Tetuko Onny Putra H NIM Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI TARIF PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS NON RAWAT INAP DI PUSKESMAS CIPTOMULYO KOTA MALANG. Disusun Oleh : Muhammad Marzuki Ridwan

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri)

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

ANALISA PENERAPAN SISTIM ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP STUDI KASUS PADA RSB. TAMAN HARAPAN BARU

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF KAMAR RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT KASIH IBU DENPASAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENETAPAN TARIF RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Islam Gondanglegi Malang)

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dari rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian. Setelah teridentifikasi

ANALISIS BIAYA RS BERDASARKAN AKTIVITAS ACTIVITY BASED COSTING (ABC) Oleh : Chriswardani S (FKM MIKM UNDIP)

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.

Sugiyarti et al, Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Dengan Metode Activity Based Costing (ABC)...

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya)

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 11TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI KABUPATEN BLITAR

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan untuk

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing

Pada Puskesmas ditetapkan sebagai berikut :

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RSUD. SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SELAWESI SELATAN

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan.

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. konsumen memegang kendali, (2) persaingan sangat tajam, (3) perubahan telah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. 7.1 Ringkasan Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah

PERBANDINGAN PENENTUAN TARIF KAMAR HOTEL ANTARA FULL COSTING DENGAN ACTIVITY BASED COSTING PADA HOTEL TIRTONADI PERMAI SURAKARTA

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2009

MODEL ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI MODEL PENENTUAN TARIF JASA PENGINAPAN HOTEL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

Struktur dan besarnya tarif Retribusi PUSKESMAS ditentukan sebagai berikut : I. TARIF RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP. JASA PELAYANAN (Rp)

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data penelitian

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRI BUSI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS SE KOTA MAGELANG NO JENIS PELAYANAN TARIF

PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT BERSALIN JEUMPA PONTIANAK MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAY KANAN,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan profitabilitas dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut. Pada zaman

SUKODONO, SIDOARJO. Irwan Firdaus Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Surabaya

ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL PADA RUMAH SAKIT UMUM CILEGON DIKOTA CILEGON PADA TAHUN

BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 7.K TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DI RSUD KAYUAGUNG TAHUN 2012

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA KLINIK PKU MUHAMMADIYAH KANIGORO KRAS

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktiftas pelayanan kesehatan baru dimulai pada akhir abad ke -19,

PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) STANDAR DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi pada PT. Sigi Multi Sejahtera Pasuruan Tahun 2011)

BAB II LANDASAN TEORI

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk melakukan

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG

Puskesmas Sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Ditulis oleh Administrator Selasa, 24 May :55 -

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Hal ini memunculkan secercah harapan akan peluang (opportunity)

Ahmad Ansyori. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang. Abstrak

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

Pendahuluan Pemahaman Biaya Unit Cost Biaya dan kaitannya dengan subsidi Tarif berdasarkan Unit Cost

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Mojokerto dan sekitarnya. Rumah Sakit ini berlokasi di jalan

JURNAL ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN MERAH DELIMA BAKERY KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. aliran biaya dua tahap. Tahap pertama adalah pembebanan sumber daya kegiatan,

Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSAB Muhammadiyah Probolinggo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak dalam

Transkripsi:

FORMULASI UNIT COST LAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS DALAM RANGKA PENYUSUNAN RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA) BADAN LAYANAN UMUM (Studi Kasus Pada Puskesmas Padas Kabupaten Ngawi) Tetuko Onny Putra H NIM 125020304111003 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan formulasi unit cost layanan kesehatan untuk penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Puskesmas BLUD, dengan metode Activity Based Costing (ABC) system. Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan instrumen studi kasus, dengan objek penelitian pada Puskesmas Padas Kabupaten Ngawi. Pengumpulan data sebagai bahan formulasi diperoleh dengan dokumentasi, rekaman arsip dan wawancara. Proses formulasi unit cost sendiri menggunakan berbagai fasilitas formulasi pada Microsoft Office Excel yang telah diketahui secara umum. Hasil penelitian berhasil mendeskripsikan formulasi unit cost layanan, dengan 5 (lima) tahapan utama: penentuan biaya langsung layanan kesehatan; pengelompokkan biaya dan penentuan cost driver; penentuan tarif per unit cost driver; penentuan biaya tidak langsung layanan kesehatan; dan penentuan unit cost dan subsidi layanan kesehatan. Hasil akhir dari kelima langkah tersebut akan menjadi bahan masukan dalam formulasi unit cost dalam penyusunan RBA dan penentuan kebijakan tentang tarif pelayanan kesehatan. Kata kunci: Unit Cost, Badan Layanan Umum (BLU), Layanan, Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), Activity Based Costing (ABC). 1. PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pengelolaan keuangan badan layanan umum menjadi satu bahasan tersendiri di dalam undang-undang ini yang

menandakan betapa pentingnya hal tersebut dalam penyelenggaraan kegiatan layanan umum suatu BLU. Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. PPK-BLU menjadi penting karena pengelolaan keuangan BLU memiliki perbedaan dengan pengelolaan keuangan negara pada umumnya. PPK-BLU terdiri dari beberapa tahap, mulai dari tahap perencanaan dan penganggaran, dokumen pelaksanaan anggaran, pengelolaan per akun, sampai pada tahap akuntabilitas, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan. Titik berat untuk menerapkan praktek bisnis yang sehat mengharuskan BLU memiliki suatu perencanaan yang matang. Sebagai penjabaran dari PP Nomor 23 Tahun 2005, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum. Pada peraturan ini diatur alur perencanaan BLU yang dimulai dari suatu dokumen, yaitu Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA). Rencana Bisnis dan Anggaran BLU adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran suatu BLU. Penyusunan RBA berasal dari BLU itu sendiri. Setiap BLU harus dapat merencanakan apa-apa saja yang akan dijadikan praktek bisnis serta anggaran yang menunjangnya dalam satu tahun ke depan. Persiapan untuk menjadi BLU tidak mudah, meliputi pemenuhan syarat-syarat substantif, syarat teknis, maupun syarat administratif. Setelah keseluruhan syarat tersebut terpenuhi melalui surat keputusan dari pemda atau provinsi maka sebuah organisasi pelayanan publik dikatakan dapat menjadi BLU. BLU mencoba untuk menyelesaikan masalah efisiensi dan efektivitas pemerintah dengan menjanjikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Melalui hal ini diharapkan organisasi pelayanan sektor publik yang bernaung dibawah payung BLU dapat memanfaatkan pendapatan yang didapatkannya untuk memberikan peningkatan pelayanan dan mutu organisasi dengan tidak melupakan prinsip efisiensi dan produktivitas. Perubahan sebuah organisasi publik menjadi BLU tidak hanya berdampak terhadap fleksibilitas pengelolaan keuangan, tetapi juga harus diikuti oleh peningkatan pelayanan. Peningkatan pelayanan disini tercermin pada adanya standar pelayanan minimal yang merupakan sebuah bukti adanya tuntutan peningkatanan pelayanan yang mutlak harus dimiliki oleh sebuah BLU. Pemenuhan terhadap kebutuhan atas peningkatan pelayanan organisasi publik mendorong organisasi tersebut untuk melakukan inovasi-inovasi. Hal ini berdampak terhadap peningkatan biaya produksi pelayanan yang disediakan oleh organisasi tersebut. Peningkatan biaya produksi tersebut secara otomatis akan berdampak terhadap penentuan tarif pelayanan.

Berdasarkan PMK 92/PMK.05/2011, Badan Layanan Umum diharuskan menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran berdasarkan basis kinerja dan perhitungan Akuntansi biaya menurut layanannya serta menyusun standar biaya, menggunakan standar biaya tersebut, dimana salah satu unsur utama dalam RBA adalah perhitungan biaya satuan dalam rangka penentuan tarif pelayanan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah disebutkan bahwa RBA antara lain harus memuat analisis dan perkiraan biaya satuan serta perkiraan harga dalam rangka penentuan tarif layanan. Dengan adanya perhitungan unit cost secara terperinci, maka peran pemerintah sebagai pengawas sekaligus regulator dapat lebih dijalankan dengan efektif. Selain itu, adanya perhitungan unit cost yang pasti akan lebih memudahkan dalam keputusan anggaran (subsidi) dan apabila BLU tersebut nantinya dapat memiliki daya saing yang bagus dalam persaingan dengan sektor swasta, maka kedepannya dapat mengurangi beban anggaran pemerintah sendiri (Widiprana, 2012). Puskesmas Padas di Kabupaten Ngawi dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada mesyarakat mengajukan usulan untuk menjadi Badan Layanan Umum Daerah. Menurut peneliti, penelitian yang baik harus dapat memberikan manfaat langsung terhadap obyek penelitian. Dalam rangka memberikan manfat secara langsung terhadap penyusunan RBA pada Puskesmas Padas maka peneliti mengangkat judul penelitian Formulasi Unit Cost Layanan Kesehatan Puskesmas dalam Rangka Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum (Studi Kasus pada Puskesmas Padas Kabupaten Ngawi). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan formulasi unit cost layanan kesehatan untuk penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Puskesmas BLUD. 2. TINJAUAN PUSTAKA Badan Layanan Umum (BLU) Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Badan Layanan Umum didefinisikan sebagai instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Nilai Tambah dan Perbedaan BLU dengan Satuan Kerja Lain terlihat pada kata fleksibilitas yang melekat pada Pengelolaan Keuangan BLU dimana BLU diberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Fleksibilitas

diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa. Sistem Akuntansi Biaya Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum, sistem akuntansi biaya BLU paling sedikit mampu menghasilkan : a. Informasi tentang harga pokok produksi b. Informasi tentang biaya satuan (unit cost) per unit layanan, dan c. Informasi tentang analisis varians (perbedaan antara biaya standard an biaya sesungguhnya) Selain itu, sistem akuntansi biaya BLU harus dapat menghasilkan informasi yang berguna dalam: a. Perencanaan dan pengendalian kegiatan operasional BLU b. Pengambilan keputusan oleh pemimpin BLU, dan c. Perhitungan tariff layanan BLU. Biaya Per Unit (Unit Cost) Dalam proses produksi yang terdiri dari beberapa unit produksi, perlu dibedakan antara biaya total dan biaya per unit. Biaya per unit (unit cost) adalah jumlah biaya yang berkaitan dengan unit yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Penentuan besar unit cost pada institusi sektor publik berbeda-beda berdasarkan jenis layanan yang diberikan. Secara umum, unit cost diperoleh dari jumlah biaya yang diberikan untuk memberikan layanan dibagi jumlah unit layanan yang diberikan. Namun komponen-komponen biaya yang dapat dibebankan untuk menghasilkan layanan berbeda-beda untuk masing-masing jenis layanan. Komponen biaya tersebut diatur lebih lanjut oleh peraturan-peraturan yang terkait (www.wikiapbn.org, 2014). Penerapan unit cost pada instansi BLU akan memberikan manfaat yang lebih bagi masyarakat sebagai pengguna layanan BLU, Pemerintah sebagai regulator, serta bagi BLU tersebut. Secara umum bagi masyarakat selain dapat mengetahui dan mengevaluasi secara rinci biaya pelayanan yang diberikan oleh BLU, juga dengan sendirinya pelayanan BLU akan meningkat sejalan dengan pengawasan dan evaluasi dari masyarakat pengguna layanan BLU bersangkutan. Bagi Masyarakat Pengguna Layanan, unit cost berperan sangat penting dalam penentuan tarif layanan yang dibebankan kepada masyarakat pengguna layanan, serta kualitas layanan yang diterima dapat terukur dan diawasi. Bagi Pemerintah, dengan adanya perhitungan unit cost secara terperinci, maka peran pemerintah sebagai pengawas sekaligus regulator dapat lebih dijalankan dengan efektif. Selain itu, adanya perhitungan unit cost yang pasti akan lebih memudahkan dalam keputusan anggaran (subsidi) dan apabila BLU tersebut nantinya dapat

memiliki daya saing yang bagus dalam persaingan dengan sektor swasta, maka kedepannya dapat mengurangi beban anggaran pemerintah sendiri. Bagi BLU sendiri, perhitungan unit cost akan lebih meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam perhitungan biaya layanan sehingga dapat meningkatkan daya saing BLU tersebut dengan sektor swasta dalam memberikan pelayanan, sehingga akan meningkatkan kualitas dari BLU itu sendiri (Widiprana, 2012). Activity Based Costing (ABC) System Menurut Mulyadi (2003:40) Activity Based Costing adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang. ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya (cost driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Dengan pendekatan ABC tersebut diharapkan penentuan biaya satuan bisa lebih akurat, karena lebih memudahkan penelusuran biaya overhead yang dikonsumsi oleh produk. Menurut Hansen dan Mowen (2012:175-185), prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC melalui dua tahap kegiatan: 1. Tahap Pertama Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah : a. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas b. Menentukan berapa banyak biaya untuk melakukan setiap aktivitas c. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: aktivitas tingkat unit, aktivitas tingkat batch, aktivitas tingkat produk, dan aktivitas tingkat fasilitas. Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Aktivitas tingkat Unit Aktivitas yang dilakukan setiap kali sebuah unit diproduksi. Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. 2) Aktivitas tingkat Batch Aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch diproduksi. Biaya aktivitas tingkat batch bervariasi dengan jumlah batch, tetapi tetap terhadap jumlah unit pada setiap batch. 3) Aktivitas tingkat Produk Aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi perusahaan. Aktivitas ini menggunakan input yang mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi atau dijual. Aktivitas ini biayanya cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jenis produk yang berbeda. 4) Aktivitas tingkat Fasilitas

Aktivitas yang menopang proses umum produksi suatu pabrik. Aktivitas tersebut bermanfaat bagi organisasi di beberapa tingkat tetapi tidak bermanfaat bagi setiap produk secara spesifik. d. Mengidentifikasikan Cost Driver Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver. e. Menentukan tarif/unit Cost Driver Biaya per unit cost driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. 2. Tahap Kedua Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb: Biaya Overhead yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver x Cost Driver yang dipilih 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini berfokus pada pendeskripsian formulasi unit cost layanan kesehatan dalam penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum Daerah, pada Puskesmas Padas di Kabupaten Ngawi. Sesuai dengan rumusan masalah, penulisan menggunakan penelitian kualitatif. Paradigma kualitatif menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realistis atau natural setting yang holistis, kompleks dan rinci (Indiantoro dan Supeno, 2005). Peneliti melakukan penelitian pada obyek penelitian tunggal dengan memanfaatkan multisumber bukti dalam mengumpulkan data. Fokus penelitian ini adalah mengenai proses mendeskripsikan formulasi unit cost layanan kesehatan puskesmas Padas di Kabupaten Ngawi dalam penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum untuk tahun 2015, dengan metode pembebanan biaya Activity based costing system. 4. PEMBAHASAN Formulasi unit cost pelayanan kesehatan Puskesmas Padas peneliti kelompokkan dalam beberapa langkah sesuai dengan tinjauan pustaka di atas, dengan penjabaran sebagai berikut: Penentuan Biaya langsung Biaya langsung mengacu pada biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke satu unit output (Carter, 2005). Berdasarkan penelitian dilapangan teridentifikasikan terdapat beberapa biaya langsung yang terkait dengan layanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Padas, sebagai berikut: 1. Biaya Obat-obatan 2. Biaya Bahan Habis Pakai Alat Kesehatan (BHP Alkes) 3. Biaya Bahan Habis Pakai Laboratorium (BHP Lab)

4. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) 5. Biaya Jasa Pelayanan (Jaspel) Kesehatan Jumlah biaya langsung dijabarkan per jenis layanan kesehatan puskesmas sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 11 Tahun 2010 yang kemudian peneliti kelompokkan sesuai dengan ruang pelayanan kesehatan dan pelayanan yang diberikan ke masyarakat, sebagai berikut: 1. Pelayanan Rawat Jalan/Pemeriksaan Umum Biaya langsung pada pelayanan rawat jalan/pemeriksaan umum terdiri dari: Tabel 4.1. Biaya langsung rawat jalan/ pemeriksaan umum Obat BHP Alkes BHP Lab Jaspel Umum Langsung 1. Rawat Jalan 20.000 0 0 1.000 21.000 2. refraksi 0 0 0 5.000 5.000 3. eksterpasi benda asing di kornea/conjunctiva 1.000 2.500 0 20.000 23.500 4. Pengambilan serumen 0 2.000 0 5.000 7.000 5. Pengambilan benda asing 7.800 2.000 0 10.000 19.800 6. nebulizer 14.300 1.000 0 5.000 20.300 7. keterangan sehat 0 0 0 5.000 5.000 8. pemeriksaan kesehatan 0 0 0 10.000 10.000 haji tingkat I 9. pemeriksaan calon pengantin 0 1.000 Rp4.000 5.000 10.000 2. Pelayanan Rawat Darurat dan rawat inap Biaya langsung pada pelayanan rawat darurat dan rawat inap terdiri dari: Tabel 4.2. Biaya langsung rawat darurat dan rawat inap Obat BHP Alkes Jaspel Umum 1. Instalasi Rawat Darurat 20.000 0 2.000 22.000 2. insisi 21.800 48.950 10.000 80.750 3. eksterpasi 21.800 37.950 20.000 79.750 4. eksisi 21.800 48.950 10.000 80.750 5. ekstraksi 21.800 48.950 15.000 85.750 6. circumsisi 25.800 61.450 50.000 137.250 7. pasang spaleg 13.800 27.500 5.000 46.300 8. pasang mitela 13.800 20.000 0 33.800 9. angkat drain 17.800 25.500 5.000 48.300 10. angkat jahitan 17.800 29.250 5.000 52.050 11. rawat luka bakar kurang dari 15 % 34.300 42.000 10.000 86.300 12. rawat luka bakar antara 15% sampai dengan 30 % Langsung 50.800 48.500 15.000 114.300 13. Visit dan pemeriksaan dokter umum 0 0 10.000 10.000 14. biaya rekam medis rawat inap 0 0 2.000 2.000 15. jasa perawatan per hari 0 0 7.500 7.500 16. jahitan luka kurang dari 10 kali 25.800 81.000 10.000 116.800 17. jahitan luka lebih dari 10 kali 33.800 126.500 15.000 175.300 18. rawat luka 17.800 40.500 2.000 60.300 19. rawat luka kotor/gangren 20.800 49.500 15.000 85.300 3. Pelayanan KIA dan PONED Biaya langsung yang terkait dengan pelayanan KIA dan PONED terdiri dari: Tabel 4.3. Biaya langsung KIA dan PONED

Obat BHP Alkes Jaspel Umum Langsung 1. insersi IUD 5.800 29.500 10.000 45.300 2. ekstraksi IUD 5.800 29.500 15.000 50.300 3. insersi Implant 9.650 48.950 15.000 73.600 4. ekstraksi Implant 9.650 48.950 15.000 73.600 5. tindik 0 20.200 5.000 25.200 6. pemasangan pesarium 13.800 21.000 15.000 49.800 7. kontrol IUD /inspiculo 0 22.000 5.000 27.000 8. pemeriksaan IVA 60.700 30.000 5.000 95.700 9. pemeriksaan USG 0 1.000 15.000 16.000 10. cyroterapy 60.700 22.000 75.000 157.700 11. curettage 151.300 110.900 200.000 462.200 12. partus normal 187.000 133.200 170.000 490.200 13. partus dengan drip 221.100 175.350 200.000 596.450 14. jahitan perineum post partum 3.850 94.450 15.000 113.300 15. manual plasenta 159.100 114.950 150.000 424.050 16. jahitan serviks 0 101.600 175.000 276.600 17. transfusi 0 0 10.000 10.000 18. konsul dokter spesialis 0 0 20.000 20.000 19. Periksa Kehamilan 9.000 0 1.000 10.000 4. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Biaya langsung pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut terdiri dari: Tabel 4.4. Biaya langsung pelayanan kesehatan gigi dan mulut Obat BHP Alkes Jaspel Umum 1. ekstraksi gigi sulung 5.500 3.000 7.000 15.500 2. ekstraksi gigi permanen tanpa penyulit 5.750 3.950 3.000 12.700 3. ekstraksi gigi permanen dengan penyulit 17.650 27.450 3.000 48.100 Langsung 4. perawatan perdarahan 29.000 4.000 7.000 40.000 5. perawatan komplikasi ekstraksi 21.400 5.450 5.000 31.850 6. pembersihan karang gigi per rahang 23.000 4.500 10.000 37.500 7. tumpatan sementara 8.000 0 3.000 11.000 8. tumpatan composit 0 61.000 10.000 71.000 9. Medikasi 15.900 0 1.000 16.900 5. Pelayanan Penunjang Medik laboratorium Biaya langsung yang terkait dengan pelayanan penunjang medik laboratorium terdiri dari: Tabel 4.5. Biaya langsung penunjang medik laboratorium BHP Alkes BHP Lab Jaspel Umum Langsung 1. tes kehamilan 2.000 4.000 3.000 9.000 2. pemeriksaan urine lengkap 2.000 5.000 3.000 10.000 3. pemeriksaan darah lengkap 2.000 26.000 3.000 31.000 4. pemeriksaan trombosit 2.000 6.000 3.000 11.000 5. pemeriksaan hematokrit 2.000 10.000 3.000 15.000 6. malaria/filariasis 2.000 10.000 3.000 15.000 7. pemeriksaan tinja (faeses) lengkap 2.000 5.000 3.000 10.000 8. sputum BTA 2.000 11.000 5.000 18.000 9. pemeriksaan kusta 2.000 15.000 5.000 22.000 10. pemeriksaan gula darah acak 2.000 10.500 5.000 17.500 11. asam urat 2.000 15.000 5.000 22.000 12. kholesterol 2.000 19.500 5.000 26.500 13. golongan darah 2.000 10.000 2.000 14.000 14. trigliserida 2.000 22.000 5.000 29.000 6. Pelayanan Transportasi Pasien dan Jenazah

Biaya Langsung yang terkait dengan pelayanan transportasi pasien dan jenazah terdiri dari: Tabel 4.6. Biaya langsung transportasi pasien dan jenazah BBM Jaspel Umum Langsung 1. Rujukan ke Ngawi 25.500 38.250 63.750 2. Rujukan ke Caruban 42.500 54.000 96.000 3. Rujukan ke Madiun 85.000 108.000 193.000 Klasifikasi Biaya Tidak Langsung ke dalam berbagai aktivitas dan identifikasi cost driver Jumlah biaya dan cost driver yang menggunakan rincian yang terdapat dalam Rencana Strategi dan Bisnis (RSB) 2015-2019 Puskesmas Padas. RSB tersebut disusun dengan berdasar kepada realisasi pendapatan dan belanja serta pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Padas pada Tahun 2013 dan 2014. Sehingga menurut peneliti jumlah biaya dan pelayanan yang diberikan cukup akurat untuk digunakan sebagai dasar perhitungan unit cost. Menurut peneliti berdasarkan kondisi di lapangan hanya terdapat tiga level aktivitas dari empat level aktivitas yang telah didefinisikan di atas, sebagai berikut: Tabel 4.7. Klasifikasi Biaya tidak langsung dan identifikasi cost driver Elemen Biaya Jumlah Driver Cost Driver unit level activity cost Biaya alat tulis kantor (ATK) 12.000.000 Unit layanan 58.321 Product level activity cost Biaya pemeliharaan ambulans 12.000.000 Jarak tempuh 5.280 Biaya Administrasi 827.280.000 Jumlah pegawai 40 Biaya pegawai Pelayanan Rawat Jalan/ Pemeriksaan umum 628.638.800 Jumlah pegawai 9 Pelayanan Rawat Darurat dan rawat inap 458.326.800 Jumlah pegawai 8 Pelayanan KIA dan PONED 865.057.100 Jumlah pegawai 16 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 158.756.800 Jumlah pegawai 2 Pelayanan Penunjang Medik laboratorium 238.701.400 Jumlah pegawai 4 Pelayanan Transportasi Pasien dan Jenazah 10.926.000 Jumlah pegawai 1 Facility sustaining activity cost Biaya listrik, Telepon, air 66.000.000 Luas lantai 574,38 Biaya Kebersihan 24.000.000 Luas lantai 574,38 Biaya pemeliharaan gedung 30.000.000 Luas lantai 574,38 Biaya Pemeliharaan Alkes 20.000.000 Luas lantai 574,38 Biaya Penyusutan peralatan dan mesin lainnya 451.461.951 Luas lantai 574,38 Biaya Penyusutan Alkes USG 26.180.000 Unit Layanan 2443 Biaya Penyusutan kendaraan roda dua 31.580.000 Luas lantai 574,38 Biaya Penyusutan Gedung 14.639.710 Luas lantai 574,38 Biaya penyusutan kendaraan ambulans 71.345.714 Jarak tempuh 5.280 Penentuan tarif per unit cost driver Setelah mengidentifikasi cost driver, langkah selanjutnya adalah menentukan tarif per unit cost driver dengan cara membagi jumlah biaya dengan cost driver, dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.8. Perhitungan tarif per unit cost driver Elemen Biaya Jumlah Driver Cost Driver Tarif

Elemen Biaya Jumlah Driver Cost Driver Tarif unit level activity cost Biaya alat tulis kantor (ATK) 12.000.000 Unit layanan 58.321 206 Product level activity cost Biaya pemeliharaan ambulans 12.000.000 Jarak tempuh 5.280 2.273 Biaya Administrasi 827.280.000 Jumlah pegawai 40 20.682.000 Biaya pegawai Pelayanan Rawat Jalan/ 628.638.800 Jumlah pegawai 9 69.848.756 Pemeriksaan umum Pelayanan Rawat Darurat dan rawat 458.326.800 Jumlah pegawai 8 57.290.850 inap Pelayanan KIA dan PONED 865.057.100 Jumlah pegawai 16 54.066.069 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 158.756.800 Jumlah pegawai 2 79.378.400 Pelayanan Penunjang Medik 238.701.400 Jumlah pegawai 4 59.675.350 laboratorium Pelayanan Transportasi Pasien dan 10.926.000 Jumlah pegawai 1 10.926.000 Jenazah Facility sustaining activity cost Biaya listrik, Telepon, air 66.000.000 Luas lantai 574,38 114.907 Biaya Kebersihan 24.000.000 Luas lantai 574,38 41.784 Biaya pemeliharaan gedung 30.000.000 Luas lantai 574,38 52.230 Biaya Pemeliharaan Alkes 20.000.000 Luas lantai 574,38 34.820 Biaya Penyusutan peralatan dan mesin 451.461.951 Luas lantai 574,38 785.999 lainnya Biaya Penyusutan Alkes USG 26.180.000 Unit Layanan 2443 10.716 Biaya Penyusutan kendaraan roda dua 31.580.000 Luas lantai 574,38 54.981 Biaya Penyusutan Gedung 14.639.710 Luas lantai 574,38 25.488 Biaya penyusutan kendaraan ambulans 71.345.714 Jarak tempuh 5.280 13.512 Pengalokasian Tarif per unit cost driver ke dalam biaya per unit layanan kesehatan Setelah mengidentifikasi tarif per unit cost driver, kemudian mengalokasikan tarif per unit cost driver pada product level activity cost dan facility sustaining activity cost ke dalam setiap kelompok pelayanan kesehatan sesuai dengan proporsi cost driver masing-masing kelompok pelayanan kesehatan. 1. Pelayanan Rawat Jalan/ Pemeriksaan umum Tabel 4.9. Biaya tidak langsung rawat jalan/ pemeriksaan umum Elemen Biaya Cost Driver Tarif Jumlah A. Product level activity cost 814.774.800 1. Biaya Administrasi 9 20.682.000 186.138.000 2. Biaya Pegawai 9 69.848.756 628.638.800 B. Facility sustaining activity cost 106.646.580 1. Biaya listrik, Telepon, air 96,06 114.906 11.037.870 2. Biaya Kebersihan 96,06 41.784 4.013.771 3. Biaya pemeliharaan gedung 96,06 52.230 5.017.214 4. Biaya Pemeliharaan Alkes 96,06 34.820 3.344.809 5. Biaya Penyusutan peralatan dan mesin 96,06 785.999 75.503.064 lainnya 6. Biaya Penyusutan kendaraan roda dua 96,06 54.981 5.281.475 7. Biaya Penyusutan Gedung 96,06 25.488 2.448.377 C Jumlah biaya product level dan facility sustaining activity cost (A + B) 921.421.380 D Jumlah Unit Layanan 10.397 E Biaya per unit product level dan facility sustaining activity cost (C : D) 88.626 F Biaya ATK 206 G Biaya Tidak Langsung per unit layanan rawat jalan (E + F) 88.832 2. Pelayanan Rawat Darurat dan rawat inap

Pengalokasian tarif per unit cost driver ke dalam biaya per unit layanan rawat inap dan rawat darurat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu biaya kamar rawat inap dan biaya pelayanan rawat darurat dan rawat inap. Tabel 4.10. Biaya tidak langsung kamar rawat inap kelas 1 Elemen Biaya Cost Driver Tarif Jumlah A. Facility sustaining activity cost 218.706.348 1. Biaya listrik, Telepon, air 207,26 114.906 23.815.418 2. Biaya Kebersihan 207,26 41.784 8.660.152 3. Biaya pemeliharaan gedung 207,26 52.230 10.825.190 4. Biaya Pemeliharaan Alkes 207,26 34.820 7.216.793 5. Biaya Penyusutan peralatan dan mesin 207,26 lainnya 785.999 162.906.153 6. Biaya Penyusutan Gedung 207,26 25.488 5.282.643 B. Jumlah biaya facility sustaining activity cost 218.706.348 C. Jumlah Unit Layanan 2.783 D. Biaya Tidak Langsung per unit kamar rawat inap kelas 1 (B : C) 78.587 Tabel 4.11. Biaya tidak langsung kamar rawat inap kelas 3 Elemen Biaya Cost Driver Tarif Jumlah A. Facility sustaining activity cost 75.891.926 1. Biaya listrik, Telepon, air 71,92 114.906 8.264.040 2. Biaya Kebersihan 71,92 41.784 3.005.105 3. Biaya pemeliharaan gedung 71,92 52.230 3.756.382 4. Biaya Pemeliharaan Alkes 71,92 34.820 2.504.254 5. Biaya Penyusutan peralatan dan mesin 71,92 lainnya 785.999 56.529.048 6. Biaya Penyusutan Gedung 71,92 25.488 1.833.097 B Jumlah biaya facility sustaining activity cost 75.891.926 C Jumlah Unit Layanan 3.617 D Biaya Tidak Langsung per unit kamar rawat inap kelas 3 (B : C) 20.982 Tabel 4.12. Biaya tidak langsung pelayanan rawat inap dan rawat darurat Elemen Biaya Cost Driver Tarif Jumlah A. Product level activity cost 623.782.800 1. Biaya Administrasi 8 20.682.000 165.456.000 2. Biaya Pegawai 8 57.290.850 458.326.800 B. Facility sustaining activity cost 54.495.530 1. Biaya listrik, Telepon, air 35,26 114.906 4.051.586 2. Biaya Kebersihan 35,26 41.784 1.473.304 3. Biaya pemeliharaan gedung 35,26 52.230 1.841.630 4. Biaya Pemeliharaan Alkes 35,26 34.820 1.227.753 5. Biaya Penyusutan peralatan dan mesin 35,26 lainnya 785.999 27.714.325 6. Biaya Penyusutan kendaraan roda dua 314,44 54.981 17.288.226 7. Biaya Penyusutan Gedung 35,26 25.488 898.707 C Jumlah biaya product level dan facility sustaining activity cost (A + B) 678.278.330 D Jumlah Unit Layanan 10.618 E Biaya per unit product level dan facility sustaining activity cost (C : D) 63.882 F Biaya ATK 206 G Biaya Tidak Langsung per unit rawat inap dan rawat darurat (E + F) 64.088 3. Pelayanan KIA dan PONED Tabel 4.13. Biaya tidak langsung pelayanan KIA dan PONED Elemen Biaya Cost Driver Tarif Jumlah A. Product level activity cost 1.195.969.100 1. Biaya Administrasi 16 20.682.000 330.912.000 2. Biaya Pegawai 16 54.066.069 865.057.100 B. Facility sustaining activity cost 123.543.947 1. Biaya listrik, Telepon, air 111,28 114.906 12.786.740 2. Biaya Kebersihan 111,28 41.784 4.649.724

Elemen Biaya Cost Driver Tarif Jumlah 3. Biaya pemeliharaan gedung 111,28 52.230 5.812.154 4. Biaya Pemeliharaan Alkes 111,28 34.820 3.874.770 5. Biaya Penyusutan peralatan dan mesin 111,28 lainnya 785.999 87.465.969 6. Biaya Penyusutan kendaraan roda dua 111,28 54.981 6.118.286 7. Biaya Penyusutan Gedung 111,28 25.488 2.836.305 C Jumlah biaya product level dan facility sustaining activity cost (A + B) 1.319.513.047 D Jumlah Unit Layanan 9.076 E Biaya per unit product level dan facility sustaining activity cost (C : D) 145.384 F Biaya ATK 206 G Biaya Tidak Langsung per unit pelayanan KIA dan PONED (E + F) 145.590 4. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Tabel 4.14. Biaya tidak langsung pelayanan kesehatan gigi dan mulut Elemen Biaya Cost Driver Tarif Jumlah A. Product level activity cost 200.120.800 1. Biaya Administrasi 2 20.682.000 41.364.000 2. Biaya Pegawai 2 79.378.400 158.756.800 B. Facility sustaining activity cost 13.988.621 1. Biaya listrik, Telepon, air 12,6 114.906 1.447.816 2. Biaya Kebersihan 12,6 41.784 526.478 3. Biaya pemeliharaan gedung 12,6 52.230 658.098 4. Biaya Pemeliharaan Alkes 12,6 34.820 438.732 5. Biaya Penyusutan peralatan dan mesin 12,6 lainnya 785.999 9.903.587 6. Biaya Penyusutan kendaraan roda dua 12,6 54.981 692.761 7. Biaya Penyusutan Gedung 12,6 25.488 321.149 C Jumlah biaya product level dan facility sustaining activity cost (A + B) 214.109.421 D Jumlah Unit Layanan 5.823 E Biaya per unit product level dan facility sustaining activity cost (C : D) 36.768 F Biaya ATK 206 G Biaya Tidak Langsung per unit layanan kesehatan gigi dan mulut (E + F) 36.974 5. Pelayanan Penunjang Medik laboratorium Tabel 4.15. Biaya tidak langsung penunjang medik laboratorium Elemen Biaya Cost Driver Tarif Jumlah A. Product level activity cost 321.429.400 1. Biaya Administrasi 4 20.682.000 82.728.000 2. Biaya Pegawai 4 59.675.350 238.701.400 B. Facility sustaining activity cost 44.408.320 1. Biaya listrik, Telepon, air 40 114.906 4.596.240 2. Biaya Kebersihan 40 41.784 1.671.360 3. Biaya pemeliharaan gedung 40 52.230 2.089.200 4. Biaya Pemeliharaan Alkes 40 34.820 1.392.800 5. Biaya Penyusutan peralatan dan mesin 40 lainnya 785.999 31.439.960 6. Biaya Penyusutan kendaraan roda dua 40 54.981 2.199.240 7. Biaya Penyusutan Gedung 40 25.488 1.019.520 C Jumlah biaya product level dan facility sustaining activity cost (A + B) 365.837.720 D Jumlah Unit Layanan 9.194 E Biaya per unit product level dan facility sustaining activity cost (C : D) 39.791 F Biaya ATK 206 G Biaya Tidak Langsung per unit layanan laboratorium (E + F) 39.997 6. Pelayanan Transportasi Pasien dan Jenazah Tabel 4.16. Biaya tidak langsung transportasi pasien dan jenazah

Elemen Biaya Cost Driver Tarif Jumlah A. Product level activity cost 43.608.000 1. Biaya Administrasi 1 20.682.000 20.682.000 2. Biaya pemeliharaan ambulans 5.280 2.273 12.000.000 3. Biaya Pegawai 1 10.926.000 10.926.000 B. Facility sustaining activity cost 71.343.360 1. Biaya penyusutan kendaraan ambulans 5.280 13.512 71.343.360 C Jumlah biaya product level dan facility sustaining activity cost (A + B) 114.951.360 D Jumlah Unit Layanan 412 E Biaya per unit product level dan facility sustaining activity cost (C : D) 279.008 F Biaya ATK 206 G Biaya Tidak Langsung per unit layanan rawat jalan (E + F) 279.214 Perhitungan Unit Cost Layanan Kesehatan Puskesmas Setelah diketahui biaya tidak langsung per unit, selanjutnya perhitungan unit cost layanan kesehatan puskesmas Padas dihitung dengan menjumlahkan biaya langsung dan tidak langsung. Jumlah dari biaya langsung dan tidak langsung tersebut kemudian dibandingkan dengan tarif pada Perda Kabupaten Ngawi No 11 Tahun 2010 untuk mengetahui margin keuntungan yang didapatkan maupun subsidi yang diberikan untuk setiap tarif dalam Perda tersebut, yang dijabarkan dalam uraian berikut: 1. Pelayanan Rawat Jalan/ Pemeriksaan umum Tabel 4.17. perhitungan unit cost dan subsidi pelayanan rawat jalan Biaya Biaya Tidak Tarif Perda Langsung Langsung No 11 2010 Laba / (Subsidi) A B C D E F G ((E-F)/E) 1. Rawat Jalan 21.000 88.832 109.832 3.000 97% 2. refraksi 5.000 88.832 93.832 10.000 89% 3. eksterpasi benda asing di 23.500 88.832 112.332 25.000 78% kornea/conjunctiva 4. Pengambilan serumen 7.000 88.832 95.832 10.000 90% 5. Pengambilan benda asing 19.800 88.832 108.632 15.000 86% 6. nebulizer 20.300 88.832 109.132 10.000 91% 7. keterangan sehat 5.000 88.832 93.832 7.500 92% 8. pemeriksaan kesehatan haji tingkat I 9. pemeriksaan calon pengantin 2. Pelayanan Rawat Darurat dan rawat inap 10.000 88.832 98.832 20.000 80% 10.000 88.832 98.832 7.500 92% Tabel 4.18. perhitungan unit cost dan subsidi pelayanan rawat darurat dan rawat inap Biaya Biaya Tidak Total Tarif Perda Langsung Langsung Biaya No 11 2010 Laba / (Subsidi) A B C D E F G ((E-F)/E) 1. Instalasi Rawat Darurat 22.000 64.088 86.088 5.000 94% 2. insisi 80.750 64.088 144.838 15.000 90% 3. eksterpasi 79.750 64.088 143.838 25.000 83% 4. eksisi 80.750 64.088 144.838 15.000 90% 5. ekstraksi 85.750 64.088 149.838 20.000 87% 6. circumsisi 137.250 64.088 201.338 55.000 73% 7. pasang spaleg 46.300 64.088 110.388 10.000 91% 8. pasang mitela 33.800 64.088 97.888 5.000 95% 9. angkat drain 48.300 64.088 112.388 10.000 91% 10. angkat jahitan 52.050 64.088 116.138 8.000 93% 11. rawat luka bakar kurang dari 15 % 86.300 64.088 150.388 15.000 90% 12. rawat luka bakar antara 15% 114.300 64.088 178.388 20.000 89%

Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung Total Biaya Tarif Perda No 11 2010 Laba / (Subsidi) A B C D E F G ((E-F)/E) sampai dengan 30 % 13. Visit dan pemeriksaan dokter 10.000 64.088 74.088 10.000 87% umum 14. biaya rekam medis rawat inap 2.000 64.088 66.088 5.000 92% 15. jasa perawatan per hari 7.500 64.088 71.588 7.500 90% 16. jahitan luka kurang dari 10 116.800 64.088 180.888 15.000 92% kali 17. jahitan luka lebih dari 10 kali 175.300 64.088 239.388 25.000 90% 18. rawat luka 60.300 64.088 124.388 5.000 96% 19. rawat luka kotor/gangren 85.300 64.088 149.388 25.000 83% 20. Biaya Kamar Kelas 1 0 78.587 78.587 35.000 55% 21. Biaya Kamar Kelas 3 0 20.982 20.982 10.000 52% 3. Pelayanan KIA dan PONED Tabel 4.19. perhitungan unit cost dan subsidi pelayanan KIA dan PONED Biaya Biaya Tidak Tarif Perda Langsung Langsung No 11 2010 Laba / (Subsidi) A B C D E F G ((E-F)/E) 1. insersi IUD 45.300 145.590 190.890 15.000 92% 2. ekstraksi IUD 50.300 145.590 195.890 20.000 90% 3. insersi Implant 73.600 145.590 219.190 25.000 89% 4. ekstraksi Implant 73.600 145.590 219.190 25.000 89% 5. tindik 25.200 145.590 170.790 7.000 96% 6. pemasangan pesarium 49.800 145.590 195.390 20.000 90% 7. kontrol IUD /inspiculo 27.000 145.590 172.590 8.000 95% 8. pemeriksaan IVA 95.700 145.590 241.290 7.000 97% 9. pemeriksaan USG 16.000 156.306 172.306 25.000 85% 10. cyroterapy 157.700 145.590 303.290 100.000 67% 11. curettage 462.200 145.590 607.790 250.000 59% 12. partus normal 490.200 145.590 635.790 200.000 69% 13. partus dengan drip 596.450 145.590 742.040 230.000 69% 14. jahitan perineum post partum 113.300 145.590 258.890 25.000 90% 15. manual plasenta 424.050 145.590 569.640 180.000 68% 16. jahitan serviks 276.600 145.590 422.190 200.000 53% 17. transfusi 10.000 145.590 155.590 15.000 90% 18. konsul dokter spesialis 20.000 145.590 165.590 20.000 88% 19. Periksa Kehamilan 10.000 145.590 155.590 3.000 98% Khusus pelayanan pemeriksaan USG memiliki biaya tidak langsung yang berbeda karena ditambahkan dengan biaya penyusutan alkes USG sebesar Rp10.716,00 menjadi Rp156.306,00 (Rp145.590,00 + Rp10.716,00) 4. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Tabel 4.20. perhitungan unit cost dan subsidi pelayanan kesehatan gigi dan mulut Biaya Biaya Tidak Tarif Perda Langsung Langsung No 11 2010 Laba / (Subsidi) A B C D E F G ((E-F)/E) 1. ekstraksi gigi sulung 15.500 36.974 52.474 7.000 87% 2. ekstraksi gigi permanen tanpa penyulit 12.700 36.974 49.674 15.000 70% 3. ekstraksi gigi permanen dengan penyulit 48.100 36.974 85.074 30.000 65% 4. perawatan perdarahan 40.000 36.974 76.974 12.000 84%

Biaya Biaya Tidak Tarif Perda Laba / Langsung Langsung No 11 2010 (Subsidi) A B C D E F G ((E-F)/E) 5. perawatan komplikasi 31.850 36.974 68.824 9.000 87% ekstraksi 6. pembersihan karang gigi 37.500 36.974 74.474 20.000 73% per rahang 7. tumpatan sementara 11.000 36.974 47.974 5.000 90% 8. tumpatan composit 71.000 36.974 107.974 20.000 81% 9. Medikasi 16.900 36.974 53.874 3.000 94% 5. Pelayanan Penunjang Medik laboratorium Tabel 4.21. perhitungan unit cost dan subsidi pelayanan penunjang medik laboratorium Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung Tarif Perda No 11 2010 Laba / (Subsidi) A B C D E F G ((E-F)/E) 1. tes kehamilan 9.000 39.997 48.997 10.500 79% 2. pemeriksaan urine lengkap 10.000 39.997 49.997 5.000 90% 3. pemeriksaan darah lengkap 31.000 39.997 70.997 8.000 89% 4. pemeriksaan trombosit 11.000 39.997 50.997 5.000 90% 5. pemeriksaan hematokrit 15.000 39.997 54.997 8.000 85% 6. malaria/filariasis 15.000 39.997 54.997 6.500 88% 7. pemeriksaan tinja (faeses) 10.000 39.997 49.997 6.000 88% lengkap 8. sputum BTA 18.000 39.997 57.997 11.000 81% 9. pemeriksaan kusta 22.000 39.997 61.997 8.000 87% 10. pemeriksaan gula darah acak 17.500 39.997 57.497 15.500 73% 11. asam urat 22.000 39.997 61.997 17.500 72% 12. kholesterol 26.500 39.997 66.497 17.500 74% 13. golongan darah 14.000 39.997 53.997 10.500 81% 14. trigliserida 29.000 39.997 68.997 7.000 90% 6. Pelayanan Transportasi Pasien dan Jenazah Tabel 4.22. perhitungan unit cost dan subsidi pelayanan transportasi pasien dan jenazah Biaya Biaya Tidak Tarif Perda Langsung Langsung No 11 2010 Laba / (Subsidi) A B C D E F G ((E-F)/E) 1. Rujukan ke Ngawi 63.750 279.214 342.964 85.000 75% 2. Rujukan ke Caruban 96.000 279.214 375.214 120.000 68% 3. Rujukan ke Madiun 193.000 279.214 472.214 240.000 49% Dari tabel 4.17 sampai 4.22 diatas dapat diketahui bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi melalui Puskesmas Padas memberikan subsidi terhadap pelayan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat mulai dari 46% sampai dengan 98%. Subsidi tersebut berupa gaji pegawai, belanja barang jasa dan belanja modal aset tetap yang sampai saat ini masih menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Ngawi. Berikut perbandingan jumlah pendapatan retribusi yang diterima dengan jumlah belanja Puskesmas Padas dalam 4 tahun terakhir: Tabel 4.23. Perbandingan pendapatan retribusi dan belanja Tahun Retribusi Total Belanja Subsidi Selisih A B C D E (D C) F (E / D) 1. 2011 428.727.650 2.442.108.500 2.013.380.850 82% 2 2012 479.564.347 2.398.827.550 1.919.263.203 80%

3. 2013 679.384.700 3.412.597.146 2.733.212.446 80% 4. 2014 573.592.600 3.910.433.934 3.336.841.334 85% Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat subsidi yang diberikan Pemerintah Kabupaten Ngawi rata-rata sebesar 82% dari total kebutuhan belanja Puskesmas Padas. Besarnya subsidi tersebut menyebabkan tingginya selisih antara unit cost dengan tarif retribusi pelayanan kesehatan di Puskesmas Padas. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Formulasi unit cost dilakukan dengan menjumlahkan biaya langsung dan tidak langsung. Biaya tidak langsung dibebankan dengan menggunakan metode activity based costing dengan menggunakan beberapa cost driver. Cost driver yang digunakan adalah jarak tempuh ambulans, jumlah pegawai, perkiraan jumlah layanan, dan luas lantai bangunan. 2. Formulasi unit cost dengan menggunakan activity based costing system menghasilkan unit cost yang sangat bervariasi mulai Rp20.982,00 pada pelayanan kamar rawat inap sampai dengan Rp742.040,00 pada pelayanan kesehatan KIA dan PONED. Biaya satuan yang besar tersebut disebabkan karena pegawai Puskesmas Padas khususnya perawat dan bidan selain disibukkan dengan upaya kesehatan perorangan juga melakukan upaya kesehatan masyarakat. 3. Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi melalui Puskesmas Padas memberikan subsidi terhadap pelayan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat mulai dari Rp10.982,00 sampai dengan Rp512.040,00. Subsidi tersebut berupa gaji pegawai, persediaan dan belanja modal aset tetap yang sampai saat ini masih menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Ngawi. DAFTAR PUSTAKA Andriansyah, Rizal. 2013. Penerapan metode activity based costing dalam penetapan tarif rawat inap (studi pada rumah sakit islam gondanglegi malang). Skripsi. Jurusan Akuntansi FE Universitas Brawijaya. Carter, William K dan Usry, Milton F. 2005. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi Keempatbelas. Jakarta: Salemba empat. Dwiwanta, Handrian Citra. 2011. Penerapan activity based costing system (ABC System) dalam menentukan tarif jasa rawat inap (studi kasus pada rumah sakit islam aisyiyah malang. Skripsi. Jurusan Akuntansi FE Universitas Brawijaya. Hansen, Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Edisi Kedelapan. Salemba Empat: Jakarta. Indriantoro, Nur dan Supeno, Bambang. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Edisi I. Yogyakarta : BPFE

Kabupaten Ngawi. Peraturan Daerah nomor 10 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di Puskesmas. Kabupaten Ngawi. Peraturan Bupati Ngawi 1.1 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Bupati Ngawi nomor 5.2 Tahun 2011 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada puskesmas beserta jaringannya dan unit pelayanan teknis laboratorium kesehatan daerah Moleong, Lexi J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyadi. 2003. Activity Based Costing System. System Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya. Edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Republik Indonesia. Peraturan Gubernur Jawa Timur 2 Tahun 2009 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Republik Indonesia. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.6/2013 Tahun 2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah disebutkan bahwa Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis Dan Anggaran Serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Widiprana, Rengga Bayu. 2012. Formulasi unit cost layanan pendidikan dan pengajaran perguruan tinggi dalam penyusunan rencana bisnis dan anggaran (RBA) Badan Layanan Umum (studi kasus pada fakultas X universitas Y). Skripsi. Jurusan Akuntansi FE Universitas Brawijaya. Wikiapbn. www.wikiapbn.org. Diakses tanggal 12 November 2014. Yin, Robert K. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.