidak/ belum pernah sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa alasan yang melatarbelakanginya antara lain karena tidak ada biaya, bekerja, menikah/mengurus rumah tangga, merasa pendidikan cukup, malu karena ekonomi, sekolah jauh, cacat, menunggu pengumuman, tidak diterima, dan lain-lain. 34 Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Sumatera Barat 2014

Hasil Pembangunan Pendidikan Tabel 4.4 Persentase Penduduk Usia 7-18 Tahun Yang Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi Menurut Alasan Tidak/ Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin di Sumatera Barat Tahun 2014 Alasan Tidak/ Belum Pernah Bersekolah Sumber: Susenas 2014 Tipe Daerah/Jenis Kelamin Perkotaan Perdesaan Perkotaan +Perdesaan Laki-Laki Perempuan L+P Laki-Laki Perempuan L+P Laki-Laki Perempuan L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Tidak ada biaya 33,43 31,97 33,00 28,99 44,99 34,43 30,22 41,88 34,05 Bekerja/mencari nafkah Menikah/ mengurus rumah tangga Merasa pendidikan cukup Malu karena ekonomi 9,59 13,43 10,73 10,22 3,34 7,88 10,05 5,75 8,64 0,00 2,80 0,83 0,00 7,39 2,51 0,00 6,29 2,07 0,59 0,56 0,58 5,14 3,97 4,74 3,87 3,15 3,63 2,59 0,00 1,82 0,37 0,00 0,24 0,99 0,00 0,66 Sekolah jauh 0,00 0,00 0,00 3,82 1,08 2,89 2,76 0,82 2,12 Cacat 3,06 10,42 5,23 6,65 5,16 6,14 5,65 6,42 5,90 Menunggu pengumuman 6,41 8,57 7,05 1,21 2,90 1,79 2,66 4,26 3,19 Tidak diterima 2,18 1,06 1,85 1,53 0,96 1,34 1,71 0,98 1,48 Lainnya 42,15 31,18 38,91 42,07 30,21 38,04 42,09 30,44 38,27 Tabel 4.4 menyajikan berbagai alasan yang menyebabkan anak umur 7-18 tahun tidak/belum pernah sekolah/tidak bersekolah lagi. Pada tabel tersebut terlihat bahwa masalah ekonomi menjadi penyebab utama anak tidak dapat menikmati pendidikan. Alasan karena tidak ada biaya dan bekerja umumnya berkaitan erat dengan faktor ekonomi (kemiskinan atau kemampuan ekonomi orang tua). Sebesar 34,05 persen dari penduduk berumur 7-18 Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 35

Hasil Pembangunan Pendidikan tahun menyatakan tidak/belum pernah sekolah/tidak bersekolah lagi karena tidak ada biaya dan sebesar 8,64 persen dengan alasan bekerja/mencari nafkah. Kenyataan ini sangat memprihatinkan karena Pemerintah telah meluncurkan program bantuan operasional sekolah (BOS) yang pada dasarnya bertujuan untuk meringankan beban semua siswa dan membebaskan siswa miskin dari kewajiban membayar uang sekolah. Kenyataan ini, mencerminkan bahwa program sekolah gratis untuk tingkat pendidikan dasar ternyata belum sepenuhnya terealisasi dan dinikmati oleh masyarakat luas. Selain itu, keluarga miskin masih menghadapi kesulitan untuk memenuhi biaya pendidikan seperti biaya transportasi, buku, dan seragam sekolah. Masih terdapat 2,12 persen anak yang tidak/belum pernah sekolah/tidak sekolah lagi karena sekolah jauh. Kondisi ini menunjukkan belum meratanya fasilitas sekolah yang dapat diakses oleh penduduk. Selain itu, kondisi ini kemungkinan terkait dengan kondisi geografis suatu daerah menyebabkan akses sulit (seperti daerah perbukitan, wilayah pedalaman, dan kepulauan). Tabel 4.4 juga menunjukkan bahwa alasan anak yang tidak bersekolah dibedakan menurut jenis kelamin. Untuk alasan tidak ada biaya, persentase laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan persentase perempuan, berturut-turut 30,22 persen dan 36 Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Sumatera Barat 2014

Hasil Pembangunan Pendidikan 41,88 persen. Untuk alasan bekerja/mencari nafkah, persentase laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, yaitu 10,05 persen dan 5,75 persen. Sementara untuk alasan menikah/mengurus rumah tangga didominasi oleh perempuan sebesar 6,29 persen. Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 37

5 PENUTUP

Penutup 5 PENUTUP Beberapa catatan penting yang dapat digunakan sebagai bahan/referensi bagi penentu kebijakan di Provinsi Sumatera Barat guna penyusunan rencana pembangunan bidang pendidikan ke depan, yaitu: 1. Partisipasi sekolah anak usia dini (3-6 tahun) baru mencapai 32,65 persen. Mengingat betapa pentingnya upaya peningkatan kualitas manusia sejak usia dini, maka program ini perlu dipacu. 2. Angka partisipasi sekolah, baik APS maupun APM di ketiga jenjang pendidikan (SD, SMP dan SMA) di Provinsi Sumatera Barat, ada tendensi bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, makin kecil angka partisipasinya. Kesenjangan yang terjadi sebagai akibat rendahnya tingkat partisipasi pendidikan di daerah perdesaan. Selain itu diduga masih ada diskriminasi gender, laki-laki masih dipandang sebagai figur utama pada program pendidikan 7 hingga 18 tahun. 3. Hingga tahun 2014 masih terdapat 1,56 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang masih buta huruf di Sumatera Barat. Sebagian besar penduduk buta huruf terdapat di daerah perdesaan. 4. Rata-rata lama sekolah yang dicapai oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di Sumatera Barat pada tahun 2014 sebesar 8,63 tahun. Hal ini disebabkan oleh capaian rata-rata lama sekolah di daerah perdesaan yang cukup rendah yaitu 7,57 tahun. 5. Sebagian besar alasan berhenti sekolah adalah keterbatasan biaya sekolah (34,05 %). Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 39