KEMISKINAN DAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN-RPJMN Rahma Iryanti DEPUTI KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM

dokumen-dokumen yang mirip
TARGET PEMBANGUNAN 6,18 % 5,2 % 4,0-5,0 % 12,22% 10,0 % 7-8 %

Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia: Permasalahan dan Tantangan

STRATEGI NASIONAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENGURANGAN KEMISKINAN TAHUN Rahma Iryanti Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

Melebihi Batas Pertanian

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Mendorong KUR untuk Lebih Pro-Poor

BRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014

OPTIMALISASI PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (P4S)

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan. Lukita Dinarsyah Tuwo

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN: KEMISKINAN, GINI RASIO, PENGANGGURAN DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan

REDISTRIBUSI ASET UNTUK MENURUNKAN KETIMPANGAN DI INDONESIA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perluasan Lapangan Kerja

REFLEKSI & PROSPEK PEMBANGUNAN NASIONAL

KENAIKAN BBM DAN TEKANAN BAGI TENAGA KERJA INFORMAL (LINGKARAN SETAN KEMISKINAN)

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: SEKTOR PERTANIAN-PERDESAAN

Pemberdayaan masyarakat desa melalui padat karya

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

REFORMULASI KEBIJAKAN ANGGARAN SEBAGAI UPAYA MENGATASI KESENJANGAN EKONOMI. Oleh: Ahmad Heri Firdaus

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

REFLEKSI TERHADAP DESAIN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEJAHTERAAN SATU DASAWARSA TERAKHIR

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

MEMANTAPKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM RANGKA PERCEPATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Disampaikan: Edy Putra Irawady Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

SEKTOR TENAGA KERJA INDONESIA

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

Jakarta, 10 Maret 2011

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Struktur Ketimpangan Ekonomi Nasional. Ahmad Erani Yustika Jakarta, 3 Maret 2015

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

FORMALISASI UMKM KE DALAM SISTEM PERPAJAKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP INKLUSI FINANSIAL DI INDONESIA

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

Transkripsi:

KEMISKINAN DAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN-RPJMN 2015-2019 Rahma Iryanti DEPUTI KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM 1

OUTLINE PENGANTAR PENGALAMAN BBERAPA NEGARA DALAM MENGATASI KETIMPANGAN IDENTIFIKASI PENYEBAB KESENJANGAN DI INDONESIA SASARAN PEMBANGUNAN DAN ISU STRATEGIS PENGURANGAN KESENJANGAN 2

PENGANTAR Seluruh penduduk Indonesia telah memperoleh manfaat dari pertumbuhan pendapatan nasional, yang dicerminkan oleh meningkatnya konsumsi per capita penduduk. 100% 80% 60% 40% 20% 0% 64-76 76-84 84-96 96-05 05-13 25 20 15 10 1990 1993 1996 1999 2000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 40% Termiskin 40% Kelas Menengah 20% Terkaya Sumber : Papapnek, 2014. Penduduk kaya (20 tertinggi) mencatat pertubuhan konsumsi meningkat pesat, sementara 40% terbawah sangat kecil, terutama sejak krisis tahun 1997. Secara perlahan angka Gini meningkat. Tingkat Kemiskinan Sumber : Susenas-BPS, diiolah Bappennas Index Gini 3

PENYEBAB KESENJANGAN Perbedaan tingkat pendapatan menyumbang sekitar 50,0 persen- berasal dari usaha pertanian dan non-pertanian (Bank Dunia). Kesempatan sejak kecil memperoleh pendidikan, kesehatan, infrastruktur seperti air bersih, penerangan, sanitasi menyumbang sekitar 30,0 persen (Bank Dunia). Kesenjangan pendapatan juga dialami oleh beberapa negara. Setiap negara mempunyai perbedaan cara mengatasi permasalahannya, yang terletak pada besar kecilnya tingkat kesenjangan, serta tingkat kesulitan mengatasinya. Gini ratio 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 United States Australia Jerman China Brazil Mexico Peru Argentina Pilipina Thailand Gini Ratio 2000 Gini Ratio 2013 Pertumbuhan Ekonomi 2000 Pertumbuhan Ekonomi 2013 Sumber : OECD-Bank Dunia, dalam berbagai tahun. Indonesia United States Australia Jerman China Brazil Mexico Peru Argentina Pilipina Thailand Indonesia 10% 8% 6% 4% 2% 0% 4 Growth

Pengalaman Amerika Latin mengatasi ketimpangan. Pilihan Kebijakan Program Intervensi Pertama: Kebijakan Makro, Perdagangan, dan Tenaga Kerja yang merata dan konservatif secara fiskal, telah mendorong pertumbuhan dan berkontribusi menurunkan ketimpangan secara cepat dalam beberapa tahun terakhir Kebijakan Makro: Memperbaiki sistem perpajakan Kebijakan Perdagangan Kebijakan Tenaga Kerja: Akses kpd sumberdaya produktif Menurunkan defisit fiskal sebesar 1% dari PDB. Menaikkan pajak langsung dan pajak tidak langsung barang mewah Pengecualian pajak barang pokok yang dikonsumsi masyarakat miskin (pangan) Peningkatan rasio harga ekspor/impor untuk dikelola dengan tepat Awalnya peningkatan volume ekspor dan kenaikan harga komoditas turut mendorong ketimpangan di beberapa negara Amerika Latin Argentina, Brazil, Uruguay: pengurangan ketimpangan cukup siqnifikan Bolivia Meksiko, dan Peru: pengurangan ketimpangan relatif sedikit Negara Bolivia dan Argentina mencoba mendistribusikan kembali nilai pendapatan tsb melalui pajak, dan mendistribusikan untuk pemerataan Mengembangkan mata pencaharian produktif seluruh penduduk Menciptakan lebih banyak tenaga kerja terampil Kebutuhan lingkungan ekonomi diisi dengan mendorong investasi melalui peraturan/kebijakan yang efisien dan transparan dan yang saling menguntungkan kedua belah pihak (pekerja dan pengusaha), Menciptakan birokrasi yang bersih dan efisien. 5 Penghapusan subsidi BBM

Pengalaman Amerika Latin mengatasi ketimpangan. Pilihan Kebijakan: Program Intervensi Kedua: Meningkatkan anggaran pendidikan, kesehatan bagi seluruh penduduk Alokasi anggaran yang menguntungkan kaum miskin, berhasil menurunkan ketimpangan pendapatan hingga 14 poin, meskipun tiap negara tidak sama Investasi pendidikan dan kesehatan sejak usia dini mempersiapkan masa depan anak Keterangan Bolivia: 7 poin; Meksiko: 8 poin; Uruguay: 10 poin, dan Brasil:14 poin. Di Jamaica: alokasi untuk penambahan gizi dan stimulasi mental anak mampu mengejar ketertinggalan di kemudian hari Ketiga: Memperbesar alokasi anggaran pemerintah program jaring pengaman dan perlindungan dari goncangan Program bantuan tunai bersyarat, dan tidak bersyarat dilaksanakan secara progresif, mensasar seluruh penduduk miskin, sehingga mampu menurunkan kemiskinan Perluasan dan penguatan jaminan sosial membantu melindungi rumah tangga kurang mampu dari guncangan seperti sakit, PHK, dan termasuk gagal panen.. Program-program Pekerjaan Umum dapat memberikan dukungan pendapatan kepada pekerja miskin dan rentan (antara lain dengan membangun infrastruktur lokal melalui skema jaminan pekerjaan perdesaan/perluasan pekerjaan umum (seperti padat karya cash for work ) Brazil, Filipina, Meksiko, Argentina, Colombia, Turki, Mesir, Panama, Peru. Khusus di India dan Afrika Selatan 6

IDENTIFIKASI PERSOALAN KESENJANGAN DI INDONESIA 7

INDEKS GINI DAN LAJU PERTUMBUHAN PENGELUARAN RIIL PERKAPITA, 2008-2012 10 8 6 4 2 0 Nasional 4.867 %tile Penduduk 2008-2012 growth 1 11 21 31 41 51 61 71 81 91 Sangat miskin tumbuh sedikit di atas 2% Sekitar miskin dan rentan sedikit di bawah 2% sampai dengan %tile ke-40 Kelas menengah (%tile 40-80) tumbuh di bawah rata-rata nasional Hanya 20% terkaya tumbuh di atas ratarata nasional Pola ini ditemui untuk berbagai kelompok penduduk 10 8 Perkotaan 10 8 Perdesaan 6 5.610 6 4 4 3.537 2 0 2008-2012 growth Growth in mean 1 11 21 31 41 51 61 71 81 91 Sumber : TNP2K dan BPS, 2013 2 0 2008-2012 growth Growth in mean 1 11 21 31 41 51 61 71 81 91

Kementerian PPN/ Bappenas PERKIRAAN PENDUDUK 40 PERSEN TERENDAH Empat kelompok rumah tangga yang diperkirakan berada pada 40 persen penduduk berpendapatan terbawah adalah : Angkatan kerja yang bekerja tidak penuh terdiri dari penduduk yang bekerja paruh waktu, rumah tangga nelayan, rumah tangga petani berlahan sempit, rumah tangga sektor informal perkotaan, rumah tangga buruh perkotaan (buruh industri dsb, Usaha mikro kecil termasuk rumah tangga yang bekerja sebagai pekerja keluarga, Penduduk miskin yang tidak memiliki aset termasuk pekerjaan. Sumber : diolah Bappenas dari Sensus Pertanian BPS, 2013 Pekerja Rentan: 47,3 juta 9,73 juta 22,39 juta Nelayan Petani Gurem Pekerja Informal Perkotaan Pekerja Industri Mikro dan Kecil Pekerja Rentan: 47,3 juta 0,9 juta 14,25 juta Miskin tanpa aset: 17 juta Slide - 9

Besarnya jumlah penduduk berpenghasilan 40% terbawah disebabkan oleh tingkat pendidikan penduduk miskin relatif rendah... Tingkat pendidikan Penduduk Miskin SMA; 3480575; SMP; 9% 6313642; 17% PT; 236847; 1% Tidak Sekolah; 13839519; 37% Lapangan Pekerjaan Penduduk Miskin di Desa, Maret, 2012 SD; 13746992; 36% 15% 7% 6% Sumber: BPS, Simpadu-Bappenas 72% Tingkat pendidikan penduduk kurang mampu atau kelompok 40% ekonomi terbawah yang rendah menyebabkan kurang kompetitif memperoleh lapangan kerja yang layak (Decent Job) Others Industry Unemployment Agriculture Slide - 10

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan sektor pertanian dan perdagangan (informal) yang banyak diminati penduduk kurang mampu, produktivitasnya rendah... Transformasi Pekerja 60 Kontribusi PDB dan Lapangan Kerja Formal dan Informal menurut Lapangan Usaha 50 40 30 20 10 0 60.0 40.0 20.0 0.0 15.0 3.9 31.1 42.9 28.6 20.1 9.0 4.0 10.2 13.7 6.5 15.2 Employment in Agriculture (% of total employment) Employment in Industry (% of total employment) Employment in Services (% of total employment) Sumber: Bappennas, diolah dari Sakernas berbagai tahun, BPS PDB Pekerja Formal Pekerja Informal Sumber: Bappenas, diolah dari Sakernas dan Pendapata Nasional, 2013, BPS Meskipun tenaga kerja pertanian menurun, tetapi jumlahnya masih besar, sementara kontribusi PDB pertanian rendah. Pekerja sektor industri, mengalami stagnan, namun memiliki kontribusi PDB besar. Menyebabkan PDB/pekerja (produktivitas) pertanian rendah dibandingkan industri Slide - 11

AKSES MASYARAKAT TERHADAP SUMBER KREDIT USAHA UNTUK RUMAH TANGGA KURANG MAMPU RELATIF RENDAH... Kementerian PPN/ Bappenas Hanya sekitar 11,8% rumah tangga menerima kredit usaha Others Personal Loans Cooperation Bank KUR Other Government PNPM Sumber: Bappennas, diolah dari Susenas, BPS 0 10 20 30 40 Total Top 60% Bottom 40% Pada RT dengan pengeluaran 40% terendah: 6.76%, sementara pada RT dengan pengeluaran 60% tertinggi 7.89%. Proporsi ini menempati posisi kelima di bandingkan dengan sumber kredit usaha lain. Secara umum, tiga sumber kredit usaha terbesar adalah Bank (selain KUR), PNPM dan Pinjaman Perseorangan. Untuk RT dengan pengeluaran 40% terendah, sumber kredit usaha terbesar adalah PNPM, Pinjaman Perseorangan dan Bank. Slide - 12

KESEMPATAN YANG TIDAK SAMA ANTAR MASYARAKAT DALAM PELAYANAN DASAR (1/2) 100 80 60 40 20 0 Kesehatan Ibu 89.7 93.2 96.6 81.8 79.1 88.1 66.2 57.5 57.2 29.7 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 Persalinan nakes Persalinan di fasilitas kesehatan 100 Kesehatan Anak 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Angka Partisipasi Sekolah (2012) 95.9 99.4 94.9 81 75.3 42.9 33.1 4.8 7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-24 tahun Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 Sumber : Susenas 2012 50 48.9 66.5 66.6 73.7 73.3 Imunisasi dasar lengkap AKSES PENDIDIKAN: Ketimpangan terjadi pada usia 13-15 dan usia lebih tua 0 Sumber : SDKI 2012 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 AKSES KESEHATAN: Kesenjangan terjadi pada kesehatan ibu dan anak Slide - 13

KESEMPATAN YANG TIDAK SAMA ANTAR MASYARAKAT DALAM PELAYANAN DASAR (2/2) Proporsi Anak Tanpa Akte Kelahiran Berdasarkan Kuantil Pendapatan (%), 2012 Kesenjangan terhadap Akses Infrastruktur Penerangan, Air Bersih, dan Sanitasi, 2012 50 40 60 50 40 30 30 46.2 20 20 34.2 26.5 10 10 19.8 10.6 0 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Sumber: Susenas, 2012 Ketidakmampuan dalam mengakses penerangan Ketidakmampuan dalam mengkases air bersih Ketidakmampuan dalam mengakses sanitasi Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 24 juta anak atau 29% tidak memiliki akte lahir Kepemilikan akta kelahiran yang terbatas membuat terbatasnya akses penduduk miskin terhadap pendidikan gratis serta jaminan sosial lainnya Salah satu kunci utama dalam rendahnya pertumbuhan pendapatan kelompok menengah ke bawah adalah kurangnya akses terhadap pelayanan dasar sehingga menjadi lebih produktif Slide - 14

MASYARAKAT KURANG MAMPU SANGAT TERPENGARUH OLEH KENAIKAN HARGA BAHAN PANGAN 2/3 dari konsumsi RT miskin adalah untuk pangan terutama beras. Bobot beras dalam menentukan garis kemiskinan adalah 30 %. Uraian biaya pengeluaran rumah tangga Makanan Sumber: Susenas Slide - 16

SASARAN PEMBANGUNAN DAN ISU STRATEGIS PENGURANGAN KESENJANGAN 16

PERKIRAAN TINGKAT KEMISKINAN, TPT, dan KOEFISIEN GINI 2015-2019 TINGKAT KEMISKINAN DAN TPT (PERSEN) 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 13.33 12.49 11.96 11.37 2015 10.96 10.3 0.41 0.41 0.41 0.41 0.38 7.41 6.8 6.24 6.17 5,94 2019 0.40 7,0 8,0 2015 0.36-0.37 2019 5,6 4,0 5,0 2015 2019 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 0.50 0.48 0.46 0.44 0.42 0.40 0.38 0.36 0.34 0.32 0.30 KOEFISIEN GINI Tingkat kemiskinan pada bulan September 2014 adalah 10,96% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2014 adalah 5,94% Koefisien GINI diproyeksikan pada 2014 adalah 0,41 Tingkat Kemiskinan 10,3% TPT 5,6% TARGET 2015 Koefisien GINI 0,40 ASUMSI UNTUK PEMENUHAN TARGET Inflasi 5% Pertumbuhan ekonomi 5,7% Pertambahan angkatan kerja 1,45 juta Tingkat Kemiskinan Proyeksi Tingkat Kemiskinan GINI Sumber : BPS, Bappenas (proyeksi) Proyeksi TPT TPT Proyeksi GINI Penyerapan Tenaga Kerja setiap 1% pertumbuhan ekonomi sebesar 250.000 17

Isu Pembangunan: Transformasi ekonomi kearah Industri Manufaktur Transformasi ekonomi kearah sektor industri manufaktur, untuk mendorong pertumbuhan, pemerataan kemakmuran dan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik. Transformasi disertai perubahan struktur tenaga kerja dan diikuti perpindahan pekerja informal ke formal. Mendorong pertumbuhan industri padat pekerja dengan memilih industri yang mempunyai nilai tambah dan produktivitas tinggi seperti resource base labor intensif. Tahun Perubahan Pekerja Formal (juta orang) Total Pertumbuhan Ekonomi (persen) Pertanian Industri Jasa Pertanian Industri Jasa Nasional 1992-1997 0,2 1,9 6,2 8,3 2,1 9,9 7,1 7,0 2001-2004 -0,6-0,8 0,4-1,0 3,4 5,7 4,7 4,8 2005-2009 0,6-0,9 3,6 3,3 3,8 3,5 6,8 5,4 2010-2014 1,1 2,8 1,9 5,8 3,5 4,5 >6,0 5,8 67% pekerja manufaktur adalah pegawai dengan gaji tetap Tetapi... kontribusi manufaktur terhadap penciptaan lapangan kerja masih terkendala banyak faktor 18

Isu Pembangunan: Transformasi ekonomi kearah Industri Manufaktur 200 180 160 140 120 100 80 60 40 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Productivity (Total) Productivity (Manufacturing) Real wages (Total) Real wages (Manufacturing) Unit labor cost (total) Unit labor cost (Manufacturing) 60,0 40,0 20,0 0,0 42,9 31,1 28,6 20,1 15,0 13,7 9,0 3,9 4,0 10,2 6,5 15,2 Pertanian Industri Jasa Perdagangan PDB Pekerja Formal Pekerja Informal Industri berproduktivitas tinggi telah melambat, sehingga membebani diversifikasi ekonomi dan daya saing Indonesia (masalah makro) Kendala lainnya: naiknya biaya satuan tenaga kerja di sektor manufaktur terhadap keseluruhan ekonomi, dicerminkan oleh unit labor cost meningkat sejak 2008. Industri manufaktur mempekerjakan 13,4% pekerja, menyumbang 24% terhadap total PDB Industri yang tumbuh saat ini, kearah padat modal, Industri padat karya per Miliar USD mempekerjakan 30.000 TK Industri padat modal per Miliar USD mempekerjakan 5.500 TK 19

PENURUNAN KESENJANGAN Pengurangan Beban Penduduk Miskin Peningkatan Pendapatan Masyarakat 40% terbawah Membangun Landasan yang Kuat agar Ekonomi Tumbuh Menghasilkan pekerjaan berkualitas Penyelenggaraan Perlindungan Sosial yang Komprehensif Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan Perluasan dan Peningkatan Pelayanan Dasar Dukungan regulasi yang mendorong peningkatan iklim investasi dan usaha Penataan asistensi sosial berbasis keluarga dan siklus hidup Pengembangan sektor unggulan dan potensi lokal Peningkatan ketersediaan infrastruktur dan sarana pelayanan dasar Insentif fiskal dan nonfiskal bagi usaha mikrokecil dan industri padat pekerja Perluasan cakupan SJSN penduduk rentan dan pekerja informal Perluasan akses permodalan dan layanan keuangan mikro dan kecil Peningkatan penjangkauan pelayanan dasar Iklim ketenagakerjaan Pemenuhan hak dasar dan inklusivitas penyandang disabilitas, lansia, dan masyarakat marjinal Peningkatan kapasitas dan keahlian masyarakat serta membangun kewirausahaan Pengukuran kemiskinan menyangkut kriteria, standarisasi, dan pengelolaan data terpadu Penguatan kelembagaan yg hakekatnya bertumpu pada norma, standar, dan pedoman umum Penguatan peran kelembagaan sosial Optimalisasi aset-aset produksi sebagai modal dasar bagi pengembangan penghidupan 20

LANGKAH-LANGKAH IMPELEMENTASI Kementerian PPN/ Bappenas Penetapan Sasaran yang Jelas pada Indikator Kunci (Difokuskan pada wilayah perdesaan, pesisir & terpencil) : Kemiskinan Ketertinggalan Menjaga Pertumbuhan yang Inklusif Stabilisasi Ekonomi Makro Pengendalian Inflasi Service Delivery System Pengembangan Data Base Terpadu Kemiskinan/IKW, pengangguran/pekerja rentan Ketenagakerjaan dan UMKM SPM, Skema Pembiayaan Capacity Building Pemda dan Aparat Desa:TKPKD, P3BM, PTKD Penguatan Sist. Monev Quick Wins Perlindungan Sosial: Jaminan Sosial Bantual Sosial Asuransi Sukarela Petani, nelayan, pekerja informal Pelayanan Dasar : Identitas Hukum Kesehatan Pendidikan Infrastruktur Dasar Lokasi penduduk 40% terendah Program Aksi Perluasan Kesempatan Kerja dan Berusaha: Peningkatan kuantitas dan kualitas pekerjaan bagi penduduk kurang mampu Peningkatan kualitas/mutu angkatan kerja Perluasan akses pembiayaan Pengembangan UMKM melalui peningkatan daya saing pelaku usaha Slide - 21

CONTOH PENANGANAN PROGRAM LINTAS K/L: PENINGKATAN PENDAPATAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS PENENTUAN TARGET Verifikasi BDT BPS/TNP2K PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN Pengembangan aktifitas ekonomi masyarakat kurang mampu PERMODALAN Penguatan akses kredit mikro bagi masyarakat kurang mampu KUKM, KEMENDES, KEMDAGRI, KEMNAKER, KKP, KEMENTAN Pengembangan Ekonomi Produktif melalui P2B *) PELATIHAN DAN PEMAGANGAN Pembekalan ketrampilan kerja KEMNAKER, KKP, KEMENTAN, PERHUBUNGAN BANTUAN KONSUMSI Memastikan kebutuhan konsumsi masyarakat terpenuhi KEMENSOS, KEMENTAN, BULOG ANJURAN MENABUNG Mengembangkan aset dan melatih disiplin masyarakat dalam pengelolaan keuangan BANK INDONESIA, PERBANKAN dsb *) P2B: Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan **) 157 kecamatan menerima dukungan sarana dan prasarana 22

SEBARAN 100 KABUPATEN/KOTA DENGAN INDEKS KESEJAHTERAAN WILAYAH (IKW) TERENDAH